Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persoalan pendidikan di zaman teknologi dan informasi sekarang ini
dipandang sebagai problem yang sangat luar biasa sulit di berbagai negara.
Walaupun demikian negara-negera yang peduli terhadap masalah ini
mengakui bahwa pendidikan sebagai tugas negara yang maha penting.
Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia
saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan
dengan tuntutan pembangunan secara tahap demi tahap (Hasbullah, 2012). Hal
ini juga sejalan dengan tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, yang termuat dalam pembukaan UUD
1945. Hal ini diperkuat dalam UUD 1945 pasal 31 yang intinya menjelaskan
bahwa setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan. Jadi, ini
mengindikasikan bahwa negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
untuk memenuhi pendidikan tiap-tiap warga negaranya. Pendidikan dikatakan
berjalan baik manakala pendidikan mampu berperan secara proporsif,
konteksual dan komprehensif dalam menjawab sekaligus memenuhi
kebutuhan masyarakat serta tuntutan perubahan dan perkembangan zaman
Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam
pembangunan nasional, karena pendidikan dijadikan andalan utama untuk
berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan
kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan
sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang
sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut
konsep pandangan hidup mereka (Ihsan, 2005).
Berdasarkan konteks tersebut, maka setiap negara di dunia terus
melakukan peningkatan pendidikan masing-masing. Pendidikan menjadi
standar dan tolok ukur seberapa jauh sebuah negara itu mampu bersaing di
dunia internasional. Semakin baik mutu pendidikan yang dimiliki suatu negara

1
maka negara tersebut semakin siap bersaing dikancah global, dan begitu juga
sebaliknya (Hasbullah, 2012). Indonesia, dalam hal ini nampaknya sedang
melakukan upaya pembaharuan-pembaharuan dalam sistem pendidikan guna
mencapai kualitas atau mutu pendidikan yang terus menerus menuju ke arah
lebih baik. Buktinya saat ini di Indonesia sedang dilaksanakan uji coba
perubahan kurikulum menjadi kurikulum 2013, upaya ini dilakukan semata
untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia. Hal ini perlu diupayakan secara serius dan
fokus, oleh karena peradaban masyarakat bangsa Indonesia ditentukan oleh
bagaimana pendidikan dijalani oleh masyarakat.
Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu sistem atau
perangkat pendidikan, baik yang bersifat lunak (software) maupun keras
(hardware). Adapun salah satu perangkat pendidikan tersebut yakni undang-
undang, dalam hal ini Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang
pada proses selanjutnya memerlukan penjabaran dalam bentuk peraturan
pemerintah. Sebagai suatu perangkat lunak, keberadaan UU Sisdiknas ini
perlu dikaji dan dirumuskan secara proporsional. Karena UU Sisdiknas
tersebut berisikan bagaimana tujuan, visi, misi hingga mekanisme prosedural
pendidikan diatur dengan tidak melepaskan konteks sosial-politik pada saat itu
dan masa depan. Di Indonesia UU Sisdiknas ini tertuang dalam UU No. 20
Tahun 2003. Untuk operasionalnya, UU No. 20 Tahun 2003 tersebut masih
memerlukan penjabaran, dan salah satu penjabarannya tersebut tertuang dalam
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang akan penulis bahas dalam makalah ini beserta perubahannya
yang muncul dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013. Berdasarkan
uraian permasalahan di atas maka penulis tertarik mengkaji permasalahan ini
melalui sebuah makalah yang berjudul “Standar Nasional Pendidikan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang


dapat diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

2
1. Bagaimana pengertian standar nasional pendidikan?
2. Bagaimanakah konsepsi standar nasional pendidikan menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005?
3. Bagaimana pembaharuan peraturan pemerintah tentang Standar Nasional
Pendidikan dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 menjadi
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013?

