Anda di halaman 1dari 6

Korosi Galvanik

Korosi galvanik terjadi apabila berada dalam lingkungan lembab dan ada cairan
elektrolit. Jika tembaga dan besi diletakkan pada daerah lembab dan ada elektrolit, maka akan
terjadi aliran arus dari besi ke tembaga. Dalam hal ini korosi galvanik telah berlangsung,
logam yang kurang mulia akan menjadi anoda karbon
Adapun cara penanggulangan korosi galvanic yaitu:
a. Menghindari kontak logam yang berbeda (logamnya harus sama)
b. Mencegah kontak listrik antara 2 komponen logam
c. Penggunaan pengaruh luas permukaan
d. Menghindari daerah yang basah pada logam
e. Menghindarkan terjadinya hubungan galvanik logam, hal ini dapat dilakukan dengan cara
memilih material yang memiliki potensial yang ridak jauh berbeda (berdekatan pada galvanik
series) pada saat perencanaan.
f. Mengotrol anoda, apabila hubungan galvanik tidak dapat dihindarkan maka logam yang
menjadi daerah anoda hendaknya diperluas/dibuat lebih tebal. Secara ekonomi akan lebih
baik lagi melakukan dengan membuat anoda menjadi bagian yang mudah diganti.
g. Menghindarkan terjadinya cacat lapisan, pada pelapisan logam hubungan galvanik akan
terjadi apabila lapisannya pecah, oleh karena itu pada saat proses pelapisan dilakukan harus
dihindarkan terjadinya cacat pelapisan yang dapat menjadi anoda yang sangat kecil.

Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi dwilogam.
Korosi ini terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda dalam suatu lingkungan
yang sama dan saling berhubungan. Hal ini terjadi karena dihasilkan suatu beda potensial
diantara logam tesebut.
Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda
(katoda dan anoda), elektrolit dan arus listrik. Logam yang berfungsi sebagai anoda adalah
logam yang sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau mempunyai potensial korosi lebih
negatif. Pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi atau reaksi pelarutan sedangkan pada katoda
terjadi reaksi reduksi logam atau tidak terjadi reaksi apa-apa dengan cara proteksi katodik.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korosi galvanik


yaitu diantaranya:
1. Lingkungan, tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari lingkungannya.
Pada umumnya logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah dalam suatu lingkungan
berfungsi sebagai anoda.
2. Jarak, laju korosi pada umumnya paling besar pada daerah dekat pertemuan kedua logam.
Laju korosi berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari pertemuan kedua logam
tersebut. Pengaruh jarak ini tergantung pada konduktivitas larutan dan korosi galvanik dapat
diketahui dengan adanya serangan korosi lokal pada daerah dekat pertemuan logam.
3. Luas penampang, yang dimaksud dengan luas penampang elektroda terhadap korosi
galvanik adalah pengaruh perbandingan luas penampang katodik terhadap anodik. Jika luas
penampang katodik jauh lebih besar dari pada katoda. Makin besar rapat arus pada daerah
anoda mengakibatkan laju korosi makin cepat pula. Korosi di daerah anodik akan menjadi
100-1000 kali lebih besar jika dibandingkan dengan keseimbangan luas penampang anodik
dan katodik.

Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi.
Sebagian orang mengartikan korosi sebagai karat, yakni sesuatu yang hampir
dianggap sebagai musuh umum masyarakat. Karat (rust) adalah sebutan yang belakangan ini
hanya dikhususkan bagi korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang
mempengaruhi hampir semua logam.Walaupun besi bukan logam pertama yang
dimanfaatkan oleh manusia, tidak perlu diingkari bahwa logam itu paling banyak digunakan,
dan karena itu, paling awal menimbulkan masalah korosi serius. Karena itu tidak
mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir dianggap sinonim (Chamberlain, 1991).
Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron antara
pereaksi, yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah. Dari sejarahnya, istilah oksidasi
diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi
dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian
pengangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut
dengan oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain dimana baiik oksigen maupun hidrogen yang
tidak ambil bagian belum bisa dikelompokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum definisi
oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan
elektron, disusun orang (Svehla, 1990).
Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvanik yang mempunyai hubungan pendek
dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai katoda dan lainnya sebagai
anoda, dan rangkaian listrik dilengkapi oleh aliran electron menuju besi itu sendiri. Sel
elektrokimia terbentuk pada bagian logam dimana terdapat pengotor atau di daerah yang
terkena tekanan (Oxtoby, dkk., 1999).
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi
adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s)<--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana
dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode,
bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Besi yang murni adalah logam yang berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Ia melebur
pada suhu 1535oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung
sejumlah kecil karbida, silsida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat
pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Berbeda dengan
tembaga, tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Melebur
pada 1038o+C. Karena potensial elektroda standarnya positif, ia tidak larut dalam asam
klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla,
1990).
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa
korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih
mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawabesi oksida atau besi sulfida,
setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja
atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang
menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap
elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam dapat terkorosi dan kecepatan
laju korosi suatu logam. Suatu logam yang sama belum tentu mengalami kasus korosi yang
sama pula pada lingkungan yang berbeda. Begitu juga dua logam pada kondisi lingkungan
yang sama tetapi jenis materialnya berbeda, belum tentu mengalami korosi yanga sama. Dari
hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi
korosi suatu logam, yaitu faktor metalurgi dan faktor lingkungan.
1. Faktor Metalurgi
Faktor metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam dapat tahan
terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi pada suatu kondisi, jenis korosi
apa yang paling mudah terjadi, dan lingkungan apa yang dapat menyebabkan terkorosi,
ditentukan dari faktor metalurgi tersebut.
Yang termasuk dalam faktor metalurgi antara lain :
a. Jenis logam dan paduannya
Pada lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi.Sebagai contoh,
aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan tanah dan air biasa, sedangkan
Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat dengan mudah terkorosi.
b. Morfologi dan homogenitas
Bila suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka paduan
tersebut akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yang berbeda-beda pada tiap
daerahnya.
c. Perlakuan panas
Logam yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur kristal atau
perubahan fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada temperatur 500-800 0C terhadap baja
tahan karat akan menyebabkan terbentuknya endapan krom karbida pada batas butir. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya korosi intergranular pada baja tersebut. Selain itu, beberapa
proses heat treatment menghasilkan tegangan sisa. Bila tegangan sisa tesebut tidak
dihilangkan, maka dapat memicu terjadinya korosi retak tegang.

d. Sifat mampu fabrikasi dan pemesinan


Merupakan suatu kemampuan material untuk menghasilkan sifat yang baik setelah
proses fabrikasi dan pemesinan. Bila suatu logam setelah fabrikasi memiliki tegangan sisa
atau endapan inklusi maka memudahkan terjadinya retak.

2. Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:
a. Komposisi kimia
Ion-ion tertentu yang terlarut di dalam lingkungan dapat mengakibakan jenis korosi yang
berbeda-beda.Misalkan antara air laut dan air tanah memiliki sifat korosif yang berbeda
dimana air laut mengandung ion klor yang sangat reaktif mengakibatkan korosi.Gambar
berikut menunjukkan pengaruh komposisi elemen paduan terhadap ketahan korosi terhadap
paduan tembaga.

b. Konsentrasi
Konsentrasi dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi kecepatan
korosi yang terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada laju korosi yang berbeda dari
besi yang tercelup dalam H2SO4 encer atau pekat, dimana pada larutan encer, Fe akan mudah
larut dibandingkan dalam H2SO4 pekat. Pengaruh konsentrasi terhadap laju korosi dapat
dilihat pada gambar berikut.

Suatu logam yang berada pada lingkungan dengan kandungan O2 yang berbeda akan
terbagi menjadi dua bagian yaitu katodik dan anodik. Daerah anodik terbentuk pada media
dengan konsentrasi O2 yang rendah dan katodik terbentuk pada media dengan konsentrasi O2
yang tinggi.
c. Temperatur
Pada lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi dibandingkan
dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi kinetika reaksi kimia akan
meningkat.
Gambar berikut menunjukkan pengaruh temperatur terhadap laju korosi pada Fe.
Semakin tinggi temperatur, maka laju korosi akan semakin meningkat, namun menurunkan
kelarutan oksigen. Sehingga pada suatu sistem terbuka, diatas suhu 800C, laju korosi akan
mengalami penurunan karena oksigen akan keluar sedangkan pada suatu sistem tertutup, laju
korosi akan terus menigkat karena adanya oksigen yang terlarut.

d. Gas, cair atau padat


Kandungan kimia di medium cair, gas atau padat berbeda-beda. Misalkan pada gas,
bila lingkungan mengandung gas asam, maka korosi akan mudah terjadi (contohnya pada
pabrik pupuk). Kecepatan dan penanganan korosi ketiga medium tersebut juga dapat berbeda-
beda.Untuk korosi di udara, proteksi katodik tidak dapat dilakukan, sedangkan pada medium
cair dan padat memungkinkan untuk dilakukan proteksi katodik.
e. Kondisi biologis
Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat menyebabkan terjadinya korosi
mikrobial terutama sekali pada material yang terletak di tanah.Keberadaan mikroorganisme
sangat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang mempengaruhi kecepatan korosi pada suatu
material.

Anda mungkin juga menyukai