Anda di halaman 1dari 12

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini menjabarkan gambaran awal tentang judul objek rancang bangun,
mencakup esensi, latar belakang, tujuan, dan permasalahan yang digunakan
sebagai pendahuluan dalam pembuatan konsep.

1.1 JUDUL
Stasiun Interchange Mass Rapid Transit (MRT) Blok M dengan Pendekatan
Arsitektur Bioklimatik di Jakarta.

1.2 PENGERTIAN JUDUL


1.2.1 Stasiun Kereta Api
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat (2008),
stasiun adalah tempat menunggu bagi calon penumpang kereta api dsb; tempat
pemberhentian kereta dan sebagainya.
Stasiun kereta api adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat kereta
api berangkat atau berhenti untuk melayani naik turun penumpang, bongkar muat
barang, dan keperluan operasi kereta api dimana kereta api memerlukan tempat
untuk bersilang, bersusulan, berhenti, dan menyusun rangkaian kereta api.
Jenis-Jenis Stasiun Kereta Api :
 Stasiun Penumpang ; Stasiun penumpang adalah stasiun kereta api
untuk keperluan naik turun penumpang.
 Stasiun Barang ; Stasiun barang adalah stasiun kereta api untuk
keperluan bongkar muat barang.
 Stasiun Operasi ; Stasiun Operasi merupakan stasiun kereta api
untuk menunjang pengoperasian kereta api.
1.2.2 Stasiun Interchange
Fasilitas/sarana transportasi yang mewadahi interchange antar seluruh moda
transportasi massal Jakarta dan juga mewadahi segala aktivitas pengawasan

commit to user

I - 1 | Stasiun Interchange MRT Blok M Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di


Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terhadap transportasi massal dalam bentuk suatu pusat pengawasan. Didesain


dengan konsep Transit Oriented Development (TOD).1

1.2.3 Mass RapidTransit


MRT adalah singkatan dari Mass Rapid Transit yang secara harafiah berarti
angkutan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat.2
Beberapa bentuk dari MRT antara lain:
 Berdasarkan jenis fisik : BRT (Bus Rapid Transit), Light Rail
Transit (LRT) yaitu kereta api rel listrik, yang dioperasikan
menggunakan kereta (gerbong) pendek seperti monorel dan Heavy
Rail Transit yang memiliki kapasitas besar seperti kereta
Jabodetabek yang ada saat ini
 Berdasarkan Area Pelayanan : Metro yaitu heavy rail transit dalam
kota dan Commuter Rail yang merupakan jenis MRT untuk
mengangkut penumpang dari daerah pinggir kota ke dalam kota dan
mengantarkannya kembali ke daerah penyangga(sub-urban).
1.2.4 Arsitektur Bioklimatik
Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan
bangunan dimana sistem struktur, ruang dan konstruksi bangunan tersebut dapat
menjamin adanya kondisi nyaman bagi penghuninya. 3

1.3 LATAR BELAKANG


1.3.1 Fenomena Transportasi Jakarta
Kota Jakarta telah berkembang dengan sangat pesat, sehingga orang-orang,
terutama mereka yang tergolong dalam pekerja produktif, harus tinggal diluar
kota. Setiaphari, lebih dari 4 juta penglaju dari daerah-daerah disekitar DKI
Jakarta (Jabodetabek) keluar dan masuk wilayah ibukota tersebut. Kecenderungan
perluasan kota Jakarta-Jabodetabek yang begitu tinggi dan kurang terkontrol

1
RTRW Jakarta 2030
2
www.jakartamrt.com
3 commit toGuru
Prof.Dr.Ir.Sangkertadi, Pidato Ilmiah Pengukuhan userBesar, Fakultas Teknik Universitas Sam
Ratulangi, 2008

I - 2 | Stasiun Interchange MRT Blok M Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di


Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

secara signifikan meningkatkan biaya transportasi, mengurangi tingkat mobilitas


dan menurunkan kualitas hidup.
Pertumbuhan jalan di Jakarta kurang dari 1% per tahun padahal setiap hari
setidaknya ada 1000 lebih kendaraan bermotor baru turun ke jalan di Jakarta
Menurut Pakar Transportasi Dr.Techn. Ir. Danang Parikesit, M. Sc.(Eng), dampak
secara ekonomi akibat kemacetan ini, begitu nyata. Kerugian ekonomi akibat
kemacetan lalu lintas di Jakarta ditaksir Rp 12,8triliun/tahun yang meliputi nilai
waktu, biaya bahan bakar dan biaya kesehatan. Sementara berdasarkan SITRAMP
II tahun 2004 menunjukan bahwa bila sampai 2020 tidak ada perbaikan yang
dilakukan pada sistem transportasi maka perkiraan kerugian ekonomi mencapai
Rp 65 triliun/tahun. Saat ini, moda transportasi publik yang ada di Jakarta
didominasi oleh kendaraan pribadi, dan hanya menyisakan 2% saja bagi
transportasi berbasis rel. Polusi udara akibat kendaraan bermotor memberi
kontribusi 80% dari polusi di Jakarta. Dengan bertambahnya jumlah kendaraan
yang tidak sebanding apabila dibandingkan dengan bertambahnya pembangunan
jalan menyebabkan semakin menambah kemacetan di wilayah ibukota Jakarta.
Seperti yang tertera pada SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah) DKI
Jakarta tahun 2012, dalam rangka menunjang transportasi di wilayah DKI Jakarta
dan untuk mengurangi dampak pencemaran udara di DKI Jakarta akibat
penggunaan kendaraan dijabarkan 10 langkah dan pembangunan MRT termasuk
diantaranya menjadi langkah nomor 7 bersama dengan pembangunan Monorel.
MRT bagian dari solusi transportasi. MRT mampu mengangkut penumpang dari
satu titik asal ke titik tujuan secara cepat, dan dalam jumlah yang besar. Namun,
selain MRT untuk mengatasi kemacetan diperlukan langkah-langkah lain seperti,
peningkatan disiplin lalu lintas, pembatasan volume lalu lintas, mendorong
pengguna kendaraan pribadi beralih ke MRT seperti dengan menyediakan fasilitas
park & ride. Dan, yang paling penting adalah mengintegrasikan sistem MRT
dengan sistem angkutan massal lainnya seperti bus umum, busway, dan kereta
Jabodetabek. Sistem MRT memiliki kebutuhan utama sebagai komponen
utamanya yaitu tempat pemberhentian stasiun yang berfungsi sebagai tempat
transit kereta dan tempat penumpang untuk naik turun kereta MRT.
commit to user

I - 3 | Stasiun Interchange MRT Blok M Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di


Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Jenis yang akan dibangun oleh PT. MRT Jakarta adalah MRT berbasis rel
jenis Heavy Rail Transit. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kemudian bekerja
sama dengan PT. MRT Jakarta untuk merencanakan proyek MRT Jakarta. Peran
proyek moda transportasi massal berbasis rel ini cukup vital. Proyek MRT bisa
menjadi pendorong proyek infrastruktur transportasi sejenis di kota lainnya.
“Pasar domestik dan internasional juga akan percaya bahwa Indonesia bisa
membangun proyek sejenis ini (MRT),” ujar Direktur Utama PT. MRT Jakarta
Dono Boestami.

1.3.2 Kawasan Blok M Sebagai Lokasi Objek Rancang Bangun


Sesuai dengan rencana PT. MRT Jakarta, jalur MRT dan stasiun MRT
beradadi titik-titik lokasi pada peta berikut :

Gambar I.1. Peta Jaringan Rute MRT Jakarta


Sumber : PT. MRT Jakarta
commit to user

I - 4 | Stasiun Interchange MRT Blok M Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di


Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lokasi Blok M kemudian dipilih karena merupakan salah satu stasiun besar
(sesuai jalur MRT yang sudah ditetapkan PT. MRT Jakarta) dan juga terdapat
terminal Blok M yang mengakomodir Transjakarta dan bus kota. Pada site
terdapat beberapa pusat perbelanjaan dan perkantoran yang membuat kawasan ini
cukup tinggi intensitas kendaraan pribadi maupun pengguna jalan kakinya.
Terdapat taman kota sebagai ruang terbuka hijau yang digunakan untuk tempat
berkumpul dan bersantai bagi masyarakat kawasan Blok M, Jakarta.