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mendeskripsikan pengertian standar nasional pendidikan.
2. Untuk konsepsi standar nasional pendidikan menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.
3. Untuk memaparkan pembaharuan peraturan pemerintah tentang Standar
Nasional Pendidikan dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang yang diperoleh dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. Bagi penulis
Manfaat yang didapat penulis dalam penulisan makalah ini adalah dapat
memperbanyak pengalaman dalam menyusunan makalah dan juga
mendapat informasi tambahan mengenai standar nasional pendidikan.
2. Bagi pembaca
Manfaat yang diperoleh para pembaca setelah membaca makalah ini adalah
dapat memahami standar nasional pendidikan di Indonesia dan mengetahui
secara lebih mendalam tentang standar nasional pendidikan yang diterapkan
sekarang di Indonesia. Terlebih bagi kalangan tenaga pendidik bisa lebih
paham bahwa pendidikan di Indonesia mempunyai sebuah standar yang
digunakan sebagai acuan untuk menjadikan tenaga pendidik menjadi lebih
baik dan dapat lebih efektif dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga
pendidik yang profesional dan mampu bersaing, dimana acuan itu tiada lain
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.

3. Bagi Masyarakat

3
Makalah ini bisa memberi informasi kepada masyarakat tentang standar
nasional pendidikan di Indonesia dan penerapannya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standar Nasional Pendidikan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata “Standar”, diberi beberapa


arti antara lain, (1) ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan, (2) ukuran atau
tingkat biaya hidup, (3) sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat
dipakai sebagai ukuran nilai (harga), (4) baku yaitu standar dijadikan sebagai
pembakuan atau pedoman yang telah ditetapkan. Jadi, standar adalah ukuran atau
sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah yang nilainya tetap yang
dipakai sebagai pedoman.

Sedangkan kata nation berasal dari bahasa Latin “natio”. Kata “natio”
sendiri memiliki akar kata nasci, yang dalam penggunaan klasiknya cendrung
memiliki makna negatif (peyoratif). Ini karena kata nasci digunakan masyarakat
Romawi Kuno untuk menyebut ras, suku, atau keturunan dari orang yang
dianggap kasar atau yang tidak tahu adat menurut standar atau patokan moralitas
Romawi. Kata natio dari bahasa Latin ini kemudian diadopsi oleh bahasa-bahasa
turunan Latin seperti Perancis yang menerjemahkannya sebagai “nation”, yang
artinya bangsa atau tanah air. Juga bahasa Italia yang memakai kata “nascere”
yang artinya tanah kelahiran. Bahasa Inggris pun menggunakan kata “nation”
untuk menyebut sekelompok orang yang
dikenal atau diidentifikasi sebagai entitas berdasarkan aspek sejarah, bahasa, atau
etnis yang dimiliki oleh mereka. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa nasional adalah istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan
sebuah bangsa yang terdiri rakyat, wilayah dan kedaulatannya (Kaelan, 2008).

Secara etimologi kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat
awalan “pen” dan ahiran “an” yang berati perbuatan, hal, cara, yang berkenaan
dengan mendidik, pengetahuan tentang mendidik dan berarti pula pemeliharaan,
latihan- latihan, yang meliputi lahir dan batin (Watra, 2009). Sedangkan dalam
pengertian yang lazim digunakan, pendidikan adalah usaha membina dan
mengembangkan pribadi manusia baik aspek rohaniah maupun jasmaniah serta

5
berlangsung tahap demi tahap. Pendidikan dalam makna yang umum dapat diberi
arti sebagai komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang disusun untuk
menumbuhkan kegiatan belajar (Ihsan, 2005). Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara
(UUD RI No. 20 Tahun 2003). Jadi, dapat disimpulkan bahwa standar nasional
pendidikan adalah sesuatu yang telah sah dan dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan kegiatan pendidkan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Standar nasional pendidikan juga dapat
dimaknai sebagai kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP Nomor 19 Tahun
2005 pasal 1).

