DI SUSUN OLEH :
NAMA : VITA INDRIANI
NPM : 173112540120076
KELAS : F2
BAB I
PENDAHULUAN
Kelahiran Hidup (KH). Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi
di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 /100.000 kelahiran hidup masih
perdarahan 27%, Eklamsia 23%, dan 11% disebabkan infeksi komplikasi dan
Kematian Ibu (AKI) 359 per 100.000 persalinan hidup menunjukkan bahwa
1
3
karena atonia uteri, perdarahan post partum oleh karena robekan jalan lahir,
perdarahan post partum oleh karena sisa plasenta atau oleh karena gangguan
pembekuan darah. Sifat perdarahan pada perdarahan post partum bisa banyak,
karena retensio sisa plasenta dimana tertinggalnya sisa plasenta atau selaput
dini (early post partum hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat
(post partum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca
plasenta tahap pertama bisa dilakukan eksplorasi digital (jika servik terbuka)
untuk mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat
tahun 2011 angka kematian ibu 228/100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada
(profil Dinkes Sumbar 2012). Hal ini menunjukkan adanya penurunan angka
(MDGs) pada tahun 2015 yaitu menurunkan angka kematian ibu menjadi
sumbar.go.id)
BAB II
7
5
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
1. Anamnesis
perkusi).
catatan sebelumnya.
dan akurat.
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosis.
mengantisipasi penanganannya.
potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi
tidak terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional dan logis.
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga
ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan
segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat
rujukan.
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti
penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-
psikologi.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga
Langkah 6 : Implementasi
9
telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien.
Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
pelaksanaannya.
efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan
asuhan klien.
Langkah 7 : Evaluasi
masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya.
kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk
102).
A. Pengertian Dokumentasi
yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan
riset dan statistik mortalitas atau morbiditas serta merupakan sumber untuk
B. Manfaat Dokumentasi
evaluasi pasien.
11
(advokat) pasien.
1. S ( Subjektif )
2. O ( Objektif )
3. A ( Assessment )
potensial.
4. P ( Plan )
evaluasiberdasarkan assessment.
menyeluruh.
setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan yang
asuhan.
dari bahasa latin yang terdiri dari kata Puer (bayi), Parous (melahirkan).
ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
(Winkjosastro,dkk.2010:P.356)
Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah
(Cunningham,Dkk.2009:P.381)
14
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,
masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan oleh seorang ibu
agar dapat membantu dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
a. Perubahan Fisiologi
sebelum hamil.
hanya dapat ditembus oleh dua jari.Pada akhir minggu pertama, ostium
bermakna akan berkontraksi dan tertarik kembali, tapi tidak sekuat pada
mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup
uteri yang hampir tak terlihat dan terletak di antar korpus uteri di atasnya
minggu keduaturun menjadi sekitar 300 g, dan segera setelah itu menjadi
d) Lokhia
darah dalam lokhia cukup banyak sehingga warnanya merah yang disebut
lokhia rubra. Setelah 3 atau 4 hari, lokhia menjadi sangat memucat yang
e) Regenerasi Endometrium
f) Subinvolusi
bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih lunak disbanding normal
pembalikan fisiologis dari proses ini. Diuresis biasanya terjadi antara hari
kedua dan kelima, bahkan bila wanita tersebut tidak mendapat infus cairan
besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan dilatasi akan kembali ke
vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi
vagina sekitar minggu ketiga pascapartum. Ruang vagina selalu sedikit lebih
hari. Abrasi dan laserasi vulva dan perineum mudah sembuh termasuk yang
memerlukan perbaikan.
penampilan dan integritas putting susu, memar atau iritasi jaringan payudara
karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi
air susu, dan adanya sumbatan duktus, kongesti dan tanda – tanda mastitis
potensial.
a) Tekanan Darah
b) Suhu
meningkat selama periode intra partum dan stabil dalam 24 jam pertama
pasca partum.
c) Nadi
proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal
20
d) Pernafasan
6) Perubahan Gastrointestinal
Wanita mungkin kelaparan dan mulai makan satu atau dua jam
dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika melakukan defekasi.
7) Dinding abdomen
tetapi dapat berubah menjadi garis putih keperakan yang halus setelah
8) Perubahan Hematologi
plasma, dan kadar volume sel darah merah. Kadar ini dipengaruhi oleh
status hidrasi wanita saat itu, volume cairan yang ia dapat selama
(Saleha.2009;P.61-62)
b. Perubahan psikologis
menyulitkan lagi bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Hal ini
sebagai berikut:
1) Periode taking in
a) Periode ini terjadi 1 – 2 hari setelah persalinan Ibu yang baru pertama
keadaan normal.
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada saat ini bidan
3) Periode letting go
a) Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat
(Saleha,2009;P.63-64)
menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,
perdarahan berlanjut.
b. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
ada bau.
b. Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
Tujuan:
bayi alami.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini. (Saleha.2009;P.3)
E. Penanganan Masa Nifas
1) Kebersihan diri.
a. Anjurkan kebersihanseluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
yang berlebihan.
b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan – kegiatan rumah tangga
normal.
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu.
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot – otot, pantat
(Prawiroharjo.2009;P.127-129)
5) Menyusui
a. Untuk bayi :
27
bayinya.
3) Yakinkan bahwa ibu dapat memproduksi susu lebih banyak.
6) Perawatan payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting susu.
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c. Jika putting susu lecet, olesi dengan kolostrum atau ASI.
d. Jika lecet sangat berat istirahatkan selama 24 jam.
e. Untuk menghilangkan nyeri, minum paracetamol 1 tablet tiap 4 –
6 jam.
f. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, maka : kompres
menyusui.
7) Senggama
8) Keluarga berencana
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama jika ibu sudah haid lagi.
c. Sebelum menggunakan KB, ibu perluu mendapatkan penjelasan
129).
2.2.2 Perdarahan Post Partum
A. Definisi
Berdasarkan saat terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi
dan biasanya disebabkan oleh antonia uteri, berbagai robekan jalan lahir
dan sisa sebagian plasenta. Dalam kasus yang jarang, bisa karena inversio
494).
Perdarahan post partum yaitu perdarahan yang terjadi lebih dari
2008:P.523).
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang
terjadi stelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 ml setelah
C. Klasifikasi
dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir dan
sisa sebagian plasenta. Dalam kasus yang jarang, bisa karena inversio
494).
D. Penilaian klinik
keras
Plasenta lengkap
Plasenta belum lahir Tali pusat putus akibat Retensio plasenta
massa
Perdarhan sekunder
(Prawirohardjo : P.175)
E. Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum
secara digital atau dengan kuret besar. Jika ada demam ditunggu dulu sampai
suhu turun dengan pemberian antibiotik dan 3-4 hari kemudian rahim
komponen, yaitu :
syok hipovolemik.
2. Identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarah
postpartum.
F. Pencegahan
Bukti dan penelitian menunjukan bahwa penanganan aktif pada
perdarahan postpartum.
plasenta rest. Gejala klinis sisa plasenta adalah terdapat subinvolusi uteri,
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa
B. etiologi
1. Penanganan kala III yang salah
Dengan pendorongan dan pemijatan uterus akan mengganggu
mekanisme
pelepasan plasenta dan menyebabkan pemisahan sebagian plasenta
2. Abnormalitas plasenta
Abnormalitas plasenta meliputi bentuk plasenta dan penanaman
plasenta.
3. Kelahiran bayi yang terlalu cepat
Yulianti, 2010).
33
C. Faktor Presdisposisi
bekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui alat
34
partum atas indikasi retensio sisa plasenta menurut 7 langkah Varney yaitu :
Langkah 1 : pengumpulan data dasar secara lengkap
Pengumpulan data dasar pada ibu nifas dengan Perdarahan post
klien.
2) keluhan utama
keluhan utama pada ibu nifas dengan Perdarahan post partum atas
kondisi pasien, penyakit apa yang sedang diderita, sejak kapan, upaya
proses persalinan.
