PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia . Masa
remaja sering digambarkan sebagai masa yang paling indah, karena penuh dengan
kegembiraan dan tantangan. Setiap manusia akan melalui tahapan menjadi
seorang remaja dimana masa remaja ini mempunyai arti khusus bagi seseorang.
Namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian
perkembangan seseorang. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak pula
termasuk golongan dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi
fisik, psikis maupun emosionalnya.
Emosi memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting bagi kehidupan anak,
diantaranya emosi merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat
menyatakan segala kebutuhan dan perasaannya pada orang lain. Emosi juga dapat
mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan
sosialnya. Oleh sebab itu orang tua atau guru harus mengajarkan anak-anak sejak
usia dini untuk belajar bagaimana mengontrol emosinya.
Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anak-anaknya. karena
masing-masing orangtua mempunyai pola asuh tertentu. Selain itu orangtua
berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh
informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. Pola asuh orangtua
memiliki pengaruh penting terhadap perkembangan emosi anak. Dimana
perkembangan emosi merupakan faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi keberhasilan (kesuksesan) dimasa yang akan datang. dengan
mengajari anak ketrampilan emosi mereka akan lebih mampu untuk mengatasi
berbagai masalah.
Baumrind(dalam Mahmud,dkk 2013:150-151) menyatakan bahwa secara
umum mengkategorikan pola asuh di bagi menjadi tiga jenis yaitu pola asuh
demokratis, otoriter, dan permisif. Masing-masing pola ini memiliki kelebihan
dan kekurangan sendiri. Pola asuh orang tua merupakan interaksi anak dengan
1
orang tua mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta melindungi anak
untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang
tua yang di terapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah
bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang
baik.
Saat ini, banyak siswa terutama siswa remaja usia sekolah menegah yang
tercatat berkelakuan tidak baik seperti sering berkelahi, marah yang disebabkan
oleh teman sebaya yang sering mengganggunya, bolos dan tidak mengikuti
disiplin yang diterapkan disekolah. Hal tersebut terjadi karena pola asuh orangtua
yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Siswa yang berkelakuan tidak baik
tersebut mengatakan bahwa orang tuanya selalu memaksakan kehendaknya dalam
semua tindakan dan tidak pernah memberi kebebasan mengambil keputusan
sendiri, mengatakan orang tuanya tidak pernah memberi dukungan atau
bimbingan karena sibuk bekerja dan sering berkelahi mengenai masalah keluarga.
Namun demikian ada juga beberapa siswa yang berprestasi dan berkelakuan baik
mengatakan bahwa orang tuanya selalu mendukung, membimbing serta memberi
semangat kepada anaknya dan selalu memberi kebebasan dalam
berpendapat.Berdasarkan informasi yang diperoleh ,pola asuh orang tuanya yang
otoriter dan anak tidak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan apa yang
diinginkan selain itu orang tua menuntut anaknya selalu benar dalam mengerjakan
sesuatu. Tapi disisi lain pola asuh otoriter juga diterapkan pada anak lain tapi
anaknya selalu ceria dan tidak cengeng. Ada juga beberapa orang tua yang
demokratis, anak diberikan kebebasan bereksplorasi, terlihat akrab dalam
berkomunikasi dengan anak. Anak menunjukkan sikap periang, disiplin dan
mampu mengendalikan emosi ketika marah. Tapi ada juga beberapa anak yang
cenderung lebih berdiam diri dan pemalu. Selain itu ada beberapa orang tua yang
memanjakan dan melindungi anak yang berlebihan (permisif) Sikap orang tua
yang permisif juga dilakukan orang tua lain keanaknya tapi anaknya bisa mandiri.
2
Dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini yaitu mengertahui hubungan pola asuh orang tua terhadap
perkembangan emosi remaja usia sekolah menegah pertama (SMP).
3
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN ATAU GAMBARAN UMUM
4
BAB III
METODE PENELITIAN
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
c. Pengujian Signifikansi Hubungan Pola Asuh Dengan Perkembangan
Emosi Remaja Menggunakan Chi Square
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig sebesar
0.035 yang dapat diartikan bahwa pola asuh orang tua memiliki hubungan
yang signifikan terhadap perkembangan emosi remaja.
Menurut Baumrind pola asuh otoriter adalah pola asuh dengan gaya
membatasi, menghukum, memandang pentingnya control dan kepatuhan tanpa
syarat. Orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan dan menghormati
pekerjaan dan upaya mereka. Menerapkan batas dan kendali yang tegas
kepada anak dan meminimalisir perdebatan verbal serta memaksakan aturan
7
secara kaku tanpa menjelaskannya, dan meunjukkan amarah kepada anak
(Santrock. 2003).
Jadi, disimpulkan bahwa mayoritas dari responden merasa pola asuh orang
tua nya adalah otoriter yaitu sebanyak 18 orang (60%). Hal ini disebabkan
karena mereka merasa orang tua mereka membatasi dan mengontrol apa yang
mereka lakukan dan memberikan hukuman – hukuman bila melanggar
peraturan.
8
banyak mengalami kesulitan emosional, seperti mudah merasa kesepian dan
pemurung, cemas, agresif dan kurang menghargai sopan santun.
Jadi, disimpulkan mayoritas responden memiliki perkembangan emosional
yang baik. Hal ini dikarenakan pola asuh orang tua yang otoriter karena
dengan pola asuh yang demikian maka perkembangan emosional anak dapat
berkembang dengan baik, anak tidak manja, dan juga tidak minder, bahkan
cenderung lebih mandiri dan percaya diri.
9
4.3 Kekuatan Penelitian
Kekuatan penelitian ini yaitu menggunakan uji Chi – Square pada datanya
untuk melihat ada tidaknya pengaruh pola asuh terhadap perkembangan
emosional remaja dan memakai program aplikasi SPSS dalam mengujinya
sehingga akurat.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang siswa
SMPN 43 Medan, maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 11 (36,66%)
responden diasuh dengan pola asuh demokratis, sebanyak 18 (60%) responden
diasuh dengan pola asuh otoriter, dan sebanyak 1 (3,33%) responden yang
diasuh dengan pola asuh permisif. Hal ini dapat dilihat dari jawaban kuisioner
bahwa dari 30 responden mayoritas 18 responden memiliki pola asuh orang
tua yang otoriter. Jadi, disimpulkan bahwa mayoritas dari responden merasa
pola asuh orang tua nya adalah otoriter yaitu sebanyak 18 orang (60%). Hal ini
disebabkan karena mereka merasa orang tua mereka membatasi dan
mengontrol apa yang mereka lakukan dan memberikan hukuman – hukuman
bila melanggar peraturan. Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 8 (26,67%)
responden memiliki perkembangan emosional yang sangat baik, sebanyak 15
(50%) responden memiliki perkembangan emosional yang baik, dan sebanyak
7 (23,33%) responden memiliki perkembangan emosional yang kurang baik.
Jadi, disimpulkan mayoritas responden memiliki perkembangan emosional
yang baik. Hal ini dikarenakan pola asuh orang tua yang otoriter karena
dengan pola asuh yang demikian maka perkembangan emosional anak dapat
berkembang dengan baik, anak tidak manja, dan juga tidak minder, bahkan
cenderung lebih mandiri dan percaya diri. Hasil uji Chi-Square memakai
program SPSS menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara pola
asuh orang tua dengan perkembangan emosional remaja dengan (p = 0,35 ; p <
0,05). Dalam hal ini berarti semakin baik pola asuh orangtuanya maka
semakin baik jugalah perkembangan emosional remaja.
Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil diharapkan mampu untuk
membentuk perkembangan emosi yang baik bagi seorang remaja. Orang tua
diharapkan mampu untuk berkomunikasi dengan baik kepada anaknya
sehingga dapat menjadikan seorang anak dengan perkembangan emosi yang
dapat berjalan dengan baik.
11
5.2 Saran
Orangtua memiliki peranan yang penting dalam perkembangan emosi
seorang remaja. Oleh karena itu, orangtua diharapkan dapat menerapkan pola
asuh yang lebih baik lagi agar seorang remaja dapat tumbuh menjadi
seseorang dengan kematangan emosi yang baik kedepannya. Seorang remaja
juga diharapkan lebih bersikap terbuka kepada orangtua sehingga terjadi
komunikasi yang baik antara anak dan orangtua agar dapat terciptanya suasana
yang baik bagi perkembangan emosi seorang remaja.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ali & Asrori. (2011). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Edisi 7. Jakarta : Erlangga.
13