2.2 Konsepsi Standar Nasional Pendidikan menurut Peraturan Pemerintah


Nomor 19 Tahun 2005

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional


pendidikan ini merupakan penjabaran dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan ini
memiliki fungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional
yang bermutu (PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 3). Di samping itu, standar
nasional pendidikan memiliki tujuan untuk menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP Nomor 19 Tahun 2005
pasal 4).

Fungsi dan tujuan tersebut dapat diketahui, bahwa standarisasi pendidikan


nasional ini merupakan bentuk mencita-citakan suatu pendidikan nasional yang
bermutu. Standar nasional pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah

6
dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global (PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 2 ayat 3). Dalam
mengoperasionalisasikan standar nasional pendidikan, pemerintah telah
membentuk sebuah badan yang bertugas memantau, mengembangkan dan
melaporkan tingkat pencapaian standar nasional pendidikan, badan yang
dimaksud tersebut dikenal dengan nama Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP
adalah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan,
memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan (PP
No. 19 Tahun 2005 Pasal 1 penjelasan 22). BSNP ini memiliki beberapa
wewenang guna menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai pemantau dan
pengembang standar nasional pendidikan, wewenang tersebut meliputi:

1. Mengembangkan standar nasional pendidikan

2. Menyelenggarakan ujian nasional

3. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam


penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan

4. Merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang


pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, terdapat


delapan standar pendidikan nasional yang digarap oleh BSNP yaitu:

1. Standar Isi
Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.
Bagi pendidikan dasar dan menengah baik yang umum maupun kejuruan
kurikulumnya terdiri atas kelompok mata pelajaran: agama dan akhlak mulia,
kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika,
jasmani, olah raga dan kesehatan. Sedangkan kerangka dasar dan kurikulum
pendidikan tinggi dikembangkan oleh Perguruan Tinggi yang bersangkutan

7
untuk setiap prodi. Khusus kurikulum satuan pendidikan tinggi menurut pasal
9 (2) PP No. 19 Tahun 2005, wajib memuat mata kuliah Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Adapun
pasal yang terkait dengan standar isi yang tercantum dalam PP No. 19 Tahun
2005 antara lain:
a) Pasal 5 ayat 1 dan 2 yang (bagian kesatu umum)
b) Pasal 6 ayat 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 (bagian kedua kerangka dan struktur
kurikulum)
c) Pasal 7 ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 (kerangka dan struktur kurikulum
d) Pasal 8 ayat 1, 2, 3 (kerangka dan struktur kurikulum)
e) Pasal 9 ayat 1, 2, 3, 4 (kerangka dan struktur kurikulum)
f) Pasal 10 ayat 1, 2, 3 (bagian ketiaga beban belajar)
g) Pasal 11 ayat 1, 2, 3, 4 (beban belajar)
h) Pasal 12 ayat 1, dan 2 (beban belajar)
i) Pasal 13 ayat 1, 2, 3, 4 (beban belajar)
j) Pasal 14 ayat 1, 2, 3 (beban belajar)
k) Pasal 15 ayat 1, dan 2 (beban belajar)
l) Pasal 16 ayat 1, 2, 3, 4 , 5 (bagian keempat kurilikulum tingkat satuan
pendidikan)
m) Pasal 17 ayat 1, 2, 3, 4 (kurilikulum tingkat satuan pendidikan)
n) Pasal 18 ayat 1, 2, 3, (bagian kelima kalender pendidikan/Akademik)

2. Standar Proses
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan yang berstandar
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang lingkup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik, dan yang
terlebih penting dalam proses pembelajaran adalah memberikan
keteladanan. Untuk mendukung standar proses tersebut setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan penilaian
hasilnya yang standarnya dikembangkan oleh Badan Standar Nasional

8
Pendidikan (BSNP) yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Adapun pasal
yang terkait dengan standar proses yang tercantum dalam PP No. 19 Tahun
2005 antara lain:
a) Pasal 19 ayat 1, 2,3
b) Pasal 20
c) Pasal 21 ayat 1, 2
d) Pasal 22 ayat 1, 2, 3
e) Pasal 23
f) Pasal 24

