Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN

“ SINDROM CUSHING”
DOSEN PEMBIMBING :
Rodiyah, S.kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :

1. BENNY WIBOWO (151001006)


2. DIA FITRIANA (151001009)
3. MUFARIKHA TRI WAHYUNI ( 151001026)
4. NELAM ANGGRAINI (151001029)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) PEMKAB JOMBANG
2015 / 2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karuni, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan ASUHAN KEPERAWATAN
SINDROM CUSHING

Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan tugas yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga tugas sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan praktikum yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jombang, 25 April 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................................I

KATA PENGANTAR........................................................................................................II

DAFTAR ISI ......................................................................................................................III

BAB I PENDAHULAN ....................................................................................................

1.1 Latar Bekalang .............................................................................................................. 04


1.2 Tujuan..................................................................................................………………. 05

BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................................

2.1 Definisi .......................................................................................................................... 06

2.2 Etiologi .......................................................................................................................... 06

2.3 patofisiologi ................................................................................................................... 07

2.4 WOC ............................................................................................................................. 09

2.5 manifestasi .................................................................................................................. 10

2.6 pemeriksaan diagnostik ................................................................................................ 10

2.7Penatalaksanaan...............................................................................................................12

BAB III ASKEP TEORI ................................................................................................... 13

BAB IV ASKEP KASUS .................................................................................................. 18


BAB
V PENUTUP ............................................................................................................

5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 32

5.2 Saran ............................................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 33

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cortisol merupakan glukokortikoid utama didalam tubuh manusia. Sindroma Chusing
merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi
kortisol oleh berbagai sebab. Sindroma Chusing ini ditandai dengan adanya peningkatan
berat badan (obesitas), distribusi lemak pada bagian leher (buffalo hump) dan di wajah
(moon face), striae berwarna ungu pada kulit, osteoporosis, hiperglikemia, hipertensi, dan
lain sebagainya.
Prevalensi sindroma Chusing ini pada laki-laki sebesar 1 : 30.000 dan pada
perempuan 1 : 10.000. Angka kematian ibu yang tinggi pada sindroma Cushing disebabkan
oleh hipertensi berat (67%), diabetes gestasional (30%), superimposed preeklamsia (10%)
dan gagal jantung sekunder karena hipertensi berat (10%). Kematian ibu telah dilaporkan
sebanyak 3 kasus dari 65 kehamilan dengan sindroma Cushing, dua kasus disebabkan
gagal jantung dan 1 kasus infeksi (Hernaningsih dan Soehita, 2005).
Sindroma Chusing ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti: tumor hipofisis,
sekresi ACTH ektopik oleh organ nonendokrin, tumor adrenal (adenoma dan karsinoma),
dan penggunaan obat steroid dosis tinggi dan jangka lama pada terapi penyakit kronis
seperti arthritis rheumatoid, asma bronchial, dan lain sebagainya. Penetapan diagnosis
sindroma Chusing berdasarkan penyebabnya perlu ditegakkan untuk mempermudah
melakukan terapi pada pasien. Seperti yang terdapat dalam skenario dimana terdapat
pasien yang kemungkinan menderita sindroma Chusing namun untuk menentukan
penyebabnya harus dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Sindroma Chusing?
2. Apa sajakah etiologi Sindroma Chusing?
3. Bagaimanakah perjalanan penyakit (patofisiologi) Sindroma Chusing?
4. Apa sajakah manifestasi klinis Sindroma Chusing?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang Sindroma Chusing?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan medis Sindroma Chusing?
7. Apa saja komplikasi pada Sindroma Chusing?
8. Bagaimana proses pengkajian pada Sindroma Chusing?

4
9. Apa sajakah diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada Sindroma Chusing?
10. Bagaimanakah perencanaan keperawatan pada Sindroma Chusing?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi Sindroma Chusing
2. Mengetahui etiologi Sindroma Chusing
3. Menjelaskan patofisiologi Sindroma Chusing
4. Mengidentifikasi tanda dan gejala Sindroma Chusing
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang Sindroma Chusing
6. Mengetahui penatalaksanaan Sindroma Chusing
7. Mengetahui komplikasi pada Sindroma Chusing
8. Mengindetifikasi proses pengkajian pada Sindroma Chusing
9. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada Sindroma Chusing
10. Mengetahui perencanaan keperawatan pada Sindroma Chusing

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Cushing syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh hiperadrenokortisisme akibat
neoplasma korteks adrenal atau adenohipofisis, atau asupan glukokortikoid yang berlebihan. Bila
terdapat sekresi sekunder hormon adrenokortikoid yang berlebihan akibat adenoma hipofisis
dikenal sebagai Cushing Disease (Dorland, 2002).

Cushing’s Sindrom adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi

5
secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid.
(Sylvia A. Price; Patofisiolgi, Hal. 1088).

Cushing’s Sindrom adalah penyakit akibat aktivitas korteks adrenal yang meningkat dalam
pemberian kortikosteroid atau ACTH ( Suzzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare. 2001 : 1327-
1328 ).

Cushing’s Sindrom adalah causa primer yang tidak terletak di hipofisis akan tetapi di supraren
sebagai suatu adenoma / karsinoma ( Harvey Cushing, 1932 ).
Syndrom cushing adalah syndrom yang diakibatkan oleh aktivitas adrenolkortikal yang berlebihan
( Baughman dkk. 2001 : 486 ).

2.2 Etiologi

1. Primary chusing syndrome


Terlampau banyaknya produksi cortison yang diakibatkan oleh adrenal adenoma
atau carsinoma.
2. Secondary chusing syndrome
Terlampau banyaknya produksi cortisol yang diakibatkan oleh adrenal hyperplasia
karena banyak sekali ACTH. Terlalu banyak produksi ACTH dapat diakibatkan oleh :
a. Pituitary mengeluarkan terlalu banyak ACTH karena gangguan pituitary atau
hypothalamus.
b. Peningkatan produksi ACTH yang berasal dari cetopic non-pituitary (produksi hormon
diluar pituitary), seperti pada bronchogenic carsinoma, bronchial adenoma, pancreatic
carsinoma.

3. Iatrogenic chusing syndrome


Kadar cortisol yang sangat tinggi sebagai akibat dari terapi glucocorticoids yang
berlangsung lama.
2.3 Patofisiologi
Faktor- faktor patofisiologi yang dikaitkan dengan cortisol yang berlebihan adalah akibat
pengaruh yang berlebihan dari glucocorticoids.
Yang berikut adalah rincian patofisiologi dari corticosteroid yang berlebihan :
1. Perubahan metabolisme protein
Katabolisme protein yang berlebihan mengaktifkan kurangnya massa otot- otot
dengan tanda- tanda :

6
 Atrophy otot- otot terutama pada ekstremitas yang mengakibatkan lengan dan kaki
kelihatan kurus; sulit berdiri dari posisi duduk; sulit naik tangga; keletihan dan
kecapean.
 Mengurangnya protein matriks dari tulang- tulang yang mengakibatkan osteoporosis,
fraktura compression pada tulang belakang, fraktura pathological, nyeri tulang- tulang
dan punggung.
 Hilangnya collagen support dari yang mengakibatkan kulit menjadi tipis, cepat timbul
memar, ecchymosis, dan striae kemerah- merahan pada abdomen.
 Luka sulit sembuh.
2. Perubahan metabolisme lemak
Perubahan metabolisme lemak mengakibatkan obesitas dan distribusi jaringan-
jaringan lemak tidak normal. Banyak lemak pada muka mengakibatkan “moon face”
daerah intracapular mengakibatkan “buffalo hump”; pada messenterium“truncal obesity”
atau berat badan meningkat.
3. Perubahan metabolisme karbohidrat
Ada peningkatan hepatic gluconeogenesis dan ketidakmampuan memaki insulin
yang mengakibatkan postprandial hyperglycemia dan diabetes mellitus. Pasien yang sudah
ada DM, gangguan metabolisme karbohidrat akan memperberat tanda- tanda DM.
4. Perubahan pada respon imun dan respon terhadap inflamasi
 Mengurangnya lymphocyte terutama T- lymphocytes.
 Meningkatnya neutrophils.
 Terganggunya kegiatan antibody.
5. Gangguan metabolisme air dan mineral.
Cortisol itu sendiri mempunyai mineralocorticoid activity, maka kelebihan corticol
mengakibatkan tanda-tanda dan gejala-gejala peningkatan kegiatan mineralocorticoid.
Sekalipun aldosterone adalah normal. Termasuk tanda-tanda dan gejalanya :
a. Retensi sodium dan air yang bisa mengakibatkan berat badan meningkat dan edema.
b. Hypertensi sebagai akibat dari peningkatan volume cairan dan peningkatan sensitivity
dari arteriole terhadap catecholamines.
c. Meningkatnya ekskresi kalium dan chloride melalui urine (hypokelamia dan
hypochloremia) yang bisa mengakibatkan metabolic alkalosis.
d. Meningkatnya resorpsi kalsium dari tulang-tulang dan renal calculi dari hyperculuria.

7
6. Perubahan pada emotional stability.
a. Cepat marah, cemas.
b. Depression ringan, konsentrasi dan ingatan menurun yang bisa berkembang ke
depression berat dan psychosis.
7. Perubahan hematological.
Erythrocyte (RBC), hemoglobin, hematokrit bisa meningkat.
8. Kegiatan androgen meningkat.
a. Hirtusism (banyak bulu tubuh pada muka dan seluruh tubuh)
b. Rambut kepala rontok.
c. Acne (jerawat).
d. Menstrual cycle terganggu dari oligumenorrhea sampai ke amernorrhea.
e. Perubahan libido

Patway

Edema Hipofisis
(memproduksi CRF terus)

ACTH

Kortek andernal
terus memproduksi
glukokoltrikoid

Glukokoltrikoid

Kemampuan Asam lambung glukokortikoid Pembntkan anti body Prbahan


sintesis protein pepsin humoral pusat germinal psiklgik
limpa dan jaringan
Lemak tubuh lompoid terhambat
Pelukaan mkosa Ktdak 8stbilan
jaringan adipose
Kelemahan,keletian, MK:gang citra emosional,eporia,
Protein di Mk:Defisit
Kata bolisme Ostioprsis
lambung
Resti fraktur
Matriks tlanglema MK:Resti MK:gang prses
atropi,otot, Mk:resiko cidera Penampilan
jrngan mnrunprwatan tubuh insomnia,eps
protein diri patologis
mnrun MK:Nyeri chusingoid infeksi brfkir
deprsi singkat
Kulit

Kulit
tipis,rapuh,tampak
mrah,timbulstrerie,m
dah memar,luka”
sembuh lambat

Mk:gang intregrasi
kulit

2.4 Manifestasi Klinik


1. Rambut kepala menjadi tipis
2. Jerawat, pipi kemerahan
3. Moon face
4. Buffalo hump
5. Bulu halus banyak pada muka dan seluruh tubuh atau Hirtusisme
6. Striae kemerah-merahan pada abdomen
7. Lengan dan kaki kurus dengan atrophy otot-otot
8. Kulit cepat memar, ecchymosis, penyembuhan luka sulit

9
9. Berat badan bertambah atau obesitas
10. Diabetes melitus
11. Hipertensi
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Peningkatan kemih 17-hydroxycorticoids dan 17-ketogenic steroid.
2. Kadar kortisol yang berlebihan plasma.
3. Plasma ACTH meningkat.
4. Penekanan deksametason tes, mungkin dengan pengukuran ekskresi kortisol urin, untuk
memeriksa:
 Unsuppressed tingkat kortisol dalam menyebabkan sindrom Cushing oleh tumor
adrenal.
 Ditekan tingkat kortisol pada penyakit Cushing disebabkan oleh tumor hipofisis.
5. CT scan dan ultrasonografi menemukan tumor.
6. Pemeriksaan elektro kardiografi : untuk menunjukkan adanya hifertensi
7. Pemeriksaan darah lengkap eosinofil menurun

2.6 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Yang diperikasa Hasil


laboratorium
17 - hidroksikortikoid (17-OHCS) Naik
(plasma, urin).
Hormone / Metabolik
17 - ketosteroid (17-KS) Naik
(plasma, urin)
Eosinofil Turun
Sel darah
Neutrofil Naik
Darah Naik
Glukosa
Urin Positif

2.7 Pemeriksaan Penunjang

10
Bila data laboratorium masih meragukan, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis Sindrom Cushing.

Pemeriksaan Penunjang Hasil

a. Foto rontgen tulang - Osteoporosis terutama pelvis, cranium,


costa, vertebra

b. - Pielografi - Pembesaran adrenal (karsinoma)


- Laminografi

c. Arteriografi - Lokalisasi tumor adrenal

d. Scanning - Tumor
- Hiperplasi

e. Ultrasonografi - Tumor
- Hiperplasi

f. Foto rontgen kranium - Tumor Hipofisis

2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi
Pengobatan sindrom cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung pada
apakah sumber ACTH adalah hipofisis atau ektopik. Beberapa pendekatan terapi
digunakan pada kasus dengan hipersekresi ACTH hipofisis. Jika dijumpai tumor hipofisis
sebaiknya diusahakreseksi tumor transfenoidal. Tetapi jika terdapat bukti hiperfungsi
hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka sebagai gantinya dapat dilakukan
radiasi kobalt pada kelenjar hipofise.
Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenalektomi total dan diikuti
pemberian kortisol dosis fisiologik atau dengan kimia yang mampu mrnghambat atau
merusak sel-sel korteks adrenal yang mensekresi kortisol. Pengobatan sindrom ACTH
ektopik adalah dengan reseksi neoplasma yang mensekresi ACTH atau adrenalektomi atau

11
supresi kimia fungsi adrenal seperti dianjurkan pada penderita sindrom cushing jenis
tergantung ACTH hipofisis. (Silvia A.Price; Patofisiologi, Hal. 1093).
2. Tindakan Medis
a. Operasi pengangkatan tumor melalui hipokisektomi transfenoidalis, biasanya
penyebabnya adalah tumor hipofisis.
b. Radiasi kelenjar hipofisis, untuk mengendalikan gejala.
c. Adrenalektomi biasanya untuk pas dengan hipertrofi adrenal primer.
d. Jika dilakukan adrenolektomi bilateral (keduanya diangkat) tetapi pergantian dengan
hormon – hormon kortex adrenal seumur hidup.
e. Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotone,
ketokonazol) untuk mengurangi hiperadrenalisme jika penyebabnya adalah tumor yang
tidak dapat dihilangkan secara tuntas.
f. Therapi penggantian temporer dengan hidrokortison selama beberapa bulan sampai
kelenjar adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian
Pada pengkajian meliputi:
1. Identitas klien
2. Keluhan Utama
Adanya memar pada kulit, pasien. Mengeluh lemah, terjadi kenaikan berat badan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada memar pada kulit.

4. Riwayat penyakit dahulu

Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kartekosteroid dalam jangka


waktu yang lama.

CONTOHNYA Aminoglutetimid 20 mg/hari Nifedipin 10 mg 4xsehari

5. Riwayat penyakit keluarga

Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit cushing sindrom.

13
6. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Pernapasan

 Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi


intercouste hidung, pergerakan dada simetris

 Palpasi : Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan

 Perkusi : Suara sonor

 Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan
ronchi wheezing

b. Sistem Kardiovaskuler

 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

 Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula

 Perkusi : Pekak

 Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal

c. Sistem Pencernaan

 Mulut : Mukosa bibir kering

 Tenggorokan : Tidak dapat pembesaran kelenjar tiroid

14
 Limfe : Tidak ada pembesaran vena jugularis

 Abdoment :

 I : Simetris tidak ada benjolan

 P : Tidak terdapat nyeri tekan

 P : Suara redup

 A : Tidak terdapat bising usus

d. Sistem Eliminasi

Tidak ada gangguan eliminasi

e. Sistem Persyarafan

Composmentis (456)

f. Sistem Integument / ekstrimitas

Kulit:Adanya perubahan-perubahan warna kulit,berminyak,jerawat

g. Sistem Muskulus keletal

 Tulang : Terjadi osteoporosis

 Otot : Terjadi kelemahan

Data Subjektif
1. Perubahan pada body proportion, berat badan, distribusi bulu-bulu tubuh, rambut kepala
rontok atau menipis, pigmentasi kulit, memar, ecchymosis, luka sulit sembuh.
2. Nyeri tulang-tulang terutama nyeri punggung.
3. Riwayat infeksi : kulit, saluran pernafasan.
4. Neurological data : tingkah laku, konsentrasi, ingatan.
5. 24 jam intake makanan dan cairan.
6. Peningkatan rasa haus, nafsu makan.
7. Perubahan output urine

15
8. Sexuality data :
 Wanita : perubahan menstruasi,ciri-ciri seksualitas sekunder,libido
 Laki-laki : perubahan -perubahan libido,ciri-ciri seksualitas sekunder
9. Pengetahuan : perubahan penyakitnya,diagnostik test pengobatan

Data Objektif

1. Adanya moon face,buffale hump,truncal obesity,lengan dan kaki kurus, hyperpigmentasi,


striade, ecchymosis, luka yang belum sembuh
2. Neurological:ketepatan emosi dengan situasi,konsentrasi,ingatan
3. Cardivasculer : blood pressure ,weight, pulse, adanya edema, distensi jugular vein.
4. Nutritition:intake makanan dan cairan
5. Musculoskeletal :muscle mass,strenght,kemampuan berdiri dari posisi duduk

