Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia dan merupakan modal
setiap warga negara dan setiap bangsa dalam mencapai tujuannya dan mencapai
kemakmuran. Seseorang tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya jika dia
berada dalam kondisi tidak sehat. Sehingga kesehatan merupakan modal setiap individu
untuk meneruskan kehidupannya secara layak.

Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap warga negara


memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan. Sebagai
suatu kebutuhan dasar, setiap individu bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan
hidup dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga pada
dasarnya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan adalah tanggung jawab
setiap warganegara.

Meskipun upaya untuk memenuhi kebutuhan bidang kesehatan melekat pada


setiap warga negara, namun mengingat karakteristik barang/jasa kesehatan tidak dapat
diusahakan/diproduksi sendiri secara langsung oleh masing-masing warga negara,
melainkan harus ada pihak lain yang secara khusus memproduksi dan menyediakannya,
maka penyediaan barang/jasa bidang kesehatan mutlak memerlukan keterlibatan
pemerintah untuk:

1. Menjamin tersedianya barang/jasa kesehatan yang dapat diperoleh warga negara


yang memerlukan sesuai dengan kebutuhannya;
2. Menyediakan barang/jasa kesehatan bagi warga negara yang tidak mampu
memenuhi kebutuhannya di bidang kesehatan.

Mengingat kebutuhan warga negara terhadap barang/jasa kesehatan sangat vital


dan dengan karakteristik barang/jasa kesehatan yang unik dan kompleks, maka peranan
pemerintah di bidang kesehatan harus distandarisasi agar warga negara dapat memenuhi
kebutuhannya di bidang kesehatan.

1
Sejak era reformasi urusan pemerintahan secara bertahap diserahkan dari
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah (Pemda) dan hal ini sesuai dengan pasal 18
ayat (6) amandemen UUD 1945 yang menyatakan bahwa pemerintahan daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya. Peraturan terakhir yang mengatur tentang
pembagian urusan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah UU Nomor 23
Tahun 2014 yang merupakan pengganti UU Nomor 32 Tahun 2004. Pada UU 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, kesehatan adalah satu dari enam urusan concurrent
(bersama) yang bersifat wajib dan terkait dengan pelayanan dasar. Enam urusan tersebut
adalah:

1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman
5. Ketentraman dan ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat
6. Sosial

Karena kondisi kemampuan sumber daya Pemda di seluruh Indonesia tidak sama
dalam melaksanakan keenam urusan tersebut, maka pelaksanaan urusan tersebut diatur
dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk memastikan ketersediaan layanan
tersebut bagi seluruh warga negara. SPM sekurangnya mempunyai dua fungsi yaitu (i)
memfasilitasi Pemda untuk melakukan pelayanan publik yang tepat bagi masyarakat dan
(ii) sebagai instrumen bagi masyarakat dalam melakukan kontrol terhadap kinerja
pemerintah di bidang pelayanan publik bidang kesehatan.

Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga
negara secara minimal.

SPM dengan konsep baru ini mengalami perubahan yang cukup mendasar dari
konsep SPM sebelumnya. Bila pada SPM yang lalu pencapaian target-target SPM lebih
merupakan kinerja program kesehatan maka pada SPM ini pencapaian target-target
tersebut lebih diarahkan kepada kinerja Pemda. Pencapaian target SPM, bersama-sama

2
dengan program prioritas lain, menjadi indikator apakah kinerja Kepala Daerah dinilai
baik atau tidak dan sebagaimana telah diatur dalam UU 23 Tahun 2014 maka ada
konsekuensi tertentu atas tercapai/tidaknya indikator-indikator ini.

SPM juga akan berfungsi sebagai instrumen untuk memperkuat pelaksanaan


Performance Based Budgeting. UU 23 Tahun 2014 juga mengamanatkan pada Pemda
untuk benar-benar memprioritaskan belanja daerah untuk mendanai urusan pemerintahan
wajib yang terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan SPM (pasal 298).
Kedepannya nanti pengalokasian DAK ke daerah akan berdasar pada kemampuan daerah
untuk pencapaian target-target SPM, daerah dengan kemampuan sumber daya yang
kurang akan menjadi prioritas dalam pengalokasian DAK.

Hal-hal tersebut di atas membuat seluruh elemen akan bersatu padu berbenah
untuk bersama-sama menuju pencapaian target-target SPM, termasuk di dalamnya adalah
pemenuhan sumber daya manusia kesehatan terutama di level Puskesmas sesuai
Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama akan menjadi unit terdepan dalam
upaya pencapaian target-target SPM.

Implementasi SPM juga menjadi sangat strategis dalam kaitannya dengan


pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang sampai saat ini masih bermasalah
dengan adanya defisit anggaran. Implementasi SPM akan memperkuat sisi promotif –
preventif sehingga diharapkan akan ber-impact pada penurunan jumlah kasus kuratif yang
harus ditanggung oleh JKN.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 18 Tahun


2016 Tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Tahun 2017 berisi arah kebijakan pembangunan daerah yaitu untuk
menjamin sinergisitas program pembangunan nasional dan daerah, dimana penyusunan
RKPD Tahun 2017 berdasarkan arah kebijakan pembangunan daerah dengan
memperhatikan prioritas dan sasaran pembangunan nasional. Arah kebijakan
pembangunan daerah tersebut berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM)
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemeritahan Daerah

3
bahwa terdapat 6 (enam) urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan
dasar yang terdiri dari Pendidikan; Kesehatan; Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman; Ketentraman, Ketertiban Umum dan
Perlindungan Masyarakat; dan Sosial serta beberapa prioritas lainnya.

Dalam rangka penerapan SPM Bidang Kesehatan diperlukan Petunjuk Teknis


Pelaksanaan SPM yang menjelaskan langkah operasional pencapaian SPM Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota sebagai acuan bagi pemerintah daerah dengan
memperhatikan potensi dan kemampuan daerah.

Sesuai dengan peraturan Mentri Kesehatan No. 43 tahun 2016 tentang standar
pelayanan minimal di bidang kesehatan pada bagian Pelayanan Kesehatan pada Usia
Produktif, bahwa Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan skrining
kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 15–59 tahun di wilayah kerjanya dalam
kurun waktu satu tahun

Untuk itu dalam penyusunan laporan Puskesmas Beber ini disajikan data maupun
informasi hasil dari eksplorasi kinerja Puskesmas Beber yang terkait dari pencapaian
implementasi Managemen dan Administrasi, pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan pelaksanaan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) serta program akselerasi
yang berupa Inovatif program sebagai penunjang dari kesehatan dasar, maupun
pencapaian lainnya yang berkaitan dengan perkuatan performance Puskesmas. Informasi
ini sangat diperlukan dalam rangka evaluasi pengukuran keberhasilan, pembuatan
perencanaan kerja maupun pemantauan dan penentuan sasaran dalam pembangunan
kesehatan di wilayah kerja UPT Puskesmas DTP Beber.

1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Membantu meningkatkan cakupan pencapaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
Cirebon dalam memberikan pelayanan skrining kesehatan warga negara berusia usia
15–59 tahun yang mendapat pelayanan skrining kesehatan sesuai standar di wilayah
kerja UPT Puskesmas DTP Beber.

4
b. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran pencapaian pelaksanaan 6 (enam) program wajib dan 9
(sembilan) program pengembangan;
2. Diketahuinya pencapaian kinerja Puskesmas Beber (PKP);
3. Diketahuinya permasalahan dalam pencapaian kinerja Puskesmas Beber
4. Diketahuinya rencana pengembangan fasilitas Puskesmas tahun 2016;
5. Tersedianya informasi rencana kegiatan/kerja tahun 2016.