3. Standar Kompetensi Lulusan


Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam penentuan lulusan peserta didik yang meliputi
kompetensi seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan
mata kuliah atau kelompok mata kuliah. Adapun pasal yang terkait dengan
standar kompetensi lulusan yang tercantum dalam PP No. 19 Tahun 2005
antara lain:
a) Pasal 25 ayat 1, 2, 3, 4
b) Pasal 26ayat 1, 2, 3, 4
c) Pasal 27 ayat 1 dan 2

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan dalam PP No. 19
Tahun 2005 ditetapkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik
dan kompetensi sebagai agen pembelajaran serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan kompetensi pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini (PAUD)
meliputi: kompetensi pedagogik kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Seseorang yang tidak memiliki ijazah
dan/atau sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan
diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melalui uji kelayakan dan

9
kesetaraan. Adapun pasal yang terkait dengan standar pendidikan dan tenaga
kependidikan yang tercantum dalam PP No. 19 Tahun 2005 antara lain:
a) Pasal 28 ayat 1, 2, 3, 4, 5 (Bagian kesatu pendidik)
b) Pasal 29 ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6 (pendidik)
c) Pasal 30 ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 , 8 (pendidik)
d) Pasal 31 ayat 1, 2, 3 (pendidik)
e) Pasal 32 ayat 1 dan 2 (pendidik)
f) Pasal 33 ayat 1 dan 2 (pendidik)
g) Pasal 34 (pendidik)
h) Pasal 35 ayat 1 dan 2 (Bagian kedua tenaga kependidikan)
i) Pasal 36 ayat 1 dan 2 (tenaga kependidikan)
j) Pasal 37 ayat 1 dan 2 (tenaga kependidikan)
k) Pasal 38 ayat 1, 2, 3, 4, 5 (tenaga kependidikan)
l) Pasal 39 ayat 1, 2, 3 (tenaga kependidikan)
m) Pasal 40 ayat 1, 2, 3 (tenaga kependidikan)
n) Pasal 41 ayat 1 dan 2

5. Standar Sarana dan Prasarana


Sarana pendidikan yang berstandar wajib dimiliki oleh setiap satuan
pendidikan mulai dari SD sampai PT yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis
pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Demikian juga prasarana yang
standar yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan yang meliputi lahan,
ruang kelas, ruang pimpinan, ruang pendidik (guru), ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,
ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga , tempat beribadah,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang-ruang lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Adapun pasal
yang terkait dengan standar sarana dan prasarana yang tercantum dalam PP
No. 19 Tahun 2005 antara lain:
a) Pasal 42 ayat 1 dan 2

10
b) Pasal 43 ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6
c) Pasal 44 ayat 1, 2, 3, 4, 5
d) Pasal 45 ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6
e) Pasal 46 ayat 1 dan 2
f) Pasal 47 ayat 1, 2, 3
g) Pasal 48

6. Standar Pengelolaan
Pada prinsipnya pengelolaan pendidikan pada pendidikan dasar
sampai dengan pendidikan tinggi mengacu pada paradigma masing-
masing jenjang. Pengelolaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang
bercirikan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas. Sedangkan pengelolaan pendidikan pada jenjang pendidikan
tinggi menerapkan otonomi perguruan tinggi dengan memberikan
kebebasan untuk mendorong kemandirian dalam pengelolaan akademik,
operasional, personalia, keuangan dan lingkup fungsional pengelolaan
lainnya. Adapun pasal yang terkait dengan standar pengelolaan yang
tercantum dalam PP No. 19 Tahun 2005 antara lain:
a) Pasal 49 ayat 1 dan 2 (Bagian kesatu standar pengelolaan oleh satuan
pendidikan)
b) Pasal 50 ayat 1,2,3 (standar pengelolaan oleh satuan pendidikan)
c) Pasal 51 ayat 1, 2, 3 (standar pengelolaan oleh satuan pendidikan)
d) Pasal 52 ayat 1, 2, 3,4, 5, 6 (standar pengelolaan oleh satuan
pendidikan)
e) Pasal 53 ayat 1, 2, 3, 4 (standar pengelolaan oleh satuan pendidikan)
f) Pasal 54 ayat 1, 2, 3, 4, 5 (standar pengelolaan oleh satuan pendidikan)
g) Pasal 55 (standar pengelolaan oleh satuan pendidikan)
h) Pasal 56 (standar pengelolaan oleh satuan pendidikan)
i) Pasal 57 (standar pengelolaan oleh satuan pendidikan)

