PENDAHULUAN
Di dalam dunia pertanian sering kali kita menjumpai istilah hibrida, lalu apa yang
dimaksud dengan hibrida? Hibrida adalah generasi keturunan pertama (F1) dari suatu
persilangan tanaman yang berbeda secara genetik. Varietas hibrida adalah varietas yang
dikembangkan dari hibrida F1 dan menggunakannya sebagai tanaman produksi. Hibrida
(hybrid) juga dapat diartikan sebagai individu hasil perkawinan secara alami atau sengaja
antara dua jenis tumbuhan dalam satu famili, baik antar marga maupun antar jenis dalam satu
marga sehingga memunculkan sifat-sifat unggul. Jadi benih hibrida merupakan benih hasil
persilangan antara dua varietas tanaman sejenis yang berbeda sifat induknya untuk
didapatkan sifat unggul dari masing-masing induknya.
Saat ini jagung sudah dikonsumsi sebagai pangan fungsional. Pangan fungsional saat
ini mulai berkembang, seiring dengan semakin tingginya permintaan akan pangan fungsional
dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan, meningkatnya penderita penyakit degeneratif
dan populasi lansia, pengembangan produk komersial dan berkembangnya teknologi pangan.
Jagung sebagai bahan pangan akan semakin diminati konsumen, terutama bagi yang
mementingkan pangan sehat, dengan harga terjangkau bagi semua kalangan.
Selain untuk pangan,jagung juga banyak digunakan untuk pakan. Data menunjukkan
sekitar 60% jagung di Indonesia digunakan sebagai bahan baku industri, 57% di antaranya
untuk pakan. Oleh karena itu, kami memilih Jagung Manis Varietas Bonanza dan Jagung
Varietas Srikandi Kuning untuk memperoleh jagung dengan rasa manis dan kandungan
nutrisi yang tinggi sehingga baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Adapun karakteristik dari varietas yang akan dirakit, yaitu:
Deskripsi Jagung Manis Varietas Pengusul : PT. East West Seed Indonesia
Bonanza Peneliti : Jim Lothlop (East West Seed
Asal : East West Seed Thailand Thailand), Tukiman Misidi dan Abdul
Silsilah : G-126 (F) x G-133 (M) Kohar (PT. East West Seed Indonesia)
Golongan varietas : hibrida silang tunggal
Umur mulai keluar bunga betina : 55 – 60 Deskripsi Jagung Varietas Srikandi
hari setelah tanam Kuning
Umur panen : 82 – 84 hari setelah tanam
Umur : Berbunga jantan54-56 hari
Berat per tongkol dengan kelobot : 467 –
Berbunga betina : 56-58 hari
495 g
Masak fisiologis : 105-110 hari
Berat per tongkol tanpa kelobot : 300 –
Tinggi tanaman : + 185 cm
325 g
Warna malai : Kemerahan tua
Jumlah tongkol per tanaman : 1 – 2
Warna rambut : Kemerahan tua
tongkol
Keragaman tanaman : Seragam (96-98%)
Warna biji : kuning
Tongkol : Sedang dan silindris
Tekstur biji : halus
Kelobot : Menutup baik (95-97%)
Rasa biji : manis
Tipe biji : Semi mutiara, (semi flint)
Kadar gula : 13 – 15o brix
Warna biji : Kuning
Daya simpan tongkol dengan kelobot pada
Baris biji : Lurus dan rapat
suhu kamar (siang 29 – 31oC,
Jumlah baris/tongkol : 12-14 baris
malam 25 – 27oC) : 3 – 4 hari setelah
Bobot 1.000 biji : + 275 g
panen
Endosperm : Protein: 10,38%;
Hasil tongkol dengan kelobot : 33,0 – 34,5
Lisin: 0,477%;
ton/ha
Triptofan: 0,093%
Jumlah populasi per hektar : 53.000
tanaman (2 benih per lubang) Rata-rata hasil : 5,40 t/ha pipilan kering
Kebutuhan benih per hektar : 9,4 – 10,6 g (ka. 15%)
Keterangan : beradaptasi dengan baik di
Potensi hasil : 7,92 t/ha pipilan kering (ka.
dataran tinggi dengan altitude 900 – 1.200
15%)
m dpl
BAB II
AA X AA BB X BB
S1 S1
AA X AA BB X BB
S2 S2
AA X AA BB X BB
S3 S3
AA X AA BB X BB
S4 S4
AA BB
(A) (B)
(AABB)
Setelah mendapatkan galur murni, perhitungan nilai heterosis, DGU dan DGK perlu
diperhatikan untuk dapat memilih tetua dari galur-galur murni setelah melakukan selfing.
Rata-rata galur yang memiliki hasil nilai heterosis, DGU, dan DGK yang tinggi akan
berpotensi memiliki peluang untuk menghasilkan tetua hibrida yang baik. Sementara apabila
galur memiliki nilai heterosis, DGU dan DGK yang rendah (minus) maka tetua tersebut tidak
perlu dipakai untuk persilangan selanjutnya. Heterosis atau vigor hibrida adalah keadaan di
mana vigor dari suatu hibrida (F1), yaitu hasil persilangan antara 2 tetua (P1 dan P2)
melebihi vigor dari rerata kedua tetuanya atau vigor dari salah satu tetua terbaik. Apabila
rerata turunan F1 melebihi kedua tetuanya disebut heterobeltiosis. Daya gabung umum dan
daya gabung khusus merupakan parameter genetik yang biasa digunakan untuk
mengidentifikasi potensi galur-galur inbrida dalam perakitan varietas jagung hibrida.
Pengujian daya gabung umum dimaksudkan untuk mengidentifikasi galur inbred yang dapat
menghasilkan hibrida dengan penampilan umum baik jika disilangkan dengan sejumlah galur
inbrida lainnya. Pengujian daya gabung khusus dimaksudkan untuk mengidentifikasi
pasangan galur inbred yang menghasilkan penampilan hibrida terbaik.
Sumber : cals.cornell.edu
Pada Persilangan A x B digunakan Jagung Manis Varietas Bonanza sebagai
tetua betina dan Jagung varietas Srikandi Kuning sebagai tetua jantan. Varietas yang
disilangkan tersebut sudah dilakukan selfing terlebih dahulu, kemudian hasil
persilangan akan didapatkan F1.
Agar terjadinya penyerbukan sesuai yang diinginkan pada tanaman jagung
dilakukan cara penyerbukan secara manual.
DAFTAR PUSTAKA
http://pangan.litbang.pertanian.go.id/files/Perbenihanjagunghibrida.pdf
http://pangan.litbang.pertanian.go.id/files/PerakitanVarietas.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34551/1/Appendix.pdf
http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/M/M0105/M010532.pdf
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/wr264048.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=184953&val=6406&title=Heterosis%20dan%2
0Heterobeltiosis%20pada%20Persilangan%205%20Genotip%20Cabai%20dengan%20Metode%20Dia
lil