(Pabrik dan Peralatan : Dibeli dan Disewa Guna Usaha) dan (Aktiva Tanwujud dan
Investasi Tak Lancar)
Disusun oleh :
berikut:
barang lain atau untuk memberikan jasa bagi perusahaan atau pelanggannya
2 Aktiva ini semuanya mempunyai umur yang terbatas, dan pada akhir umur itu
3 Nilai aktiva itu ditentukan oleh keausan dan kerusakan yang disebabkan oleh
atau penjualan jasa dan bukan dari konversi aktiva menjadi jumlah uang yang
diketahui;
5 Secara umum, manfaat akan diterima sepanjang suatu periode yang lebih
Pertukaran Nonmoneter
pertukaran dengan aktiva nonmoneter dan dicatat sebesar nilai wajar aktiva yang
diserahkan. Konsep ini berlaku pada perolehan aktiva nonmoneter dalam pertukaran
dengan sekuritas ekuitas perusahaann, yaitu aktiva harus dicatat sebesar nilai wajar
hasil dari negoisasi yang wajar, sehingga nilai wajar aktiva yang diterima sama besar
dengan nilai wajar yang diserahkan. Penggunaan nilai wajar ini konsisten dengan
konsep bahwa aktiva nonmoneter harus dicatat sebesar biaya bagi perusahaan, yang
adalah bila baik nilai wajar aktiva yang diserahkan maupun nilai wajar aktiva yang
diterima tidak dapat ditentukan dalam batas-batas yang wajar. Pengecualian kedua
masalah apakah harus mengkapitalisasi bunga atas dana yang diinvestasikan selama
waktu yang diperlukan untuk membuat aktiva itu siap untuk penggunaan yang
mempersoalkan apakah dana itu diperoleh dari peminjaman atau dari sumber
ekuitas.
Usulan pertama, bahwa tidak ada bunga yang harus dikapitalisasi, didasarkan
pada penafsiran bahwa bunga itu bukanlah biaya konstruksi, melainkan suatu beban
keuangan.
dibayarkan, didasarkan pada asumsi bahwa bunga merupakan biaya produksi, tetapi
Usulan keempat, bahwa bunga harus dibebankan untuk semua dana yang
digunakan, didasarkan terutama pada asumsi bahwa bunga itu merupakan biaya
ekonomi.
aktiva, akumulasi biayanya hanya sedikit berbeda dengan penentuan biaya produk
manufaktur. Biaya tenaga kerja dan bahan baku biasanya dapat dibebankan secara
langsung pada aktiva tetap yang sedang dikonstruksi. Kesulitan utama terjadi dalam
pengalokasian biaya overhead gabungan pada aktiva tersebut dan pada produksi
normal. Ada empat usulan yang diajukan untuk mengatasi masalah ini:
atau orang lain untuk periode yang singkat, yang berlangsung dari satu hari sampai satu
karakteristik dasar pembiayaan dan pembelian adalah kasus dimana seorang produsen
membiayai perolehan peralatan oleh salah seorang pelanggannya. Hak milik bisa
beralih kepada pelanggan itu pada akhir masa pembiayaan, yang mungkin berlangsung
sampai akhir umur manfaat aktiva. Skenario alternatif melibatkan suatu perusahaan
peralatan itu dengan mendapat hak milik atas aktiva. Perusahaan itu menerima surat
cicilan dari pelanggan, yang menerima hak untuk menggunakan properti selama
hampir sepanjang umur manfaat aktiva. Kebanyakan orang merasa bahwa perusahaan
digunakan untuk menilai kapan suatu sewa guna usaha cukup menyerupai pembelian
sehingga layak diperlakukan sebagai pembelian cicilan oleh lessee. Kriteria tersebut
antara lain:
1 Hak milik atas properti akan dipindahkan kepada lessee pada akhir masa sewa
2 Masa sewa guna usaha paling sedikit 75% dari umur ekonomis properti, kecuali
3 Saat dimulainya sewa guna usaha, nilai sekarang dari pembayaran sewa guna
usaha minimum, seperti yang didefinisikan dibawah ini, sama atau lebih besar
90% dari nilai wajar properti yang disewa guna usahakan bagi lessor (dikurangi
setiap kredit pajak investasi terkait yang akan dimanfaatkan oleh lessor).