11
j) Pasal 58 ayat 1,2, 3, 4, 5, 6,7, 8 (standar pengelolaan oleh satuan
pendidikan)
k) Pasal 59 ayat 1dan 2 (Bagian kedua standar pengelolaan oleh
pemerintah daerah)
l) Pasal 60 (Bagian ketiga standar pengelolaan oleh pemerintah)
m) Pasal 61 ayat 1 dan 2 (standar pengelolaan oleh pemerintah)

7. Standar Pembiayaan

Pembiayaan pendidikan yang berstandar menurut pasal 62 PP ini terdiri


atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi
meliputi penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan SDM, dan modal
kerja tetap. Biaya operasi meliputi gaji pendidik (guru) dan tenaga
kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji tersebut,
biaya bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, biaya operasi pendidikan
tidak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak dan asuransi. Biaya
personil meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik
untuk mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Adapun pasal yang terkait dengan standar pembiayaan yang tercantum dalam
PP No. 19 Tahun 2005 adalah Pasal 62 ayat 1, 2, 3, 4, 5.

8. Standar Penilaian Pendidikan

Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan


menengah dan pendidikan tinggi yang berstandar meliputi: penilaian hasil
belajar oleh pendidik dan oleh satuan pendidikan. Sedangkan untuk
pendidikan dasar dan menengah ada penilaian hasil belajar oleh
pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional (UN). Penilaian hasil belajar
oleh pendidik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dapat dalam
bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
dan ulangan kenaikan kelas yang dilakukan secara berkesinambungan.

12
Pada jejang pendidikan tinggi dapat dalam bentuk ujian tengah semester
dan ujian akhir semester serta bentuk lain yang diatur oleh masing-masing
perguruan tinggi. Adapun pasal yang terkait dengan standar penilaian
penndidikan yang tercantum dalam PP No. 19 Tahun 2005 antara lain:
a) Pasal 63 ayat 1, 2, 3 (Bagian kesatu umum)
b) Pasal 64 ayat 1,2, 3, 4, 5, 6, 7 (penilaian hasil belajar oleh pendidik)
c) Pasal 65 ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6 ( penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan )
d) Pasal 66 ayat 1, 2, 3 (penilaian hasil belajar oleh pemerintah)
e) Pasal 67 ayat 1, 2, 3 (penilaian hasil belajar oleh pemerintah)
f) Pasal 68 (penilaian hasil belajar oleh pemerintah)
g) Pasal 69 ayat 1, 2, 3, 4 (penilaian hasil belajar oleh pemerintah)
h) Pasal 70 ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (penilaian hasil belajar oleh pemerintah)
i) Pasal 71 (penilaian hasil belajar oleh pemerintah)
j) Pasal 72 ayat 1 dan 2 (kelulusan)

Delapan standar nasional pada akhirnya akan bermuara pada suatu


tujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat.Pemerintah mewajibkan setiap satuan pendidikan,
baik formal maupun nonformal untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan
yang dilakukan secara bertahap, sistematis dan terencana serta memiliki target dan
kerangka waktu yang jelas agar dapat memenuhi atau bahkan melampaui standar
nasional pendidikan (Denim, 2003).

