Anda di halaman 1dari 15

m

Panduan Praktis Penghitungan


Zakat Maal (Harta)

Alhamdulillah. Berikut ini diantara contoh aplikasi penghitung­


an zakat maal (harta):

"" Zakat Emas dan Perak


Apabila salah satu dari keduanya telah dimiliki setahun maka
wajib dizakati 2,5 %.
Nisab emas adalah 20 dinar (Satu dinar sama beratnya dengan
72 butir gandum yang pertengahan sebelum ditumbuk dan dipotong
ujungnya secara ijma’. Persamaannya dengan gram yang dipakai
sekarang adalah satu dinar = 3,5 gram dan pendapat lainnya menga­
takan 4,25 gram sehingga nisab emas dengan gram adalah 70 gram
atau 85 gram sesuai dengan perbedaan pada timbangan satu dinar.
Angka tersebut merupakan jumlah dari 20 dinar dikalikan de­
ngan gram. Apabila anda ingin mengeluarkan zakat emas dengan
uang kertas dan anda telah memiliki satu nisab, maka ketahuilah ter­
lebih dahulu harga gram emas sewaktu akan mengeluarkan zakat,
kemudian kalikan dengan jumlah gram yang anda miliki baru ke­
luarkan 2,5 %.
Contoh:
Seseorang mempunyai emas sebanyak 100 gram,-, setelah satu tahun
putaran, maka dia harus mengeluarkan zakat sebagai berikut:
100 gram x 25 /1000 = 2,5 gram

1
Nisab perak 200 dirham (Satu dirham sama beratnya dengan
51 butir gandum sifatnya sama dengan yang terdahulu secara ijma’.
Persamaannya dengan gram adalah satu dinar = 2,3 gram atau 2,
975 gram sehingga nisab perak dengan gram adalah 460 gram atau
595 gram sesuai dengan perbedaan pada timbangan 1 dirham. Cara
mengeluarkan zakat perak dengan uang kertas adalah sama dengan
seperti yang disebutkan pada emas.

Contoh:
Seseorang mempunyai perak sebanyak 100 gram,-, setelah satu tahun
putaran, maka dia harus mengeluarkan zakat sebagai berikut:
100 gram x 25 /1000 = 2,5 gram

"" Zakat Mata Uang


Jika harta seseorang senilai 85 gram emas atau 595 gram pe­rak,
dengan hitungan nilai pada saat dia mengeluarkan zakat sesuai de­
ngan nilai mata uang negara orang yang membayar zakat, maka dia
keluarkan zakatnya sebanyak 2½ %, setelah setiap putaran tahun
hijriyah dan harta sampai senisab.
Suatu contoh:
Seseorang mempunyai harta sebanyak Rp.10.000.000,-, setelah satu
tahun putaran, maka dia harus mengeluarkan zakat sebagai berikut:
Rp.10.000.000,- x 25 /1000 = Rp.250.000,-
(Panduan Praktis Menghitung Zakat, Adil Rasyad Ghanim)

2
"" Zakat Utang Piutang
Jika seseorang memberi pinjaman kepada orang lain dan masa
pinjaman berlalu beberapa waktu, maka menurut pendapat ulama
yang paling mudah1, orang yang memberi pinjaman harus menge­
luarkan zakat piutang dalam jangka setahun saja walaupun hutang
tersebut berlalu bertahun-tahun.
Suatu contoh :
Aiman memberi pinjaman uang kepada seseorang yang ber­
nama Ahmad sebanyak Rp. 15.000.000,- dan pinjaman tersebut
bertahan pada Ahmad selama tiga tahun, maka siapa yang wa­
jib mengeluarkan zakat dan berapa jumlah zakat yang harus
dibayar?
Yang berkewajiban mengeluarkan zakat adalah Aiman karena dia
pemilik harta tersebut dan dia wajib mengeluarkan zakat dalam jangka
setahun saja sebesar:
Rp.15.000.000,- x 25 /1000 x 1 tahun = Rp.375.000,-

1 Demikian itu adalah pendapat Imam Malik baik utang yang diharapkan
pengembaliannya atau tidak dengan syarat tidak diakhirkan penyerahannya
tersendiri dari zakat. Jika tidak, maka wajib mengeluarkan zakat tiap tahun
yang telah berlalu dari masa hutang. Sebagaimana pendapat Ibnu Qasim Al-Ma­
liki bahwa yang lebih hati-hati adalah mengeluarkan zakat piutang setiap tahun
sepanjang masa piutang seperti pendapat madzhab Hambali. (Panduan Praktis
Menghitung Zakat, Adil Rasyad Ghanim)

3
"" Zakat Saham dan Kertas Berharga
Saham dan kertas berharga2 bila telah sampai senisab wajib
dikeluarkan zakatnya bersama keuntungannya, seperti nisab mata
uang dan kadar zakat sebesar 2½ %.
Suatu contoh:
Seseorang memiliki saham, pada saat mau mengeluarkan zakatnya
saham tersebut menurut harga pasar senilai Rp.50.000.000,- dan tiap
tahun mendapatkan laba sebesar Rp.5.000.000,- sehingga jumlah har-
ta keseluruhan sebesar:
Rp.50.000.000,- + Rp.5.000.000,- = Rp.55.000.000,-.
Zakatnya : Rp.55.000.000,- x 25 /1000 = Rp.1.375.000,-

"" Zakat Perdagangan


Seorang pedagang hendaknya menghitung jumlah nilai barang
dagangan dengan harga asli lalu digabungkan dengan keuntungan
bersih setelah dipotong piutang. Kadar zakatnya 2½ %.3
Suatu contoh:
Seorang pedagang menjumlah barang dagangan di akhir tahun dengan
jumlah total Rp. 200.000.000,- dan laba bersih sebesar Rp.50.000.000,-
sementara dia mempunyai hutang sebesar Rp.100.000.000,-.

2 Kertas berharga biasanya tercampur dengan nilai yang haram yaitu riba, tetap
wajib dikeluarkan zakatnya, karena dibolehkan menyalurkan hasil yang haram
untuk kepentingan umum kaum muslimin. (Panduan Praktis Menghitung Zakat,
Adil Rasyad Ghanim)
3 Modal tetap tidak wajib dizakati seperti gedung, perkakas dan alat operasional
perdagangan. (Panduan Praktis Menghitung Zakat, Adil Rasyad Ghanim)

4
Modal dikurangi hutang: Rp.200.000.000,- – Rp. 100.000.000,- =
Rp.100.000.000,-
Jumlah harta zakat: Rp.100.000.000,- + Rp. 50.000.000,- =
Rp.150.000.000,-
Zakatnya: Rp.150.000.000,- x 25 /1000 = Rp.3.750.000,-

"" Zakat Tanaman


Jika biji-bijian atau buah-buahan4 telah sampai senisab yaitu
lima wasak atau seberat + 670 kg, maka wajib dikeluarkan zakatnya
10% bila disiram dengan air hujan dan 5% jika menggunakan alat
atau memindah air dari tempat lain dengan kendaraan atau yang
lainnya.
Suatu contoh:
Seorang petani memetik hasil panen sebanyak lima ton gandum dan
dua ton korma, maka berapa zakat yang harus dikeluarkan jika dia
menggunakan alat penyiram tanaman?
Zakat gandum: 5000 x 5 /100 = 250 kg.
Zakat korma: 2000 x 5/100 = 100 kg.

4 Hasil-hasil pertanian selain biji-bijian dianggap sebagai buah-buahan, seperti


sayur mayur segar dan buahan-buahan masih dalam kelompok barang-barang
niaga yang kadar zakatnya 2½ %. Meskipun Madzhab Hanafi berpendapat
wajib mengeluarkan zakat setiap tanaman yang ditumbuhkan bumi sekadar 5%
atau 10% sebagaimana penjelasan yang telah lalu. (Panduan Praktis Menghitung
Zakat, Adil Rasyad Ghanim)

5
"" Zakat Profesi
Zakat profesi tidak mempunyai landasan dalil dan qiyas yang
shahih. Hal ini dikarenakan bahwa zakat uang dan sejenisnya baik
yang didapatkan dari warisan, hadiah, kontrakan, gaji atau lainnya
menginduk kepada zakat emas, yaitu harus memenuhi dua syarat,
yaitu haul dan nishab. Haul artinya harta tersebut telah dimiliki
selama satu tahun, dan nishab artinya harta tersebut telah mencapai
batas minimal wajib zakat.
Maka dengan demikian bila tidak mencapai batas minimal
nishab dan tidak menjalani haul, maka tidak diwajibkan atasnya
zakat berdasarkan dalil-dalil berikut:
1. Sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Kamu tidak
mempunyai kewajiban zakat sehingga kamu memiliki 20 dinar5 dan
harta itu telah menjalani satu putaran haul.” (HR. Abu Dawud).
2. Sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Dan tidak ada
kewajiban zakat di dalam harta sehingga mengalami putaran haul.”
(HR. Abu Dawud).
3. Dari Ibnu Umar (ucapan Ibnu Umar atas sabda Rasulullah),
“Barangsiapa mendapatkan harta, maka tidak wajib atasnya zakat
sehingga menjalani putaran haul.” (HR. at-Tirmidzi)
Kemudian penetapan zakat profesi tanpa haul dan nishab
hanya ada pada harta rikaz (harta karun), sedangkan penetapan
zakat tanpa haul hanya ada pada tumbuh-tumbuhan (biji-bijian dan
buah-buahan), namun ini tetap dengan nishab.

5 20 dinar adalah 85 gram emas karena satu dinar 4 1/4 gram dan nishab uang
dihitung dengan nilai nishab emas

6
Jadi penetapan zakat profesi (penghasilan/gaji) tanpa nishab
dan tanpa haul merupakan tindakan yang tidak berlandaskan dalil,
qiyas yang shahih dan bertentangan dengan tujuan-tujuan syari’at,
juga bertentangan dengan nama zakat itu sendiri yang berarti
berkembang. Jadi nishab dan haul merupakan syarat dikeluarkan­
nya zakat bagi uang, emas dan perak.
Adapun alasan bagi mereka yang menganggap wajibnya zakat
profesi dengan mengqiyaskan penghasilan profesi dengan hasil
pertanian, sehingga nishabnya sama dengan nishab hasil pertanian
(± 650 kg) sementara prosentase yang wajib dikeluarkan dari peng­
hasilan/gaji tersebut diqiyaskan dengan zakat emas atau harta uang,
yaitu 2,5 %, maka qiyas yang demikian tentu sangat ganjil. Karena
apabila memperhatikan disiplin ilmu dalam kajian ushul fiqh, akan
kita dapatkan empat rukun qiyas, yaitu asal, hukum, cabang, dan
illat. Inilah qiyas yang benar berdasarkan ilmu dalam ushul fiqh
yang dirumuskan oleh para ulama’.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka kita akan
mendapati kejanggalan manakala qiyas yang dilakukan pada zakat
profesi asalnya adalah tanam-tanaman, sedangkan prosentase zakat­
nya adalah 2,5 % sebagai ketentuan zakatnya. Padahal berdasarkan
ketentuan zakat tanam-tanaman dan buah-buahan harus 10 % atau
5 %. Dengan demikian ada kerancauan pengertian dalam melaku­
kan qiyas, karena diambil dari dua arah atau ketentuan. Sepotong
diambil dari dari qiyas tanam-tanaman dan buah-buahan, dan sepo­
tong lagi diambil dari qiyas zakatnya emas, uang atau perak. Maka
qiyas-mengqiyas seperti yang ini tidak bisa dibenarkan.

 
"" Zakat Perhiasan
Perhiasan wanita yang terbuat dari emas atau perak yang
diproyeksikan untuk dipakai, mengenai penzakatannya telah ter­
jadi perbedaan pendapat di antara ulama, baik terdahulu maupun
sekarang.
Pendapat yang benar menurut kami adalah pendapat yang
mengatakan bahwa tidak ada zakat pada perhiasan tersebut (yang
diproyeksikan untuk dipakai), berdasarkan hal-hal dibawah ini:
Hadits yang diriwayatkan oleh Afiah bin Ayyub dari Laits bin
Sa’ad dari Abu Az-Zubair dari Jabir dari Nabi , bahwa beliau ber­
sabda: “Tidak ada zakat pada perhiasan.”
Afiah bin Ayyub menukil hadits ini dari Abu Hatim dari Abu
Zar’ah, ia berkata tentang hadits ini: Hadits ini tidak bermasalah,
dan hadits yang telah disebutkan ini dikuatkan oleh Ibnu Al-Jauzy
dalam Tahqiqnya, dalam hal ini terdapat bantahan terhadap per­
nyataan Al-Baihaqi bahwa Afiah adalah seorang yang tidak dikenal
dan haditsnya ini tidak benar.
Bahwa zakat perhiasan jika diwajibkan sebagaimana diwajibkan
pada harta-harta yang telah ditetapkan kewajibannya, maka tentu­
nya kewajiban ini telah dikenal sejak zaman Rasulullah, dan tentu­
nya akan dilakukan pula oleh para imam pada masa setelah Nabi a.
Dan dengan demikian hal tersebut akan disebutkan dalam kitab-ki­
tab mereka yang membahas tentang sedekah, namun kenyataanya,
itu semua tidak pernah terjadi sebagaimana yang diterangkan oleh
Imam Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam dalam “Kitabul Amwal “.
Apa yang diriwayatkan oleh At-Atsram dari Imam Ahmad bin
Hambal, bahwa ia berkata: Lima orang di antara para sahabat ber­
pendapat, bahwa tak ada zakat pada perhiasan, mereka itu adalah:
Aisyah, Ibnu Umar, Anas, Jabir dan Asma’.