Gambar I.2. Peta Kawasan Blok M, Jakarta


Sumber :Google Earth

1.3.3 Arsitektur Bioklimatik Sebagai Pendekatan Objek Rancang Bangun


Berdasarkan data geografi, Kota Jakarta beriklim panas dengan suhu rata-
rata pertahun 27º C dengan kelembaban 80% - 90%.Karena letaknya pada daerah
khatulistiwa, maka arah angin dipengaruhi oleh angin muson barat, pada bulan
November-April, dan muson timur pada bulanMei-Oktober.Selain itu, karena
berada di tepi pantai, keadaan angin sehari-hari banyak dipengaruhi oleh angin
laut.Curah hujan rata-rata sepanjang tahun adalah 2.000 mm dimana curah hujan
tertinggi terjadi sekitar bulan Januari dan yang terendah pada sekitar bulan
September.

commit to user

I - 5 | Stasiun Interchange MRT Blok M Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di


Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Grafik I.1.Grafik Suhu Permukaan Rata-Rata Jakarta Dari Tahun 1880 Sampai 1990, Dengan
Proyeksi Tahun 2000 Dan 2020.
Sumber : Goddard Institute for Space Studies, NASA.

Grafik I.1 memperlihatkan grafik suhu permukaan rata-rata di Jakarta tahun


1881 – 1991 dan menunjukkan peningkatan yang tetap sebesar lebih dari 1,5
derajat Celcius selama periode 100 tahun tersebut. Efek pemanasan global
diperkirakan akan meningkatkan suhu rata-rata Jakarta sebesar 1 derajat Celcius
di tahun 2030, dan sebesar 3 derajat Celcius pada tahun 2100. Gabungan
pemanasan global di seluruh dunia merupakan fenomena efek Urban Heat Island
yang lebih terlokalisir, diakibatkan oleh jumlah panas yang diciptakan dan diserap
di lingkungan perkotaan yang sangat padat.
Umumnya suhu di kota lebih tinggi. Hal ini dikarenakan beton, aspal dan
permukaan gelap, non-reflektif lainnya yang menyerap panas radiasi. Di sisi lain,
pengeluaran energi, AC dan lalu lintas juga menghasilkan panas. Kurangnya
ruang hijau ikut mengakibatkan efek Urban Heat Island. Hal ini pun
mengakibatkan peningkatan konsumsi energi untuk AC untuk mendinginkan
bangunan, yang kemudian meningkatkan suhu di sekitar kota.
Site dimana stasiun MRT Blok M akan direncanakan yaitu kota Jakarta,
memiliki permasalahan terkait iklim lingkungannya. Pendekatan bioklimatik
menjadi salah satu tanggapan terhadap perbedaan antaralingkungan site yang ideal
dan realita. Faktanya suhu rata-rata permukaan Jakarta sudah pada taraf tidak
nyaman yaitu 27oC dan berdasarkan grafik gambar 4 akan bertambah menjadi
30oC pada tahun 2100, sedangkan suhu ideal pada bangunan di Jakarta
berdasarkan jurnal DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 1, Juli 2001:
24 – 33 adalah 26,4oC. bioklimatik
commit kemudian
to user bertitik tolak dari dua hal

I - 6 | Stasiun Interchange MRT Blok M Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di


Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

fundamental untuk menentukan strategi desain yang responsif terhadap


lingkungan global yaitu kondisi kenyamanan thermal manusia dan penggunaan
energi secara pasif. Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang
mengarahkan arsitek untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan
memperhatikan hubungan antara bentuk arsitektur dengan lingkungannya dalam
kaitannya iklim daerah tersebut.Desain untuk daerah beriklim tropis kemudian
menjadi strategi dari bioklimatik.
Jakarta sebagai ibukota dan segala kegiatan di dalamnya memberi dan
terkena dampak negatif secara langsung maupun tidak langsung terhadap
bangunan yang berdiri di kota ini. Dampak secara langsung berupa
ketidaknyamanan pengguna terhadap thermal yang cenderung terlalu panas dan
lembab dikarenakan iklim tropis Jakarta, mengakibatkan peningkatan pemakaian
AC (Air Conditioning) sebagai pembuat iklim makro yang sesuai dengan yang
diinginkan. Hal ini mengakibatkan permasalahan iklim tropis yang semakin
memburuk dikarenakan bahan-bahan yang dikeluarkan AC membuat lingkungan
memburuk. Dampak secara tidak langsung adalah permasalahan ekonomi dan
polusi kota karena semakin tidak nyaman iklim di suatu wilayah, orang-orang
akan cenderung menggunakan kendaraan pribadi untuk bertransportasi dibanding
menggunakan kendaraan umum yang menyebabkan polusi dan penambahan
kebutuhan bahan bakar yang berlebih.

1.4 RUMUSAN PERMASALAHAN DAN PERSOALAN


1.4.1 Permasalahan
Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan stasiun Interchange MRT
Blok M dengan pendekatan arsitektur bioklimatik di Jakarta.
1.4.2 Persoalan
 Bagaimana membuat konsep penataan site yang dapat dengan
mudah memberi pencapaian menuju dan dari stasiun.
 Bagaimana membuat konsep program ruang yang dapat menunjang
kegiatan pengguna di dalam dan menuju stasiun.
 Bagaimana membuat konsep sirkulasi yang dapat dengan mudah
mengantarkan pengguna dari dan menuju stasiun.
commit to user

I - 7 | Stasiun Interchange MRT Blok M Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di


Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

 Bagaimana membuat konsep struktur dan jaringan utilitas bangunan


yang sesuai untuk bangunan stasiun Interchange MRT Blok M di
Jakarta.
 Bagaimana gubahan dan tata massa bangunan stasiun interchange
MRT Blok M di Jakarta yang sesuai dengan prinsip bioklimatik.

1.5 TUJUAN DAN SASARAN


1.5.1 Tujuan
Tujuan dari penulisan konsep perencanaan dan perancangan ini adalah
mendapatkan acuan dasar desain Stasiun Interchange MRT Blok M di Jakarta
menjadi fasilitas dari sistem transportasi massal yang didasarkan pada
pertimbangan prinsip-prinsip arsitektur bioklimatik.
1.5.2 Sasaran
Sasaran dalam perencanaan dan perancangan ini sebagai berikut.
 Konsep bangunan stasiun MRT Blok M di Jakarta yang menerapkan
prinsip desain arsitektur bioklimatik.
 Konsep penataan site yang mempunyai kemudahan pencapaian, serta
sirkulasi site dan pedestrian yang memenuhi persyaratan teknis
sirkulasi dan aspek-aspek dari arsitektur bioklimatik.
 Konsep program ruang yang sesuai dengan kegiatan pengguna dari,
di dalam dan menuju stasiun MRT Blok M di Jakartadengan
penerapan dari konsep arsitektur bioklimatik.
 Konsep sirkulasi yang memudahkan pengguna untuk
mengorientasikan dirinya terhadap bangunan dan dapat dengan
mudah mencapai stasiun dan kemudian menuju kereta dan sesuai
dengan konsep arsitektur bioklimatik.
 Konsep struktur bangunan yang tepat untuk stasiun layang, serta
konsep utilitas yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna dalam
bangunan sesuai dengan konsep arsitektur bioklimatik.

commit to user

I - 8 | Stasiun Interchange MRT Blok M Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di


Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.6 LINGKUP DAN BATASAN


 Konsep yang dapat menjawab permasalahan dan persoalan yang
muncul dari stasiun Interchange MRT Blok M di Jakarta yang akan
menekankan pada penggunaan prinsip desain arsitektur bioklimatik,
 Konsep perencanaan dan perancangan stasiun InterchangeMRT
Blok M di Jakarta dititik beratkan pada penyelesaian desain
mencakup program ruang, sirkulasi, orientasi, gubahan dan bentuk
bangunan sesuai dengan prinsip desain stasiun.