Sebuah sistem pendidikan meniscayakan adanya sebuah evaluasi guna


mengontrol kinerja suatu satuan pendidikan, sehingga dengan adanya fungsi
kontrol tersebut tingkat efektivitas, produktivitas, berhasil dan gagalnya sistem
pendidikan dapat dipantau (Hasbullah, 2012). Sebagaiman tercantum dalam bab
XII pasal 78 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, bahwa evaluasi
pendidikan tersebut meliputi:

1. Evaluasi kinerja pendidikan yang dilakukan oleh satuan pendidiakn sebagai


bentuk akuntabilitas

13
2. Evaluasi kinerja pendidikan yang dilakukan pemerintah yaitu oleh menteri
pendidikan nasional. Setelah menerima hasil laporan evaluasi kinerja
pendidikan dari kabupaten atau kota, provinsi dan atau lembaga evaluasi
mandiri, kemudian menteri melakukan evaluasi komprehensif untuk menilai:
Tingkat relevansi pendidikan nasional terhadap visi, misi, tujuan dan
paradigma pendidikan nasional
3. Evaluasi kinerja pendidikan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
4. Evaluasi kinerja pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah daerah
kabupaten.
5. Evaluasi oleh lembaga evaluasi mandiri yang dibentuk masyarakat/ organisasi
profesi untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.

Di samping ikut serta dalam proses evaluasi kinerja pendidikan,


pemerintah juga berwenang dalam melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan
satuan pendidikan. Yang dimaksud akreditasi di sini adalah kegiatan penilaian
kelayakan program dan atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan (PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 1 penjelasan 21). Akreditasi oleh
pemerintah ini dilaksanakan oleh BAN-S/M (pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah), BAN-PT (pada jenjang pendidikan tinggi), dan BAN-PNF (pada
jenjang pendidikan nonformal). Badan Akreditasi Nasional tersebut berada di
bawah menteri dan bertanggung jawab kepada menteri.

Berkaitan dengan sertifikasi sebagai bukti legalitas pencapaian kompetensi


peserta didik, dalam bab XIV pasal 89 dijelaskan bahwa pencapaian kompetensi
akhir peserta didik dinyatakan dalam dokumen ijazah dan atau sertifikat
kompetensi yang diterbitkan oleh satuan pendidikan yang telah terakreditasi.
Dalam dokumen ijazah atau sertifikasi kompetensi tersebut setidaknya harus
mencantumkan identitas peserta didik, pernyataan yang menyatakan peserta didik
yang bersangkutan telah lulus dari penilaian akhir satuan pendidikan beserta
daftar nilai mata pelajaran yang ditempuhnya. Pernyataan tentang kelulusan
peserta didik dari Ujian Nasional beserta daftar nilai mata pelajaran yang diujikan,
dan pernyataan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah memenuhi seluruh
kriteria dan dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.

14
Selanjutnya, pada bab XVI pasal 94 tentang Ketentuan Peralihan
disebutkan bahwa pada saat mulai berlakunya peraturan pemerintah tentang
standar nasional pendidikan ini:

1. Badan Akreditasi Sekolah Nasional (BASNAS), Badan Akreditasi Nasional


Perguruan Tinggi (BANTA), Panitia Nasional Penilaian Buku Pelajaran
(PNPBP) masih tetap menjalankan tugas dan fungsinya sampai dibentuknya
badan baru berdasarkan Peraturan Pemerintahan ini.

2. Satuan Pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan Peraturan


Pemerintahan ini paling lambat 7 (tujuh) tahun.

3. Standar Nasional untuk peserta didik SD/MI/SDLB mulai dilaksanakan 3


(tiga) tahun sejak ditetapkan Peraturan Pemerintahan ini.

4. Penyelenggaraan Ujian Nasional dilaksakan oleh pemerintah sebelum BSNP


menjalankan tugas dan wewenangnya berdasarkan Peraturan Pemerintahan
ini.

2.4 Pembaharuan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional


Pendidikan dari PP Nomor 19 Tahun 2005 menjadi PP no 32 tahun 2013.