8
Riwayat ini dinukilkan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam “Ad-
Dirayah” dari Al-Atsram.
Al-Baji menyebutkan dalam Al-Muntaqa Syarh Al-Mu’atha: Hal
ini –tidak ada kewajiban zakat pada perhiasan-perhiasan–, adalah
pendapat yang dikenal di antara para sahabat, dan orang paling tahu
tentang hal ini adalah Aisyah , ia adalah istri Rasulullah sehingga
tidak akan tertutup baginya pengetahuan tentang hal ini, juga Ab­
dullah bin Umar, yang mana saudara perempuannya yang bernama
Hafshah, adalah salah seorang istri Rasulullah, yang tentunya tidak
akan tertutup baginya untuk mengetahui hukum masalah ini.
Dalam “Kitabul Amwal” karya Abu Ubaidi disebutkan, bahwa
tidak ada riwayat yang shahih dari para sahabat tentang adanya
zakat perhiasan, kecuali dari Ibnu Mas’ud, saya katakan: Dalam
riwayat kitab “Al-Mudawanah“ dari Ibnu Mas’ud terdapat pendapat
yang sesuai dengan pendapat para sahabat tadi, dalam “Al-Mu­
dawwanah” yang ditulisnya disebutkan: Ibnu Wahab berkata:
Dikhabarkan kepadaku oleh beberapa orang ahlul ilmi dari Jabir
bin Abdullah, Anas bin Malik, Abdullah bin Mas’ud, Al-Qasim bin
Muhammad, Sa’id bin Al-Musayyab, Rabi’ah bin Abu Abdurrahman
dan Amrah dan Yahya bin Sa’id bahwa mereka berpendapat tidak
ada zakat pada perhiasan.
Masih banyak lagi dalil-dalil yang menjadi landasan pendapat
yang tidak mewajibkan zakat, terlalu panjang jika harus dikemu­
kakan semuanya. Adapun mereka yang mewajibkan zakat pada
perhiasan yang diproyeksikan untuk dipakai berdalil pada hadits
yang bersifat umum, seperti hadits: “(Zakat) pada Riqqah adalah
seperempat dari sepersepuluh (dua setengah persen)” dan hadits:
“dan yang kurang dari lima Uqiyah tidak ada sedekahnya.” Da­
lam kedua hadits ini tidak ada pengkhususan pada perhiasan se­
bagaimana yang diterangkan oleh Imam Abu Ubaid Al-Qasim bin

9
Salam dalam “Kitabul Amwal”, dan diterangkan Ibnu Qudamah da­
lam “Al-Mughni “ bahwa kata “Riqqah” bagi bangsa Arab diartikan
dengan dirham yang dicetak untuk digunakan sebagai alat penukar
di kalangan manusia, sedangkan kata “Uqiyah “ bagi bangsa Arab
adalah menunjukkan pada dirham yang berjumlah empat puluh
dirham setiap uqiyahnya.
Pada kenyataannya bahwa dalil-dalil yang digunakan oleh
mereka yang mewajibkan zakat pada perhiasan yang diproyeksikan
untuk digunakan adalah dari nash-nash marfu’ yaitu: Hadits seo­
rang wanita yang anaknya mengenakan dua gelang, hadits ‘Aisyah
yang mengunakan perhiasan perak, hadits Ummu Salamah yang
menggunakan kalung emas dan hadits Fathimah binti Qais yang
berkata bahwa Nabi bersabda: “Pada perhiasan ada zakatnya.”
Serta hadits Asma’ binti Yazid tentang gelang-gelang emas, yang
mana hadits-hadits menurut Asy-Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Abu
Ubaid, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ad-Daruquthni, Al-Baihaqi dan Ibnu
Hazim, bahwa beristidlal (berdalih) dengan hadits-hadits ini ada­
lah tidak kuat karena hadits-hadits tersebut tidak shahih, dan tidak
diragukan lagi ucapan-ucapan mereka lebih utama untuk didahulu­
kan dari pada ucapan orang-orang yang kemudian, yang berusaha
menguatkan riwayat-riwayat hadits ini.
Kesimpulannya adalah, bahwa kami berpendapat tidak ada
zakat pada perhiasan yang diproyeksikan untuk dipakai berdasarkan
dalil-dalil yang shahih, yaitu sesuai dengan pendapat Imam Malik,
Imam Asy-Syafi’i, Ahamad, Abu Ubaid, Ishaq dan Abu Tsaur serta
beberapa orang sahabat yang telah disebutkan sebelumnya beserta
para Tabi’in. Demikian juga dengan perhiasan yang diproyeksikan
untuk dipinjamkan tanpa imbalan, perhiasan tersebut tidak wajib
dizakati. Adapun perhiasan yang bukan untuk dipergunakan dan
bukan untuk dipinjamkan tanpa imbalan maka diwajibkan menge­
luarkan zakatnya. (Syaikh Muhammad bin Ibrahim)

10
Pendapat yang lain mengatakan, Tidak syak lagi, memang ada
perbedaan pendapat yang sangat tajam sejak dahulu hingga seka­
rang tentang hukum zakat perhiasan untuk dipakai. Akan tetapi
pendapat yang kami pilih dalam masalah ini adalah wajib mengelu­
arkan zakatnya setiap tahun. Sekalipun untuk dipakai. Berdasarkan
dalil-dalil yang jelas dan alasan-alasan yang mendukung pendapat
ini. Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah nishabnya disesuaikan
dengan harga pasaran ketika itu, tidak perlu melihat harga lamanya
lagi. Lalu dikeluarkan zakat dari harga yang telah dihitung tadi,
baik harga tersebut lebih tinggi dari harga beli sebelumnya ataupun
lebih rendah. Kemudian dikeluarkan zakat darinya sebanyak dua
setengah persen. Wallahu a’lam. (Syaikh Ibnu Jibrin)

"" Zakat Bangunan, Toko dan Tanah


Harta berupa tanah atau bangunan yang disewakan wajib dike­
luarkan zakatnya dari hasil uang penyewaannya jika telah genap
satu haul dan mencapai nishab. Adapun tanah dan bangunannya
tidak terkena zakat.
Sementara harta yang diperuntukan untuk jual beli baik be­
rupa tanah, bangunan, barang-barang lain, juga wajib dikeluarkan
zakatnya bila telah genap satu haul. Dengan catatan hitungan haul
keuntungan adalah mengikuti haul modal pokoknya apabila modal­
nya telah dihitung sebagai nishab.
Harta berupa binatang ternak wajib dikeluarkan zakatnya, jika
telah mencapai nishab dan telah genap satu haul. Wabillahi taufiq.
(Lajnah Da’imah)

11
"" Zakat Rumah dan Kendaraan
Jika kendaraan atau rumah tersebut digunakan untuk tempat
tinggal atau disewakan maka tidak ada kewajiban zakat atasnya. Na­
mun jika dipergunakan untuk diperjualbelikan, maka nilai barang
tersebut wajib dikeluarkan zakatnya setiap kali genap satu haul. Jika
uang itu ia gunakan untuk kebutuhan rumah tangga, atau untuk
jalan-jalan kebaikan atau kebutuhan lainnya, sebelum genap satu ta­
hun, maka tidak ada kewajiban zakat atas Anda. Berdasarkan dalil-
dalil umum dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang berkenaan dengan
masalah ini. Dan berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud dengan
sanad yang hasan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa
beliau memerintahkan supaya mengeluarkan zakat atas barang yang
dipersiapkan untuk didagangkan. (Syaikh Ibnu Baz)

"" Zakat Penerbitan


Sesungguhnya yang wajib dikeluarkan zakatnya oleh pemilik
penerbitan dan pabrik adalah barang-barang yang disiapkan un­
tuk diperdagangkan, bukan alat-alat produksinya. Demikian pula
kendaraan, permadani, barang pecah belah yang dipakai sendiri,
tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Berdasarkan riwayat Abu Dawud
dengan sanad hasan dari Jundub bin Samurah radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami
supaya mengeluarkan zakat dari harta yang disiapkan untuk diper­
dagangkan.”
Sementara emas, perak dan uang, wajib dikeluarkan zakatnya,
sekalipun digunakan untuk nafkah, apabila telah mencapai nishab
dan genap satu haul. Wabillahi taufiq. (Syaikh Ibnu Baz)
Semoga bermanfaat, wallaahu a’lamu bish shawab

12
a

Salurkan Donasi Anda

Untuk Berbagai Kegiatan Dakwah, 
Sosial & Pendidikan 
Yayasan Al-Sofwa Jakarta
Melalui Rekening 
 

Buka Puasa Nusantara : BCA: 547-049-4141

Infaq & Shadaqah : BCA: 547-0304-776


Bank Muamalat: 307-0012-773
Bank Mandiri: 127-000625-7495

Yatim : BCA: 547-0444-403

Wakaf : BCA: 547-0444-306


Bank Muamalat: 307-0012-774

a/n Yayasan Al-Sofwa

Kiat Menghidupkan Bulan Ramadhan 115

Anda mungkin juga menyukai