KELOMPOK A 1
1
SKENARIO 3
2
KATA SULIT
1. Ampulla collaps : keadaan yang diakibatkan karena adanya gerakan peristaltic
pada usus yang kosong
2. Current jelly : darah segar dan lender yang keluar dari rectum meski tanpa fesek
3. Step ladder : gambaran yang diakibatkan adanya transudasi cairan yang berada dalam
usus halus yang mengalami distensi
4. Herring bone : gambaran seperti tulang ikan pada usus halus yang mengalami dilatasi
5. Donut sign : gambaran yang terlihat pada USG yang menandakan adanya intususepsi
6. Rectal toucher : pemeriksaan dengan menusukkan jari ke dalam anus untuk menilai
prostat
7. Air fluid level : gambaran yang menandakan adanya gangguan pasase usus
PERTANYAAN
1. Mengapa BAB bayi berbentuk lender bercampur darah tanpa feses?
2. Mengapa muntah berwarna hijau?
3. Apa komplikasi dari kasus ini?
4. Apa tatalaksana untuk pasien ini?
5. Mengapa ampulla collaps?
6. Apa diagnosis kasus ini?
7. Apa penyebab kasus ini?
8. Mengapa bayi sering menangis sambil mengangkat kaki?
9. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus ini?
JAWABAN
1. Obstruksi menyebabkan tanpa feses. Mukosa rusak menyebabkan ada darah. Lender
karena bakteri.
2. Karena obstruksi pada usus bagian proksimal dan warna hijau berasal dari cairan
empedu.
3. Dehidrasi, syok hipovolemik, perforasi usus dan infeksi
3
4. Infus RL, pemasangan NGT, bedah, antibiotic profilaksis, reduksi hidrostatik
5. keadaan yang diakibatkan karena adanya gerakan peristaltic pada usus yang kosong
6. karena invaginasi
7. 95% idiopatik pada usia kurang dari 1 tahun, polip, hernia, lipoma, virus, intususepsi,
strangulasi
8. Cara bayi untuk menahan rasa sakit agar rileks dan tidak tegang
9. Barium meal terlihat adanya filling defect, pemeriksaan lab pada darah rutin terlihat
adanya leukositosis, rectal toucher, USG abdomen, BNO 3 posisi
HIPOTESIS
Masalah pada usus bayi seperti polip, hernia, lipoma, virus, intususepsi, strangulasi dan 95%
diantaranya ialah idiopatik akan menunjukkan gejala BAB bercampur lender dan darah tanpa
feses, muntah hijau, bayi menangis serta mengangkat kaki, dan ampulla collaps. Gejala tersebut
dapat terlihat dengan pemeriksaan barium meal, pemeriksaan darah rutin, rectal toucher, USG
abdomen, dan BNO 3 posisi. Dengan adanya pemeriksaan yang tepat, maka akan didapatkan
diagnosis Invaginasi. Penatalaksanaannya adalah dengan memberikan Infus RL, pemasangan
NGT, bedah, antibiotic profilaksis serta reduksi hidrostatik. Apabila tidak ditatalaksana dengan
tepat dan cepat, maka akan menyebabkan komplikasi dehidrasi, syok hipovolemik, perforasi usus
dan infeksi.
4
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan menjelaskan invaginasi
1.1. Memahami dan menjelaskan definisi invaginasi
1.2. Memahami dan menjelaskan epidemiologi invaginasi
1.3. Memahami dan menjelaskan etiologi invaginasi
1.4. Memahami dan menjelaskan klasifikasi invaginasi
1.5. Memahami dan menjelaskan patofisiologi invaginasi
1.6. Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis invaginasi
1.7. Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding invaginasi
1.8. Memahami dan menjelaskan tatalaksana invaginasi
1.9. Memahami dan menjelaskan komplikasi invaginasi
1.10. Memahami dan menjelaskan pencegahan invaginasi
1.11. Memahami dan menjelaskan prognosis invaginasi
5
1. Memahami dan menjelaskan invaginasi
1.1. Memahami dan menjelaskan definisi invaginasi
Intussusception adalah masuknya salah satu bagian ke bagian yang lain atau invaginatio dari
salah satu bagian usus kedalam lumen dan bergabung dengan bagian tersebut. Biasanya bagian
proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya. Bagian usus yang masuk (menginvaginasi)
disebut intussusceptum dan bagian yang menerima intussusceptum (diinvaginasi) disebut
intussuscipiens. Sinonim dari intussusception adalah telescoping usus dan invaginasi usus.