B. Diagnosa
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
5. Nyeri berhubungan dengan meningkatnya sekresi lambung
6. Resiko cedera berhubungan dengan atropi otot

Analisa Data

NS. 00092 intoleransi aktivitas

DIAGNOSIS ____________________________________________

: Domain :1 Aktivitas /Istirahat

(NANDA-I) Kelas : 4 Respon kardiovaskuler /Pulmonal

DEFINITION Ketidak cukupan energy psikologis tau fisiologis untuk melanjutkan atau
: menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari yang harus atau yang ingin di

16
lakukan

 Dyspnea setelah beraktivitas


 Keletihan
DEFINING  Ketidak nyamanan setelah beraktivitas
 Perubahan elektrokardiogram (EKG)
CHARACTE  Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
RISTICS  Respons tekanan dara abnormal terhadap aktivitas

 Gaya hidup kurang gerak


RELATED  Imobilitas
FACTORS:  Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
 Tirah baring
AS

Subjective data entry : Objective data entry :

Data yang di ambil dari keluhan 1 Data yang di ambil dali pemeriksaan fisik klien

Client pasien Ns. Diagnosis (Specify):


DIAGNOSIS

Intoleransi aktifitas
Diagnostic
Related to:
Statement:

Inteverensi keperawatan

NIC NOC

Intervensi Aktifitas Outcome Indikator

Diambil Di isi sesuai dengan Sesuai dengan


Di isi sampai angka
dari tujuan kita merawat noc yang di
berapa kita mencapai
analisa pasien agar lebih baik tentukan
keinginan sembuh
data
pasien

Evaluasi Keperawatan

17
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan dengan terus-menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai
dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang

18
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Ny. A (34 tahun, 75 kg, 160 cm) datang ke rumah sakit di kirim oleh bidan dengan
keteranga Pre Eklamsia. Ny. A mengeluh muka bengkak (moon face), badan lemah dan mudah
lelah sejak 1 minggu terakhir. Badan sering gemetar sejak 1 tahun. Saat ini sedang hamil pertama
dengan umur kehamilan 8 bulan. Selama rawat jalan dinyatakan menderita tekanan darah tinggi
(terakhir 180/120 mmHg). Klien mengeluh matanya kabur sejak 1 bulan, rambut rontok sejak 2
tahun, punggung terasa nyeri skala nyeri 7 nyeri secara terus menerus dan sulit membungkuk, kaki
sering bengkak, Nampak striae. Hasil pemeriksaan fisik di peroleh data tekanan darah (TD) :
180/90 mmHg (normal 120/80 mmHg), Nadi : 88 x/menit (normal 60 – 100 x/menit), RR : 20
x/menit, Suhu Tubuh : 37 0C. Hasil pemeriksaan kimia klinik : GDP : 78 mg/dl, GD : 2 jam PP
232 mg/dl, Kortisol : 1297 nmol/l, dan ACTH : 5 pg/ml.

4.1 Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : Ny. A No.Reg : 110597

Umur : 34 tahun Tgl MRS : 04 Februari 2016

Jenis Kelamin : Perempuan Dx Medis : Chusing Syndrome

Pendidikan : SMA Tgl Pengkajian : 04 Februari 2016

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Alamat : Jl. Juanda no 26 jombang

19
2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. F
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : swasta
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Jl. Juanda no 26 jombang

A. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama
Pasien mengalami badan lemah dan mudah lelah sejak 1 minggu terakhir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 04 Februari 2016 jam 13.45 WIB Ny. A datang ke rumah sakit di kirim oleh bidan
dengan keteranga Pre Eklamsia. muka bengkak (moon face), badan lemah dan mudah
lelah sejak 1 minggu terakhir. Badan sering gemetar sejak 1 tahun. Saat ini sedang hamil
pertama dengan umur kehamilan 2 bulan. Selama rawat jalan dinyatakan menderita
tekanan darah tinggi (terakhir 180/90 mmHg). Klien mengeluh matanya kabur sejak 1
bulan, rambut rontok sejak 2 tahun, punggung terasa nyeri skala 7 nyeri secara terus
menerus dan sulit membungkuk, kaki sering bengkak, Nampak striae.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien pernah menderita

-Osteoporosis

-Hipertensi

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak perna menderita penyakit yang sama dengan klien