Seperti dengan kriteria kedua, kriteria ini tidak relevan jika masa sewa guna
Keadaan menjadi lebih kompleks bila real esate dilibatkan, karena adanya
konflik potensial antara SFAS 13 dan SFAS 66. Misalnya seorang pemilik properti
dapat mengatur agar perpindahan properti itu berbentuk sewa guna usaha penjualan
guna usaha mencakup hak lessee untuk menggunakan properti tersebut selama umur
sewa guna usaha dengan, biasanya, kewajiban untuk membayar suatu harga yang tetap
dalam bentuk cicilan, jadi lessee mempunyai sebuah aktiva nonmoneter dalam bentuk
hak untuk menerima manfaat dari penggunaan pabrik dan peralatan. Lessor, walaupun
memegang hak atas properti, mempunyai piutang yang merupakan aktiva moneter yang
menunjukkan hak untuk menerima jumlah dolar tertentu sepanjang umur kontrak.
Akan tetapi, hak yang dipegang oleh lessee dan piutang lessor dalam beberapa hal
guna usaha jangka panjang ini adalah dengan menganggap sewa guna usaha sebagai
bagian dari masalah yang lebih luas, yaitu komitmen jangka panjang yang tidak dapat
dibatalkan.
barang atau jasa dan untuk melakukan pembayaran yang sesuai, timbullah hak dan
kewajiban tertentu. Jika barang dan jasa ini diperoleh tahun per tahun atau menurut
kontrak yang dapat dibatalkan secara mendadak, hak dan kewajiban itu biasanya tidak
material dampaknya pada neraca, dan sudah tepat jika transaksi itu dicatat saat barang
Aktiva yang timbul dari komitmen jangka panjang adalah hak untuk menerima
barang dan jasa, dan klaim harus dicatat berdasarkan nilai diskonto nilai-nilai yang
diharapkan. Seperti piutang, nilai klaim tergantung pada harapan bahwa klaim itu akan
terwujud.
Penerapan prinsip umum pada sewa guna usaha jangka panjang berdampak
memperluas jumlah yang harus dikapitalisasi. Prinsip ini tidak membatasi jumlah itu
Pengklasifikasian sewa guna usaha sebagai sewa guna usaha modal mengharuskan
bahwa lessee melaporkan dalam laporan keuangan baik aktiva maupun kewajiban sewa
guna usaha.
Amortisasi sewa guna usaha dipengaruhi oleh asumsi-asumsi tentang perpindahan hak
milik.bilamana hak milik berpindah kepada lessee pada akhir sewa guna usaha, atau
bila kita dapat mengasumsikan bahwa hak milik itu akan berpindah, seperti bila sewa
guna usaha itu mengandung hak opsi pembelian, aktiva yang disewa diamortisasikan
sepanjang umurnya. Jika asumsi ini tidak dipenuhi, amortisasinya adalah sepanjang
Salah satu keunggulan kapitalisasi hak-hak atas properti yang inheren dalam kontrak.
Sewa guna usaha adalah bahwa pengkapitalisasian itu menyajikan gambaran yang
lebih jelas tentang hak dan kewajiban perusahaan dalam laporan keuangan.
Dari sudut pandang lessor, suatu sewa guna usaha merupakan sewa guna usaha
pembiayaan langsung atau sewa guna usaha penjualan. Dalam sewa guna usaha
penagihan, yang mungkin berlangsung terus menerus sepanjang umur sewa guna
usaha.