Intussusception diklasifikasikan berdasarkan lokasi dari traktus alimentary yaitu: ileoocolic,
cecocolic, enteroenteric, duodenogastric, dan gastroesophageal.
Intussusception merupakan salah satu penyebab spesifik dari obstruksi usus. Obstruksi usus
disebabkan oleh adanya objek dalam lumen, intramural thickening atau stenosis dan tekanan
extramural. Penyebab yang spesifik yang lain antara lain : benda asing, volvulus. torsio usus,
terkurungnya usus besar karena hernia (termasuk semua tipe hernia abdominal, hernia
diafragmatika), adhesi (post trauma atau post operasi), abses, granuloma atau hematoma,
malformasi congenital (stenosis atau atresia) dan neoplasia usus. Obstruksi bisa terjadi proksimal
atau distal. Obstruksi proximal dan komplit, biasanya akut dan menunjukkan gejala klinis yang
berat seperti dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan shock. Dapat juga memicu muntah yang
tetap, kurangnya sekresi lambung (asam hidroklorat) serta alkalosis metabolis sedangkan
obstruksi distal disebabkan oleh beberapa tingkatan asidosis metabolis. Obstruksi distal dan tidak
komplit biasanya dengan gejala klinis yang kurang jelas.
6
1.2. Memahami dan menjelaskan epidemiologi invaginasi
Berdasarkan penelitian O’Ryan et al, dari kasus intususepsi di RS Santiago tahun 2000-2001
ditemukan bahwa insidens invaginasi pada pasien berusia kurang dari 12 bulan sebanyak 55 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan untuk usia 0-24 bulan sebanyak 35 per 100.000 kelahiran
hidup. Insiden puncaknya pada umur 4-9 bulan terjadi perubahan diet makanan dari cair ke
padat, perubahan pola makan bulan, Hampir 70% terjadi pada anak-anak umur kurang dari 1
tahun dimana laki-laki lebih sering dari wanita perbandingan 4:1 kemungkinan karena peristaltic
lebih kuat.
I. Idiophatic
Menurut kepustakaan 90 – 95 % invaginasi pada anak dibawah umur satu tahun tidak dijumpai
penyebab yang spesifik sehingga digolongkan sebagai “infatile idiphatic intussusceptions”. Pada
waktu operasi hanya ditemukan penebalan dari dinding ileum terminal berupa hyperplasia
jaringan follikel submukosa yang diduga sebagai akibat infeksi virus. Penebalan ini merupakan
titik awal (lead point) terjadinya invaginasi.
II. Kausal
Pada penderita invaginasi yang lebih besar (lebih dua tahun) adanya kelainan usus sebagai
penyebab invaginasi seperti : inverted Meckel’s diverticulum, polip usus, leiomioma,
leiosarkoma, hemangioma, blue rubber blep nevi, lymphoma, duplikasi usus. Gross mendapatkan
titik awal invaginasi berupa : divertikulum Meckel, polip,duplikasi usus dan lymphoma pada 42
kasus dari 702 kasus invaginasi anak.
Ein’s dan Raffensperger, pada pengamatannya mendapatkan “Specific leading points” berupa
eosinophilik, granuloma dari ileum, papillary lymphoid hyperplasia dari ileum hemangioma dan
perdarahan submukosa karena hemophilia atau Henoch’s purpura.
Lymphosarcoma sering dijumpai sebagai penyebab invaginasi pada anak yang berusia
diatas enam tahun. Invaginasi dapat juga terjadi setelah laparotomi, yang biasanya timbul setelah
dua minggu pasca bedah, hal ini terjadi akibat gangguan peristaltik usus, disebabkan manipulasi
usus yang kasar dan lama, diseksi retroperitoneal yang luas dan hipoksia lokal.
7
A. Faktor – faktor yang dihubungkan dengan terjadinya invaginasi
Penyakit ini sering terjadi pada umur 3 – 12 bulan, di mana pada saat itu terjadi perubahan diet
makanan dari cair ke padat, perubahan pemberian makanan ini dicurigai sebagai penyebab
terjadi invaginasi. Invaginasi kadang – kadang terjadi setelah / selama enteritis akut, sehingga
dicurigaiakibat peningkatan peristaltik usus. Gastroenteritis akut yang dijumpai pada bayi,
ternyata kuman rota virus adalah agen penyebabnya, pengamatan 30 kasus invaginasi bayi
ditemukan virus ini dalam fesesnya sebanyak 37 %. Pada beberapa penelitian terakhir ini
didapati peninggian insidens adenovirus dalam feses penderita invaginasi.
8
1.5. Memahami dan menjelaskan patofisiologi invaginasi
Proses terjadinya invaginasi dimulai dengan hiperplastik usus bagian proksimal yang lebih
mobil menyebabkan usus masuk kedalam lumen usu distal berkontraksi terjadi
edema mengakibatkan perlekatan yang tidak dapat kembali normal sehingga terjadi
invaginasi.
Proses selanjutnya adalah proses obstruksi usus strangulasi. Proses strangulasi tersirat oleh
adanya rasa sakit dan perdarahan per rektal. Serangan rasa sakit mula-mula hilang timbul
kemudian menetap dan sering disertai rangsangan muntah. Darah yang keluar melalui anal
merupakan darah segar yang bercampur lendir. Proses obstruksi usus sebenarnya sudah mulai
sejak invaginasi terjadi tetapi penampilan klinik obstruksi memerlukan waktu. Umumnya setelah
10-12 jam sampai menjelang 24 jam gejala-gejala seperti abdomen kembung dan muntah hijau
atau fekal telah terjadi.
Anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang baik, tiba-tiba
menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, penderita tampak seperti kejang
dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini berlangsung dalam beberapa menit. Di
luar serangan, anak/bayi kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi proses
intususepsi. Serangan nyeri perut datangnya berulang-ulang dengan jarak waktu 15-20 menit
dengan lama serangan 2-3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu diikuti dengan
muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung.
Sesudah beberapa kali serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga, maka di luar
serangan si penderita terlihat lelah dan lesu dan tertidur sampai datang serangan kembali. Proses
intususepsi pada mulanya belum terjadi gangguan pasase isi usus secara total, anak masih dapat
defekasi berupa feses biasa, kemudian feses bercampur darah segar dan lendir, kemudian
defekasi hanya berupa darah segar bercampur lendir tanpa feses. BAB darah dan lendir (red
currant jelly stool) baru dijumpai sesudah 6-8 jam serangan sakit yang pertama kali, kadang-
9
kadang sesudah 12 jam. BAB darah lendir ini bervariasi jumlahnya dari kasus per kasus, ada
juga yang dijumpai hanya pada saat melakukan colok dubur.
Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang, dengan demikian
mudah teraba gumpalan usus yang terlibat intususepsi sebagai suatu massa tumor
berbentuk curved sausage di dalam perut di bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah atau
kiri bawah. Tumor lebih mudah teraba pada waktu terdapat peristaltik, sedangkan pada perut
bagian kanan bawah teraba kosong yang disebut dance’s sign. Hal ini akibat caecum dan kolon
naik ke atas, ikut proses intususepsi.
Sesudah 18-24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang tadinya tersumbat partial
berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem yang semakin bertambah, sehingga pada
pasien dijumpai tanda-tanda obstruksi, seperti perut kembung dengan gambaran peristaltik usus
yang jelas, muntah warna hijau dan dehidrasi.
Oleh karena perut kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan defekasi hanya
berupa darah dan lendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan dijumpai muntah feses, dengan
demam tinggi, asidosis, toksis dan terganggunya aliran pembuluh darah arteri. Pada segmen yang
terlibat menyebabkan nekrosis usus, gangren, perforasi, peritonitis umum, shock dan kematian.
Pada pemeriksaan colok dubur didapati:
Tonus sphincter melemah, mungkin invaginat dapat diraba berupa massa seperti portio
bila jari ditarik, keluar darah bercampur lendir.
Perlu perhatian bahwa untuk penderita malnutrisi, gejala-gejala intususepsi tidak khas.
Tanda-tanda obstruksi usus baru timbul dalam beberapa hari. Pada penderita ini tidak jelas tanda
adanya sakit berat. Pada defekasi tidak ada darah. Intususepsi dapat mengalami prolaps melewati
anus. Hal ini mungkin disebabkan pada pasien malnutrisi, memiliki tonus yang melemah,
sehingga obstruksi tidak cepat timbul.
Rasa sakit adalah gejala yang paling khas dan hampir selalu ada. Dengan adanya
seranganrasa sakit/kholik yang makin bertambah dan mencapai puncaknya, dan kemudian
menghilang samasekali, diagnosis hampir dapat ditegakkan. Rasa sakit berhubungan dengan
passase dari intususepsi.Diantara satu serangan dengan serangan berikutnya, bayi atau orang
dewasa dapat sama sekali bebasdari gejala.Selain dari rasa sakit gejala lain yang mungkin dapat
ditemukan adalah muntah, keluarnya darahmelalui rektum, dan terdapatnya masa lunak
memanjang seperti sosis (sausage shape mass) dimana biasanya perut kuadran kanan bawah
teraba seakan kosong (dance’s sign). Beratnya gejala muntahtergantung pada letak usus yang
terkena. Semakin tinggi letak obstruksi, semakin berat gejala muntah.Hemathocezia disebabkan
oleh kembalinya aliran darah dari usus yang mengalami intususepsi.Terdapatnya sedikit darah
adalah khas, sedangkan perdarahan yang banyak biasanya tidak ditemukan.
Gambaran klinis intususepsi dewasa umumnya sama seperti keadaan obstruksi usus pada
umumnya, yang dapat mulai timbul setelah 24 jam setelah terjadinya intususepsi berupanyeri
perut dan terjadinya distensi setelah lebih 24 jam ke dua disertai keadaan klinis lainnyayang
hampir sama gambarannya seperti intususepsi pada anak-anak. Pada orang dewasa
10
seringditemukan perjalanan penyakit yang jauh lebih panjang, dan kegagalan yang berulang-
ulangdalam usaha menegakkan diagnosis dengan pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan-
pemeriksaan lain. Adanya gejala obstruksi usus yang berulang, harus dipikirkan
kemungkinanintususepsi. Kegagalan untuk memperkuat diagnosis dengan pemeriksaan
radiologis seringkalimenyebabkan tidak ditegakkanya diagnosis. Pemeriksaan radiologis sering
tidak berhasilmengkonfirmasikan diagnosis karena tidak terdapat intususepsi pada saat
dilakukan pemeriksaan. Intussusepsi yang terjadi beberapa saat sebelumnya telah tereduksi
spontan.Dengan demikian diagnosis intussusepsi harus dipikirkan pada kasus orang dewasa
dengan serangan obstruksi usus yang berulang, meskipun pemeriksaan radiologis dan
pemeriksaan- pemeriksaan lain tidak memberikan hasil yang positif.
Gejala klinis yang menonjol dari intususepsi adalah suatu trias gejala yang terdiri dari(1-
5,7,13) :
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri bersifat hilang timbul. Nyeri
menghilang selama 10-20 menit, kemudian timbul lagi serangan baru.
2. Teraba massa tumor di perut bentuk curved sausage pada bagian kanan atas, kanan
bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas.
3. Buang air besar campur darah dan lendir yang disebut red currant jelly stool.
Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya
tumor, oleh karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada gejala trias
intususepsi. Mengingat intususepsi sering terjadi pada anak berumur di bawah satu tahun,
sedangkan penyakit disentri umumnya terjadi pada anak-anak yang mulai berjalan dan
mulai bermain sendiri maka apabila ada pasien datang berumur di bawah satu tahun, sakit
perut yang bersifat kolik sehingga anak menjadi rewel sepanjang hari/malam, ada
muntah, buang air besar campur darah dan lendir maka pikirkanlah kemungkinan
intususepsi(13).
