Anda di halaman 1dari 29

TEORI AKUNTANSI

(Pabrik dan Peralatan : Dibeli dan Disewa Guna Usaha) dan (Aktiva Tanwujud dan
Investasi Tak Lancar)

DOSEN : TRIMANTO SETYO WARDOYO

Disusun oleh :

Yusril Amri 1402150065 / 2015


Vickry Anggriawan 1402150033 / 2015
Ratri Ayu Amalia 1402150355 / 2015

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2018
BAB 17

PABRIK DAN PERALATAN: DIBELI DAN DISEWA GUNA USAHA

I. SIFAT DASAR DAN BIAYA PABRIK DAN PERALATAN

Pabrik dan Peralatan mempunyai karakteristik yang dapat diikhtisarkan sebagai

berikut:

1 Aktiva merupakan barang fisik yang dimiliki untuk memudahkan produksi

barang lain atau untuk memberikan jasa bagi perusahaan atau pelanggannya

dalam pelaksanaan operasi yang normal;

2 Aktiva ini semuanya mempunyai umur yang terbatas, dan pada akhir umur itu

aktiva harus ditinggalkan atau diganti;

3 Nilai aktiva itu ditentukan oleh keausan dan kerusakan yang disebabkan oleh

elemen-elemennya, atau mungkin bersifat variabel, dengan tergantung pada

jumlah penggunaan dan pemeliharaan;

4 Semua aktiva ini bersifat nonmoneter, manfaatnya diterima dari penggunaan

atau penjualan jasa dan bukan dari konversi aktiva menjadi jumlah uang yang

diketahui;

5 Secara umum, manfaat akan diterima sepanjang suatu periode yang lebih

panjang dari satu tahun atau siklus operasi perusahaan.

Pertukaran Nonmoneter

APB 29 menyatakan bahwa secara umum aktiva nonmoneter diperoleh melalui

pertukaran dengan aktiva nonmoneter dan dicatat sebesar nilai wajar aktiva yang

diserahkan. Konsep ini berlaku pada perolehan aktiva nonmoneter dalam pertukaran
dengan sekuritas ekuitas perusahaann, yaitu aktiva harus dicatat sebesar nilai wajar

saham yang diserahkan dalam pertukaran.

Dalam sebagian besar kasus, dapat diasumsikan bahwa pertukaran merupakan

hasil dari negoisasi yang wajar, sehingga nilai wajar aktiva yang diterima sama besar

dengan nilai wajar yang diserahkan. Penggunaan nilai wajar ini konsisten dengan

konsep bahwa aktiva nonmoneter harus dicatat sebesar biaya bagi perusahaan, yang

dalam hal ini adalah nilai wajar aktiva yang dipertukarkan.

APB 29 memiliki dua pengecualian untuk aturan ini.pengecualian pertama

adalah bila baik nilai wajar aktiva yang diserahkan maupun nilai wajar aktiva yang

diterima tidak dapat ditentukan dalam batas-batas yang wajar. Pengecualian kedua

adalah transaksi pertukaran yang saling tidak menghasilkan kulminasi proses

penghasilan (earning process).

Bunga atas Konstruksi

Aktiva yang dikonstruksi digunakan sendiri oleh perusahaan dan menimbulkan

masalah apakah harus mengkapitalisasi bunga atas dana yang diinvestasikan selama

waktu yang diperlukan untuk membuat aktiva itu siap untuk penggunaan yang

dimaksud. Ada empat usulan umum:

1 Tidak mengkapitalisasi bunga apapun;

2 Hanya mengkapitalisasi bunga yang benar-benar dibayarkan untuk dana yang

dipinjam untuk tujuan khusus itu;

3 Mengkapitalisasi semua bunga atas modal yang dipinjam, tanpa

mempersoalkan alasan peminjaman;


4 Mengkapitalisasi bunga atas semua dana yang diinvestasikan, tanpa

mempersoalkan apakah dana itu diperoleh dari peminjaman atau dari sumber

ekuitas.

Usulan pertama, bahwa tidak ada bunga yang harus dikapitalisasi, didasarkan

pada penafsiran bahwa bunga itu bukanlah biaya konstruksi, melainkan suatu beban

keuangan.

Usulan kedua, untuk hanya mengkapitalisasi bunga yang benar-benar

dibayarkan, didasarkan pada asumsi bahwa bunga merupakan biaya produksi, tetapi

hanya jumlah yang benar-benar dibayarkan yang merupakan biaya.

Usulan ketiga menghindari masalah penentuan berapa besar investasi yang

dibiayai oleh utang dan berapa oleh ekuitas.

Usulan keempat, bahwa bunga harus dibebankan untuk semua dana yang

digunakan, didasarkan terutama pada asumsi bahwa bunga itu merupakan biaya

ekonomi.

Overhead atas Aktiva yang dikonstruksi sendiri

Pabrik dan peralatan dikonstruksi oleh perusahaan yang akan menggunakan

aktiva, akumulasi biayanya hanya sedikit berbeda dengan penentuan biaya produk

manufaktur. Biaya tenaga kerja dan bahan baku biasanya dapat dibebankan secara

langsung pada aktiva tetap yang sedang dikonstruksi. Kesulitan utama terjadi dalam

pengalokasian biaya overhead gabungan pada aktiva tersebut dan pada produksi

normal. Ada empat usulan yang diajukan untuk mengatasi masalah ini:

1 Tidak membebankan overhead apapun pada aktiva tetap tersebut;


2 Membebankan overhead tambahan;

3 Membebankan overhead sebesar jumlah yang seharusnya dibebankan pada

produksi yang dibatalkan karena adanya produksi aktiva tetap tersebut;

4 Membebankan suatu bagian yang proporsional dari overhead pada konstruksi

berdasar prosedur yang digunakan untuk pembebanan pada produksi normal.

II. SEWA GUNA USAHA PABRIK DAN PERALATAN

Pabrik dan peralatan disewakan atau disewagunausahakan pada perusahaan

atau orang lain untuk periode yang singkat, yang berlangsung dari satu hari sampai satu

tahun atau lebih.