Pendapatan (income) harus dilaporkan secara terpisah untuk kedua fungsi dasar yaitu
pembuatan dan penjualan produk, investasi dalam kontrak sewa guna usaha sepanjang
Pendapatan dari pembuatan produk dapat dilaporkan saar sewa guna usaha
ditandatangani dengan melaporkan nilai piutang kontrak sewa guna usaha yang sama
Bagi lessee, suatu guna usaha jangka panjang akan diklasifikasikan sebagai sewa guna
usaha operasi jika tidak memenuhi kriteria sewa guna usaha modal.
Bagi lessor, sewa guna usaha adalah sewa guna usaha operasi jika tidak memenuhi
kriteria sewa guna usaha pembiayaan langsung atau sewa guna usaha penjualan.
Bagi lessor, FASB telah merekomendasikan agar aktiva sewa guna usaha
diklasifikasikan sebagai pabrik dan peralatan, agar aktiva dinilai sebesar biaya atau
biaya dikurangi akumulasi penyusutan, dan agar penerimaan sewa dilaporkan sebagai
pendapatan kotor kecuali jika sewa sangat menyimpang dari dasar garis lurus atau dari
Sewa guna usaha leverage adalah sewa guna usaha dimana aktivanya , walaupun
Dampak sewa guna usaha leverage adalah bahwa arus kas bersih dan investasi bersih,
mempunyai tiga fase. Mula-mula, sebagian besar sebagai akibat potongan pajak lessor
mengalami arus masuk kas, kemudian ketika potongan pajak mengecil dan menjadi
pembayaran pajak arus masuk kas menjadi arus keluar kas yang semakin besar,
akhirnya satu arus masuk kas diterima dari penjualan nilai aktiva yang tersisa.
sewa guna usaha operasi oleh lessee, menyajikan informasi yang menyesatkan karena
kewajiban sewa guna usaha berbeda dengan instrumen-instrumen yang lain. Mereka
berkeyakinan bahwa pelaporan kewajiban sewa guna usaha dalam neraca mengganggu
rasio utang mereka. Yang lainnya menyatakan bahwa rasio utang terganggu jika
Untuk memuaskan semua pihak, dan untuk menghindari dihasilkannya informasi yang
untuk sewa guna usaha operasi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
dalam jumlah agregat dan untuk setiap tahun dalam lima tahun yang berurutan.
III. PENGELUARAN MODAL DAN PENGELUARAN PENDAPATAN
sudah diantisipasi atau yang normal juga harus dibebankan pada operasi selama umur
depan yang lebih besar, dan bukan untuk mempertahankan jumlah manfaat tertentu.
Kenaikan dalam manfaat masa depan ini timbul dalam salah satu dari tiga cara:
1 Kenaikan dalam umur aktiva berarti, kenaikan dalam jumlah tahun yang akan
memberikan manfaat;
2 Kenaikan dalam jumlah manfaat yang akan diterima setiap tahunnya selama
3 Kenaikan dalam mutu manfaat yang akan diterima setiap tahunnya selama sisa
umur aktiva.
dengan tepat karena dampaknya serupa dengan penggantian kecil dan perbaikan
normal. Namun, penggantian besar yang sering terjadi, harus dikapitalisasi sehingga
semua periode akan dibebani dengan suatu bagian dari biaya penggantian.hal ini dapat
dicapai dengan memasukkan biaya penggantian besar dalam beban penyusutan dengan
tahan lama, penggantian harus dibebankan pada aktiva atau dibentuk sebagai akun
Penyusutan dapat dihitung berdasarkan umur komposit rata-rata dari semua komponen
aktiva. Dalam hal ini penggantian harus dibebankan pada akumulasi penyusutan.
umur semula. Karena tidak sering terjadi, tidak tepat waktu untuk membebankan
BAB 18
perusahaan yang diakuisisi atas jumlah aktiva bersihnya yang berwujud. Kata
intangible (tanwujud) berasal dari baha latin tangere, yang berarti “menyentuh”.
Property tanwujud, karenanya adalah property adalah property yang tak dapat disentuh
karena tidak mempunyai badan. Lebih formal aktiva tanwujud dikatakan incorporeal
(corpus = corpse = body = badan). Berbagai macam aktiva, secara tegas dapat
piutang usaha, beban, dibayar dimuka, dan saham serta obligasi yang ditahan untuk
infestasi.