1.3. Manfaat
Laporan puskesmas ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi kinerja
pelayanan Puskesmas Beber sehingga menjadi acuan dalam pembuatan perencanaan
kerja maupun pemantauan dan penentuan sasaran di Puskesmas Beber.

1.4. Profil Puskesmas dan Analisis Situasi


1.4.1 Dasar Hukum, Visi, dan Misi
a. Landasan Hukum Operasional
Operasionalisasi administratif dan payung hukum UPT Puskesmas DTP Beber ini
berdasarkan Peraturan Bupati Cirebon Nomor 12 Tahun 2010 tentang perubahan kedua
atas peraturan Bupati Cirebon nomor 36 tahun 2009 tentang organisasi, tugas, fungsi dan
tata kerja unit pelaksana teknis Pusat Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan
sebagaimana telah diubah dengan peraturan Bupati Cirebon nomor 72 tahun 2009 tentang
perubahan kedudukan dan wilayah kerja unit pelaksana teknis Pusat Kesehatan
Masyarakat pada Dinas Kesehatan, dan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Cirebon Nomor 050/507/TU tahun 2007 tentang Penataan Wilayah Kerja
Puskesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. Adapun izin operasional Puskesmas
Beber tercantum pada surat Keputusan Bupati nomor 440/Kep.196/Dinkes/2016, tanggal
4 April 2016 tentang pemberian izin operasional unit pelaksana teknis Puskesmas
Kabupaten Cirebon.

5
b. Visi, Misi, dan Kebijakan Manajemen

1). Visi Organisasi

Pengertian Kesehatan dalam UU No.36 tahun 2009 adalah keadaan sehat baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.

Pembangunan kesehatan di Puskesmas Beber diselenggarakan dalam upaya mendukung


Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, serta mendasarkan kepada analisis
perkembangan situasi dan kondisi, memperhatikan dasar penyelenggaraan pembangunan
dalam Rencana Strategis Puskesmas, maka ditetapkan VISI sebagai berikut :

”Terwujudnya Puskesmas Beber yang terunggul dalam kualitas dan


profesional pelayanan kesehatan kepada masyarakat
untuk kesehatan mandiri”

Dicantumkannya “kesehatan mandiri” terhadap visi variabel tersebut diatas sebagai


batasan operasionalnya dalam pengertian, yaitu kemampuan masyarakat untuk dapat
menyehatkan dirinya dengan berperilaku hidup sehat sehingga meningkatnya status
kesehatan masyarakat, melalui promotif dan preventif dalam upaya kesehatan yang di
kembangkan oleh Puskesmas Beber.

Puskesmas Beber berkewajiban mewujudkan masyarakat di wilayah Kecamatan Beber


yang mampu menyehatkan dirinya dalam kemandirian tersebut, untuk
mengoperasionalkan Visi diatas perlu dilakukan upaya-upaya pelayanan kesehatan yang
diformulasikan dalam Misi.

2). Misi Organisasi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan oleh
Puskesmas Beber untuk mewujudkan Visi Puskesmas Beber yang berkesesuaian dengan
Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon.
Selaras dengan misi Dinas kesehatan yang telah ditetapkan, yaitu meningkatkan
pencegahan, pengawasan dan pengendalian penyakit, meningkatkan kesehatan ibu dan
6
anak, perbaikan gizi masyarakat dan usia lanjut, meningkatkan kesehatan lingkungan dan
pemberdayaan masyarakat, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, jaminan kesehatan,
ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, meningkatkan sarana dan SDM Kesehatan
yang akan menjadi sebuah panduan dalam bagaimana memandang misi ini memberikan
kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dalam
pembangunan kesehatan di wilayah Puskesmas Beber lima tahun mendatang adalah
sebagai berikut :

Keterkaitan antara visi dan misi UPT Puskesmas DTP Beber

Visi Misi

1. Meningkatkan kemampuan
profesionalisme Sumber Daya
”TERWUJUDNYA PUSKESMAS
BEBER YANG TERUNGGUL Puskesmas;
DALAM KUALITAS DAN 2. Meningkatkan peran masyarakat
PROFESIONAL PELAYANAN dalam pembangunan kesehatan
KESEHATAN KEPADA mandiri melalui pendekatan promotif
MASYARAKAT
dan preventif;
UNTUK KESEHATAN MANDIRI” 3. Kemudahan masyarakat mendapat
pelayanan kesehatan yang unggul
didukung oleh spirit profesional
SDM;
4. Meningkatkan jalinan kemitraan
dengan semua pihak dalam
penggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan untuk
kepentingan pembangunan kesehatan
masyarakat mandiri.

7
Bahwa untuk ”Terwujudnya Puskesmas Beber yang terunggul dalam kualitas dan
profesional pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk kesehatan mandiri” akan
tercapai dengan peningkatan kemampuan profesionalisme sumber daya puskesmas,
meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan mandiri melalui
pendekatan promotif dan preventif, Kemudahan masyarakat mendapat pelayanan
kesehatan yang unggul di dukung oleh spirit profesional SDM, Meningkatkan jalinan
kemitraan dengan semua pihak dalam penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan
untuk kepentingan pembangunan kesehatan masyarakat mandiri.
Misi Puskesmas Beber mengacu dan berpedoman pada Renstra Dinas Kesehatan
Kab.Cirebon tahun 2014-2019 dan oleh karenanya terdapat hubungan yang kuat antara
misi dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan dan Misi UPT Puskesmas DTP Beber.

Keselarasan Misi pada Renstra Dinas Kesehatan tahun 2014-2019 dengan

misi pada UPT Puskesmas DTP Beber tahun 2014-2019

Berkaitan dengan mengemban misi Puskesmas, maka dilakukan langkah-langkah strategi


untuk mencapainya, antara lain :
1. Optimalisasi sumber daya tenaga, sarana dan manajemen untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat;

8
2. Optimalisasi standar prosedur operasional (SPO) pelayanan kesehatan menuju
pelayanan bermutu;
3. Tingkatkan pelayanan kesehatan yang proporsional dan terjangkau;
4. Penggerakkan lintas sektoral dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
kesehatan.
Pernyataan visi, misi dan strategi diatas merupakan tujuan dan sasaran program UPT
Puskesmas DTP Beber yang hendak dicapai dalam kurun waktu 5 tahun kedepan yang
selaras mengacu kepada pernyataan visi dan misi didasarkan pada isu-isu analisis strategi
yang tertuang dalam Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon yang
diproporsionalkan dengan kebutuhan upaya kesehatan wilayah Kecamatan Beber.
Dibawah ini disajikan pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai
dan melaksanakan misi maupun strategi dalam implementasi terhadap sasaran program
untuk menjawab isu strategis yang dihadapi oleh Puskesmas Beber dan permasalahan
pembangunan kesehatan di Kabupaten Cirebon, sebagai berikut :

Misi-1: Meningkatkan kemampuan Profesionalisme Sumber Daya Puskesmas;


bermaksud untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM Kesehatan Puskesmas Beber
yang sesuai standar, dengan indikator antara lain sebagai berikut :

a. Mengimplementasikan manajemen mutu dalam upaya kesehatan dan distribusi


SDM sesuai kebutuhan yang mencakup tenaga administrasi, medis dan paramedis
di pelayanan dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas Beber;
b. Meningkatkan kualifikasi pendidikan kesehatan tertentu bagi Karyawan yang
memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas Beber sehubungan dengan
adanya peraturan yang mensyaratkan SDM kesehatan harus minimalnya
berpendidikan D3;
c. Meningkatkan keterampilan SDM yang ada dengan mengikutsertakan DIKLAT
tertentu sesuai dengan kebutuhan organisasi dan profesinya serta upaya kesehatan
inovatif yang dibutuhkan masyarakat Kecamatan Beber.
d. Adanya identifikasi kebutuhan dan survey sarana prasarana kesehatan di
Puskesmas Beber dan jejaringnya dengan mengembangkan instrument
persyaratan minimal sarana kesehatan dalam Permenkes nomor 75 tahun 2014.
9
Misi-2 : Meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan mandiri melalui
pendekatan promotif dan preventif. Dalam hal ini berkaitan dengan upaya kesehatan yang
diimplementasikan Puskesmas Beber, yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat dalam upaya kesehatannya melalui pendekatan promotif dan preventif agar
bisa sehat secara mandiri yang berdampak pada meningkatnya status kesehatan
masyarakat dengan berbagai indikator kegiatan, antara lain sebagai berikut :

a. Promotif, antara lain :