Pada tanggal 7 Mei 2013 lalu, Presiden Republik Indonesia, Susilo


Bambang Yudhoyono, telah menandatangani sebuah peraturan baru yaitu
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Berdasarkan konsideran dalam peraturan ini, perubahan peraturan ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan dengan dinamika perkembangan
masyarakat, lokal, nasional, dan global guna mewujudkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, serta perlunya komitmen nasional untuk meningkatkan mutu
dan daya saing bangsa (Auliani, 2013).

15
Setelah mencermati isi PP No. 32 Tahun 2013 ini, terlihat perubahan-
perubahan yang dilakukan tampaknya lebih cenderung berkaitan dengan pasal-
pasal yang berhubungan dengan kurikulum dan key area pembelajaran (standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian). Hal ini
tampak jelas dengan disisipkannya BAB XIA yang secara khusus berisi pasal-
pasal yang mengatur tentang kurikulum. Beberapa pasal dalam PP No. 19 tahun
2005 yang dihapus pun tampak lebih menggambarkan konsekuensi dari isi pasal-
pasal yang dituangkan dalam BAB XIA ini. Sementara untuk pasal yang berkaitan
dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, dan standar pembiayaan secara esensial tampaknya tidak
banyak perubahan yang signifikan. Berdasarkan hal tersebut pembaharuan
Peraturan Pemerintah ini salah satunya dilatari oleh semangat untuk mengganti
kurikulum yang berlaku saat ini dengan tetap melanjutkan ujian nasional, kecuali
untuk tingkat SD/MI, SDLB.

Adapun beberapa perubahan PP NO 19 TAHUN 2005 menjadi pp no 32


tahun 2013

NO PASAL PERUBAHAN
1 1 Ketentuan pasal 1 mengalami penambahan dan
perubahan penjelasan
2 2 Ketentuan Pasal 2 ayat (1) diubah dan di antara ayat
(1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu), ayat yakni ayat
(1a)
Di antara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 2A
3 3 Tetap
4 4 Tetap
5 5 Ketetuan pasal 5 mengalami perubahan dan
penambahan yakni pasal 5 A dan 5B
6 6-18 Dihapus
7 19 Ketentuan pasal 19 ayat (2) dihapus

16
8 20 Ketentuan pasal 20 mengalami perubahan
9 21 Tetap
10 22 Ketentuan pasal 22 ayat (3) dihapus
11 23-24 Tetap
12 25 Ketentuan pasal 25 ayat (2) dan (4) mengalami
perubahan dan ayat (3) dihapus
13 27-42 Tetap
14 43 Ketentuan pasal 43 ayat (5) mengalami perubahan
dan diantara ayat 5 dan ayat 6 disisipkan 1 ayat yakni
ayat 5A
15 44-63 Tetap
16 64 Ketentuan pasal 64 ayat (1) dan (2) diubah, diantara
ayat (2) dan (3) disisipkan 1 ayat yakni ayat 2A serta
ayat (3) sampai (7) dihapus_
17 65 Ketentuan ayat (2) dan (5) dihapus, serta ayat
(3),(4),(6) diubah
18 66 Tetap
19 67 Ketentuan pasal 67 mengalami penambahan diantara
ayat (1) dan (2) ditambahkan 1 ayat yakni ayat 1 A
20 68 Tetap
21 69 Ketentuan pasal 69 ayat (1) diubah dan diantara ayat
(2) dan (3) disispkan 1 ayat yakni ayat 2 A
22 70 Ketentuan pasal 70 ayat (1) dan (2) dihapus serta ayat
(4) diubah
23 71 Tetap
24 72 Ketentuan pasal 72 ayat (1) diubah dan diantara ayat
(1) dan (2) disispkan 1 ayat yakni ayat 1 A
25 73-75 Tetap
26 76 Ketentuan pasal 76 ayat (3) ditambah 1 huruf yakni
huruf e
27 Di antara BAB XI Dan BAB XII disisipkan 1 BAB yakni BAB XIA yang