1.7 METODE PEMBAHASAN


Metode pembahasan yang dilakukan untuk tahapan pembuatan konsep
perencanaan dan perancangan stasiun interchange MRT Blok M di Jakarta dengan
pendekatan arsitektur bioklimatik adalah sebagai berikut.
1. Penelusuran Masalah
Tahap penelusuran masalah merupakan pemberangkatan ide awal untuk
mengangkat tema/topik yang terpilih untuk penulisan konsep perencanaan dan
perancangan stasiun interchange MRT Blok M di Jakarta dengan pendekatan
arsitektur bioklimatik. Penelusuran masalah dimulai dari melihat fenomena
transportasi yang ada di Jakarta sehingga membutuhkan pengembangan lebih
lanjut mengenai fasilitas transportasi umum yang juga didukung dengan regulasi
pemerintah setempat berkenaan dengan transportasi Jakarta. Kemudian melihat
fenomena kondisi klimatologi Jakarta yang secara tidak langsung mempengaruhi
kondisi penggunaan transportasi umum di Jakarta. Permasalahan yang muncul
bahwa bangunan yang akan direncanakan dan dirancang harus dapat memenuhi
kebutuhan kegiatan stasiun MRT di Jakarta serta dapat tanggap dengan iklim
lingkungan untuk menunjang bangunan stasiun dari luar.
2. Temuan Konsep Perencanaan dan Perancangan
Mengembangkan pemahaman awal tentang stasiun interchange MRT Blok
M di Jakarta dengan pendekatan arsitektur bioklimatik melalui:

commit to user

I - 9 | Stasiun Interchange MRT Blok M Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di


Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

 Studi Literatur
Tahapan mencari informasi dari buku-buku referensi, ebook, situs-situs
internet, atau hasil penelitian yang terkait dengan judul. Studi literatur tersebut
terdiri dari:
1) Peraturan/kebijakan pemerintah terkait dengan pengembangan
transportasi di Jakarta;
2) Kajian akan MRT dan data terkait;
3) Teori sirkulasi dalam stasiun;
4) Teori arsitektur bioklimatik ;
5) Data iklim di Jakarta;
6) Hasil tugas akhir sejenis.
 Pencarian Data ke Lembaga Terkait
Dilakukan guna mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan seperti
karakteristik iklim di Jakarta khususnya Jakarta Selatan dan karakteristik MRT
yang akan digunakan di Jakarta didapatkan melalui narasumber yang
bersangkutan, yaitu BPS Jakarta, BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika) Jakarta dan PT. MRT Jakarta.
 Survey Lapangan
Bertujuan mengetahui kondisi lapangan berkaitan dengan bangunan stasiun
MRT. Selain itu untuk mengetahui kondisi fisik kawasan yang akan dijadikan site
meliputi keadaan fisik-sosial kawasan, topografi, arus lalu lintas, serta potensi
lingkungan bagi perencanaan.
3. Pendekatan dan Temuan Konsep Perencanaan
Data dan Informasi yang diperoleh pada mulanya diklasifikasikan sesuai
dengan tema, kemudian direduksi menjadi subtansi-subtansi yang akandigunakan
dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan desain. Pengolahan data ini
berlangsung terus menerus karena adanya tambahan dan informasi baru serta
pengurangan akibat adanya perubahan yang membuat data sebelumnya dianggap
kurang sesuai dengan format yang baru.
4. Pendekatan dan Rumusan Konsep Perancangan Arsitektur
Pendekatan perumusan konsep perancangan melalui metoda induktif yaitu
commit empirik
pendekatan berdasarkan pengetahuan to user untuk memperoleh gambaran

I - 10 | Stasiun Interchange MRT Blok M Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di


Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengenai Stasiun Interchange MRT Blok M di Jakarta Dengan Pendekatan