Aktiva tanwujud, seperti dalam istilah yang digunkan disini, adalah hasil dari
property. Dengan kata lain, aktiva tanwujud timbul bila kas (atau setaranya)
dikeluarkan untuk jasa. Beberapa aktiva yang dihasilkan dikenal sebagai beban-beban
yang ditangguhkan dalam literature akuntansi, yang lain adalah aktiva tanwujud
tradisional.
computer
Pengakuan
Aktiva tanwujud bukan aktiva yang berkurang nilainya karena tidak mempunyai
subtansi. Karena itu, pengakuan harus mengikuti aturan yang sama seperti aktiva lain.
SFAC 5, paragraph 63, menetapkan bahwa suatu pos harus diakui bila ia (a) memenuhi
definisi yang tepat, (b) dapat diukur, (c) relevan, dan (d) dapat diandalkan. SFAC 6,
pargraf 25, mendefinisikan aktiva sebagai kemungkinan manfaat ekonomi masa depan
yang diperoleh atau dikendalikan oleh satuan usaha sebagai hasil dari transaksi atau
sejumlah pos yang sering diperlakukan otomatis sebagai beban. Sebagai contoh, iklan
harus dicatat sebagai beban hanya jika tidak masuk dalam salah satu dari contoh
Penggunaan Alternatif
Semua sepakat bahwa aktiva nonmoneter berwujud dan tanwujud mendapatkan nilai
ekonomi dari pengharapan akan daya menghasilkan laba masa depan. Aktiva berwujud
juga mempunyai nilai dalam penggunaan alternative, dan nilainya bagi perusahaan
peggantian, nilai pasar untuk aktiva bekas, dan pasar untuk produk perusahaan itu.
pengembangan dari proes atau produk eksklusif, atau proteksi atas keunggulan
Kemampuan dipisahkan
Karakteristik lain yang dianggap membedakan dari aktiva tanwujud adalah bahwa hal
itu tidak dapat dipisahkan dari perusahaan atau property fisik perusahaan itu. Hal itu
ada dan mepunyai nilai hanya dala kobinasi dengan aktiva berwujud perusahaan.
Karena karakteristik ini beberapa mengatakan bahwa hal tiu harus dipertimbangkan
didefinisikan seara spesifik. Professor Raymond Chambers dari Autralia adalah salah
seorang yang mengemukakan bahwa, karena aktiva tanwujud tidak dapat dipisahkan
dari perusahaan dan tak dapat diukur dalam satuan setara kas berjalan, hal itu bukan
Ketidakpastian
Karakteristik ketiga yang dikatakan membedakan aktiva tanwujud adalah tingginya
tingkat ketidakpastian berkenaan dengan nilai mafaat masa depan yang akan diterima.
Kemungkinan nilai dapat berkisar dari nol sampai jumlah yang sangat besar. Beberapa
aktiva tanwujud berkaitan dengan pengembangan dan produksi sebuah produk, dan
yang lain berkaitan denga penciptaan dan pemeliharaan akan produk tersebut.
Aktiva tanwujud dapat sangat sulit untuk diukur. Ini khususnya benar apabila hal itu
tak dapat diidentifikasikan atau dapat dipisahkan. Menurut definsi, aktiva tanwujud ini
kemudian diasosiasikan dengan aktiva lain dengan akibat bahwa salah satu mempunyai
tanwujud sebagai residu. Yaitu, seseorang menghitung sejumlah nilai untuk aktiva
berwujud dan menetapkan perbedaan antara nilai ini dan total nilai yang ditetapkan
Apabila aktiva tanwujud diakuisisi atau dibeli, secara tersendiri atau sebagian-sebagian
dari pembelian sekaligus, pnentuan biayanya adalah sama dengan perhitungan biaya
untuk parbrik dan peralatan dalam situasi-situasi yang serupa. Namun, bila aktiva
kesulitan dari aktiva yang dibangun sendiri ditambah beberapa masalah tambahan dari
dirinya sendiri. Kebanyakan biaya-biaya paten, merek dagang, dan nama dagang
bersifat gabungan.