11
The Brighton Collaboration Intussuseption Working Group mendirikan sebuah
diagnosis klinis menggunakan campuran dari kriteria minor dan mayor. Strasifikasi ini
membantu untuk membuat keputusan berdasarkan tiga level dari pembuktian untuk
membuktikan apakah kasus tersebut adalah intususepsi(2).
Kriteria Mayor
1. Adanya bukti dari obstruksi usus berupa adanya riwayat muntah hijau, diikuti dengan
distensi abdomen dan bising usus yang abnormal atau tidak ada sama sekali.
2. Adanya gambaran dari invaginasi usus, dimana setidaknya tercakup hal-hal berikut
ini: massa abdomen, massa rectum atau prolaps rectum, terlihat pada gambaran foto
abdomen, USG maupun CT Scan.
3. Bukti adanya gangguan vaskularisasi usus dengan manifestasi perdarahan rectum atau
gambaran feses red currant jelly pada pemeriksaan Rectal Toucher.
Kriteria Minor
2. Nyeri abdomen
3. Muntah
4. Lethargy
5. Pucat
6. Syok hipovolemi
12
Level 1 – Definite (ditemukannya satu kriteria di bawah ini)
- Kriteria Radiologi – Air enema atau liquid contrast enema menunjukkan invaginasi
dengan manifestasi spesifik yang bisa dibuktikan dapat direduksi oleh enema tersebut.
Level 3 – Possible
Pemeriksaan Radiologi
Didapatkan distribusi udara di dalam usus tidak merata, usus terdesak ke kiri atas, bila
telah lanjut terlihat tanda-tanda obstruksi usus dengan gambaran air fluid level. Dapat
terlihat free air bila terjadi perforasi
13
Literatur lain menyebutkan bahwa foto polos hanya memiliki akurasi diagnostik
45% untuk menegakkan diagnosis intususepsi sehingga penggunaannya tidak diindikasikan
jika ada fasilitas USG(4). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hooker et al tahun 2008
dalam Radiographic Evaluation of Intussusception, tampilan foto polos abdomen dengan
posisi left side down decubitus meningkatkan kemampuan untuk diagnosis atau
menyingkirkan intususepsi.
14
Barium enema
Dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan bila gejala-
gejala klinik meragukan. Pada barium enema akan tampak gambaran cupping, coiled
spring appearance(13).
15
Ultrasonografi Abdomen
Pada tampilan transversal USG, tampak konfigurasi usus berbentuk ‘target’ atau
‘donat’ yang terdiri dari dua cincin echogenisitas rendah yang dipisahkan oleh cincin
hiperekoik, tidak ada gerakan pada donat tersebut dan ketebalan tepi lebih dari 0,6 cm.
Ketebalan tepi luar lebih dari 1,6 cm menunjukkan perlunya intervensi pembedahan.
Pada tampilan logitudinal tampak pseudokidney sign yang timbul sebagai tumpukan
lapisan hipoekoik dan hiperekoik(2,3,4,6).
16
CT Scan
Intususepsi yang digambarkan pada CT scan merupakan gambaran klasik seperti pada
USG yaitu target sign. Intususepsi temporer dari usus halus dapat terlihat pada CT
maupun USG, dimana sebagian besar kasus ini secara klinis tidak signifikan(2).
17
Diagnosis Banding
3. Disentri amoeba, disini diare mengandung lendir dan darah, serta adanya
obstipasi, bila disentri berat disertai adanya nyeri di perut, tenesmus dan demam.
5. Prolapsus recti atau Rectal prolaps, dimana biasanya terjadi berulang kali dan
pada colok dubur didapati hubungan antara mukosa dengan kulit perianal,
sedangkan pada intususepsi didapati adanya celah.
Telah disebutkan pada bab terdahulu bahwa barium enema berfungsi dalam diagnostik dan
terapi. Barium enema dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti :
18
‐ Adanya tanda obstruksi usus yang jelas baik secara klinis maupun pada foto abdomen
Hasil reduksi ini akan memuaskan jika dalam keadaan tenang tidak menangis atau gelisah
karena kesakitan oleh karena itu pemberian sedatif sangat membantu.
Kateter yang telah diolesi pelicin dimasukkan ke rektum dan difiksasi dengan plester,
melalui kateter bubur barium dialirkan dari kontainer yang terletak 3 kaki di atas meja
penderita dan aliran bubur barium dideteksi dengan alat floroskopi sampai meniskus
intussusepsi dapat diidentifikasi dan dibuat foto. Meniskus sering dijumpai pada kolon
transversum dan bagian proksimal kolon descendens.
Bila kolom bubur barium bergerak maju menandai proses reduksi sedang berlanjut, tetapi
bila kolom bubur barium berhenti dapat diulangi 2 – 3 kali dengan jarak waktu 3 – 5 menit.
Reduksi dinyatakan gagal bila tekanan barium dipertahankan selama 10 – 15 menit tetapi
tidak dijumpai kemajuan. Antara percobaan reduksi pertama, kedua dan ketiga, bubur
barium dievakuasi terlebih dahulu.
Reduksi barium enema dinyatakan berhasil apabila :
‐ Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai massa feses dan
udara.
‐ Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian usus halus,
jadi adanya refluks ke dalam ileum.
19
‐ Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta norit test positif.
Penderita perlu dirawat inap selama 2 – 3 hari karena sering dijumpai kekambuhan
selama 36 jam pertama.
Keberhasilan tindakan ini tergantung kepada beberapa hal antara lain, waktu sejak timbulnya
gejala pertama, penyebab invaginasi, jenis invaginasi dan teknis pelaksanaannya,
Suatu kesalahan besar apabila buru – buru melakukan operasi karena takut usus menjadi
nekrosis padahal perfusi jaringan masih buruk.
20
Harus diingat bahwa obat anestesi dan stress operasi akan memperberat keadaan umum
penderita serta perfusi jaringan yang belum baik akan menyebabkan bertumpuknya hasil
metabolik di jaringan yang seharusnya dibuang lewat ginjal dan pernafasan, begitu pula
perfusi jaringan yang belum baik akan mengakibatkan oksigenasi jaringan akan buruk pula.
Bila dipaksakan kelainan – kelainan itu akan irreversible.
2. Tindakan untuk mereposisi usus
Tindakan selama operaasi tergantung kepada penemuan keadaan usus, reposisi manual
dengan cara “milking” dilakukan dengan halus dan sabar, juga bergantung pada
keterampilan dan pengalaman operator. Insisi operasi untuk tindakan ini dilakukan secara
transversal (melintang), pada anak – anak dibawah umur 2 tahun dianjurkan insisi
transversal supraumbilikal oleh karena letaknya relatif lebih tinggi.
Ada juga yang menganjurkan insisi transversal infraumbilikal dengan alasan lebih mudah
untuk eksplorasi malrotasi usus, mereduksi invaginasi dan tindakan apendektomi bila
dibutuhkan.
Tidak ada batasan yang tegas kapan kita harus berhenti mencoba reposisi manual itu.
Reseksi usus dilakukan apabila : pada kasus yang tidak berhasil direduksi dengan cara
manual, bila viabilitas usus diragukan atauditemukan kelainan patologis sebagai
penyebab invaginasi. Setelah usus direseksi dilakukan anastomosis ”end to end”, apabila
hal ini memungkinkan, bila tidak mungkin maka dilakukan “exteriorisasi” atau
enterostomi.
21
1.10. Memahami dan menjelaskan pencegahan invaginasi
Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan ialah dengan tidak memberikan makanan padat
selain asi pada bayi dibawah 6 bulan karena sistem pencernaan dan daya tahan tubuh bayi belum
sempurna. Vaksin rotavirus generasi lama diketahui dapat menimbulkan intususepsi pada
bayi/anak yang mendapatkannya. Akibatnya pemakaian vaksin ini kemudian dilarang. Vaksin
rotavirus generasi yang baru telah diantisipasi untuk tidak menyebabkan hal yang sama sebelum
dipakai secara massal pada bayi dan anak. Tidak ada obat atau cara untuk mencegah terjadinya
intususepsi yang diketahui sampai saat ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Medicastore.2016.
http://medicastore.com/penyakit/494/Obstruksi_Sumbatan_Usus.html.Diaksespadatanggal
27/09/2016
PasaribuN. 2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34591/3/Chapter%20II.pdf.
Diaksespadatanggal 27/09/2016
23