Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia . Masa
remaja sering digambarkan sebagai masa yang paling indah, karena penuh dengan
kegembiraan dan tantangan. Setiap manusia akan melalui tahapan menjadi
seorang remaja dimana masa remaja ini mempunyai arti khusus bagi seseorang.
Namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian
perkembangan seseorang. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak pula
termasuk golongan dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi
fisik, psikis maupun emosionalnya.
Emosi memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting bagi kehidupan anak,
diantaranya emosi merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat
menyatakan segala kebutuhan dan perasaannya pada orang lain. Emosi juga dapat
mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan
sosialnya. Oleh sebab itu orang tua atau guru harus mengajarkan anak-anak sejak
usia dini untuk belajar bagaimana mengontrol emosinya.
Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anak-anaknya. karena
masing-masing orangtua mempunyai pola asuh tertentu. Selain itu orangtua
berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh
informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. Pola asuh orangtua
memiliki pengaruh penting terhadap perkembangan emosi anak. Dimana
perkembangan emosi merupakan faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi keberhasilan (kesuksesan) dimasa yang akan datang. dengan
mengajari anak ketrampilan emosi mereka akan lebih mampu untuk mengatasi
berbagai masalah.
Baumrind(dalam Mahmud,dkk 2013:150-151) menyatakan bahwa secara
umum mengkategorikan pola asuh di bagi menjadi tiga jenis yaitu pola asuh
demokratis, otoriter, dan permisif. Masing-masing pola ini memiliki kelebihan
dan kekurangan sendiri. Pola asuh orang tua merupakan interaksi anak dengan

1
orang tua mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta melindungi anak
untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang
tua yang di terapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah
bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang
baik.

Saat ini, banyak siswa terutama siswa remaja usia sekolah menegah yang
tercatat berkelakuan tidak baik seperti sering berkelahi, marah yang disebabkan
oleh teman sebaya yang sering mengganggunya, bolos dan tidak mengikuti
disiplin yang diterapkan disekolah. Hal tersebut terjadi karena pola asuh orangtua
yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Siswa yang berkelakuan tidak baik
tersebut mengatakan bahwa orang tuanya selalu memaksakan kehendaknya dalam
semua tindakan dan tidak pernah memberi kebebasan mengambil keputusan
sendiri, mengatakan orang tuanya tidak pernah memberi dukungan atau
bimbingan karena sibuk bekerja dan sering berkelahi mengenai masalah keluarga.
Namun demikian ada juga beberapa siswa yang berprestasi dan berkelakuan baik
mengatakan bahwa orang tuanya selalu mendukung, membimbing serta memberi
semangat kepada anaknya dan selalu memberi kebebasan dalam
berpendapat.Berdasarkan informasi yang diperoleh ,pola asuh orang tuanya yang
otoriter dan anak tidak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan apa yang
diinginkan selain itu orang tua menuntut anaknya selalu benar dalam mengerjakan
sesuatu. Tapi disisi lain pola asuh otoriter juga diterapkan pada anak lain tapi
anaknya selalu ceria dan tidak cengeng. Ada juga beberapa orang tua yang
demokratis, anak diberikan kebebasan bereksplorasi, terlihat akrab dalam
berkomunikasi dengan anak. Anak menunjukkan sikap periang, disiplin dan
mampu mengendalikan emosi ketika marah. Tapi ada juga beberapa anak yang
cenderung lebih berdiam diri dan pemalu. Selain itu ada beberapa orang tua yang
memanjakan dan melindungi anak yang berlebihan (permisif) Sikap orang tua
yang permisif juga dilakukan orang tua lain keanaknya tapi anaknya bisa mandiri.

2
Dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini yaitu mengertahui hubungan pola asuh orang tua terhadap
perkembangan emosi remaja usia sekolah menegah pertama (SMP).

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perkembangan emosi remaja
SMP. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola asuh
orangtua yang dilakukan oleh para orangtua dan tingkat perkembangan
emosional remaja SMP.

1.3 Manfaat Penelitian


a) Hasil penelitian yang diharapkan dapat memberikan informasi bagi orang
tua terhadap perkembangan emosional remaja, sehingga dapat
meningkatkan pola asuh orang tua bagi remaja yang lebih baik.
b) Diharapkan dapat bermanfaat bagi remaja SMP dalam menghadapi
berbagai masalah pada tahap perkembangan emosional remaja SMP
c) Dapat menjadi sumber informasi serta dapat meningkatkan hubungan
antara orang tua, siswa maupun pihak instansi pendidikan

3
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN ATAU GAMBARAN UMUM

2.1 Uraian Permasalahan


Remaja pada usia sekolah menengah, dalam perkembangan emosinya
cenderung labil dan kurang dapat mengontrol emosinya dengan baik.
Orang tua memiliki peran dalam membimbing anak – anaknya dalam masa
perkembangannya. Disini kami mengambil peran orangtua dari segi pola
asuhnya. Dimana pola asuh yang kami gunakan yaitu pola asuh
demokratis, pola asuh otoriter, dan permisif dimana ketiganya memiliki
kelebihan dan kekurangan masing – masing. Untuk itu kita akan melihat
pola asuh mana yang memiliki pengaruh baik terhadap perkembangan
emosinal anak.

2.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah sampel yang diambil dari populasi siswa di
SMP Negeri 43 Medan yaitu 30 orang dimana laki-laki 11 orang dan
perempuan 19 orang.

2.3 Assesment Data


Cara pengambilan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan
angket kuisioner yang berisi pertanyaan untuk pola asuh ada 18 butir,
masing-masing pola asuh memiliki 6 butir pernyataan pola asuh
demokrasi, 6 butir pernytaan pola asuh otoriter, dan 6 butir pernyataan
pola asuh permissive, sedangkan untuk pernyataan perkembangan emosi
terdapat 12 butir pernyataan.

4
BAB III
METODE PENELITIAN

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian


Deskriptif korelasi. Penelitian deskriptif korelasi adalah penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan hubungan antara variable bebas dengan variable ikat. Variable
bebas (X) pada penelitian ini adalah pola asuh orang tua dan variable ikat (Y)
pada penelitian ini adalah remaja sekolah menengah pertama sebanyak 30 orang.
Dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu pengambilan data pada
suatu waktu tertentu, dimana data tersebut dapat menggambarkan pada waktu
tertentu.
Teknik pengambilan sample dilakukan secara prurposive sampling, yaitu
cara pengambilan sampel dengan menetapkan ciri yang sesuai dengan tujuan.
Data penelitian diperoleh dengan menggunakan angket atau kuisioner yang
diberikan kepada 30 orang remaja menengah pertama dengan jumlah laki-laki 11
orang dan perempuan 19 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 04
november 2017 dan bertempat di SMP Negeri 43 Medan.
Peneliti menyiapkan indikator beserta pernyataan untuk para responden mengenai
pola asuh orang tua dan perkembangan emosi remaja yang akan dituangkan
kedalam bentuk angket atau kuisioner dengan skala Likert. Dengan jumlah
kuisioner untuk pola asuh ada 18 butir, masing-masing pola asuh memiliki 6 butir
pernyataan pola asuh demokrasi, 6 butir pernytaan pola asuh otoriter, dan 6 butir
pernyataan pola asuh permissive, sedangkan untuk pernyataan perkembangan
emosi terdapat 12 butir pernyataan. Responden diharapkan untuk memilih
kategori S (selalu), SR (sering), KK (kadang-kadang), atau TP (tidak pernah)
dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan
pertimbangan responden. Setiap kategori memiliki skoring dengan S memiliki
skor 4, SR memiliki skor 3, KK memiliki skor 2, dan TP memiliki skor 1. Skoring
pada kategori tersebut nantinya akan diolah oleh peneliti menggunakan uji Chi
Square untuk melihat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan emosi remaja sekolah menengah pertama menggunakan bantuan
aplikasi Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 17.0.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


a. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 karakteristik responden


Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)
Perempuan 19 63,33 %
Laki-laki 11 36,66 %

Dari tabel 4.1 diperoleh bahwa jumlah responden perempuan lebih


banyak dari pada laki-laki, yaitu sebanyak responden perempuan dan
responden laki-laki.

b. Crosstabulation Pola Asuh Dengan Perkembangan Emosi Remaja

Tabel 4.2 crosstabulation pola asuh dengan perkembangan emosi remaja


Perkembangan Emosi Remaja Total
Sangat baik Baik Kurang baik
pola asuh Demokratis 6 5 0 11
Otoriter 2 9 7 18
Permisif 0 1 0 1
Total 8 15 7 30

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebanyak 11 responden


diasuh dengan pola asuh demokratis, sebanyak 18 responden diasuh
dengan pola asuh otoriter, dan sebanyak 1 responden yang diasuh dengan
pola asuh permisif. Sedangkan, pada tingkat perkembangan emosi
sebanyak 8 responden memiliki emosi yang sangat baik, 15 responden
memiliki emosi yang baik, dan 7 responden memiliki emosi yang kurang
baik.