Mengukur goodwill
Goodwill adalah aktiva tanwujud terbesar dari kebanyakan perusahaan. Ini seringkali
merupakan pos yang paling rumit untuk ditangai karena tidak mempunyai banyak
2 Melalui nilai sekarang yang didiskontokan dari kelebihan laba masa depan yang
diharapkan atas apa yang dipandang sebaga pengembalian normal pada total
hubungan baik dengan karyawan, dan sikap yang menguntungkan dari pelanggan.
Sikap yang menguntungkan ini mungkin karena lokasi yang bermanfaat, reputasi dan
nama baik, keunggulan monopoli, manajemen bisnis yang baik dan factor-faktor lain.
Apabila harga beli dari perusahaan yang sedang berjalan melebihi jumlah penilaian
atas semua aktiva tersendiri selain goodwill, kelebihan itu dianggap merupakan untuk
Pendekatan untuk mengukur goodwill yang tampak paling sering dalam buku teks
pemegang ekuitas) yang melebihi dari apa yang dianggap sebagai pengembalian
normal.
persaingan yang tidak sempurna dan perubahan dalam perintaan untuk produk dan juga
Induk profesor John Canning dari Stanford adalah seorang penulis pertama yang
yang biasa. Ia memilih untuk memandang goodwill sebagai peyumbat langsung yang
disebutnya akun penilaian induk. Semua aktiva mempunyai nilai bagi perusahaan
karena kontribusi spesifiknya pada aliran laba dan arus kas masa depan perusahaan.
Karena itu nilai dari perusahaan itu harus dikaitkan dengan semua aktiva yang
membayangkannya dengan nilai negative sulit. Karena, jika perusahaan bernilai lebih
kecil dari asumsi nilai-nilai aktivanya yang dijual secara terpisah, pemilik sebelumnya
ini menyatakan bahwa nilai nyata dari aktiva yang dapat diidentifikasikan lebih
daripada yang diklaim. Suatu tanggapan yang tepat adalah mengalokasi kekayaan
bersih dari perusahaan ke aktiva yang dapat diidentifikasikan sehingga hal itu tampak
pada angka yang lebih rendah daripada yang saat ini diperlihatkan. Dengan cara ini
Pandangan ini adalah posisi yang diambil oleh APB 16 yang merekomendasikan bahwa
bila kombinasi itu dianggap sebagai pembelian, aktiva yang diakuisisi harus dicatat
pada nilai wajar atau nilai wajar dari pertimbangan yang diberikan dalam pertukaran.
Pandangan ini juga konsisten dengan konsep biaya historis, yang menyatakan bahwa
aktiva harus selalu dicatat pada nilai masa berjalannya jika pertimbangan yang
diberikan tidak dapat diukur dengan jelas seperti aktiva yang diterima.
Amortisasi
Kebanyakan aktiva tanwujud yang dihasilkan secara bertahap oleh perusahaan melalui
luar biasa yang dapat diidentifikasi seringkali dikapitalisasi dan diamortisasi serupa
dengan alokasi penyusutan pabrik dan peralatan. Setelah penilaian awal yang harus
Nilai sisa atau residu umumnya tidak ada atau tidak material.
Paten, hak cipta, dan beberapa waralaba mempunyai umur legal maksimum, dan jarang
umur ekonomi akan lebih lama dari umur legal ini. Jika situasi memungkinkan nilainya
melewati umur legal, biaya atau nilai lain harus diamortisasi selama umur ekonomi ini.
Namun banyak yang menggunakan umur legal, dengan keyakinan bahwa tanpa
perlindungan hokum, nilai diatas umur legal terlalu tidak pasti untuk dimasukkan
dalam skedul amortisasi. Lebih umum, umur ekonomi lebih pendek daripada umur
legal karena kondisi permintaan pasar, atau keusangan. Apabila ini kasusnya, umur
Merek dagang, nama dagang, biaya organisasi, dan goodwill adalah contoh-contoh dari
aktiva tanwujud yang umurnya dianggap mempunyai jangka keberadaan tidak terbatas
dan tidak mempunyai umur alami yang terbatas. Jadi perlukah hal itu diamortisasi?
Beberapa berpendapat bahwa sebagai hasil dari sifat dasar aktiva tanwujud ini, umur
dan pola amortisasi haruslah bersifat arbiter, dan dengan demikian tanpa dasar yang
logis. Tanpa dasar yang logis, angka laba bersih yang dilaporkan sangat tidak mungkin
Amortisasi sistematik didukung atas dasar bahwa semua aktiva tanwujud merupakan
manfaat yang harus ditandingkan dengan manfaat masa depan selama suatu periode
waktu yang layak. Dalam kasus goodwill yang spesifik, banyak yang berpendapat
bahwa jika hal itu merupakan pembayaran untuk laba unggul, harga beli didasarkan
pada pengharapan atas periode terbatas yang selama itu laba unggul akan diterima. Jika
goodwill tidak melebihi periode yang layak ini, maka hal itu diasumsikan merupakan
manfaat yang berakumulasi sejak akuisisi properti itu. Karena itu, dikemukakan bahwa
goodwill yang dibeli harus diperhitungkan secara konsisten dengan goodwill yang
tidak dibeli. Jadi, amortisasi goodwill didukung atas dasar bahwa nilai dari goodwill
ekuitas pemegang saham. Alasan yang diberikan untuk saran ini adalah bahwa jumlah
perusahaan dalam mengantisipasi laba masa depan. Ekuitas yang tersisa dengan
demikian merupakan nilai dari sumberdaya dan hak properti terpisah yang konsisten
dengan pelaporan untuk perusahaan yang tidak terlibat dalam pembelian entitas lain.
Namun, kesalahan dari argument ini adalah bahwa keseluruhan harga pembelian untuk
perusahaan yang diakuisisi merupakan modal yang diinvestasikan sama seperti jumlah
yang dibayarkan untuk mengakuisisi tambahan atas pabrik yang sudah ada.
Memelihara Goodwill
Banyak yang berpendapat bahwa umur kegunaan dari semua aktiva tanwujud, seperti
semua aktiva berwujud, terbatas kecuali kalau ada pengeluaran terus dilakukan untuk
operasi masa berjalan. Akan tetapi, waktu dimana nilai aktiva yang semula sepenuhnya
digantikan oleh pengeluaran tambahan tidak dapat ditentukan, bahkan secara berlaku
surut. Ini menyatakan penggantian harus dibebankan terhadap laba masa depan. Tidak
ada amortisasi yang harus dibuat karena nilai aktiva semula berlanjut terus jika
1 Jika nilai aktiva tanwujud naik melalui pengeluaran masa berjalan, beban
terhadap laba masa berjalan berlebihan, dan kebalikannya juga benar jika nilai
2 Seperti dengan LIFO, nilai dari aktiva tanwujud segera menjadi using dan tidak
APB 16 menyatakan bahwa goodwill negative, bila diakui, akan dimasukkan ke laba
pada masa depan dengan amortisasi yang sistematik. The British Accounting Standard
mengurangi kewajiban itu dengan membebankan pengeluaran masa depan ini ke akun
suatu goodwill dan tidak ke beban. Tetapi keperluan untuk meningkatkan efisiensi
SFAS 63 bersangkutan dengan masalah akuntansi khusus dalam hal penyiaran. Stasiun
penyiaran biasanya mengadakan perjanjian lisensi yang member mereka hak untuk
menyiarkan sejumlah program seperti film seri kartun atau serangkaian pertandingan
sepakbola, dengan biaya yang ditetapkan terlebih dahulu. FASB menetapkan bahwa
lisensi itu harus dicatat sebagai aktiva tanwujud, tidak seperti biaya dibayar dimuka,