 Meningkatkan pola hidup bersih dan sehat pada lima tatanan;
 Meningkatkan promosi kesehatan melalui penyebarluasan informasi di dalam
gedung dan di luar gedung, pembinaan Desa Siaga aktif serta pembinaan Posyandu
dan upaya kesehatan berbasis kesehatan masyarakat (UKBM) lainnya;
 Melakukan kunjungan rumah yang sudah mendapatkan konseling KIPK;
 Melakukan kunjungan rumah asuhan keperawatan dan kebidanan;
 Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) menuju Desa ODF;
 Mendirikan percontohan taman gizi dan taman herbal (tanaman obat keluarga) di
Puskemas Beber.
 Mengadakan promotif untuk pemulihan bagi pasca Stroke atau lainnya dengan
mengadakan jalan berbatu sebagai pijat refleksi kaki;
 Menyelenggarakan upaya kesehatan promotif yang inovatif dengan konsep
Puskesmas Ramah Anak.
b. Preventif, antara lain :
 Melaksanakan program-program menyeluruh yang berkaitan langsung dengan
masyarakat dalam kegiatan Posyandu di desa-desa tiap bulan;
 Melaksanakan kegiatan Posbindu di tiap desa;
 Melaksanakan program inovatif deteksi dini terhadap penyakit tidak menular
(PTM) di tiap Desa atau dilokasi Posbindu;
 Menyediakan Taman Herbal (Tanaman Obat Keluarga) dan Taman Gizi sebagai
percontohan bagi masyarakat;

10
 Diselenggarakannya secara rutin program senam Prolanis di Puskesmas bagi
masyarakat Kecamatan Beber;
 Melakukan upaya kesehatan inovatif dengan pendataan rutin bagi ibu hamil dan
bayi dibawah dua tahun dalam konsep pembinaan “SMS Bunda”.
 Dilakukannya survey diwilayah potensial adanya kejadian luar biasa penyakit untuk
antisipasi transmisi yang lebih luas.
Misi-3 : Kemudahan masyarakat mendapat pelayanan kesehatan yang unggul di dukung
oleh spirit profesional SDM :

a. Mengoptimalkan kemudahan layanan kesehatan dasar dan rujukan pada fasilitas


kesehatan melalui mendekatkannya upaya kesehatan kuratif dengan membuka lokus
Puskesmas Keliling di tiap Desa yang membutuhkan dan sistem rujukan ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjut dalam perjanjian kerjasama;
b. Meningkatkan Kinerja Puskesmas dengan melaksanakan self assesment dalam konsep
akreditasi dan audit internal setiap 6 bulan dalam manajemen mutu serta terbukanya
penyampaian keluhan atau saran pelanggan dalam SMS Center yang ditindak lanjuti
oleh kebijakan manajemen mutu paling lambat seminggu, dan dibangunnya capacity
building bagi karyawan Puskesmas Beber;
c. Melaksanakan jajak pendapat (survey) secara rutin dengan instrument kepuasan
pelanggan dalam manajemen mutu pada setiap bulan, dan oleh independen setiap
setahun sekali sebagai bagian untuk mengetahui tingkat kebutuhan dan kepuasan
pelanggan dalam indikator Indeks Kepuasan Masyarakat;
d. Meningkatkan pelayanan Puskesmas Beber sebagai Puskesmas terunggul dengan
indikator pelayanan melalui, antara lain :
 Puskesmas Beber mampu PONED dan Perawatan Rawat Inap serta upaya
kesehatan lainnya dengan pelayanannya menggunakan Standar Prosedur
Operasional, mengawal Program EMAS di PONED sesuai standarisasi;
 Sebagai Center pemeriksaan HIV- AIDS (Klinik Lotus);
 Kegiatan STBM menuju desa ODF;
 Sebagai Center pemeriksaan IVA/CA cervik;

11
 Menyelenggarakan Klinik Sanitasi, Klinik Santun Lansia, Klinik Gizi (SDIDTK),
Konseling Remaja, Klinik Laktasi, Pojok Uro dan Center Gizi;
 Mengadakan Taman Herbal (TOGA) dan Taman Gizi;
 Menyelenggarakan kegiatan senam PROLANIS dan fasilitas pendukungnya dan
pemeriksaan kebugaran dan kesehatan setiap sabtu;
 Menyelenggarakan program PTM dengan screening di masyarakat;
 Menerapkan konsep Puskesmas Ramah Anak dan program Sayang Ibu.
Misi-4 : Meningkatkan jalinan kemitraan dengan semua pihak dalam penggerakan
pembangunan berwawasan kesehatan untuk kepentingan pembangunan kesehatan
masyarakat mandiri, dengan berbagai indikator kegiatan diantaranya :

 Dengan BPJS melakukan verifikasi validasi data untuk menjaring masyarakat yang
belum memiliki kartu BPJS untuk didaftarkan sebagai peserta;
 Dengan desa-desa binaan melaksanakan kegiatan Rakordes untuk menyebarluaskan
informasi kepada masyarakat;
 Dengan Kecamatan selain rapat dinas kecamatan juga pra musrenbang dan
Musrenbang untuk menyusun rencana Pembangunan 1 tahun kedepan;
 Dengan sekolah membentuk Usaha Kesehatan di Tiap-tiap sekolah;
 Dengan Polsek melaksanakan Tanggap darurat Kecelakaan lalu lintas dan
sejenisnya;
 Dengan Koramil melaksanakan Tanggap darurat bencana dengan membentuk
TAGANA dan Puskesmas Beber sebagai tim Medis.
 Dengan Klinik Swasta Dokter maupun Bidan Praktek dibuat perjanjian kerjasama
untuk sistem limbah medis dan rujukan kasus;
 Dengan tokoh masyarakat untuk memudahkan masuknya program kesehatan dalam
wilayah “sulit”.
3). Motto (Kebijakan Manajemen)

Motto dalam kebijakan manajemen penyelenggaraan pelayanan kesehatan di UPT


Puskesmas DTP Beber adalah “Layanan kesehatan yang humanis dan dipenuhi rasa

12
kebajikan hati dengan landasan spirit profesional untuk kebutuhan dan kepuasan
klien”.

1.4.1. Data Geografi


a. Situasi Wilayah

Puskesmas Beber ini termasuk Kriteria Puskesmas Pedesaan sebagaimana lokasi dan
aksesibilitasnya. Lokasi gedung Puskesmas berada di Desa Beber di jalan Raya Jenderal
Sudirman no. 53, Km 13 dari Kota Sumber Pusat Ibukota Kabupaten Cirebon maupun dari
Kota Cirebon yang merupakan juga berada pada jalan utama yang menghubungkan
Cirebon dengan Kabupaten Kuningan, alamat secara detil sebagai berikut;

Jalan Jendral Sudirman Km. 13

Nomor 53

RT/RW 001/007

Blok Pon

Desa Beber
Kode Pos 45172

Telp. 0232-8895252

HotLine SMS 0877 133 133 12


e_mail pkmbeber@yahoo.com

Situs Puskesmasbebercirebon
KOORDINAT

Lintang 6°48'30.40"S

Bujur 108°31'23.85"T

Situasi wilayah dengan kontur tanah pedesaan agraris yang berbukit dan lembah dengan
suhu udara yang cukup sejuk ada pada ketinggian dpl antara 200 m - > 300 m. Letaknya
yang relatif strategis dengan jalan raya memungkinkan aksesibilitas kemudahan
masyarakat untuk datang mendapatkan pelayanan kesehatan.