17
mengatur tentang kurikulum yang meliputi pasal 77A (kerangka dasar), 77B
(struktur kurikulum secara umum), 77C (struktur kurikulum kompetensi
inti), 77D (struktur kurikulum kompetensi dasar), 77E (struktur kurikulum
beban belajar), 77F (silabus), 77G (struktur kurikulum pendidikan anak usia
dini formal), 77H (stuktur kurikulum pendidikan dasar), 77I, 77J (struktur
kurikulum pendidikan menengah), 77L (struktur kurikulum pendidikan
nonformal), 77M (kurikulum tingkat satuan pendidikan), 77N (muatan
lokal), 77O (dokumen kurikulum), 77P (pengelolaan kurikulum), 77Q
(evaluasi kurikulum)
28 78-88 Tetap
29 89 Ketentuan pasal 89 di antara ayat (3) dan (4)
disisipkan 1 ayat yakni ayat 3A
30 90-93 Tetap
31 94 Ketentuan pasal 94 diubah

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas maka hal-hal yangdapat disimpulkan
adalah sebagai berikut.
1. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan ini merupakan penjabaran dari Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, terdapat delapan standar pendidikan
nasional yang digarap oleh BSNP yaitu: standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar
penilaian pendidikan.
3. Perubahan-perubahan yang terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tampaknya lebih cenderung berkaitan dengan pasal-pasal
yang berhubungan dengan kurikulum dan pembelajaran (standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian). Hal
ini tampak jelas dengan disisipkannya BAB XIA yang secara khusus
berisi pasal-pasal yang mengatur tentang kurikulum.

19
3.2 Saran
Beberapa hal yang penulis rekomndasikan melalui makalah ini antara lain:
1. Melalui makalah ini diharapkan bagi seluruh Stakeholder dalam dunia
pendidikan agar memahami standar nasional pendidikan yang berlaku
di Indonesia saat ini, karena standar nasional pendidikan merupakan
pedoman dalam melaksanakan pendidikan.
2. Melalui makalah ini pula semua elemen masyarakat yang terlibat
dalam dunia pendidikan diharapkan memahami tujuan diadakannya
pembaharuan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 menjadi
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 agar tidak terjadi
kesalahpahaman.
3. Dengan memahami pembaharuan Peraturan Pemerintah tersebut
diharapkan pula seluruh masyarakat Indonesia mendukung segala
upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Auliani , Palupi Annisa. 2013. “PP Ini Hapus UN untuk SD Mulai Tahun Depan”.
Dalam http://edukasi.kompas.com/read/2013/05/15/07102778. Diakses
pada 19 Desember 2013.
Denim, sudarwan. 2003. Agenda pembaharuan sistem pendidikan. Yogyakarta:
pustaka pelajar.

Hasbullah. 2012. Dasar-dasar ilmu pendidikan (edisi revisi). Jakarta: PT raja


Grfindo persada.

Ihsan, H. Fuad. 2005. Dasar-dasar kependidikan. Jakarta: PT rineka ipta

Kaelan, M.S. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta:Pradigma.

Lembaran Negara Republik Indonesia.2005. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan Dengan. Dalam
http://lugtyasyonos3ip.staff.fkip.uns.ac.id/files/2011/12/1.-pp-no-19-
tahun-2005-tentang-snp.pdf. Diakses 19 Desember 2013.

Lembaran Negara Republik Indonesia.2013. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Dalam
http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/173768/PP0322013.pdf. Diakses 19
Desember 2013.

21
Sudrajat, Akhmad. 2013. “PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Standar
Nasional Pendidikan” . Dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/05/15/pp-no-32-tahun-2013/.
Diakses pada 20 Desember 2013.

Watra, I wayan, dkk. 2009. Filsafat pendidikan. Surabaya: Paramita

22

Anda mungkin juga menyukai