jika :
2 Materi program itu telah diterima oleh pembeli lisensi sesuai dengan kondisi
perjanjian lisensi
FASB berkompromi dengan memperbolehkan aktiva itu dicatat baik pada nilai
diskontonya atau pada nilai bruto, sekalipun yang terakhir ini merupakan
penyimpangan langsung dari APB 21. Nilai yang dikapitalisasi ini diamortisasi
sebanyak jumlah program yang disiarkan, idealnya sesuai dengan nilai yang diterima,
tetapi jika tidak, diproratakan pada jumlah pertunjukan. Seperti semua aktiva, nilai dari
lisensi program harus ditinjau secara berkala. Nilai itu harus diturunkan jika berada
demikian, dari riset yang telah dilakukan dan dari laporan keuangan Boston Celtics,
yang sekarang bersifat publik, beberapa hal menjadi jelas. Pertama, ketika klub-klub
bertransaksi, sebanyak 50 persen dari harga beli diperuntukan bagi pemain. Jumlah
yang berasal dari pemain adalah sama dengan goodwill dan seperti goodwill, harus
diamortisasi atau disusutkan. Hasilnya adalah apa yang dikenal sebagai penyusutan
daftar nama semula. Kedua, ketika kontrak dilakukan untuk pemain baru, nilai dari
kontrak ini biasanya dicatat di buku pada nilai sekarangnya. Ini dikenal sebagai dana
kompensasi yang ditangguhkan. Dana ini diamortisasi selama umur permainan dari
pemain tersebut dengan menggunakan metode suku bunga jika dicatat dengan nilai
sekarang.
Waralaba itu sendiri adalah hak yang dibeli. Dalam kasus futbol, national football
(franchisee) memiliki hak satu-satunya untuk mengelola tim futbol dalam suatu daerah
tertentu. Waralaba (pikirkan seperti yang diberikan kepada pemilik restoran siap saji
Mc Donald) juga berarti memberi hak kepada pembeli waralaba untuk menggunakan
produk, merek dagang, dan nama dagang penjual waralaba dan mengambil manfaat
dari reputasinya. Jumlah awal yang dibayarkan untuk suatu waralaba biasanya
dikapitalisasi dan diamortisasi selama suatu periode yang lebih pendek dari 40 tahun,
sekalipun waralaba itu mungkin diberikan selamanya. Waralaba olahraga, yang bersifat
mengembangkan produk baru, memperbaiki yang lama, atau mengurangi biaya operasi
masa depan, hal itu diperkirakan memberi manfaat pada periode-periode masa depan,
dan bukan hanya periode masa berjalan. Karena periode masa depan diharapkan akan
menerima manfaat, pengetahuan yang harus diperoleh adalah apakah ini merupakan
aktiva bagi perusahaan, atau kenaikan nilai dari aktiva yang ada atau dari perusahaan
secara keseluruhan. Karena itu, menurut konsep penandingan, biaay riset dan
manfaat.
Suatu alternative pada kapitalisasi dan amortisasi penuh adalah praktik umum
untuk mencatat ke beban biaya riset dan pengembangan umum dan mengkapitalisasi
hanya biaya riset yang berkaitan dengan proyek spesifik dengan aliran kontribusi
pendapatan bersih yang diharapkan. Posisi dari FASB dalam Statement No.2 adalah
bahwa biaya riset dan pengembangan harus dibebankan ke beban pada saat terjadi,
kecuali bila riset dan pengembangan itu dilakukan untuk pihak lain menurut kontrak.
1 Sifat, status, dan biaya dari masing-masing proyek riset dan pengembangan.
3 Proyeksi tentang produk atau proses yang baru atau yang ditingkatkan.
Saran ini disingkirkan mengingat klaim perusahaan bahwa informasi ini berisi pribadi,
kelapayakn teknologis dari produk itu.” Pernyataan itu mencakup hanya perangkat
lunak computer, tetapi prinsipnya dapat diterapkan pada aktiva terwujud lain yang
melibatkan informasi. Saat ini kebanyakan perusahaan mencatat sebagai beban biaya-
alasan hal itu termasuk dalam rubric SFAS 2, yang mensyaratkan semua biaya
oleh SFAS 86, bahwa biaya-biaya ini mungkin lebih tepat bila ditangguhkan.