6
c. Pengujian Signifikansi Hubungan Pola Asuh Dengan Perkembangan
Emosi Remaja Menggunakan Chi Square

Tabel 4.3 uji Chi Square


Chi-square test
value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson chi- 10,318a 4 0,035 (nilai
square signifikansi
(P))
Lkelihood ratio 12,670 4 0,013
Linier by linier 7,179 1 0,07
association
N of valid case 30
(banyak data)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig sebesar
0.035 yang dapat diartikan bahwa pola asuh orang tua memiliki hubungan
yang signifikan terhadap perkembangan emosi remaja.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian


a. Pola Asuh Orang Tua di SMP Negeri 43 Medan

Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 11 (36,66%) responden diasuh


dengan pola asuh demokratis, sebanyak 18 (60%) responden diasuh dengan
pola asuh otoriter, dan sebanyak 1 (3,33%) responden yang diasuh dengan
pola asuh permisif. Hal ini dapat dilihat dari jawaban kuisioner bahwa dari 30
responden mayoritas 18 responden memiliki pola asuh orang tua yang otoriter.

Menurut Baumrind pola asuh otoriter adalah pola asuh dengan gaya
membatasi, menghukum, memandang pentingnya control dan kepatuhan tanpa
syarat. Orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan dan menghormati
pekerjaan dan upaya mereka. Menerapkan batas dan kendali yang tegas
kepada anak dan meminimalisir perdebatan verbal serta memaksakan aturan

7
secara kaku tanpa menjelaskannya, dan meunjukkan amarah kepada anak
(Santrock. 2003).

Sebenarnya masing – masing pola asuh memiliki kekuatan dan


kelemahannya masing – masing, disinilah orang tua harus menyadari perannya
dan memilih pola asuh yang tepat untuk anaknya sehingga anak dapat
mengembangkan potensi dirinya. Dari hasil jawaban kuisioner yang ada juga
didapat bahwa orang tua tidak ada yang menggunakan pola asuh yang murni,
namun lebih kepada dominan ke satu pola asuh dan juga dikombinasi dengan
pola asuh yang lain. Misalnya pola asuh demokratis namun juga sedikit
otoriter, tergantung situasi dan kondisinya.

Jadi, disimpulkan bahwa mayoritas dari responden merasa pola asuh orang
tua nya adalah otoriter yaitu sebanyak 18 orang (60%). Hal ini disebabkan
karena mereka merasa orang tua mereka membatasi dan mengontrol apa yang
mereka lakukan dan memberikan hukuman – hukuman bila melanggar
peraturan.

b. Perkembangan Emosional Remaja di SMP Negeri 43 Medan

Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 8 (26,67%) responden memiliki


perkembangan emosional yang sangat baik, sebanyak 15 (50%) responden
memiliki perkembangan emosional yang baik, dan sebanyak 7 (23,33%)
responden memiliki perkembangan emosional yang kurang baik.
Dari hasil tersebut didapat bahwa perkembangan emosional remaja di
SMP Negeri 43 Medan mayoritasnya baik, hal ini dapat dilihat dari kuisioner
yang diisi oleh responden yakni sebanyak 15 responden yang memiliki
perkembangan emosional yang baik. Meskipun demikian, ternyata masih ada
7 responden yang perkembangan emosionalnya masih kurang baik.
Perkembangan adalah perubahan yang progresif dan kontinyu baik yang
menyangkut fisik maupun psikis dari individu. Dalam perkembangannya,
emosi remaja cenderung labil dan cenderung merujuk kearah negatif dan

8
banyak mengalami kesulitan emosional, seperti mudah merasa kesepian dan
pemurung, cemas, agresif dan kurang menghargai sopan santun.
Jadi, disimpulkan mayoritas responden memiliki perkembangan emosional
yang baik. Hal ini dikarenakan pola asuh orang tua yang otoriter karena
dengan pola asuh yang demikian maka perkembangan emosional anak dapat
berkembang dengan baik, anak tidak manja, dan juga tidak minder, bahkan
cenderung lebih mandiri dan percaya diri.

c. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Emosional


Remaja

Dari hasil penelitian ini diperoleh dari 30 responden terdapat 11 responden


(36,67%) yang pola asuh orang tuanya demokratis, 6 responden (20%)
diantaranya memiliki perkembangan emosional yang sangat baik, 5 responden
(16,67%) diantaranya memiliki perkembangan emosional yang baik, dan 0
responden yang memiliki perkembangan emosional yang kurang baik.
Hasil penilitian ini juga menunjukkan dari 30 responden terdapat 18
responden (60%) yang pola asuh orang tuanya otoriter, 2 responden (6,67%)
diantaranya memiliki perkembangan emosional yang sangat baik, 9 responden
(30%) diantaranya memiliki perkembangan emosional yang baik, dan 7
responden (23,33%) yang memiliki perkembangan emosional yang kurang
baik. Kemudian dari 30 responden hanya 1 (3,33%) responden yang memiliki
pola asuh orang tua permisif dan memiliki perkembangan emosional baik.
Hasil uji Chi-Square memakai program SPSS menunjukkan bahwa adanya
hubungan signifikan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan
emosional remaja dengan (p = 0,35 ; p < 0,05). Dalam hal ini berarti semakin
baik pola asuh orangtuanya maka semakin baik jugalah perkembangan
emosional remaja.
Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil merupakan lingkungan
pendidikan yang paling utama dan pertama bagi anak, dalam arti keluarga
merupakan lingkungan yang paling bertanggung jawab dalam
mengembangkankematangan emosi anak-anaknya.

9
4.3 Kekuatan Penelitian
Kekuatan penelitian ini yaitu menggunakan uji Chi – Square pada datanya
untuk melihat ada tidaknya pengaruh pola asuh terhadap perkembangan
emosional remaja dan memakai program aplikasi SPSS dalam mengujinya
sehingga akurat.

4.4 Kelemahan Penelitian


Kelemahannya yaitu proses pengambilan sampel yang terlalu sedikit
sehingga tidak dapat mewakili disimpulkan dari populasinya. Dan juga
waktu penelitian relative singkat.

10
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang siswa
SMPN 43 Medan, maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 11 (36,66%)
responden diasuh dengan pola asuh demokratis, sebanyak 18 (60%) responden
diasuh dengan pola asuh otoriter, dan sebanyak 1 (3,33%) responden yang
diasuh dengan pola asuh permisif. Hal ini dapat dilihat dari jawaban kuisioner
bahwa dari 30 responden mayoritas 18 responden memiliki pola asuh orang
tua yang otoriter. Jadi, disimpulkan bahwa mayoritas dari responden merasa
pola asuh orang tua nya adalah otoriter yaitu sebanyak 18 orang (60%). Hal ini
disebabkan karena mereka merasa orang tua mereka membatasi dan
mengontrol apa yang mereka lakukan dan memberikan hukuman – hukuman
bila melanggar peraturan. Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 8 (26,67%)
responden memiliki perkembangan emosional yang sangat baik, sebanyak 15
(50%) responden memiliki perkembangan emosional yang baik, dan sebanyak
7 (23,33%) responden memiliki perkembangan emosional yang kurang baik.
Jadi, disimpulkan mayoritas responden memiliki perkembangan emosional
yang baik. Hal ini dikarenakan pola asuh orang tua yang otoriter karena
dengan pola asuh yang demikian maka perkembangan emosional anak dapat
berkembang dengan baik, anak tidak manja, dan juga tidak minder, bahkan
cenderung lebih mandiri dan percaya diri. Hasil uji Chi-Square memakai
program SPSS menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara pola
asuh orang tua dengan perkembangan emosional remaja dengan (p = 0,35 ; p <
0,05). Dalam hal ini berarti semakin baik pola asuh orangtuanya maka
semakin baik jugalah perkembangan emosional remaja.
Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil diharapkan mampu untuk
membentuk perkembangan emosi yang baik bagi seorang remaja. Orang tua
diharapkan mampu untuk berkomunikasi dengan baik kepada anaknya
sehingga dapat menjadikan seorang anak dengan perkembangan emosi yang
dapat berjalan dengan baik.

11
5.2 Saran
Orangtua memiliki peranan yang penting dalam perkembangan emosi
seorang remaja. Oleh karena itu, orangtua diharapkan dapat menerapkan pola
asuh yang lebih baik lagi agar seorang remaja dapat tumbuh menjadi
seseorang dengan kematangan emosi yang baik kedepannya. Seorang remaja
juga diharapkan lebih bersikap terbuka kepada orangtua sehingga terjadi
komunikasi yang baik antara anak dan orangtua agar dapat terciptanya suasana
yang baik bagi perkembangan emosi seorang remaja.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ali & Asrori. (2011). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Edisi 7. Jakarta : Erlangga.

13

Anda mungkin juga menyukai