Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak dasar manusia merupakan salah satu faktor

yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan

paradigma tersebut pemerintah telah mencanangkan visi indonesia sehat 2014-

2018 yaitu gambaran masyarakat indonesia dimasa depan dengan penduduknya

hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya (Devi 2012, p. 2).

Gagal jantung atau Congestive heart failure, adalah keadaan dimana

jantung tidak dapat lagi memompa darah secara cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuh. Terdapat berbagai derajat keparahan dari gagal jantung. Banyak

faktor yang menyebabkan kondisi tersebut. Gagal jantung selalu bersifat serius,
1
tetapi umumnya tidak fatal secara mendadak. Yang sering terjadi adalah

penurunan suplai darah ke otot jantung karena penyakit jantung koroner (PJK)

atau karena menurunnya jumlah sel-sel otot jantung yang berfungsi sebagai akibat

dari serangan jantung atau klep jantung yang strukturnya tidak sempurna yang

mungkin menyebabkan kebocoran, dan lain-lain. Apapun penyebabnya, gagal

jantung membuat pasien menjadi lemah, karena jaringan tubuh tidak menerima

cukup oksigen dan nutrisi untuk bekerja (Soeharto 2004, p. 54-55).


2

Heart failure merupakan kondisi kronis yang berefek pada kehidupan

yang dijalani pasien setiap hari. Kompleksitas etiologi dan faktor resiko heart

failure menyebabkan perubahan secara patofisiologi yaitu terjadinya kerusakan

kontraktilitas ventrikel, meningkatkan after load dan gangguan pengisian

diastolik yang berefek pada penurunan cardiac output (Lily, 2011. P.226).

Data yang diperoleh dari WHO (2013) menunjukan bahwa penyakit

kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Data yang

diterbitkan oleh WHO tahun 2013 menunjukan bahwa sebanyak 17.3 miliar orang

di dunia meninggal kerena penyakit kardiovaskuler dan diperkirakan akan

mencapai 23.3 milyar penderita yang meninggal pada tahun 2020. Prevalensi

gagal jantung di Amerika pada tahun 2008-2010 yaitu sekitar 6,6 juta jiwa dan

diperkirakan akan bertambah sebanyak 3,3 juta jiwa pada tahun 2030 (Puspa

2013, p.1).

Prevalensi Heart Failure sebagai salah satu penyakit kardiovaskuler

menurut American Heart Association (AHA) di Amerika pada tahun 2008 yaitu

sekitar 5,7 juta untuk semua tingkat usia. Selanjutnya terjadi penngkatan menjadi

6,6 juta jiwa pasien yang menderita heart failure pada tahun 2010 dan

diperkirakan akan bertambah sebanyak 3,3 juta jiwa pada tahun 2030 atau sekitar

2,3% dari tahun 2010. Data pasien yang menjalani hospitalisasi terdapat sebanyak

1.094.000 pasien dan melalui data ini diperoleh angka kejadian rehospitalisasi

hampir sekitar 50% dari total pasien gagal jantung yang pernah menjalani

hospitalisasi sebelumnya. (AHA, 2012 ; Kaawoan 2012, p.2).


3

Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak

Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang

disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90%

dari kematian “dini” tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan

menengah. Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya

adalah penyakit kardiovaskuler. Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta

kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian

tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian

“dini” yang disebabkan oleh penyakit jantung terjadi berkisar sebesar 4% di

negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan

rendah (Kemenkes RI 2014, p.1). Indonesia menempati urutan nomor empat

negara dengan jumlah kematian terbanyak akibat penyakit kardiovanskuler. Salah

satu penyakit kardiovaskuler yang banyak diderita di Indonesia adalah penyakit

gagal jantung (Damayanti 2013, p.2).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013, menunjukan

bahwa gagal jantung merupakan penyakit penyebab kematian di Indonesia dengan

kisaran angka 9,7 % dari keseluruhan penyakit jantung (Widagdo 2015, p.1).

Menurut data yang dikeluarkan oleh dinas kesehatan republik Indonesia melalui

kesehatan jantung Indonesia tahun 2014, jumlah penderita penyakit gagal jantung

di Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes)

diperkirakan sebanyak 229.696 orang (0.13%), sedangkan berdasarkan diagnosis

nakes / gejala diperkirakan sebanyak 530.068 orang (0.3%) (Kemenkes RI 2014,

p.3).
4

Indonesia dengan Provinsi yang termasuk 10 besar angka terbanyak

mengalami kejadian salah satunya adalah Sumatra Barat. Jumlah penderita

penyakit Gagal Jantung di Sumatra Barat berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

(nakes) pada tahun 2013 diperkirakan sebanyak 4.456 atau sekitar 0.33%,

sedangkan berdasarkan diagnosis nakes / gejala memperkirakan sebanyak 10.283

atau sekitar 0.13% (Kemenkes RI,2014.p.3). Sumatra barat merupakan daerah

yang berpotensi paling besar masyarakatnya terkena penyakit gagal jantung. Hal

ini dibuktikan bahwa angka prevalensi Sumbar 0.3% hampir sama dengan rata-

rata prevalensi indonesia sebanyak 0.3% atau urutan kedelapan di Indonesia

(Riskesdas 2013, p.90).

Sedangkan data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Umum

Daerah Solok, diperoleh data prevalensi rawat inap penderita CHF pada tahun

2016 sebanyak 344 pasien, dan pada tahun 2017 dari bulan Januari sampai bulan

Maret sebanyak 53 pasien (Rekam Medis RSUD Solok, 2017)

Menanggapi hal ini keperawatan telah memberikan penekanan lebih pada

peran perawat sebagai pendidik. Pengajaran, sebagai fungsi dari keperawatan,

telah dimasukkan dalam undang-undang praktek perawat dan dalam American

Nurses Association Standars of Nursing Practice. Dengan demikian, pendidikan

kesehatan dianggap sebagai fungsi mandiri dari praktik keperawatan dan

merupakan tanggung jawab utama dari profesi keperawatan.

Peran perawat sebagai edukator sangat butuhkan oleh pasien gagal jantung

kongestif karena gagal jantung kongestif merupakan sakit kronis yang

memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Diet,


5

aktivitas fisik serta emosional dapat mempengaruhi pengendalian gagal jantung,

maka pasien harus belajar untuk mengatur keseimbangan berbagai faktor. Pasien

bukan hanya harus belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari

guna menghindari penurunan curah jantung atau kenaikan tekanan darah yang

mendadak, tetapi juga harus memiliki prilaku yang preventif dalam gaya hidup

untuk menghindari komplikasi gagal jantung yang akan datang. Oleh karena itu

peran perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan sangat penting. Selain

itu, sebagai perawat kita juga harus mampu memberikan tindakan keperawatan

secara mandiri kepada pasien dengan kasus gagal jantung kongestif.

Berdasarkan data dan kejadian diatas, sehingga membuat penulis tertarik

untuk menjadikan kasus Congestive Heart Failure ini untuk dilakukan penerapan

Asuhan Keperawatan pada periode siklus elektif sebagai syarat tugas karya ilmiah

akhir pada Program Studi Profesi Ners STIKes Fort De Kock Bukittinggi dengan

judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Pada Ny. D

Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang Rawat Inap Jantung RSUD

Solok Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik

untuk membahas tentang bagaimana pelaksanaan “Asuhan Keperawatan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler Pada Ny. D Dengan Congestive Heart Failure

(CHF) di Ruang Rawat Inap Jantung RSUD Solok Tahun 2017”.


6

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan “Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler Pada Ny. D Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di

Ruang Rawat Inap Jantung RSUD Solok Tahun 2017”.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari Karya Ilmiah Akhir Ners adalah :

a. Mahasiswa mampu memahami konsep teori mengenai asuhan

keperawatan paseien dengan Congestive Heart Failure (CHF).

b. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan: pengkajian,

penetapan diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi yang tepat

untuk pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang Rawat

Inap Jantung RSUD Solok Tahun 2017.

c. Mahasiswa mampu menganalisa jurnal terkait dengan Congestive Heart

Failure (CHF).

d. Mahasiswa mampu mengaplikasikan dan menganalisa kesenjangan antara

teori, kasus dan jurnal yang terkait dengan Congestive Heart Failure

(CHF).

D. Manfaat Penulisan

1. Klien dan Keluarga Kien

Diharapkan klien dan keluarga dapat menerima asuhan keperawatan yang

diberikan dan mampu mencegah komplikasi yang lebih lanjut kepada pasien

dengan Congestive Heart Failure (CHF).


7

2. Instalasi Rawat Inap RSUD Solok

Sebagai masukan bagi rumah sakit dan untuk lebih memperhatikan pelayanan

kesehatan dan dapat memberikan manfaat bagi pelayanan keperawatan

dengan memberikan gambaran dan mengaplikasikan acuan dalam melakukan

asuhan keperawatan pasien Congestive Heart Failure (CHF) secara

komprehensif.

3. Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pelaksanaan pendidikan serta masukan

dan perbandingan untuk karya ilmiah lebih lanjut asuhan keperawatan pasien

dengan Congestive Heart Failure (CHF).

4. Penulis/Mahasiswa/i

Diharapkan mahasiswa mampu menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman

yang mendalam dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada

pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF).

Anda mungkin juga menyukai