Arsitektur Bioklimatik, dan metoda deduktif yaitu pendekatan berdasarkan
teoritik yang membantu mengarahkan pembahasan sesuai dengan perencanaan
yang diinginkan. Cara yang digunakan adalah:
 Analisis
Menggunakan metoda pemrograman arsitektur bahwa sistem bangunan
merupakan sistem dari beberapa komponen rancangan yang
diprogramkan.Metoda penguraian dan pengkajian dari data-data dan informasi
yang kemudian digunakan sebagai data relevan bagi perencanaan dan
perancangan.Pada tahap ini dilakukan dengan analisis data menggunakan metoda
analisis deskriptif yaitu melalui penguraian data dan informasi yang disertai
gambar sebagai media berdasar pada teori normatif yang ada. Tahapan analisa
akan dikelompokan berdasarkan program fungsional, performansi, dan
arsitektural.
1) Program fungsional bertujuan untuk mengidentifikasi pengguna Stasiun
Interchange MRT Blok M di Jakarta Dengan Pendekatan Arsitektur
Bioklimatik, yang direncanakan yaitu pengguna, kegiatan pengguna dan
alur kegiatan pengguna, dan lain-lain.
2) Program Performansi menerjemahkan secara skematik kebutuhan calon
pengguna Stasiun Interchange MRT Blok M di Jakarta Dengan Pendekatan
Arsitektur Bioklimatik. Dalam hal ini membahas persyaratan kinerja setting
ruang yaitu kebutuhan ruang, persyaratan ruang, dan program ruang dalam
bangunan.
3) Analisis arsitektural merupakan tahap penggabungan dari hasil identifikasi
kedua analisis sebelumnya (fungsional dan performansi) dan digabungkan
dengan teori pendekatan arsitektur yang digunakan. Dalam proses ini akan
dianalisis masalah pengolahan site, massa, citra bangunan, tampilan,
peruangan, utilitas dan struktur bangunan yang menyatukan akan kebutuhan
pengguna dengan persyaratan yang ada.
 Sintesis
Merupakan tahap penggabungan dari referensi (preseden, teoritik, dan
commit
pengolahan empiris) dan fakta yang telah to userpada tahap analisis tersebut diolah
dikaji

I - 11 | Stasiun Interchange MRT Blok M Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di


Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan disimpulkan untuk mendapatkan pendekatan konsep perancangan yang


sesuai, kemudian siap ditransformasikan ke dalam bentuk ungkapan fisik yang
dikehendaki melalui building criteria design dengan menganalisis sesuai analisa
program fungsional, program performansi, dan program arsitektural.

1.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Bab I: Pendahuluan
Mengungkapkan Stasiun Interchange MRT pusat pembinaan melalui judul,
esensi judul, penguraian latar belakang, rumusan permasalahan dan persoalan,
tujuan dan sasaran, lingkup dan batasan, metode pembahasan, serta sistematika
pembahasan.
Bab II: Tinjauan Pustaka
Mencakup tinjauan teori dengan menggunakan studi literatur dan teori-teori
berkaitan dengan judul dan dikelompokkan ke dalam substansi-substansi yang
mengarah pada konsep perencanaan dan perancangan berikutnya.Dilengkapi
referensi yang relevan untuk mendukung perencanaan dan perancangan berupa
preseden.
Bab III: Tinjauan Kota Jakarta
Penjabarkan akan kota yang akan digunakan sebagai lokasi stasiun
Interchange MRT, termasuk didalamnya data iklim dan kondisi transportasi
Jakarta.
Bab IV: Analisa Perencanaan dan Perancangan
Merupakan tindak lanjut dari ide, tinjauan pustaka dan kota dalam
penulisan dan proses desain ini. Pada tahap ini muncul persyaratan yang ada dan
rumusan atau gambaran dari konsep perencanaan dalam tahap awal sesuai dengan
persyaratan yang ada.
Bab V: Konsep Perencanaan dan Perancangan
Merupakan tahap tercapainya konsep perencanaan dan perancangan dari
hasil analisis data dan informasi pada bab sebelumnya, yang kemudian digunakan
sebagai dasar dan acuan dalam perancangan bangunan stasiun Interchange MRT
Blok M di Jakarta dengan pendekatan Arsitektur Bioklimatik.
commit to user

I - 12 | Stasiun Interchange MRT Blok M Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai