Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM SPPK

PEMADAMAN API TRADISIONAL

KELOMPOK :1
NAMA : Intan Maharani
NRP : 0515040116
KELAS : K3-4D

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran merupakan bencana yang dapat disebabkan oleh faktor


manusia, faktor teknis maupun faktor alam yang tidak dapat diperkirakan kapan
terjadinya. Kebakaran terjadi tidak mengenal tempat dan waktu, bisa terjadi
dimana saja dan kapan saja. Kebakaran disebabkan oleh api yang sulit
dikendalikan sehingga dampak yang ditimbulkan merupakan kerugian terhadap
harta benda, jiwa manusia maupun lingkungan sekitarnya.

Bahaya kebakaran harus dipahami oleh setiap orang karena selain


merugikan diri sendiri juga orang lain yang berada disekitar area kebakaran.
Terjadinya kebakaran besar dimulai dari kebakaran ringan. Kebakaran ringan
tersebut justru dapat terjadi di lingkungan rumah Anda. Penggunaan karung goni
basah dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Karung goni basah ini
nantinya akan menjadi penghalang bagi oksigen sehingga kebakaran yang lebih
besar dapat dicegah. Hal ini seusai dengan teori segitiga api, yaitu syarat untuk
terjadinya api. Untuk mengendalikan api tersebut, maka pengendalian jumlah
terhadap salah satu unsur harus dilakukan. Oleh karena itu praktikum pemadaman
dengan menggunakan karung goni ini dilakukan.

1.2 Tujuan
TIU :
Mahasiswa di harapkan mampu mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran.
TIK:
Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian bahan tradisional
dan dapat memadamkan kebakaran dengan media tradisional.
1.3 Manfaat
Sebagai sumber pengetahuan tentang tata cara yang benar tentang pemadaman
kebakaran dengan menggunakan karung goni/alat pemadam sederhana.
BAB II DASAR
TEORI

1.1 Api
Api sering disebut sebagai zat keempat, karena tidak dapat dikategorikan
ke dalam kelompok zat padat, zat cair maupun zat gas. Api disebut memiliki
bentuk plasma. Plasma adalah bentuk gas yang mana sebagian dari partikel
diionisasi. Seperti halnya gas, plasma tidak memiliki bentuk yang tetap maupun
volume yang tetap, kecuali jika dikurung dalam suatu wadah yang tetap.
Segitiga api mengilustrasikan hubungan antara tiga elemen dasar yang
diperlukan untuk membangkitkan api. Tiga eleman dasar yang dibutuhkan untuk
membangkitkan api adalah senyawa oksigen, bahan bakar yang dapat terbakar dan
mengandung energi, serta sumber api atau sumber panas. Jika salah satu dari
ketiga eleman dasar tersebut telah habis, maka api akan padam, atau reaksi
pembakaran tidak dapat dilanjutkan dengan baik. Ketiga elemen dasar yang dapat
mebangkitkan api tersebut digambarkan di dalam sebuah segitiga, yang sangat
umum dikenal sebagai segitiga api. Berikut inidisajikan gambar segitiga api
pada
gambar 2.1.

Gambar 2.1 Segitiga Api


2.2 Kebakaran
2.2.1 Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan kadang kala
tidak dapat dikendalikan, sebagai hasil pembakaran suatu bahan dalam udara
dan mengeluarkan energy panas dan nyala (api). Proses pembakaran adalah
suatu reaksi eksotermis, yaitu suatu reaksi yang mengeluarkan panas. Bila api
yang terjadi sangat terbatas maka gejala tersebut belum dinyatakan sebagai
kebakaran, tetapi bila api mulai memungkinkan terjadinya penjalaran maka
gejala itu dapat dikatakan kebakaran. Kebakaran dapat disebabkan karena
faktor teknis (instalasi listrik, pemanas), atau karena manusia (kesengajaan,
kecerobohan, dan lain-lain) yang merupakan penyimpangan perilaku.
Keamanan dan keselamatan manusia maupun asset bangunan perlu dijaga
dari bahaya yang mengakibatkan kerusakan sampai kematian.
Dalam kebakaran api tumbuh secara bertahap, dari mulai menyala,
membesar, menghasilkan gas dan asap dari bahan yang terbakar, dan bila
tidak dikontrol, ia akan mencapai tahap maksimal yang menghanguskan serta
membahayakan keselamatan jiwa. Secara teknis, perkembangan api di dalam
ruangan tertutup dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap :
1. Tahap penyalaan
2. Tahap pertumbuhan
3. Tahap puncak
4. Tahap pembakaran penuh
5. Tahap surut
2.2.2 Bahaya Kebakaran
Bahaya Kebakaran ada dua jenis bahaya yang ditimbulkan sebagai
akibat dari terjadinya kebakaran yaitu kerugian material dan keselamatan jiwa
manusia.Beberapa aspek penyelamatan sebenarnya lebih diarahkan dan
diprioritaskan pada penyelamatan jiwa manusia terlebih dahulu, untuk
kemidian meminimalkan kerugianpada tahap berikutnya. Sehingga pada
prinsipnya, konsep penanggulangan kebakaran (fire safety) yang utama
adalah penyelamatan jiwa manusia. Bahaya keselamatan jiwa manusia pada
peristiwa kebakaran dapat diklasifikasikan :
1.bahaya langsung
a.tersengat temperatur yang tinggi
b.keracunan asap
2.bahaya tidak langsung
a.terluka
b.terjatuh
c.terserang sakit
d.mengalami shock/serangan psikologis
2.2.3 Klasifikasi Kebakaran
Berdasarkan Permenaker Nomor : 04/MEN/1980 penggolongan atau
pengelompokan jenis kebakaran menurut jenis bahan yang terbakar,
dimaksudkan untuk pemilihan media pemadam kebakaran yang sesuai.
Pengelompokan itu adalah :
1. Kebakaran kelas (tipe) A, yaitu kebakaran bahan padat kecuali
logam, seperti : kertas, kayu, tekstil, plastik, karet, busa dll. yang
sejenis dengan itu.
2. Kebakaran kelas (tipe) B, yaitu kebakaran bahan cair atau gas yang
mudah terbakar, seperti : bensin, aspal,gemuk, minyak, alkohol,
LPG dll. yang sejenis dengan itu.
3. Kebakaran kelas (tipe) C, yaitu kebakaran listrik yang bertegangan
4. Kebakaran kelas (tipe) D, yaitu kebakaran bahan logam, seperti :
aluminium, magnesium, kalium, dll. yang sejenis dengan itu.

2.2.4 Alat pemadam kebakaran


Alat pemadam kebakaran berdasarkan bentuk dan instalasinya terdiri
atas 3 jenis yaitu :
1. Alat pemadam api yang dirakit secara tetap pada bangunan / gedung
(fixed fire extinguishing system)
2. Alat pemadam api yang dirakit secara tetap pada kendaraan
(Fixed mobile fire appliances)
3. Alat pemadam api yang mudah dibawa (portable fire extinguisher)
Pada praktikum ini akan dilakukan sebuah percobaan
pemadaman kebakaran dengan menggunakan alat pemadam tradisional
dengan menggunakan karung goni atau selimut basah. Saat melakukan
pemadaman dengan metode ini terdapat hal-hal yang perlu di
perhatikan. Adapun hal tersebut adalah:
1. Arah Angin
Arah angin merupakan sebuah faktor keberhasilan dan keselamatan
dalam menangani kebakaran , jika salah dalam melihat arah angin , api
dapat menyambar pemadam.
2. Jenis bahan yang terbakar
Hal ini sesuai dengan klasifikasi kebakaran, ketika mengetahui jenis
bahan yang terbakar maka, pemadam akan dapat menentukan jenis
pemadam yang seharusnya di gunakan agar api tidak semakin
membesar dan cepat untuk padam.
3. Volume dan potensi bahan bakar (fire load )
Untuk menentukan alat pemadam yang teoat agar api lekas padam
4. Letak dan situasi lingkungan
Hal ini juga berkaitan dengan pemilihan alat pemadam yang sesuai.
5. Lamanya telah terbakar.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat
1. Tong tempat pembakaran
2. Karung
3.2 Bahan
1. Solar
2. Kayu bakar
3.3 Langkah Kerja

Ambil karung ( sudah dalam keadaan basah )

Pegang karung pada ujungnya

Berlari kearah api/terjadinya kebakaran

Hempaskan karung kea rah api dengan posisi membungkuk

Biarkan sampai api padam

Lakukan kegiatan tersebut sampai benar-benar mahir


menggunakan media pemadam kebakaran ini
BAB IV
PEMBAHASAN

Proses pemadaman api


1. Membasahi karung goni hingga benar-benar basah untuk memaksimalkan
proses pemadaman.

Gambar 4.1 Karung goni basah

2. Memegang karung goni dengan jempol dibagian depan lalu gulung


kebelakang hingga menutupi tangan. Hal ini bertujuan untuk melindungi
tubuh dan tangan dari bara api.

Gambar 4.2 Cara memegang karung goni

3. Melihat arah angina sebelum memadamkan api untuk meminimalisir


bahaya api dan asap pada kita dan sehingga pemadaman dapat dilakukan
lebih mudah karena tidak terganggu asap.
Gambar 4.3 Melihat arah angin

4. Menutupkan karung goni basah pada permukaan tong pembakaran


sehingga menutupi kontak udara dan api.

Gambar 4.4 Menutup permukaan tong

5. Saat dirasa api sudah mati, tarik ujung karung goni lalu ditarik dengan
kuat sambil berbalik dan berlari. Hal ini dialakukan agar apabila masih ada
api. Api tidak langsung mengenai kita, hal ini juga berlaku pada asap.

Gambar 4.5 Mengambil karung goni

Video : https://youtu.be/VzCbVsJ6a3s
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diketahui dari praktikum ini adalah:

1. Pemadaman secara tradisional harus dilakukan secara hati-hati dan tidak


gugup.
2. Penutupan/penghalangan hubungan antar udara dan material yang terbakar
dapat memadamkan api karena tidak memenuhi syarat teori api.
DAFTAR PUSTAKA

Grandmedica, Cyntia.2015.Macam - macam Alat Pemadam Kebakaran.


http://healthsafetyworking.blogspot.co.id/2015/09/macam -macam-alat-
pemadam-kebakaran.html. Diakses pada 26 Februari 2017

Handoko, Lukman.2009.Buku Petunjuk Praktek.Surabaya.Politeknik Perkapalan


Negeri Surabaya.

Hargiyarto,Putut.2003.Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran.


http://eprints.uny.ac
.id/3545/1/Pemadaman_Kebakaran.pdf.Yogyakarta.Universitas Negeri
Yogya karta. Diakses pada 25 Februari 2017

Harlinanto,Agatha.2015. Penerapan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan jalur


evakuasi serta penanggulangan kebakaran di RSUD dr.R.Soetijono
Kabupaten Blora. http://lib.unnes.ac.id/20613/1/6411409069 -
S.pdf.Semarang.Universitas Negeri Semarang. Diakses pada 25 Februari
2017

Rahman,Vinky.2004.Kebakaran, Bahaya Unpredictible, Upaya Dan Kendala


Penanggulangannya.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1281/1
/arsitektur-vinky8.pdf.Medan. Universitas Sumatra Utara. Diakses pada 25
Februari 2017

Anda mungkin juga menyukai