13
Lokasi Puskesmas Beber ini berada di ujung selatan yang berbatasan dengan Kabupaten
Kuningan dan sebelah utara berbatasan dengan Kota Cirebon, adapun batas administratif
wilayah kerjanya sebagai berikut :
 sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon dan Kecamatan
Talun Kabupaten Cirebon;
 sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan;
 sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pancalang Kabupaten Kuningan;
 sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Greged Kabupaten Cirebon.

PETA ADMINISTRASI BATAS PUSKESMAS BEBER

Keterangan :
Dalam lingkaran merah adalah posisi wilayah kerja Puskesmas Beber
Wilayah kerja UPT Puskesmas DTP Beber meliputi seluruh desa di wilayah kerja
Kecamatan Beber yang terdiri dari 10 desa dengan urutan desa sebagai berikut :
14
Tabel 1 : Daftar Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Beber Tahun 2016

Luas Jarak Desa ke


Jumlah Jumlah
No Kode Desa Nama Desa Wilayah Puskesmas (Km)
RW RT
(Km2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 3209100001 Wanayasa 1,04 8 5 5

2 3209100002 Sindangkasih 1,79 16 5 7

3 3209100003 Sindanghayu 0,99 12 4 8

4 3209100004 Ciawigajah 3,16 29 12 10

5 3209100008 Cikancas 2,87 18 6 8

6 3209100009 Halimpu 1,76 12 3 4

7 3209100010 Cipinang 1,58 19 6 3

8 3209100011 Beber 3,52 28 9 0,5

9 3209100012 Patapan 2,66 13 5 1

10 3209100013 Kondangsari 3,88 20 7 0,8

TOTAL 23,25 175 62

Adapun peta Kecamatan Beber yang merupakan juga peta wilayah kerja Puskesmas
Beber dapat disajikan sebagai berikut :

15
Ds. Patapan Kota
Cirebon

Ds. Kondangsari

Puskesmas
Beber
Ds. Beber
Kantor Camat Ds. Cipinang
Beber
Ds. Halimpu
Ds. Cikancas

Ds. Sindangkasih Ds. Sindanghayu

Ds. Wanayasa Ds. Ciawigajah

b. Situasi Demografi
Keberadaan Puskesmas Beber saat ini melayani penduduk Kecamatan Beber tahun 2016
(hasil pendataan internal sasaran program Puskesmas) sebanyak 44.231 jiwa dengan
proporsi penduduk Laki-laki sebanyak 22.662 (51,23%) dan wanita sebanyak 21.569
(48,77%). Adapun hasil dari pendataan riil Puskesmas jumlah penduduk per desa bulan
Desember tahun 2016 disajikan pada tabel sebagai berikut :

16
Tabel 2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Kecamatan Beber
Tahun 2016

Kepadata Angka
Jumlah
Laki- Perempua Jumlah n Beban
No. Nama Desa Penduduk
Laki n KK Penduduk Tanggunga
/Km2 n

1 Wanayasa 2067 1012 1055 600 1,92 0,66

2 Sindangkasih 3559 1802 1757 1138 2,03 0,50

3 Sindanghayu 1834 954 880 512 1,83 0,47

4 Ciawigajah 7441 3858 3583 1435 2,35 0,31


5 Cikancas 3662 1879 1783 1011 1,38 0,53

6 Halimpu 3216 1581 1635 800 1,43 0,86


7 Cipinang 3239 1668 1571 939 1,96 0,65

8 Beber 7811 4128 3683 2135 2,38 0,54

9 Patapan 3056 1627 1429 788 1,14 0,49


10 Kondangsari 8346 4153 4193 2710 2,04 0,76

TOTAL 44.231 22.662 21.569 12.068 1,88 0,55

Gambaran lebih jelas melihat perbedaan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di
wilayah kerja Puskesmas Beber dari hasil pendataan riil Bidan Desa pada bulan
Desember tahun 2016 sebagaimana pada tabel diatas, dapat disajikan pada grafik
dibawah ini :
Grafik 1 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
di Desa Kecamatan Beber Tahun 2016

4500 4128 4153 4193


3858
4000 3583 3683
3500
3000
1802
2500 1757 1879 1581 1668
2000 1055 1635 1571 1627
954 1783
1500 1012 880 1429
1000
500
0

17

Laki-laki Perempuan
Sasaran kepesertaan penduduk dalam Jaminan Kesehatan Nasional yang ditargetkan
100% pada tahun 2019 sebagai progress diwilayah kerja Puskesmas Beber sampai pada
akhir bulan Desember tahun 2016 telah mencapai 32.636 jiwa (73,78%), dan untuk lebih
jelasnya kedudukan kepesertaan JKN dalam jumlah penduduk dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :

Grafik 2 : Jumlah Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Jumlah


Penduduk di Kecamatan Beber Tahun 2016

Penduduk 44231

JKN 32636

0 10000 20000 30000 40000 50000

Gambaran status pendidikan penduduk yang memiliki ijazah SD sebanyak 9,9%


(4.539) penduduk yang tamat SMP/Mts 4,6% (2.088) penduduk yang tamat SMA/MA
sebanyak 2,9% (1.312) dan penduduk yang tamat SMK 0,3% (132).Jumlah sekolah SD
sebanyak 19 SD,SMP ada 2 dan SMA ada 4.
Adapun status pekerjaan kepala keluarga dari sebanyak 11.687 KK adalah 85,1%
(9.879 KK) bekerja, dan 14,1% (1.620 KK) tidak bekerja. Mata pencaharian masyarakat
di wilayah Beber secara berurutan sebagian besar adalah Petani 4.211 (45,4 %), Pegawai
Swasta 2.622 (28,2 %), Pedagang 1.965 (21,2 %), Perajin 264 (2,8 %), PNS 220 (2,4 %),
dan tidak ada yang bekerja sebagai Nelayan 0 (0%).

18
Bahasa komunikasi penduduk yang digunakan adalah bahasa sunda, dan agama
yang dianut penduduk 100% beragama Islam dan masih sebagian kecil menganut dan
patuh kepada para tokoh agama sekitar seperti keberadaan kampung “Benda”
diperbatasan Desa Kondangsari dengan Kota Cirebon.

Pemberdayaan masyarakat dalam Program UKBM tentang Desa Siaga sudah


dibentuk dan intensif dilakukan untuk 10 desa di Kecamatan Beber dan kegiatan
Posyandu dengan kader aktif sebanyak 291 kader yang terdistribusi pada 54 Posyandu,
dengan strata Posyandu Pratama 0 (0%), Madya 22 (31%), Purnama 31 (50%), dan
Mandiri 4 (7%). Dan keberadaan Posbindu ada 10 unit yang tersebar di 10 Desa wilayah
kerja Puskesmas Beber.

19
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1. Program Kegiatan


Program kegiatan di puskesmas beber terdiiri dari :
a) Program Kegiatan Wajib
Upaya kesehatan masyarakat :
1. Upaya promosi kesehatan
a. Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP/K)
b. Penyuluhan kelompok oleh petugas di dalam gedung Puskesmas
c. Institusi Kesehatan ber-PHBS
d. Pengkajian dan Pembinaan PHBS di Tatanan Rumah Tangga
e. Pemberdayaan Masyarakat melalui Penyuluhan Kelompok oleh Petugas di
Masyarakat
f. Pembinaan UKBM dilihat melalui persentase (%) Posyandu Purnama &
Mandiri
g. Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat dilihat melalui Persentase (%) Desa
Siaga Aktif (untuk Kabupaten)/ RW Siaga Aktif (untuk kota)
h. Pemberdayaan Individu/ Keluarga melalui Kunjungan Rumah

2. Upaya kesehatan lingkungan


a. Pengawasan Rumah Sehat
b. Pengawasan Sarana Air Bersih
c. Pengawasan Jamban
d. pengawasan SPAL
e. Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
f. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
g. Pengawasan Industri
h. Kegiatan Klinik Sanitasi

20
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
a. Kunjungan Ibu Hamil K4
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
c. Komplikasi Kebidanan yang ditangani
d. Pelayanan Nifas
e. Kunjungan Neonatus 1 (KN1)
f. Kunjungan Neonatus Lengkap (KN Lengkap)
g. Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani
h. Kunjungan Bayi
i. Pelayanan Anak Balita
j. Peserta KB Aktif

4. Upaya perbaikan gizi masyarakat


a. Keluarga Sadar Gizi
b. Balita Ditimbang (D/S)
c. Distribusi Kapsul Vitamin A bagi Bayi (6-11 bulan)
d. Distribusi Kapsul Vitamin A Bagi Anak Balita (12-59 bulan)
e. Distribusi Kapsul Vitamin A bagi Ibu Nifas
f. Distribusi Tablet Fe 90 tablet pada ibu hamil
g. Distribusi MP- ASI Baduta Gakin
h. Balita gizi buruk mendapat perawatan
i. ASI Eksklusif

5. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit


a. BCG
b. Imunisasi DPTHIB 1
c. Imunisasi DPTHIB 3
d. Imunisasi Polio 4
e. Imunisasi Campak
f. BIAS DT
g. BIAS TD
21
h. BIAS Campak
i. Pelayanan Imunisasi Ibu Hamil TT2+
j. Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
k. Sistem Kewaspadaan Dini
l. Surveilans Terpadu Penyakit
m. Pengendalian KLB
n. Penderita Penderita Pnemonia Balita
o. Penemuan Pasien baru TB BTA Positif
p. Kesembuhan Pasien TB BTA Positif
q. Penderita DBD yang ditangani
r. Penemuan Penderita Diare
Upaya kesehatan perorangan (UKP) :
6. Upaya Pengobatan
a. Kunjungan Rawat Jalan
b. Kunjungan Rawat Jalan Gigi
c. Jumlah seluruh Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas
d. Jumlah Pemeriksaan Laboratorium dirujuk
e. Asuhan Keperawatan Individu pada pasien Rawat Inap

b) Program Kesehatan Pengembangan, terdiri dari :


1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Indera
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.

22
23

2.2. Penilaian cakupan Pelayanan Upaya Kesehatan Wajib dan Pengembangan

Upaya Kesehatan Wajib


1. Program Promkes

No Program Sasaran Target Pencapaian % Kesenjangan

1. Cakupan Komunikasi Informal 32,116 5,00 1,503 4,68 - 0,32


dan Konseling ( KIP/K )

2. Cakupan penyuluhan pelompok


oleh petugas di dalam gedung 96 96,50 96 100 3,5
Puskesmas

3 Cakupan Institusi Kesehatan ber 7 100 7 100 0


PHBS
4 Cakupan Pengkajian dan
Pembinaan PHBS di Tatanan 8,927 55,00 4,833 54,14 -0,86
Rumah Tangga

5 Cakupan Pemberdayaan
Masyarakat melalui Penyuluhan 648 100 567 87,50 -12,5
Kelompok oleh Petugas di
Masyarakat.
6 Cakupan Pembinaan UKBM
dilihat melalui persentase (%) 54 65 36 66,67 1,67
Posyandu Purnama & Mandiri
7 Cakupan Pembinaan
Pemberdayaan Masyarakat dilihat 10 60 10 100 40
melalui Persentase (%) Desa
Siaga Aktif

8 Cakupan Pemberdayaan
individu/Keluarga melalui 1,503 50,00 1,000 66,53 16,53
Kunjungnan Rumah

2. Program Kesling

No Program Sasaran Target Pencapaian % Kesenja ngan

1. Pengawasan Rumah sehat 8.927 75,00 6.578 73,69 -1,31

2. Pengawasan SAB 6.384 80,00 4.826 75,60 -4,4

3 Pengawasan jamban 7.594 75,00 6.578 86,62 11,62

23
24

4 Pengawasan SPAL 5.007 80,00 3.817 76,23 -3,77

5 Pengawasan TTU 284 75,00 220 77,46 2,46

6 Pengawasan TPM 164 75,00 124 75,61 0,61

7 Pengawasan Industri 19 75,00 19 100 25

8 Kegiatan klinik sanitasi 2.078 25,00 510 24,54 -0,46

A. P3M

1. Program Imunisasi

No Program Sasaran Target Pencapaian % Kesenjangan

1. Cakuan BCG 948 98,00 937 98,84 0,84

2. Cakupan DPT-HB-HIB 1 948 98,00 937 98,84 0,84

3 Cakupan DPT-HB-HIB 3 948 93,00 904 95,36 2,36

4 Cakupan Polio 4 948 90,00 896 94,51 4,51

5 Cakupan Campak 948 90,00 856 90,30 0,30

6 Cakupan Bias DT 769 95 766 99,61 4,61

7 Cakupan BIAS Td 1.519 95 1.484 97,70 2,70

8 Cakupan BIAS Campak 769 95 766 99,61 4,61

9 Cakupan Pelayanan Imunisasi ibu 1.043 90 1.002 96,07


6,07
hamil TT 2+

10 Cakupan Desa Universal Child 10 85 10 100


15,0
Imunization (UCI )

No Program Sasaran Target Pencapaian % Kesenja ngan

1. Cakupan Sistem Kewaspadaan

24
25

Dini

Cakupan Surveilans Terpadu


Penyakit

Cakupan Pengendalian KLB

2. Program TB Paru

No Program Sasaran Target Pencapaian % Kesenja ngan

1. Cakupan Penemuan Pasien baru 43 80 28 65,12 -14,88


TB BTA Positif

2. Cakupan Kesembuhan Pasien TB 43 85 28 65,12 -19,88


BTA Positif

3. Program ISPA

No Program Sasaran Target Pencapaian % Kesenja ngan

1. Cakupan Penderita Peneumonia 448 86 166 37,05 -48,95


Balita

4. Program Diare

No Program Sasaran Target Pencapaian % Kesenja ngan

1. Cakupan Penemuan Penderita 933 100 1014 108,68 8,68


Diare

B. KESEHATAN KELUARGA

1. Program Gizi

No Program Sasaran Target Pencapaian % Kesenja ngan

1. CakupanKeluarga Sadar Gizi 200 100 200 100 0

2. Cakupan Balita Ditimbang (D/S) 3.633 85 3.405 93,72 8,72

25
26

3 Cakupan distribusi Kapsul Vit A


bagi Bayi ( 6-11 bulan ) 429 90 429 100 10,0

4 Cakupan distribusi Kapsul Vitamin


A bagi Balita (12-59 bulan) 2.759 90 2.980 108,01 18,01

5 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin


A bagi Ibu Nifas 995 97,40 1.018 97,60 0,20

6 Cakupan Distribusi Tablet Fe 90


Tablet pada ibu hamil 1.043 97,60 1.018 97,60 0

7 Cakupan Distribusi MP-ASI Baduta


Gakin 16 100 16 100 0

8 Cakupan Gizi Buruk mendapatt


perawatan 7 100 7 100 0

9 Cakupan ASI Ekslusif 1.915 42,00 1.099 57,39 15,39

2. Program KIA & KB

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan Kunjungan Ibu


1.043 95,00 1.022 96,07 15,07
Hamil K4

2. Cakupan Pertolongan
Persalinan oleh tenaga 955 90 903 90,75 0,75
Kesehatan

3 Cakupan Komplikasi
209 80 235 112,44 32,44
Kebidanan yang ditangani

4 Cakupan Pelayanan Nifas 995 90 903 90,75 0,75

5 Cakupan Kunjungan
971 90 905 93,20 3,20
Neonatus 1 (KN1)

6 Cakupan Kunjungan
971 90 905 93,20 3,20
Neonatus Lengkap (KNL)

7 Cakupan Neonatus
dengan Komplikasi yang 142 15 20 14,08 -1,08
ditangani

26
27

8 Cakupan Kunjungan Bayi 948 100 951 100,32 0,32

9 Cakupan Pelayanan Anak


2.759 100 2.767 100,29 0,29
Balita

10 Cakupan Peserta KB Aktif 7.864 75,00 6.310 80,24 5,24

3. Program USILA

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan Pelayanan Usila 682 19,00 468 68,62 49,62

2 Cakupan Pembinaan Usia 10 100 10 100 0


Lanjut pada Kelompok
Usia lanjut

4. Program UKS

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. 778 100 778 100 0

C. PELAYANAN KESEHATAN & FARMASI

1. Program Kesehatan Kerja

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan Pembinaan Pos 1 100 - -


UKK

2 Cakupan Penanganan 2.701 100 2.428 89,89 -10,11


Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Panyakit Akibat
Hubungan Kerja (AHK)

2. Program Kesehatan Jiwa

27
28

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan Deteksi Dini 55.153 20,00 2.764 5,01 -14,99


Gangguan Kesehatan Jiwa

Cakupan Penanganan 2.764 100 2.755 99,67 -0,33


Pasien Terdeteksi
Gangguan Kesehatan Jiwa

3. Program Kesehatan Indera

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan skrining kelainan 3.552 80,00 3.552 100 20,0


/ gangguan refraksi pada
anak sekolah

2. Cakupan penanganan 9 100 9 100 0


kasus kelainan refraksi

Cakupan skrining katarak 160 100 160 100 0

Cakupan penanganan 14 100 14 100 0


penyakit katarak

Cakupan rujukan - 100 - -


gangguan penglihatan
pada kasus Diabetes
Melitus ke RS

Cakupan kegiatan 820 80,00 820 100 20,0


penjaringan penemuan
kasus gangguan
pendengaran di SD/MI

Cakupan kasus gangguan 23 100 23 100 0


pendengaran di SD/MI
yang di tangani

4. Program Batra

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan pembinaan 5 13 5 100 87,0


upaya kesehatan

28
29

tradisional

2. Cakupan Pengobatan
tradisional terdaftar / 3 100 3 100 0
berijin

5. Program Perkesmas

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan Keluarga
Dibina (Keluarga 131 100 275 209,92 109,92
Rawan)

Cakupan Keluarga
Rawan Selesai Dibina 131 100 139 106,11 6,11
KM III

Cakupan Keluarga
Rawan Selesai Dibina 131 100 116 88,55 -11,45
KM IV

Cakupan asuhan
keperawatan individu
pada pasien Rawat
Inap

6. Program Kesehatan Olah raga

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan Pembinaan
26 100 26 100 0
Kelompok Oahraga

29
30

BAB III

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Analisis Masalah

3.1.1 Tinjauan Pustaka

Puskesmas sebagai penanggung jawab upaya kesehatan terdepan mempunyai tiga


fungsi yaitu 1) sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehata, 2) Pusat
pemberdayaan keluarga dan masyarakat, 3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Dalam rangka penyelenggaraan pengendalian PTM.

Posbindu PTM adalah kegiatan pembinaan terpadu untuk mengendalikan faktor


resiko PTM dan merupakan bentuk kemandirian masyarakat dalam mendeteksi dan
memonitor faktor resiko PTM secara rutin. Petugas puskesmas melakukan pengawasan
melalui kegiatan monitoring program.

Promosi kesehatan mengajak masyarakat untuk jargon “CERDIK” menuju masa


muda sehat dan hari tua nikmat tanpa PTM, yang secara harfiah adalah:

C : Cek kesehatan secara berkala

E : Enyahkan asap rokok

R : Rajin aktifitas fisik

D : Diet sehat dengan kalori seimbang

I : Istirahat yang cukup

K : Kelola stres

A. Kegiatan Pokok
1. Pemeriksaan Tekanan Darah
2. Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan
3. Pengukuran Lingkar perut
4. Pemeriksaan Gula darah dan Cholesterol

30
31

B. Rincian Kegiatan
1. Deteksi Hipertensi dengan memeriksa Tekanan Darah
2. Deteksi kemungkinan kekurangan Gizi dan Obesitas dengan memeriksa Tinggi
Badan dan Berat Badan.
3. Deteksi kemungkinan Diabetes Millitus dengan Cek Gula Darah
4. Deteksi dini kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim pada pengungjung wanita
30 – 59 tahun.
C. Sasaran
Masyarakat baik laki-laki atau perempuan yang usia ≥ 15-59 tahun yang
memiliki atau tidak memiliki faktor risiko.
D. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksnaan dilakukan setiap bulan
E. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Dan Pelaporan
Pelaksanaan Posbindu PTM
Penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan wawancara, pengukuran,
pemeriksaan dan tindak lanjut. Wawancara dilakukan untuk menelusuri faktor risiko
perilaku seperti merokok, konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, konsumsi alkohol,
dan stress. Pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar
perut, dan tekanan darah.
Pemeriksaan faktor risiko PTM seperti gula darah sewaktu, kolesterol total,
trigliserida, pemeriksaan klinik payudara, arus puncak ekspirasi, lesi pra kanker
(Inspeksi Visual asam asetat /IVA positif), kadar alkohol dalam darah, tes amfetamin
urin. Berdasarkan hasil wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dilakukan tindak
lanjut berupa pembinaan secara terpadu dengan peningkatan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat tentang cara mengendalikan faktor risiko PTM melalui
penyuluhan/ dialog interaktif secara massal dan atau konseling faktor risiko secara
terintegrasi pada individu dengan faktor risiko, sesuai dengan kebutuhan masyarakat
termasuk rujukan sistematis dalam sistem pelayanan kesehatan paripurna.
Rujukan dilakukan dalam kerangka pelayanan kesehatan berkelajutan
(Continuum of Care) dari masyarakat hingga kefasilitas pelayanan kesehatan dasar
termasuk rujuk balik ke masyarakat untuk pemantauannya.

31
32

Kegiatan posbindu PTM dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan


dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Pelaksanaan Posbindu PTM secara
sederhana dapat diuraikan
sebagai berikut :
Proses Kegiatan Posbindu PTM, Pemeriksaan (satu persatu) :
a) Registrasi ,Pemberian nomor urut / kode yang sama serta pencatatan ulang hasil
pengisian Buku monitoring FR PTM ke Buku Pencatatan oleh Petugas Pelaksana
Posbindu PTM
b) Wawancara oleh Petugas Pelaksana Posbindu PTM
c) Pengukuran TB,BB, IMT Lingkar perut, Analisa Lemak Tubuh
d) Pemeriksaan Tekanan darah, Gula darah, Kolesterol total danTrigliserida,APE,
lain-lain
e) Identifikasi faktor risiko PTM, Konseling/Edukasi, serta tindak lanjut ainnya.
Sebelum dan setelah kegiatan Posbindu PTM dapat dilaksanakan kegiatan
bersama, seperti senam bersama, penyuluhan kesehatan tentang IVA dan CBE, upaya
berhenti merokok, gizi seimbang, dll.
F. Pencatatan Dan Pelaporan Posbindu Ptm
Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan secara
manual dan/atau menggunakan sistem informasi manajemen PTM oleh Petugas
Pelaksana Posbindu PTM maupun oleh Petugas Puskesmas. Petugas Puskesmas
mengambil data hasil pencatatan posbindu PTM atau menerima hasil pencatatan dari
petugas pelaksana posbindu PTM. Hasil pencatatan ini dianalisis untuk digunakan
dalam pembinaan, sekaligus melaporkan ke instansi terkait secara berjenjang. Hasil
pencatatan dan pelaporan kegiatan posbindu PTM merupakan sumber data yang
penting untuk pemantauan dan penilaian perkembangan kegiatan posbindu PTM..
Laporan hasil kegiatan bulanan/ triwulan/ tahunan yang berisi laporan tingkat
perkembangan.
Posbindu PTM, proporsi faktor risiko PTM, cakupan kegiatan Posbindu di
tingkat Puskesmas, kab /kota, provinsi dan nasional. Melalui kegiatan surveilans
faktor risiko PTM berbasis posbindu PTM, dilakukan analisis secara sistematis dan
terus menerus terhadap faktor risiko PTM secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
peserta, penyelengara program maupun pihak yang bertanggung jawab terhadap
32
33

kegiatan posbindu PTM untuk dilakukan intervensi dalam rangka pengembangan


kegiatan, pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM.
3.1.2 Identifikasi Masalah
Definisi masalah adalah :
1. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
2. Masalah adalah perbedaan antara kondisi sekarang yang diharapkan
3. Masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yang sekarang terjadi
belumlah sempurna.
Menurut Permenkes no.43 tahun 2016, SPM merupakan hal minimal yang harus
dilaksanakan oleh Pemda untuk rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap
tahunnya. Untuk itu dalam penetapan indikator SPM, Kementerian/Lembaga
Pemerintahan Non Kementerian agar melakukan pentahapan pada jenis pelayanan,
mutu pelayanan dan/atau sasaran/lokus tertentu.
SPM merupakan salah satu program strategis nasional. Pada Pasal 68 UU Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Kepala Daerah yang
tidak melaksanakan program strategis nasional akan dikenai sanksi yaitu sanksi
administratif, diberhentikan sementara selama 3 (tiga) bulan, sampai dengan
diberhentikan sebagai kepala daerah. capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam pelayanan skrining kesehatan sesuai standar pada warga
negara yang berusia 15–59 tahun yang membutuhkan pelayanan skrining di wilayah
kerja adalah 100 persen.
Dari beberapa uraian definisi diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa masalah
adalah di temukan antara kesenjangan antara harapan dan kenyataan atau
kesenjangan antara target dan pencapaian. Dari data laporan tahun 2016 Puskesmas
Beber ditemukan beberapa SPM yang berkaitan dengan screening PTM masih
memiliki indikator kerja yang pencapaiannya masih dibawah target, seperti dibawah
ini:

33
34

3. Program Promkes

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan Komunikasi
Informal dan Konseling 32,116 5,00 1,503 4,68 -0.32
( KIP/K )

5 Cakupan Pemberdayaan
Masyarakat melalui
Penyuluhan Kelompok 648 100 567 87,50 -12,5
oleh Petugas di
Masyarakat.

7 Cakupan Pembinaan
Pemberdayaan
Masyarakat dilihat 10 60 10 100 40
melalui Persentase (%)
Desa Siaga Aktif

Cakupan kegiatan Promkes 2016


100% 100%
100.00% 100%
90.00% 87.50%
80.00%
70.00% 66.67%
60.00% 54% 67%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00% 4.68%
10.00%
0.00%

Cakupan kegiatan Promkes

34
35

4. Program USILA

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan Pelayanan 682 19,00 468 68,62 49.62


Usila

2 Cakupan Pembinaan 10 100 10 100 -


Usia Lanjut pada
Kelompok Usia lanjut

100%
100.00%
68.62%
80.00%
60.00%
40.00%
Cakupan
20.00%
0.00%
Cakupan
Pelayanan kesehatan
USILA Pembinaan USILA

35
36

5. Program Kesehatan Kerja

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan Pembinaan 1 100 - -


Pos UKK

2 Cakupan Penanganan 2.701 100 2.428 89,89 -10,11


Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Panyakit
Akibat Hubungan Kerja
(AHK)

89.89%
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
Cakupan
0.4
0.3
0.2
0.1 0

. 0
Pembinaan POS UKK Penanganan Penyakit
akibat kerja

36
37

4. Program Kesehatan Jiwa

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan Deteksi Dini 55.153 20,00 2.764 5,01 -14.99


Gangguan Kesehatan
Jiwa

Cakupan Penanganan 2.764 100 2.755 99,67 -0.33


Pasien Terdeteksi
Gangguan Kesehatan
Jiwa

100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
99.67% Cakupan
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00% 5.01%
0.00%
Deteksi dini gangwa Penanganan pasien
terdeteksi gangwa

5. Program Kesehatan Indera

Kesenja
No Program Sasaran Target Pencapaian %
ngan

1. Cakupan penanganan 9 100 9 100


kasus kelainan refraksi

37
38

2. Cakupan skrining 160 100 160 100


katarak

3. Cakupan penanganan 14 100 14 100


penyakit katarak

4. Cakupan rujukan - 100 - -


gangguan penglihatan
pada kasus Diabetes
Melitus ke RS

5. Cakupan kegiatan 820 80,00 820 100


penjaringan penemuan
kasus gangguan
pendengaran di SD/MI

100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%


100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0% Cakupan

38
39

6. Pemeriksaan IVA
JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN YANG DI PERIKSA IVA

BULAN Januari s/d April DI WILAYAH UPT PUSKESMAS DTP BEBER

TAHUN 2016

49
50
45
40
35
30
25 Jumlah kunjungan

20
15
10
3 4
5 2

0
Januari Pebruari Maret April

39
40

3.1.3 Prioritas Masalah


Dari berbagai permasalahan yang didapat di puskesmas Beber yang berkaitan
dengan pelaksanaan pelayanan dan promosi kesehatan, maka diprioritaskan satu pokok
permasalahan yang dianggap paling mendesak, serius, dan harus segera ditangani.
Alat pertama yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas permasalahan
adalah dengan menggunakan matriks USG. Kepner dan Tragoe tahun 1981 menyatakan
pentingnya suatu masalah dibandingkan masalah lainnya dapat dilihat dari tiga aspek
berikut :
1. Bagaimana gawatnya masalah dilihat dari pengaruhnya sekarang ini terhadap
produktifitas, orang, dan / atau sumber dana dan daya.
2. Bagaimana mendesaknya dilihat dari waktu yang tersedia.
3. Bagaimanakah perkiraan yang terbaik mengenai kemungkinan berkembangnya
masalah.
Pada penggunaan matriks USG, untuk menentukan suatu masalah yang prioritas,
terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut adalah urgency,
seriuosness, dan growth.
Urgency berkaitan dengan tingkat kegawatan, apabila masalah tidak ditanggulangi
akan menyebabkan masalah yang lebih kompleks. Semakin mendesak suatu masalah
untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgency masalah tersebut.
Seriuosness berkaitan dengan tingkat keseriusan, apabila masalah tidak
diselesaikan dapat berakibat serius pada masalah lain. Dampak ini terutama yang
menimbulkan kerugian bagi organisasi seperti dampaknya terhadap produktifitas,
keselamatan jiwa manusia, sumberdaya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak
masalah tersebut terhadap organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
Growth berkaitan dengan besar atau luasnya masalah penyebab atau yang
ditimbulkan. Semakin cepat berkembangnya masalah tersebut maka semakin tinggi
tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah yang cepat berkembang tentunya makin
prioritas untuk diatasi permasalahan tersebut.
Untuk mengurangi tingakat subyektivitas dalam menentukan masalah prioritas,
maka perlu menetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG tersebut. Umumnya
digunakan skor dengan skala tertentu. Misalnya penggunaan skor skala 1-5. Semakin
tinggi tingkat urgency, serius, atau pertumbuhan masalah tersebut, maka semakin tinggi
skor untuk masing-masing unsur tersebut.
40
41

Matriks Penilaian USG :


 Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut
diselesaikan.
5 : Sangat mendesak
4 : Mendesak
3 : Cukup mendesak
2 : Kurang mendesak
1 : Tidak mendesak
 Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak
masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak.
5 : Sangat serius
4 : Serius
3 : Cukup serius
2 : Kurang serius
1 : Tidak serius
 Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
5 : Sangat cepat
4 : Cepat
3 : Cukup cepat
2 : Kurang cepat
1 : Tidak cepat

41
42

Kriteria
No Masalah Total Prioritas
U S G
PELAYANAN KESEHATAN USIA PRODUKTIF

Skrining faktor risiko PTM dan gangguan


1 4 5 5 100 1
mental emosional dan perilaku

2 Konseling tentang faktor risiko PTM dan 4 3 3 36 6


gangguan mental emosional dan perilaku

Pelatihan teknis petugas skrining kesehatan


3 bagi tenaga kesehatan dan petugas 4 5 4 80 2
pelaksana (kader) Posbindu PTM

4 Penyediaan sarana dan prasarana skrining 4 4 5 80 3


(Kit Posbindu PTM)

5 Pelatihan surveilans faktor risiko PTM 4 3 2 24 7


berbasis web

6 Pelayanan rujukan kasus ke Faskes Tingkat 4 4 5 80 4


Pertama

7 Pencatatan dan pelaporan faktor risiko 4 3 4 48 5


PTM

8 Monitoring dan evaluasi 3 3 2 18 8

42
43

Berdasarkan langkah-langkah kegiatan yang diambil dari SPM Pelayanan kesehatan pada
usia produktif dari Permenkes no.43 tahun 2016 tersebut, permasalahan mengenai Skrining
faktor risiko PTM dan gangguan mental emosional dan perilaku menjadi prioritas masalah
yang diutamakan.

3.1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan Prioritas Masalah


Rumus :

Pembilang : Jumlah pencapaian pelayanan skrining kesehatan yang


dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
Penyebut : Jumlah seluruh sasaran dalam kurun waktu tertentu
Ukuran / konstanta : persentase (%)
Contoh perhitungan :
 Jumlah pencapaian penyuluhan yang dilakukan bulan mei – juni 16
kali
 Jumlah sasaran pelayanan krining kesehatan bulan januari-februari 16
kali
 Cakupan skrining kesehatan = 16/16 x 100 = 100%
Sumber data : laporan tahunan puskesmas Beber.
Rujukan : pedoman penyuluhan promosi kesehatan di puskesmas.
Target : target pencapaian program skrining kesehatan adalah 100 %.

43
44

Rumusan Masalah

Menurut peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2016

tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan salah satunya pelayanan kesehatan pada

usia reproduksi, Pernyataan Standar Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun

mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib

memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 15–59 tahun di

wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Posbindu PTM dilakukan di Puskesmas dan

jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja sama

dengan pemerintah daerah. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun minimal

dilakukan satu tahun sekali. Posbindu PTM di bentuk untuk pelayanan kesehatan skrining

usia 15-59 tahun di antaranya adalah deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan

memeriksa tinggi badan dan berat badan serta lingkar perut, deteksi hipertensi dengan

memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan primer, deteksi kemungkinan diabetes melitus

menggunakan tes cepat gula darah, deteksi gangguan mental emosional dan perilaku,

pemeriksaan ketajaman penglihatan, pemeriksaan ketajaman pendengaran, deteksi dini

kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis dan pemeriksaan IVA khusus untuk

wanita usia 30–59 tahun.

Cakupan pelayanan skrining kesehatan pada usia produktif di Puskesmas Beber belum

mencapai target 100%, hal ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

kesehatan serta belum maksimalnya petugas dalam membina posbindu PTM di desa, belum

maksimalnya kerjasama lintas program dan beban kerja petugas yang banyak.

44
45

3.1.5 Analisi Penyebab Masalah dan Alternatif

pemecahan masalah Rencana Kegiatan (Plan Of Action / POA)

Tabel 3.13 Plan Of Action / POA


No Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Indikator Hasil
1. Persiapan Agar kegiatan Kepala Puskesmas Didapatkan prioritas
 Menganalisis masalah pembinaan dan puskesmas, Beber masalah dan pemecahan
dan menentukan pembentukan dokter, masalah
prioritas masalah posbindu PTM lebih pemegang
 menentukan alternatif terorganisir program
pemecahan masalah dan
prioritas pemecahan
masalah
 pembuatan jadwal
 sosialisasi ke petugas
promosi kesehatan
 mengkonfirmasi waktu
dan tempat pelaksanaan

2. Pelaksanaan Meningkatnya Masyarakat Desa Terbentuknya


 Konfirmasi ulang tempat cakupan Cikancas pemahaman pada
 Persiapan sarana dan pembentukan masyarakat mengenai
prasarana posbindu PTM berbagai macam
 Pelaksanaan kegiatan penyakit tidak menular
pembentukan Posbindu serta terlaksananya
pemeriksaan rutin
3. Evaluasi Mengetahui sejauh Panitia Puskesmas Terbentuk laporan
mana pencapaian pelaksana Beber pertanggungjawaban
 Penilaian apakah waktu
kegiatan kegiatan
pelaksanaan terlaksana
tepat waktu
 Penilaian apakah tempat
pelaksanaan sudah cukup
kondusif
 Penilaian apakah sasaran
telah tercapai

45
46

Tabel 3.14 Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Di Puskesmas Beber

No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Kebutuhan Sumber Daya Indikator Sumber
Kesehatan Keberhasilan Pembiayaan
Dana Alat Tenaga

1. Skrining Pembentukan Meningkatnya Masyarakat 100% Rp. 1.000.000,-  Leaflet  Coas FK Masyarakat Mandiri
Pelayanan Posbindu PTM cakupan  Tensimeter Unswagati memahami
Kesehatan Usia pembentukan  Timbangan  Petugas berbagai macam
Produktif Posbindu PTM badan Kesehatan penyakit tidak
 Alat ukur  Kader menular serta
tinggi badan terlaksananya
 Alat ukur pemeriksaan
lingkar perut rutin penyakit
 Alat cek gula tidak menular
darah,
kolesterol,
dan asam urat

46
47

Tabel 3.15 Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Puskesmas Beber

No Upaya Kesehatan Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian pelaksanaan Lokasi Tenaga Jadwal Biaya
kegiatan pelaksanaan Pelaksana

1 Skrining Pelayanan Pembentukan Meningkatnya Masyarakat 50 Membentuk Posbindu  Desa  Coas FK 27 Mandiri
Kesehatan Usia posbindu PTM cakupan PTM di desa, melakukan Cikancas Unswagati Desember
Produktif pembentukan pelatihan kader,  Petugas 2016 – 18
Posbindu PTM melakukan pemeriksaan Kesehatan Maret
penyakit tidak menular,  Kader 2017
melakukan penyuluhan
dan konseling tentang
penyakit tidak menular

47

Anda mungkin juga menyukai