B. Pemeriksaan Fisik

20
TTV : TD: 180/90 mmHg,

N : 88 x/ menit

RR : 20 x/ menit,

S : 37 0C

BB : 75 Kg

C. Pemeriksakan Persistem

1. Sistem Pernafasan
Anamnese : pasien tidak mengeluh sesak
 Hidung
 Inspeksi: kadang ada pernafasan cuping hidung , spuntum tidak ada
 Mulut
 Inspeksi: mukosa bibir sianosis
 Leher

 Inspeksi: Tidak ada bendungan vena jugularis, trakheostomi


 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
 Dada
 Inspeksi: Dada simetris, adanya odem
 Palpasi : Ada nyeri tekan
 Perkusi : tidak pembesaran paru
 Auskultasi: Suara ronkhi (+)

2. Sistem kardiovaskuler
Anamnesa : sesak nafas

 Wajah
 Inspeksi: sianosis, tampak oedem dan gelisah, kulit berwarna merah
 Leher
 Inspeksi: Tidak ada bendungan vena jugularis, trakheostomi
 Dada
 Inspeksi : Dada tampak oedema
 Palpasi :Ada nyeri tekan, ictus cordis ICS 5 midklavikula sinistra.
 Perkusi : Ada pembesaran jantung
 Auskultasi: bunyi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan
 Ekstremitas atas

21
 Inspeksi : Ada edema, ada kelemahan otot.
 Palpasi : CRT kurang dari 2 detik
 Ekstremitas bawah
 Inspeksi : Ada edema, ada kelemahan otot, tidak ada clubbing finger
 Palpasi : CRT kurang dari 2 detik
3. Sistem persyarafan
Anamnesa : pasien me

 Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : Pasien dapat membedakan bau bauan


 Uji nervus II opticus ( penglihatan) : Tidak ada katarak, infeksi konjungtiva atau
infeksi lainya, pasien tidak bias melihat dengan jelas matanya kabur
 Uji nervus III oculomotorius : ada edema kelopak mata, hipermi konjungtiva,
hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit (endophthalmus), dan
bola mata menonjol (exophthalmus)
 Nervus IV toklearis : Ukuran pupil normal
 Nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah) : Pasien dapat membuka dan menutup
mulut
 Nervus VI abdusen : Tidak ada strabismus (juling), gerakan mata normal
 Uji nervus VII facialis : Pasien dapat menggembungkan pipi, dan menaikkan dan
menurunkan alis mata
 Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : Pasien dapat mendengar kata kata dengan
baik
 Nervus IX glosoparingeal : Tidak ada reflek muntah
 Nervus X vagus : Dapat menggerakan lidah
 Nervus XI aksesorius : Dapat menggeleng dan menoleh kekiri kanan, dan
mengangkat bahu
 Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : Dapat menjulurkan lidah.
 Tingkat kesadaran pasien : GCS menurun
4. Perkemihan eliminasi uri
Anamnesa : Pasien tidak mengeluh susah BAK.

 BAK: jumlah yang keluar1000 cc/8jam, warna kuning, frekuensi 3x sehari.


5. Sistem pencernaan
Anamnese: pasien mengeluh nafsu makan menurun,mual dan muntah

22
 Mulut
 Inspeksi : Mulut simetris, mukosa bibir kering, ada alat bantu nafas
 Lidah
 Inspeksi : Lidah tidak tremor, tidak ada lesi, warna putih.
 Abdomen
 Inspeksi : ada pembesaran abdomen
 Perkusi : suara redup
 Palpasi : kuadran I hepar tidak teraba, kuadran II nyeri tekan, kuadran III tidak ada skibala,
kuadran IV tidak ada nyeri tekan pada titik mc burney
 BAB : ada masalah, sudah BAB 3x sehari, warna kuning, cair.
6. Sistem Muskuluskeletal dan Integumen
Anamnese: pasien mengatakan merasa lelah otot terasa nyeri pada bagian bahu dan pinggul

 Warna kulit
 Inspeksi : Kulit kering, turgor menurun, kulit memerah
 Palpasi : Kulit terasa panas, ada kelemahan otot, akral dingin
 Ekstremitas atas
 Inspeksi : Ada edema, ada kelemahan otot, tangan kanan dipasang infus.
 Palpasi : Ada edema,ada nyeri tekan, suhu akral dingin, CRT < 2 detik dan turgor
menurun
 Estremitas bawah
 Inspeksi : atrofi otot ekstremitas, tulang terjadi osteoporosis, otot lemah
 Palpasi : Ada edema, suhu akral dingin, CRT <2dtk dan turgor menurun
 Kekuatan Otot
Kekuatan otot : 2 2
3 3

Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan ringan

23
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan penuh
7. Sistem Persepsi Sensori
Anamnesa : Tidak ada keluhan pada persepsi sensori
 Mata
 Inspeksi : Bentuk mata simetris, sklera putih
 Palpasi : Tidak ada nyeri
 Penciuman (Hidung)
 Inspeksi : tidak ada spuntum
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
8. Sistem Endokrin
 Kepala
 Inspeksi: Rambut lurus
 Leher
 Inspeksi: ada pembesaran kelenjar (tyroid, paratyroid)
 Palpasi: ada pembesaran kelenjar (tyroid, paratyroid) ada nyeri telan.
9. Sistem reproduksi
Inspeksi : klitoris membesar, amenore

4.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko cedera dan infeksi b/d kelemahan dan perubahan metabolisme protein serta
respon inflamasi
2. Defisit perawatan diri; kelemahan perasaan mudah lelah, atropi otot dan perubahan
pola tidur.
3. Gangguan integritas kulit b/d edema, gangguan kesembuhan dan kulit yg tipis serta
rapuh.
4. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik, gangguan fungsi seksual dan
penurunan tingkat aktivitas.
5. Gangguan proses berpikir b/d fluktuasi emosi, iritabilitas dan depresi.
6. Nyeri berhubungan dengan perlukaan pada mukosa lambung.

Analisa Data

NS. DIAGNOSIS :
Nyeri akut
(NANDA-I)

24
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibatkerusakan jaringan yang actual atau
DEFINITION:
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa (International Association for the Study of Pain)
- Perubahan selera makan
- Perubahan tekanan darah
- Perubahan frekuensi jantung
- Perubahan frekuensi pernapasan
- Laporan isyarat
- Diaphoresis
- Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar-mandir,
mencari orang lain dan atau aktivitas lain, aktivitas
yang berulang)
- Mengekspresikan perilaku (mis. Gelisah, merengek,
menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)
DEFINING - Masker wajah (mis., mata kurang, bercahaya, tampak
CHARACTERISTICS kacau, gerakan mata berpancar atau tetap pada satu
focus, meringis)
- Sikap melindungi area nyeri
- Focus menyempit (mis., gangguan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Indikasi nyeri yang dapat diamati
- Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
- Sikap tubuh melindungi
- Dilatasi pupil
- Melaporkan nyeri secara verbal
- Focus pada diri sendiri
- Gangguan tidur
RELATED FACTORS: Agen cedera ( mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

25
ASSESSMENT Subjective data entry Objective data entry
Pasien mengatakan sering Meringis Kesakitan
mengeluh nyeri pada lutut sebelah TD :180/90 mmHg
kanan
Nadi : 88 x/menit
P :Klien mengatakan moon
face, badan lemah dan mudah RR : 20 x/menit
lelah Skala nyeri : 7
Q :Nyeri seperti tertusuk
Suhu 37 ℃
R :Nyeri pada bagian
punggung dan sulit membungkuk Wajah : moon face
S :Skala nyeri 7 Hasil pemeriksaan kimia klinik :
T :Nyeri terjadi secara terus
GDP : 78 mg/dl,
menerus
GD : 2 jam
PP 232 mg/dl,
Kortisol : 1297 nmol/l, dan
ACTH : 5 pg/ml.

Ns. Diagnosis (Specify):


Client
Nyeri akut
Diagnostic Related to:
Statement: Agen cedera biologis

4.3 Intervensi Keperawatan

NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDIKATOR
Manajemen nyeri Observasi 3. Kepuasan klien : 1. Nyeri terkontrol
Definisi : 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi
mangemen nyeri (4)
pengurangan tau lamanya dan 4. Definisi 2. Tingkat nyeri
5.
karakteristik nyeri serta Tingkat persepsi
reduksi nyeri sampai dipantau secara
faktor yang dapat positif terhadap
pada tingkat regular (3)
memperburuk atau perawatan untuk 3. Efek samping obat
kenyamanan yang
meredakan. mengurangi rasa terpantau (4)
dapat diterima oleh
2. Kaji pengetahuan sakit
pasien
pengentasan nyeri pasien dan