Sebuah contoh yang menunjukkan sewa guna usaha yang mempunyai

karakteristik dasar pembiayaan dan pembelian adalah kasus dimana seorang produsen

membiayai perolehan peralatan oleh salah seorang pelanggannya. Hak milik bisa

beralih kepada pelanggan itu pada akhir masa pembiayaan, yang mungkin berlangsung

sampai akhir umur manfaat aktiva. Skenario alternatif melibatkan suatu perusahaan

pembiayaan (finance company) (pemegang ekuitas) yang membayar produsen untuk

peralatan itu dengan mendapat hak milik atas aktiva. Perusahaan itu menerima surat

cicilan dari pelanggan, yang menerima hak untuk menggunakan properti selama

hampir sepanjang umur manfaat aktiva. Kebanyakan orang merasa bahwa perusahaan

pembiayaan ini hanya membiayai perolehan aktiva.

Mendefinisikan sewa guna usaha modal

FASB dalam pernyataan ini mengemukakan kriterianya sendiri yang dapat

digunakan untuk menilai kapan suatu sewa guna usaha cukup menyerupai pembelian
sehingga layak diperlakukan sebagai pembelian cicilan oleh lessee. Kriteria tersebut

antara lain:

1 Hak milik atas properti akan dipindahkan kepada lessee pada akhir masa sewa

guna usaha atau menurut hak opsi pembelian;

2 Masa sewa guna usaha paling sedikit 75% dari umur ekonomis properti, kecuali

jika masa itu dimulai dalam 25% terakhir umur tersebut;

3 Saat dimulainya sewa guna usaha, nilai sekarang dari pembayaran sewa guna

usaha minimum, seperti yang didefinisikan dibawah ini, sama atau lebih besar

90% dari nilai wajar properti yang disewa guna usahakan bagi lessor (dikurangi

setiap kredit pajak investasi terkait yang akan dimanfaatkan oleh lessor).

Seperti dengan kriteria kedua, kriteria ini tidak relevan jika masa sewa guna

usaha dimulai dalam 25 persen terakhir umur properti.

Sewa guna usaha yang melibatkan real estate

Keadaan menjadi lebih kompleks bila real esate dilibatkan, karena adanya

konflik potensial antara SFAS 13 dan SFAS 66. Misalnya seorang pemilik properti

dapat mengatur agar perpindahan properti itu berbentuk sewa guna usaha penjualan

dan mengakui laba menurut SFAS 13.

Memiliki aktiva versus memiliki hak

Karakteristik kepemilikan pabrik dan peralatan yang terkandung dalam sewa

guna usaha mencakup hak lessee untuk menggunakan properti tersebut selama umur

sewa guna usaha dengan, biasanya, kewajiban untuk membayar suatu harga yang tetap

dalam bentuk cicilan, jadi lessee mempunyai sebuah aktiva nonmoneter dalam bentuk
hak untuk menerima manfaat dari penggunaan pabrik dan peralatan. Lessor, walaupun

memegang hak atas properti, mempunyai piutang yang merupakan aktiva moneter yang

menunjukkan hak untuk menerima jumlah dolar tertentu sepanjang umur kontrak.

Akan tetapi, hak yang dipegang oleh lessee dan piutang lessor dalam beberapa hal

berbeda dari yang timbul dari transaksi penjualan/pembelian jasa.

Pengkapitalisasian semua komitmen jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan

Suatu pendekatan alternatif terhadap metode-metode untuk menangani sewa

guna usaha jangka panjang ini adalah dengan menganggap sewa guna usaha sebagai

bagian dari masalah yang lebih luas, yaitu komitmen jangka panjang yang tidak dapat

dibatalkan.

Setiap suatu perusahaan memasuki kontrak jangka panjang untuk memperoleh

barang atau jasa dan untuk melakukan pembayaran yang sesuai, timbullah hak dan

kewajiban tertentu. Jika barang dan jasa ini diperoleh tahun per tahun atau menurut

kontrak yang dapat dibatalkan secara mendadak, hak dan kewajiban itu biasanya tidak

material dampaknya pada neraca, dan sudah tepat jika transaksi itu dicatat saat barang

dan jasa diterima atau diakru pada saat pembayaran dilakukan.

Aktiva yang timbul dari komitmen jangka panjang adalah hak untuk menerima

barang dan jasa, dan klaim harus dicatat berdasarkan nilai diskonto nilai-nilai yang

diharapkan. Seperti piutang, nilai klaim tergantung pada harapan bahwa klaim itu akan

terwujud.
Penerapan prinsip umum pada sewa guna usaha jangka panjang berdampak

memperluas jumlah yang harus dikapitalisasi. Prinsip ini tidak membatasi jumlah itu

pada hak atas properti.

Pelaporan sewa guna usaha

Sewa guna usaha yang dilaporkan oleh lessee

Pengklasifikasian sewa guna usaha sebagai sewa guna usaha modal mengharuskan

bahwa lessee melaporkan dalam laporan keuangan baik aktiva maupun kewajiban sewa

guna usaha.

Amortisasi sewa guna usaha dipengaruhi oleh asumsi-asumsi tentang perpindahan hak

milik.bilamana hak milik berpindah kepada lessee pada akhir sewa guna usaha, atau

bila kita dapat mengasumsikan bahwa hak milik itu akan berpindah, seperti bila sewa

guna usaha itu mengandung hak opsi pembelian, aktiva yang disewa diamortisasikan

sepanjang umurnya. Jika asumsi ini tidak dipenuhi, amortisasinya adalah sepanjang

umur sewa guna usaha.

Salah satu keunggulan kapitalisasi hak-hak atas properti yang inheren dalam kontrak.

Sewa guna usaha adalah bahwa pengkapitalisasian itu menyajikan gambaran yang

lebih jelas tentang hak dan kewajiban perusahaan dalam laporan keuangan.

Sewa guna usaha pembiayaan yang dilaporkan oleh lessor

Dari sudut pandang lessor, suatu sewa guna usaha merupakan sewa guna usaha

pembiayaan langsung atau sewa guna usaha penjualan. Dalam sewa guna usaha

pembiayaan langsung, perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa guna usaha

memegang wesel tagih cicilan yang beragunan.


Pendapatan sewa guna usaha (lease income) dilaporkan oleh lessor dengan

menggunakan metode bunga. Semua pendapatan diasumsikan merupakan pendapatan

investasi (investment income); tidak satupun yang dikaitkan dengan perjanjian

prakontrak, penandatanganan kontrak, atau pengawasan dan pertanggungjawaban

penagihan, yang mungkin berlangsung terus menerus sepanjang umur sewa guna

usaha.

Sewa guna usaha penjualan yang dilaporkan oleh lessor

Pendapatan (income) harus dilaporkan secara terpisah untuk kedua fungsi dasar yaitu

pembuatan dan penjualan produk, investasi dalam kontrak sewa guna usaha sepanjang

umur sewa guna usaha

Pendapatan dari pembuatan produk dapat dilaporkan saar sewa guna usaha

ditandatangani dengan melaporkan nilai piutang kontrak sewa guna usaha yang sama

besar dengan harga jual normal produk tersebut.

Sewa guna usaha operasi

Bagi lessee, suatu guna usaha jangka panjang akan diklasifikasikan sebagai sewa guna

usaha operasi jika tidak memenuhi kriteria sewa guna usaha modal.

Bagi lessor, sewa guna usaha adalah sewa guna usaha operasi jika tidak memenuhi

kriteria sewa guna usaha pembiayaan langsung atau sewa guna usaha penjualan.

Bagi lessor, FASB telah merekomendasikan agar aktiva sewa guna usaha

diklasifikasikan sebagai pabrik dan peralatan, agar aktiva dinilai sebesar biaya atau

biaya dikurangi akumulasi penyusutan, dan agar penerimaan sewa dilaporkan sebagai
pendapatan kotor kecuali jika sewa sangat menyimpang dari dasar garis lurus atau dari

kegunaan ekonomi properti dalam setiap periode.

Sewa guna usaha leverage

Sewa guna usaha leverage adalah sewa guna usaha dimana aktivanya , walaupun

dimiliki lessor, sebagian besar dibiayai oleh seorang kreditor.

Dampak sewa guna usaha leverage adalah bahwa arus kas bersih dan investasi bersih,

didefinisikan sebagai ekuitas yang dimiliki lessor dalam aktiva, masing-masing

mempunyai tiga fase. Mula-mula, sebagian besar sebagai akibat potongan pajak lessor

mengalami arus masuk kas, kemudian ketika potongan pajak mengecil dan menjadi

pembayaran pajak arus masuk kas menjadi arus keluar kas yang semakin besar,

akhirnya satu arus masuk kas diterima dari penjualan nilai aktiva yang tersisa.

Pengungkapan sewa guna usaha

Manajemen beragumentasi bahwa pengkapitalisasian sewa guna usaha, khususnya

sewa guna usaha operasi oleh lessee, menyajikan informasi yang menyesatkan karena

kewajiban sewa guna usaha berbeda dengan instrumen-instrumen yang lain. Mereka

berkeyakinan bahwa pelaporan kewajiban sewa guna usaha dalam neraca mengganggu

rasio utang mereka. Yang lainnya menyatakan bahwa rasio utang terganggu jika

kewajiban sewa guna usaha tidak dicantumkan.

Untuk memuaskan semua pihak, dan untuk menghindari dihasilkannya informasi yang

menyesatkan, FASB mengharuskan bahwa pembayaran sewa guna usaha minimum

untuk sewa guna usaha operasi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan

dalam jumlah agregat dan untuk setiap tahun dalam lima tahun yang berurutan.
III. PENGELUARAN MODAL DAN PENGELUARAN PENDAPATAN

Semua pengeluaran pemeliharaan serta penggantian komponen aktiva yang

sudah diantisipasi atau yang normal juga harus dibebankan pada operasi selama umur

normal aktiva tersebut.

Jenis-jenis pengeluaran tertentu dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat masa

depan yang lebih besar, dan bukan untuk mempertahankan jumlah manfaat tertentu.

Kenaikan dalam masa manfaat timbul dari pengeluaran yang dapat

diklasifikasikan sebagai penambahan (addition), penyempurnaan (improvement), dan

peningkatan (betterment), atau penggantian besar (major replacement).

Kenaikan dalam manfaat masa depan ini timbul dalam salah satu dari tiga cara:

1 Kenaikan dalam umur aktiva berarti, kenaikan dalam jumlah tahun yang akan

memberikan manfaat;

2 Kenaikan dalam jumlah manfaat yang akan diterima setiap tahunnya selama

sisa umur aktiva;

3 Kenaikan dalam mutu manfaat yang akan diterima setiap tahunnya selama sisa

umur aktiva.

Penggantian besar adalah yang paling sukar didefinisikan dan diperlakukan

dengan tepat karena dampaknya serupa dengan penggantian kecil dan perbaikan

normal. Namun, penggantian besar yang sering terjadi, harus dikapitalisasi sehingga

semua periode akan dibebani dengan suatu bagian dari biaya penggantian.hal ini dapat

dicapai dengan memasukkan biaya penggantian besar dalam beban penyusutan dengan

salah satu cara berikut:


Jika umur aktiva ditentukan menurut umur maksimum komponen utama yang paling

tahan lama, penggantian harus dibebankan pada aktiva atau dibentuk sebagai akun

terpisah dan dialokasikan sepanjang umur yang terpisah;

Penyusutan dapat dihitung berdasarkan umur komposit rata-rata dari semua komponen

aktiva. Dalam hal ini penggantian harus dibebankan pada akumulasi penyusutan.

Dengan menggunakan umur maksimum komponen yang paling tahan lama,

penggantian tidak dimasukkan dalam penyusutan yang didasarkan semata-mata pada

umur semula. Karena tidak sering terjadi, tidak tepat waktu untuk membebankan

keseluruhan jumlah pengantian pada operasi dalam tahun dilakukannya penggantian.

BAB 18

AKTIVA TANWUJUD DAN INVESTASI TAK LANCAR

I. SIFAT DAN PENGAKUAN AKTIVA TANWUJUD


Aktiva tanwujud kadang-kadang didefinisikan sebagai kelebihan baiya dari suatu

perusahaan yang diakuisisi atas jumlah aktiva bersihnya yang berwujud. Kata

intangible (tanwujud) berasal dari baha latin tangere, yang berarti “menyentuh”.

Property tanwujud, karenanya adalah property adalah property yang tak dapat disentuh

karena tidak mempunyai badan. Lebih formal aktiva tanwujud dikatakan incorporeal

(corpus = corpse = body = badan). Berbagai macam aktiva, secara tegas dapat

dikatakan tanwujud. Disamping goodwill yang sudah terkenl, daftarnya meliputi

piutang usaha, beban, dibayar dimuka, dan saham serta obligasi yang ditahan untuk

infestasi.

Aktiva tanwujud, seperti dalam istilah yang digunkan disini, adalah hasil dari

peangguhan pengeluaran untuk jasa, yang berlawanan dengan pengeluaran untuk

property. Dengan kata lain, aktiva tanwujud timbul bila kas (atau setaranya)

dikeluarkan untuk jasa. Beberapa aktiva yang dihasilkan dikenal sebagai beban-beban

yang ditangguhkan dalam literature akuntansi, yang lain adalah aktiva tanwujud

tradisional.

Aktiva tanwujud tradisional Beban yang ditangguhkan

Nama barang Iklan dan promosi

Hak cipta Uang muka pengarang

Perjanjian untuk tidak bersaing Biaya pengembangan perangkat lunak

computer

Waralaba Biaya penerbitan uang


Bunga masa depan Biaya hokum

Goodwill Riset pemasaran

Lisensi Biaya organisasi

Hak operasi Biaya prapembukaan

Paten Biaya relokasi dan penataan ulang

Rekaman induk Perbaikan

Proses rahasia Biaya riset dan pengembangan

Erek dagang Biaya persiapan

Nama dagang Biaya pelatihan

Pengakuan

Aktiva tanwujud bukan aktiva yang berkurang nilainya karena tidak mempunyai

subtansi. Karena itu, pengakuan harus mengikuti aturan yang sama seperti aktiva lain.

SFAC 5, paragraph 63, menetapkan bahwa suatu pos harus diakui bila ia (a) memenuhi

definisi yang tepat, (b) dapat diukur, (c) relevan, dan (d) dapat diandalkan. SFAC 6,

pargraf 25, mendefinisikan aktiva sebagai kemungkinan manfaat ekonomi masa depan

yang diperoleh atau dikendalikan oleh satuan usaha sebagai hasil dari transaksi atau

kejadian masa lalu.

Kapitalisasi (pengakuan suatu pos sebagai aktiva) harus dipertimbangkan untuk

sejumlah pos yang sering diperlakukan otomatis sebagai beban. Sebagai contoh, iklan
harus dicatat sebagai beban hanya jika tidak masuk dalam salah satu dari contoh

keempat kritria tersebut.

Penggunaan Alternatif

Semua sepakat bahwa aktiva nonmoneter berwujud dan tanwujud mendapatkan nilai

ekonomi dari pengharapan akan daya menghasilkan laba masa depan. Aktiva berwujud

juga mempunyai nilai dalam penggunaan alternative, dan nilainya bagi perusahaan

paling tidak sebagian, dapat diperbandingkan dengan kondisi fisiknya, biaya

peggantian, nilai pasar untuk aktiva bekas, dan pasar untuk produk perusahaan itu.

Dipihak lain, beberapa mengatakan bahwa kebanyakan aktiva tanwujud merupkan

pengembangan dari proes atau produk eksklusif, atau proteksi atas keunggulan

pemasaran, tidak satupun dari itu dapat ditransfer ke penggunaan alternative.

Kemampuan dipisahkan

Karakteristik lain yang dianggap membedakan dari aktiva tanwujud adalah bahwa hal

itu tidak dapat dipisahkan dari perusahaan atau property fisik perusahaan itu. Hal itu

ada dan mepunyai nilai hanya dala kobinasi dengan aktiva berwujud perusahaan.

Karena karakteristik ini beberapa mengatakan bahwa hal tiu harus dipertimbangkan

untuk mencerminkan hanya manfaat residual sesudah semua aktiva berwujud

didefinisikan seara spesifik. Professor Raymond Chambers dari Autralia adalah salah

seorang yang mengemukakan bahwa, karena aktiva tanwujud tidak dapat dipisahkan

dari perusahaan dan tak dapat diukur dalam satuan setara kas berjalan, hal itu bukan

aktiva dan tidak boleh dimasukan dalam laporan perusahaan.

Ketidakpastian
Karakteristik ketiga yang dikatakan membedakan aktiva tanwujud adalah tingginya

tingkat ketidakpastian berkenaan dengan nilai mafaat masa depan yang akan diterima.

Kemungkinan nilai dapat berkisar dari nol sampai jumlah yang sangat besar. Beberapa

aktiva tanwujud berkaitan dengan pengembangan dan produksi sebuah produk, dan

yang lain berkaitan denga penciptaan dan pemeliharaan akan produk tersebut.

II. PENGUKURAN DAN AMORTISASI

Aktiva tanwujud dapat sangat sulit untuk diukur. Ini khususnya benar apabila hal itu

tak dapat diidentifikasikan atau dapat dipisahkan. Menurut definsi, aktiva tanwujud ini

kemudian diasosiasikan dengan aktiva lain dengan akibat bahwa salah satu mempunyai

masalah biaya gabungan. Pemecahana yang biasa adalah memperlakukan aktiva

tanwujud sebagai residu. Yaitu, seseorang menghitung sejumlah nilai untuk aktiva

berwujud dan menetapkan perbedaan antara nilai ini dan total nilai yang ditetapkan

pada aktiva itu secara keseluruhan sebagai aktiva tanwujud.

Apabila aktiva tanwujud diakuisisi atau dibeli, secara tersendiri atau sebagian-sebagian

dari pembelian sekaligus, pnentuan biayanya adalah sama dengan perhitungan biaya

untuk parbrik dan peralatan dalam situasi-situasi yang serupa. Namun, bila aktiva

tanwujud dikembangkan didalam perusahaan, erhitungan biayanya melibatkan semua

kesulitan dari aktiva yang dibangun sendiri ditambah beberapa masalah tambahan dari

dirinya sendiri. Kebanyakan biaya-biaya paten, merek dagang, dan nama dagang

bersifat gabungan.

Mengukur goodwill
Goodwill adalah aktiva tanwujud terbesar dari kebanyakan perusahaan. Ini seringkali

merupakan pos yang paling rumit untuk ditangai karena tidak mempunyai banyak

karakterisitik yang berkaitan dengan aktiva seperti diidentifikasikan dan keterpisahan.

Akibatnya, pengukurannya mendapat perhatian khusus. Tiga pendekatan utama untuk

menilai goodwill adalah:

1 Melalui penilaian atas sikap yang menguntungkan terhadap perusahaan.

2 Melalui nilai sekarang yang didiskontokan dari kelebihan laba masa depan yang

diharapkan atas apa yang dipandang sebaga pengembalian normal pada total

investasi, tidak termasuk goodwill

3 Melalui akun penialaian induk

Penilaian atas sikap menguntungkan terhadap perusahaan

Goodwill seringkali dipandang berasal dari hubungan bisnis yang bermanfaat,

hubungan baik dengan karyawan, dan sikap yang menguntungkan dari pelanggan.

Sikap yang menguntungkan ini mungkin karena lokasi yang bermanfaat, reputasi dan

nama baik, keunggulan monopoli, manajemen bisnis yang baik dan factor-faktor lain.

Apabila harga beli dari perusahaan yang sedang berjalan melebihi jumlah penilaian

atas semua aktiva tersendiri selain goodwill, kelebihan itu dianggap merupakan untuk

pembayaran atribut tanwujud spesifik ini dihasilkan oleh pemilik sebelumnya.

Nilai sekarang dari laba unggul

Pendekatan untuk mengukur goodwill yang tampak paling sering dalam buku teks

akuntansi adalah mengasumsikan bahwa goodwill merupakan nilai sekarang yang


didiskontokan dari laba masa depan yang diharapkan (atau pembayaran kas ke

pemegang ekuitas) yang melebihi dari apa yang dianggap sebagai pengembalian

normal.

Aktiva berwujud dapat mempunyai nilai dalam kegunaan spesifiknya karena

persaingan yang tidak sempurna dan perubahan dalam perintaan untuk produk dan juga

pemanfaatan yang efisien

Goodwill sebagai akun penilaian

Induk profesor John Canning dari Stanford adalah seorang penulis pertama yang

mempertanyakan apakah goodwill samasekali merupakan aktiva dalam pengertian

yang biasa. Ia memilih untuk memandang goodwill sebagai peyumbat langsung yang

disebutnya akun penilaian induk. Semua aktiva mempunyai nilai bagi perusahaan

karena kontribusi spesifiknya pada aliran laba dan arus kas masa depan perusahaan.

Karena itu nilai dari perusahaan itu harus dikaitkan dengan semua aktiva yang

menimbulkan kenaikan pada aliran arus kas ini

Mengukur Goodwill “NEGATIF”

Dapatkah Goodwill menjadi negative? Bagaimanapun goodwill didefinisikan,

membayangkannya dengan nilai negative sulit. Karena, jika perusahaan bernilai lebih

kecil dari asumsi nilai-nilai aktivanya yang dijual secara terpisah, pemilik sebelumnya

pasti sudah menjualnya secara sendiri-sendiri, daripada secara keseluruhan. Argument

ini menyatakan bahwa nilai nyata dari aktiva yang dapat diidentifikasikan lebih

daripada yang diklaim. Suatu tanggapan yang tepat adalah mengalokasi kekayaan

bersih dari perusahaan ke aktiva yang dapat diidentifikasikan sehingga hal itu tampak
pada angka yang lebih rendah daripada yang saat ini diperlihatkan. Dengan cara ini

goodwill negative akan dihilangkan.

Pandangan ini adalah posisi yang diambil oleh APB 16 yang merekomendasikan bahwa

bila kombinasi itu dianggap sebagai pembelian, aktiva yang diakuisisi harus dicatat

pada nilai wajar atau nilai wajar dari pertimbangan yang diberikan dalam pertukaran.

Pandangan ini juga konsisten dengan konsep biaya historis, yang menyatakan bahwa

aktiva harus selalu dicatat pada nilai masa berjalannya jika pertimbangan yang

diberikan tidak dapat diukur dengan jelas seperti aktiva yang diterima.

Amortisasi

Kebanyakan aktiva tanwujud yang dihasilkan secara bertahap oleh perusahaan melalui

pengeluaran tahunan dibebankan langsung ke beban. Akan tetapi, aktiva tanwujudyang

diakuisisi melalui pembelian sekaligus atau yang dikembangkan melalui pengeluaran

luar biasa yang dapat diidentifikasi seringkali dikapitalisasi dan diamortisasi serupa

dengan alokasi penyusutan pabrik dan peralatan. Setelah penilaian awal yang harus

diamortisasi diketahui, faktor-faktor utama yang harus diestimasi adalah:

1 Umur kegunaan dari aktiva itu

2 Pola alokasi ke beberapa periode dari umur aktiva itu

Nilai sisa atau residu umumnya tidak ada atau tidak material.

Aktiva Tanwujud dengan Umur Terbatas

Paten, hak cipta, dan beberapa waralaba mempunyai umur legal maksimum, dan jarang

umur ekonomi akan lebih lama dari umur legal ini. Jika situasi memungkinkan nilainya

melewati umur legal, biaya atau nilai lain harus diamortisasi selama umur ekonomi ini.
Namun banyak yang menggunakan umur legal, dengan keyakinan bahwa tanpa

perlindungan hokum, nilai diatas umur legal terlalu tidak pasti untuk dimasukkan

dalam skedul amortisasi. Lebih umum, umur ekonomi lebih pendek daripada umur

legal karena kondisi permintaan pasar, atau keusangan. Apabila ini kasusnya, umur

ekonomi harus secara pasti merupakan faktor pengendali.

Aktiva Tanwujud dengan Umur Tak Terbatas

Merek dagang, nama dagang, biaya organisasi, dan goodwill adalah contoh-contoh dari

aktiva tanwujud yang umurnya dianggap mempunyai jangka keberadaan tidak terbatas

dan tidak mempunyai umur alami yang terbatas. Jadi perlukah hal itu diamortisasi?

Beberapa berpendapat bahwa sebagai hasil dari sifat dasar aktiva tanwujud ini, umur

dan pola amortisasi haruslah bersifat arbiter, dan dengan demikian tanpa dasar yang

logis. Tanpa dasar yang logis, angka laba bersih yang dilaporkan sangat tidak mungkin

lebih berarti dari seandainya amortisasi tidak dilakukan.

Amortisasi sistematik didukung atas dasar bahwa semua aktiva tanwujud merupakan

manfaat yang harus ditandingkan dengan manfaat masa depan selama suatu periode

waktu yang layak. Dalam kasus goodwill yang spesifik, banyak yang berpendapat

bahwa jika hal itu merupakan pembayaran untuk laba unggul, harga beli didasarkan

pada pengharapan atas periode terbatas yang selama itu laba unggul akan diterima. Jika

goodwill tidak melebihi periode yang layak ini, maka hal itu diasumsikan merupakan

manfaat yang berakumulasi sejak akuisisi properti itu. Karena itu, dikemukakan bahwa

goodwill yang dibeli harus diperhitungkan secara konsisten dengan goodwill yang
tidak dibeli. Jadi, amortisasi goodwill didukung atas dasar bahwa nilai dari goodwill

yang dibeli menurun sepanjang waktu.

Penghapusan Aktiva Tanwujud

ARS 10 menyatakan bahwa goodwill harus diperhitungkan sebagai pengurangan atas

ekuitas pemegang saham. Alasan yang diberikan untuk saran ini adalah bahwa jumlah

yang dibayarkan untuk goodwill merupakan penurunan sumberdaya masa berjalan

perusahaan dalam mengantisipasi laba masa depan. Ekuitas yang tersisa dengan

demikian merupakan nilai dari sumberdaya dan hak properti terpisah yang konsisten

dengan pelaporan untuk perusahaan yang tidak terlibat dalam pembelian entitas lain.

Namun, kesalahan dari argument ini adalah bahwa keseluruhan harga pembelian untuk

perusahaan yang diakuisisi merupakan modal yang diinvestasikan sama seperti jumlah

yang dibayarkan untuk mengakuisisi tambahan atas pabrik yang sudah ada.

Memelihara Goodwill

Banyak yang berpendapat bahwa umur kegunaan dari semua aktiva tanwujud, seperti

semua aktiva berwujud, terbatas kecuali kalau ada pengeluaran terus dilakukan untuk

pemeliharaan dan penggantian. Bahkan biaya organisasi semula memerlukan

pengeluaran reorganisasi periodic, banyak daripadanya berkaitan dengan goodwill dan

operasi masa berjalan. Akan tetapi, waktu dimana nilai aktiva yang semula sepenuhnya

digantikan oleh pengeluaran tambahan tidak dapat ditentukan, bahkan secara berlaku

surut. Ini menyatakan penggantian harus dibebankan terhadap laba masa depan. Tidak

ada amortisasi yang harus dibuat karena nilai aktiva semula berlanjut terus jika

pengeluaran pemeliharaan yang layak dilakukan.


Metode ini juga bermanfaat karena memberikan pembebanan laba berdasarkan biaya

masa berjalan, seperti LIFO. Ada beberapa kekurangan utama:

1 Jika nilai aktiva tanwujud naik melalui pengeluaran masa berjalan, beban

terhadap laba masa berjalan berlebihan, dan kebalikannya juga benar jika nilai

aktiva tanwujud tidak dipertahankan.

2 Seperti dengan LIFO, nilai dari aktiva tanwujud segera menjadi using dan tidak

mewakili nilai yang akan dibebankan ke periode-periode masa depan.

3 Beban masa berjalan terhadap laba bisa dimanipulasi oleh manajemen.

4 Metode ini tidak menghasilkan penandingan yang sistematik dari beban

terhadap manfaat yang diterima atau dengan pendapatan masa berjalan.

Mengamortisasi Goodwill Negatif

APB 16 menyatakan bahwa goodwill negative, bila diakui, akan dimasukkan ke laba

pada masa depan dengan amortisasi yang sistematik. The British Accounting Standard

Committee telah membuat rekomendasi yang sama. ARS 10 menyempurnakan

pendekatan ini dengan menyatakan bahwa goodwill negative menunjukkan perlunya

pengeluaran masa depan untuk meningkatkan organisasi dan efisiensi perusahaan.

Mereka akan mengklasifikasikan goodwill negative sebagai kewajiban dan akan

mengurangi kewajiban itu dengan membebankan pengeluaran masa depan ini ke akun

suatu goodwill dan tidak ke beban. Tetapi keperluan untuk meningkatkan efisiensi

karena setiap biaya-biaya harus dibebankan terhadap kewajiban, hasilnya akan

berubah-ubah dan arbitrer

III. PERMASALAHAN DAN APLIKASI


Perjanjian Lisensi Program

SFAS 63 bersangkutan dengan masalah akuntansi khusus dalam hal penyiaran. Stasiun

penyiaran biasanya mengadakan perjanjian lisensi yang member mereka hak untuk

menyiarkan sejumlah program seperti film seri kartun atau serangkaian pertandingan

sepakbola, dengan biaya yang ditetapkan terlebih dahulu. FASB menetapkan bahwa

lisensi itu harus dicatat sebagai aktiva tanwujud, tidak seperti biaya dibayar dimuka,

jika :

1 Biaya setiap program diketahui atau dapat ditetapkan cukup layak

2 Materi program itu telah diterima oleh pembeli lisensi sesuai dengan kondisi

perjanjian lisensi

3 Program itu tersedia untuk pertunjukan atau penayangan perdana

FASB berkompromi dengan memperbolehkan aktiva itu dicatat baik pada nilai

diskontonya atau pada nilai bruto, sekalipun yang terakhir ini merupakan

penyimpangan langsung dari APB 21. Nilai yang dikapitalisasi ini diamortisasi

sebanyak jumlah program yang disiarkan, idealnya sesuai dengan nilai yang diterima,

tetapi jika tidak, diproratakan pada jumlah pertunjukan. Seperti semua aktiva, nilai dari

lisensi program harus ditinjau secara berkala. Nilai itu harus diturunkan jika berada

dibawah biaya yang diamortisasi.

Waralaba Olah Raga

Kebanyakan waralaba (franchise) olahraga bersifat tertutup, sehingga menemukan

bagaimana mereka melakukan pelaporan keuangan bukan hal mudah. Namun

demikian, dari riset yang telah dilakukan dan dari laporan keuangan Boston Celtics,
yang sekarang bersifat publik, beberapa hal menjadi jelas. Pertama, ketika klub-klub

bertransaksi, sebanyak 50 persen dari harga beli diperuntukan bagi pemain. Jumlah

yang berasal dari pemain adalah sama dengan goodwill dan seperti goodwill, harus

diamortisasi atau disusutkan. Hasilnya adalah apa yang dikenal sebagai penyusutan

daftar nama semula. Kedua, ketika kontrak dilakukan untuk pemain baru, nilai dari

kontrak ini biasanya dicatat di buku pada nilai sekarangnya. Ini dikenal sebagai dana

kompensasi yang ditangguhkan. Dana ini diamortisasi selama umur permainan dari

pemain tersebut dengan menggunakan metode suku bunga jika dicatat dengan nilai

sekarang.

Waralaba itu sendiri adalah hak yang dibeli. Dalam kasus futbol, national football

league melimpahkan waralaba dan memungkinkan tim, yaitu pembeli waralaba

(franchisee) memiliki hak satu-satunya untuk mengelola tim futbol dalam suatu daerah

tertentu. Waralaba (pikirkan seperti yang diberikan kepada pemilik restoran siap saji

Mc Donald) juga berarti memberi hak kepada pembeli waralaba untuk menggunakan

produk, merek dagang, dan nama dagang penjual waralaba dan mengambil manfaat

dari reputasinya. Jumlah awal yang dibayarkan untuk suatu waralaba biasanya

dikapitalisasi dan diamortisasi selama suatu periode yang lebih pendek dari 40 tahun,

sekalipun waralaba itu mungkin diberikan selamanya. Waralaba olahraga, yang bersifat

tertutup, tidak berkewajiban untuk mematuhi GAAP.

Biaya Riset dan Pengembangan

Sejauh bahwa aktivitas riset dan pengembangan (R&D) dicatat untuk

mengembangkan produk baru, memperbaiki yang lama, atau mengurangi biaya operasi
masa depan, hal itu diperkirakan memberi manfaat pada periode-periode masa depan,

dan bukan hanya periode masa berjalan. Karena periode masa depan diharapkan akan

menerima manfaat, pengetahuan yang harus diperoleh adalah apakah ini merupakan

aktiva bagi perusahaan, atau kenaikan nilai dari aktiva yang ada atau dari perusahaan

secara keseluruhan. Karena itu, menurut konsep penandingan, biaay riset dan

pengembangan harus dikapitalisasi dan diamortisasi selama periode yang mendapat

manfaat.

Suatu alternative pada kapitalisasi dan amortisasi penuh adalah praktik umum

untuk mencatat ke beban biaya riset dan pengembangan umum dan mengkapitalisasi

hanya biaya riset yang berkaitan dengan proyek spesifik dengan aliran kontribusi

pendapatan bersih yang diharapkan. Posisi dari FASB dalam Statement No.2 adalah

bahwa biaya riset dan pengembangan harus dibebankan ke beban pada saat terjadi,

kecuali bila riset dan pengembangan itu dilakukan untuk pihak lain menurut kontrak.

Sayangnya, pengungkapan biaya riset dan pengembangan terbatas pada biayanya.

FASB semula telah menyarankan bahwa pengungkapan mungkin mencakup :

1 Sifat, status, dan biaya dari masing-masing proyek riset dan pengembangan.

2 Sifat dan status dari paten.

3 Proyeksi tentang produk atau proses yang baru atau yang ditingkatkan.

4 Falsafah perusahaan mengenai riset dan pengembangan.

Saran ini disingkirkan mengingat klaim perusahaan bahwa informasi ini berisi pribadi,

rahasia, dan di luar lingkup informasi keuangan. Dalam kenyataannya, kebanyakan

informasi pasti tersedia bagi pesaing perusahaan melalui jaringan ilmiah.


Perangkat Lunak

“Kondisi untuk kapitalisasi adalah bahwa perusahaan telah memantapkan

kelapayakn teknologis dari produk itu.” Pernyataan itu mencakup hanya perangkat

lunak computer, tetapi prinsipnya dapat diterapkan pada aktiva terwujud lain yang

melibatkan informasi. Saat ini kebanyakan perusahaan mencatat sebagai beban biaya-

biaya yang berkaitan dengan pengembangan sumber-sumber informasi ini dengan

alasan hal itu termasuk dalam rubric SFAS 2, yang mensyaratkan semua biaya

pengembangan dicatat sebagai beban. Teori menyarankan, dan juga diperkenankan

oleh SFAS 86, bahwa biaya-biaya ini mungkin lebih tepat bila ditangguhkan.

Nama Dagang

Statement 64 dan 86 menghancurkan tabu lain, yaitu bahwa aktiva tanwujud

dapat diakui hanya jika hal itu dibeli. Keduanya melibatkan situasi dimana suatu

sumberdaya yang dikembangkan secara internal diakui sebagai suatu aktiva. Ini

menimbulkan pertanyaan mengenai apakah sumberdaya lain yang dikembangkan

secara intern mungkin tidak diakui. Penilaian nama dagang muncul dalam konteks

meminimalisasikan goodwill. Untuk mencegah banyak akun goodwill yang tak

terindentifikasi, beberapa konsultan menganjurkan agar nama dagang diakui sebagai

aktiva terwujud yang dapat diidentifikasikan. Singkatnya, nama dagang mempunyai

banyak karakteristik aktiva berwujud : suatu pasar karena penggunaan alternatif,

keterpisahan dan cukup kepastian untuk pengembalian.

Setelah nama dagang dikembangkan, kapitalisasi berhenti dan amortisasi nama

dagang dimulai. Pengaruhnya, karena itu adalah memindahkan pencatatan beban dari
periode terjadinya ke periode yang dianggap manfaat itu diterima, Namun, kapan

tepatnya manfaat itu diterima belum jelas. Pemecahan dari Foundation adalah

mengamortisasi nama dagang itu selama jangka arbitrer 20 tahun.

Akuntansi PUSH-DOWN

Pada saat suatu perusahaan mengakuisisi yang lain, suatu akun investasi, dalam

jumlah yang dibayarkan tamoak dalam buku perusahaan pengakuisisi. Secara

tradisional, pembukuan perusahaan yang diakuisisi tidak berubah. Apabila perusahaan

terkonsolidasi untuk tujuan pelaporan keuangan, akun investasi digantikan dengan nilai

wajar dari masing-masing aktiva. Perbedaan antara akun investasi dan nilai wajar dari

aktiva bersih yang dapat diidentifikasikan adalah goodwill tersisa. Karena itu, hanya

pada titik konsolidasi goodwill itu akan dihitung.

Ada kasus bahwa, apabila suatu perusahaan diakuisisi, aktiva dan kewajiban

dari perusahaan yang diakuisisi harus disajikan kembali pada nilai wajarnya. Dengan

perkataan lain, tidak perlu ditunggu sampai konsolidasi untuk melakukan penyajian

kembali ini, tetapi akan mencatat perusahaan yang diakuisisi secara permanen pada

nilai barunya yang ditetapkan. Prosedur ini dikenal sebagai akuntansi push-down.

”Menekan nilai wajar ke bawah” ini relevan bagi pemakai saja jika penyajian

perusahaan yang diakuisisi diberlakukan secara public. Jika itu selalu di konsolidasi ke

pengakuisisian, masalahnya menjadi tidak relevan

IV. INVESTASI TAK LANCAR

Investasi dalam sekuritas perusahaan lain yang ditahan tidak untuk tujuan masa

berjalan pada umumnya diklasifikasikan dan diperhitungkan atas dasar maksus


penahanan sekuritas itu dan hubungannya dengan perusahaan yang diinvestasikan.

Investasi yang merupakan hak pengendalian dalam saham suara untuk suatu

perusahaan (umumnya yang melebihi 50%) harus termasuk dalam laporan keuangan

konsolidasi.

Sekuritas Tak Lancar yang Mudah Dipasarkan

Seperti dikemukakan FASB Statement No. 12 mensyaratkan bahwa portofolio

terpisah harus disusun untuk sekuritas tak lancar yang mudah dipasarkan. Seperti juga

dengan sekuritas lancar, portofolio tak lancar akan dinilai pada yang terendah dari

harga pokok atau harga pasar. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mencegah

pelaporan kerugian pada portofolio tak lancar sampai kerugian itu direlaisasi. Realisasi

diasumsikan terjadi bila sekuritas itu ditransfer ke portofolio lancar, dijual atau bila

penurunan harga pasar dipandang permanen. Hasilnya adalah bahwa semua

keuntungan dan kerugian pada investasi dimasukkan ke dalam laba pada atau sebelum

penjualan investasi itu, yaitu prosedurnya hanyalah menangguhkan pelaporan kerugian

dan pemulihan.

Kesulitan utama dalam prosedur ini adalah tidak adanya konsistensi dengan

konsep komprehensif dari laba, yang mencakup semua perubahan dalam penilaian

aktiva selain dari yang timbul dari transaksi ekuitas. Selain itu, prosedur ini

menggunakan suatu offset ke ekuitas pemegang saham sebagai sarana untuk

menangguhkan pelaporan kerugian. Jadi, metode ini mempunyai semua kekurangan

dari beban yang ditangguhkan bila digunakan untuk tujuan yang sama.

Metode Ekuitas untuk Anak Perusahaan yang Tidak Terkonsolidasi


APB 18 seperti yang diubah oleh SFAS 94, mensyaratkan penggunaan metode

ekuitas untuk investasi dimana investor menjalankan pengaruh yang besar terhadap

perusahaan, tetapi investor itu tidak mempunyai hak pengadilan. Pengaruh yang besar

biasanya dianggap dimulai bila seorang investor memiliki sekitar 20% atau lebih saham

suara. Pengendalian penuh diasumsikan bila investor mempunyai 50% atau lebih

saham suara.

Kekurangan utama dari metode ekuitas adalah bahwa, pada tingkat structural

hal itu memberikan suatu konsistensi di antara pelaporan anak perusahaan

terkonsolidasi dan pelaporan investasi yang tidak dimasukkan ke dalam konsolidasi,

tetapi yang mempunyai beberapa karakteristik anak perusahaan.

Informasi keuangan akan lebih ditingkatkan jika ada pengungkapan dividen

yang diterima selama beberapa periode dan juga bagian perusahaan dari laba investee

yang dilaporkan. Informasi tersebut akan cenderung bermanfaat bagi infestor dalam

menilai perusahaan secara keseluruhan dan dalam meramaikan arus kas masa depan.

Anda mungkin juga menyukai