Nama Dagang
dapat diakui hanya jika hal itu dibeli. Keduanya melibatkan situasi dimana suatu
sumberdaya yang dikembangkan secara internal diakui sebagai suatu aktiva. Ini
secara intern mungkin tidak diakui. Penilaian nama dagang muncul dalam konteks
dagang dimulai. Pengaruhnya, karena itu adalah memindahkan pencatatan beban dari
periode terjadinya ke periode yang dianggap manfaat itu diterima, Namun, kapan
tepatnya manfaat itu diterima belum jelas. Pemecahan dari Foundation adalah
Akuntansi PUSH-DOWN
Pada saat suatu perusahaan mengakuisisi yang lain, suatu akun investasi, dalam
terkonsolidasi untuk tujuan pelaporan keuangan, akun investasi digantikan dengan nilai
wajar dari masing-masing aktiva. Perbedaan antara akun investasi dan nilai wajar dari
aktiva bersih yang dapat diidentifikasikan adalah goodwill tersisa. Karena itu, hanya
Ada kasus bahwa, apabila suatu perusahaan diakuisisi, aktiva dan kewajiban
dari perusahaan yang diakuisisi harus disajikan kembali pada nilai wajarnya. Dengan
perkataan lain, tidak perlu ditunggu sampai konsolidasi untuk melakukan penyajian
kembali ini, tetapi akan mencatat perusahaan yang diakuisisi secara permanen pada
nilai barunya yang ditetapkan. Prosedur ini dikenal sebagai akuntansi push-down.
”Menekan nilai wajar ke bawah” ini relevan bagi pemakai saja jika penyajian
perusahaan yang diakuisisi diberlakukan secara public. Jika itu selalu di konsolidasi ke
Investasi dalam sekuritas perusahaan lain yang ditahan tidak untuk tujuan masa
Investasi yang merupakan hak pengendalian dalam saham suara untuk suatu
perusahaan (umumnya yang melebihi 50%) harus termasuk dalam laporan keuangan
konsolidasi.
terpisah harus disusun untuk sekuritas tak lancar yang mudah dipasarkan. Seperti juga
dengan sekuritas lancar, portofolio tak lancar akan dinilai pada yang terendah dari
harga pokok atau harga pasar. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mencegah
pelaporan kerugian pada portofolio tak lancar sampai kerugian itu direlaisasi. Realisasi
diasumsikan terjadi bila sekuritas itu ditransfer ke portofolio lancar, dijual atau bila
keuntungan dan kerugian pada investasi dimasukkan ke dalam laba pada atau sebelum
dan pemulihan.
Kesulitan utama dalam prosedur ini adalah tidak adanya konsistensi dengan
konsep komprehensif dari laba, yang mencakup semua perubahan dalam penilaian
aktiva selain dari yang timbul dari transaksi ekuitas. Selain itu, prosedur ini
dari beban yang ditangguhkan bila digunakan untuk tujuan yang sama.
ekuitas untuk investasi dimana investor menjalankan pengaruh yang besar terhadap
perusahaan, tetapi investor itu tidak mempunyai hak pengadilan. Pengaruh yang besar
biasanya dianggap dimulai bila seorang investor memiliki sekitar 20% atau lebih saham
suara. Pengendalian penuh diasumsikan bila investor mempunyai 50% atau lebih
saham suara.
Kekurangan utama dari metode ekuitas adalah bahwa, pada tingkat structural
yang diterima selama beberapa periode dan juga bagian perusahaan dari laba investee
yang dilaporkan. Informasi tersebut akan cenderung bermanfaat bagi infestor dalam
menilai perusahaan secara keseluruhan dan dalam meramaikan arus kas masa depan.