26
atau pengurangan rasa kepercayaan tentang
sakit untuk tingkat nyeri
kenyamanan yang Mandiri
dapat diterima pasien 1. Beri dorongan untuk
melakukan aktivitas
yang meningkatkan
istirahat dan relaksasi
2. Kompres hangat pada
daerah nyeri
3. Alihkan perhatian
pasien seperti
melakukan aktivitas
yang disukai pasien
4. Masase daerah yang
nyeri jika pasien dapat
mentoleransi sentuhan
5. Anjurkan klien untuk
makan dengan teratur
Health Education
1. Berikan informasi
tentang nyeri,
penyebab timbulnya
nyeri, kapan nyeri
dapat hilang
2. Ajarkan teknik
menejemen nyeri
Kolaborasi
Berikan obat sesuai
indikasi
· Analgesik

27
Implementasi Keperawatan

DIAGNOSA
NO. TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF
KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan 04-02-2016 1. Mengkaji skala nyeri
dengan perlukaan pada
mukosa lambung. Jam 14:00 Skala nyeri : 7

2. Mengobservasi TTV

Nadi : 88x/menit

RR: 27x/menit

Suhu: 37 ℃

TD :180/90 mmHg

1. Mengevaluasi nyeri
dengan cara memberikan
rentang nomor 1 – 10 di
manakah letak nyeri yang
dialami oleh pasien,
pasien mengatakan bahwa
skala nyerinya 7

2. Mengevaluasi
pengetahuan pasien
tentang nyeri, pasien
mengatakan jika lututnya
terasa nyeri biasanya
dikompres dengan air
hangat.

3. Membantu pasien untuk


memposisikan tidur yang
paling nyaman, pasien
mengatakan tidur nyaman

28
dengan miring

4. Mengalihkan perhatian
pasien dengan aktivitas
yang disukai pasien,
pasien mengatakan suka
melihat acara televisi

5. Memberikan penjelasan
nyeri. Nyeri dapat timbul
jika ada pergerakan yang
terlalu sering/ aktivitas
yang berlebihan

6. Mengajarkan teknik
menejemen seperti
mengalihkan perhatian,
relaksasi, dan teknik
mesase.

7. Memberikan obat sesuai


dengan indikasi dokter
Analgesic

4.5 Evaluasi Keperawatan

Tgl/Jam Diagnosa Catatan Perkembagan Paraf

05 Nyeri akut S: Pasien mengatakan masih


Februari merasakan sedikit nyeri di bagian

29
2016/ punggung
08:00
O : TD: 170/100
WIB
RR: 20 x/ment

S : 37,2 oC

N : 92 x/menit

A: masalah belum teratasi

P: melanjutkan intervensi 1,3

1. Melakukan pemeriksaan TTV


pada pasien
2. Beri dorongan untuk melakukan
aktivitas yang meningkatkan
istirahat dan relaksasi

08 S: Pasien mengatakan masih merasa


Februari lemah untuk beraktifitas dan rasa nyeri
2016/ kadang kadang datang
14.00
O: TD: 160/70
WIB
RR: 19 x/ment

S : 36,5 oC

N : 87 x/menit

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan Intervensi 2,3

1. Beri dorongan untuk melakukan


aktivitas yang meningkatkan istirahat
dan relaksasi
2. Alihkan perhatian pasien seperti
melakukan aktivitas yang disukai

30
pasien

11 Ketidakefektifan S: pasien mengatakan tidak terasa


Februari Bersihan Jalan nyeri lagi
2016 Napas
O : -mengukur TD: 120/80
19.00
- RR: 20x/menit
WIB
- S: 37,2 C

- N: 76 x/menit

A : masalah teratasi

P: Hentikan Intervensi 1,2,3,dan 4

31
BAB V

PENUTUP
Kesimpulan
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan
dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat
terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa
glukokortikoid.(Sylvia A. Price; Patofisiolgi, Hal. 1088).

Saran
Dengan selesainya makalah ini disusun, penulis berharap pembaca dapat mempelajari
dan memahami tentang gangguan kelenjer adrenal sindrom cushing. Penulis juga mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun, sehingga penulis dapat menjadi lebih baik untuk masa
yang akan datang dalam penyusunan makalah.

DAFTAR PUSTAKA

32
Haznam M.W. Endokrinologi. Dwi Emha. Bandung.
Rumahorbo Hotma, SKp. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Buku
Kedokteran (EGC).
Suzanne CS, Brenda G.B. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Carpenito, L. J. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC, Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai