A. Latar Belakang
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
menanamkan perilaku sopan santun pada peserta didik merupakan salah satu unsur
sekolah. Orang tua tidak dapat sepenuhnya membebankan proses pendidikan anaknya
pada sekolah. Oleh karena itu kerjasama antara sekolah dan orang tua di rumah bahkan
masyarakat lingkungan dimana anak tinggal dalam mendidikan anak agar berkembang
anak didik yang tidak hanya memiliki kompetensi bidang kognitif semata atau pandai
secara intelektual namun hendaknya juga memiliki akkhlak mulia. Dengan bekal
akhlak mulia ini anak akan berkembang menjadi anak yang baik dan akan menjadi
dewasa kelak memiliki karakter yang kuat bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi
oleh pendidikan formal, informal dan non-formal. Penerapan pendidikan akhlak pada
anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin agar kualitas anak yang berakhlak mulia
sebagai bekal khusus bagi dirinya, umumnya bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan
agama.
dapat menyeret mereka pada moral dan pendidikan yang buruk dalam masyarakat, dan
kenyataan kehidupan yang pahit penuh dengan “kegilaan”, betapa banyak sumber
kejahatan dan kerusakan yang menyeret mereka dari berbagai sudut dan tempat
rumah maupun sekolah. Tanpa disadari, budaya bahasa sopan dan santun yang
seharusnya menjadi ciri khas bangsa Indonesia saat ini seakan mulai terkikis, bahkan
di dalam lingkungan sekolah yang idealnya mengharuskan setiap orang yang berada
di lingkungan tersebut untuk bertutur kata dan berbahasa yang sopan dan santun.
Tanpa kita sadari, budaya bahasa sopan dan santun selama ini pada diri setiap
siswa seakan luput dari pengawasan. Betapa tidak, meskipun penerapan bahasa yang
baik melalui pembelajaran bahasa dan agama diterapkan di sekolah. Namun demikian
juga pada aspek pengetahuan, bukan pada aspek penerapan yang ditunjukkan pada
sikap siswa. Oleh karena itu, mungkin fokus penilaian pada mata pelajaran tersebut
perlu ditambahkan dengan penilaian aspek efektif melalui pengamatan dari guru.
khususnya penggunaan bahasa sopan dan santun perlu dibuat agar arah dari
pembentukan karakter siswa lebih mudah dilakukan dan terukur. Kondisi ini juga
diperparah dengan minimnya pengawasan orang tua terhadap penggunaan bahasa anak
Untuk itu, perlu adanya suatu upaya efektif melalui pembiasaan dan
pengawasan budaya bahasa sopan dan santun pada anak dari semua pihak baik di
B. Permasalahan
Kondisi seperti yang dijelaskan pada latar belakang di atas juga terjadi di SDN
2 Kualasimpang. Penulis sebagai salah satu guru di sekolah tersebut, melihat dan
menilai bahwa penggunaan bahasa sopan dan santun mulai terkikis pada diri siswa
SDN 2 Kualasimpang. Kondisi seperti ini akan berkembangan menjadi lebih buruk
jika tidak dilakukan suatu upaya efektif dalam membudayakan bahasa sopan dan
santun pada diri siswa dalam pergaulannya sehari-hari baik di lingkungan sekolah
maupun di rumah.
Selain itu, bercermin pada diri sendiri sebagai guru, peneliti menyadari bahwa
selama ini minim dalam mengawasi penggunaan bahasa siswa dalam pergaulannya di
lingkungan SDN 2 Kualasimpang. Hal ini juga mungkin dialami oleh guru dan warga
Tujuan yang diharapkan dapat tercapai disini adalah penggunaan bahasa sopan
dan santun pada siswa dalam pergaulannya sehari-hari di sekolah dapat menjadi suatu
budaya dan pembiasaan positif yang mencerminkan jati diri seorang pelajar yang
berakhlak mulia.
pengajar dan pendidik siswa di sekolah yang tidak hanya memberikan pengajaran
3. Orang tua siswa sebagai wujud tanggung jawabnya dalam mendidik dan mengawasi
Harus disadari bahwa merubah perilaku merupakan suatu hal yang sulit,
pembiasaan dan cara yang efektif efektif, maka perubahan perilaku tersebut khususnya
penggunaan bahasa sopan dan santun pada diri siswa data terwujud.
Pembentukan anak (siswa) untuk menjadi anak yang memiliki bahasa sopan
dan santun dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan di sekolah, di rumah,
dan di lingkungan tempat tinggal anak dapat ditanamkan melalui proses pembudayaan.
Dalam hal ini penulis memaparkan beberapa hal yang akan coba diterapkan dalam
Sebelum menerapkan suatu peraturan pada anak, maka sangat perlu untuk terlebih
dahulu mengenal pribadi dan karakteristik anak. Setiap anak berbeda satu sama lain,
perbedaan itu baik karena karakteristik dan sifatnya maupun latar belakang
kehidupannya. Untuk itu, hal pertama yang harus dipelajari guru dalam upaya
membudayakan bahasa sopan dan santun pada anak adalah dengan mempelajari,
2. Sosialisasi
Dalam membudayakan perilaku berbahasa sopan dan santun pada anak, perlu
dilakukan sosialisasi pada anak tentang adab/tata cara penggunaan bahasa yang
sopan dan santun. Meskipun pembelajaran bahasa sopan dan santun pada anak telah
rumah oleh orang tua, tingkat penerimaan dan pemahaman anak tentu berbeda-
beda. Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi kepada anak mengenai adab/tata cara
penggunaan bahasa yang baik. Cara sosialisasi dapat dilakukan secara lebih
sederhana dan terkesan santai, baik itu melalui komunikasi guru dengan siswa
siswa. Pada intinya pesan mendidik yang disampaikan guru kepada siswa dapat
diserap dan dipahami siswa tanpa harus siswa merasa diajari layaknya proses
Wawasan dan pemahaman perlu diberikan kepada siswa agar siswa tahu apa yang
benar dan salah. Terkait dengan upaya membudayakan bahasa sopan dan santun
pada siswa, guru harus senantiasa mengajarkan kepada anak cara berperilaku
bahasa yang sopan dan santun, sehingga wawasan dan pemahaman anak terhadap
pemahaman ini dapat dilakukan baik selama proses belajar mengajar di kelas
maupun dalam komunikasi sehari-hari guru dengan siswa di sekolah. Guru dapat
bagaimana seharusnya berbahasa yang baik dan ganjaran apa yang diterima jika
berbahasa yang tidak sopan dan santun dari sudut pandang agama.
Membudayakan perilaku berbahasa sopan dan santun pada siswa akan sulit
terwujud jika guru tidak melakukan pendekatan personal kepada siswa. Guru harus
giat dalam melakukan pendekatan personal kepada siswa agar mudah memahami
kepada siswa.
5. Melakukan pengawasan
Setelah pembiasaan budaya berbahasa sopan dan santun kepada siswa diterapkan
oleh guru, maka selanjutnya guru perlu melakukan pengawasan terhadap perilaku
instrumen yang memastikan bahwa pembiasaan budaya berbahasa yang sopan dan
6. Menerapkan hukuman/sanksi
dan taat pada nilai-nilai pengajaran yang diberikan guru kepada siswa dalam
berbahasa sopan dan santun. Bentuk hukuman/sanksi ini dapat berupa tidak
diizinkannya siswa untuk keluar bermain pada jam istirahat atau bentuk-bentuk
Pembiasaaan berbahasa sopan dan santun di sekolah juga tidak akan terwujud jika
pembiasaan yang sama tidak dilakukan oleh orang tua di rumah. Untuk itu, dalam
membudayakan berbahasa sopan dan santun, guru dan orang tua harus menjalin
hubungan komunikasi yang baik. Melalui komunikasi yang baik ini, baik guru
maupun orang tua dapat saling mengetahui dan memahami pola penggunaan bahasa
anak dan bagaimana upaya merubah perilaku bahasa anak yang buruk.
perkembangan siswa. Terlihat dampak positif yang muncul dimana sebagian anak
sudah mulai berubah perilaku bahasanya yang dulu sering mengucapkan kata-kata
kotor (tidak sopan), sekarang menjadi lebih sopan dan santun dalam berbahasa dengan
teman sejawatnya. Hanya saja dampaknya bisa dikatakan masih dalam skala kecil,
karena upaya pembiasaan budaya berbahasa sopan dan santun ini belum dilakukan
Menurut penulis hal ini dapat dimaklumi karena melakukan perubahan perilaku
kegigihan semua pihak agar terwujudnya budaya berbahasa yang sopan dan santun.
Tapi penulis merasa sangat yakin bahwa dengan dukungan dan kerjasama semua
A. Simpulan
jawab semua pihak, baik orang tua, guru dan masyarakat, karena siswa merupakan
generasi penerus bangsa yang bertugas menjaga dan mempertahankan budaya bangsa
di masa yang akan datang. Pembudayaan ini harus dilakukan dengan menerapkan pola-
pola efektif dan sistematis. Selain itu, dibutuhkan kesabaran, ketekunan dan kegigihan
dari semua pihak agar terwujud budaya berbahasa sopan dan santun pada anak.
merupakan salah satu bagian terpenting dalam merubah perilaku bahasa anak. hal ini
dikarenakan orang tua dan guru merupakan sosok yang paling utama dalam pendidikan
anak sehari-hari.
B. Saran
1. Membudayakan bahasa sopan dan santun pada siswa harus dilakukan secara massif
2. Guru harus melakukan pendekatan yang lebih bersahabat dan menciptakan suasana
komunikasi dan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, agar siswa merasa
kesadaran siswa bahwa berbahasa yang sopan dan santun adalah ciri khas dirinya
sendiri.
3. Guru dan orang tua harus senantiasa membangun dan menjalin komunikasi yang
efektif dan intensif dalam upaya membudayakan bahasa sopan dan santun pada
anak.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=731
05:pendi dikan-budi-pekerti&catid=85:opini&Itemid=134.