2. Riwayat kesehatan lalu.
Dikaji mengenai pernah atau tidaknya ibu mengalami
4) Riwayat obsetrik
Terdiri dari riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.
sekarang.
b. Data objektif
36
Data objektif adalah data yang kita peroleh dari hasil pemeriksaan kita
sendiri atau tenaga kesehatan lain nya. Data objektif terdiri dari :
a) Pemeriksaan umum
Pada pemeriksaan ini dilihat keadaan umum klien dan memeriksa
1) Inspeksi
Pada kasus ibu nifas dengan Perdarahan post partum atas
fundus uteri lebih besar dan apakah masih ada sisa plasenta
retensio plasenta.
c) Pemeriksaan penunjang
Dalam kasus ini juga dapat kita lakukan pemeriksaan penunjang
Diantaranya :
1) pemeriksaan laboratorium
2) USG
Langkah II interprestasi data
Pada ibu dengan Perdarahan post partum atas indikasi retensio
Perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa plasenta adalah dapat
biasanya ibu tampak lemes, lelah, menggigil, karena darah yang keluar
dari vaginanya terlalu banyak dan ibu juga cemas dengan keadaannya
tersebut.
c. Kebutuhan
tenaga kesehatan perlu memberikan informasi dan suport pada ibu. Yang
berikan pada ibu nifas dengan haemorrhagic post partum atas indikasi
penanganan nya.
Diagnosa potensial pada ibu nifas dengan Perdarahan post partum atas
indikasi retensio sisa plasenta diantaranya syok dan anemia. Untuk mengantisipasi
pemantauan kedaan umum, tanda-tanda vital, pemenuhan nutrisi dan cairan, serta
retensio sisa plasenta ini dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri
dan ginekologi dalam pemberian terapi tambahan dan tindak lanjut yang
dilakukan.
38
bekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui alat
kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir,
pusat putus.
5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
abortus.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
semua rencana tindakan yang telah di buat dan dilakukan pada ibu nifas
atau belum.
Didalam evaluasi diharapkan mendapatkan hasil diantaranyaa melihat
keadaan umum ibu, memantau tanda-tanda vital ibu, melihat kontraksi uterus,
melalui anamnesa. Data subjektif pada kasus ibu nifas dengan Perdarahan
post partum atas indikasi retensio sisa plasenta didapatkan hasil dari
khusus, dan hasil pemeriksaan penunjang. Hasil pemeriksaan pada ibu nifas
dengan Perdarahan post partum dengan indikasi retensio sisa plasenta adalah
keadaan ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, tinggi fundus uteri
setinggi pusat, kontraksi uterus baik, terapi dari dokter spesialis obstetri dan
berdasarkan assesment.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
pendokumentasian SOAP.
Studi Kasus ini telah dilaksanakan dari bulan Januari sampai April 2014.
Kota Sawahlunto.
49
37
42
Plasenta”.
Data primer yaitu data yang diambil langsung terhadap klien dengan cara
Data sekunder yaitu data yang didapat dari hasil pencatatan dan
sebagai responden, tujuannya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan studi
kasus ini serta dampaknya, maka harus menandatangani lembaran persetujuan. Jika
respon dan menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
oleh peneliti.
44
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1.1 PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
a. Identitas
Umur : 25 Th Umur : 30 Th
Nama : Ny. S
Alamat : Kamp.Baru
No.Hp :-
52
55
45
b. Anamnesa
1) Keluhan utama
a) Pat post partum spontan 15 hari yang lalu di puskesmas “P”
b) Sejak 5 hari yang lalu keluar darah pervaginam lebih dari 3x ganti doek
sehari
c) Darah masih keluar sedikit-sedikit
d) Perut bagian bawah tidak terasa sakit
e) Konjungtiva pucat seclera tidak ikterik
f) TFU tidak teraba
2) Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 Th
Siklus : 28 Hari
Keteraturan : Teratur
Disminorea : Ada
b. Riwayat Pernikahan
Umur Menikah : 23 Th
Pernikahan Ke : I (pertama)
Tidak ada
TM I : ANC : dokter
Frekuensi : 2x
Obat obatan :-
TM II : ANC : dokter
` Frekuensi : 1x
Frekuensi :3x
b) BAK
- Frekwensi : 5 – 6 x sehari
48
- Bau : Pesing
3) Pola istirahat dan tidur
- Tidur siang : 1 – 2 jam
- Tidur malam : 7 – 8 jam
- Keluhan : Tidak ada
4) Olah raga
- Tidak ada melakukan senam nifas
5) Hubungan seksual
- Frekuensi : 2-3 x 1 minggu
- Keluhan : tidak ada
6) Personal hygiene
- Mandi : 2 x sehari
- Keramas : 1 x dalam 2 hari
- Gosok gigi : 2 x sehari
- Ganti pakaian : 1 x sehari
7) Pola hidup yang merugikan kesehatan
- Merokok : Ibu tidak pernah merokok
- Minum obat – obatan / jamu : Ibu tidak ada ketergantungan
obat-obatan / jamu.
- Alcohol : Ibu tidak pernah mengkonsumsi alkohol
h. Riwayat kesehatan
a) Riawayat kesehatan sekarang
Ibu perdarahan dengan indikasi retensio sisa plasenta dan anemia sedang.
b) Riwayat kesehatan yang lalu
ibu mengatakan Tidak pernah menderita penyakit seperti ASMA, jantung,
menular seksual.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
c. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
KU : Lemah
Keadaan emosional : Sedang
BB sebelum hamil : 45 Kg
BB sekarang : 58 Kg
Jumlah kenaikan BB :13 Kg
TB : 158 cm
Tanda tanda vital
49
merah segar.
Vulva dan vagina : adanya robekan perenium derajat dua dan sudah
diheating.
Pengeluaran vagina: Ada pengeluaran darah yang banyak (>500 cc) pervaginam
Data dasar :
1. Dasar Subyektif
b. Ibu mengatakan sejak 5 hari yang lalu keluar darah yang banyak pervaginam
2. Data Objektif
d. Konjungtiva : pucat
g. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan labor :
Hb : 8,2 mg/dl
Golongan darah :O
USG : ada retensio sisa plasenta
C. Kebutuhan
1) Pemenuhan cairan
2) Transfusi darah
3) Pemasangan Oksigen
a. Pemasangan laminaria
b. persiapan curettase
Berkolaborasi dengan dr. SpOG untuk transfusi darah 2 kolf PRC, pemasangan infus,
a) Pemasangan O2
d) Pemasangan kateter
e) Pemeriksaan laboratorium
f) Pemasangan laminaria
h) curettage
6. Pemantauan perdarahan
a) Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu mengalami perdarahan, karena
b) Memberikan dukungan emosional dan support kepada ibu dengan melibatkan suami atau
c) Menginformasikan hal-hal yang akan dilakukan pada ibu serta penanda tanganan informed
a) Melakukan pemasangan infus untuk memenuhi cairan ibu dan mengontrol intek dan
output ibu.
52
c) Melakukan transfusi darah untuk ibu sebanyak 2 kantong PRC karena Hb ibu 8,2
mg/dl
d) Pemasangan Laminaria
4.1.7 Evaluasi
b) Ibu dan keluarga setuju dengan tindakan yang akan dilakukan dengan penanda tanganan
informed consent.
c) Infus RL
28 tetes/menit.
d) Ibu rencana curettase jam 09.00 WIB besok, karena masih ada sisa jaringan dan perdarahan
masih ada.
e) Pemantauan perdarahan .
53
Tabel 4.2.1
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. “M” Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta Diruang
Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014
Kunjungan kedua
9. Penuhi
kebutuhan
istirahat ibu.
55
Tabel 4.2.2
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. “M” Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Kunjungan ketiga
Tabel 4.2.3
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. “M” Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Kunjungan keempat
Tabel 4.2.4
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. “M” Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Kunjungan kelima
Tabel 4.2.5
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. “M” Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Kunjungan keenam
Tabel 4.2.6
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. “M” Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Kunjungan ketujuh
63
Tindakan Segera
Tidak ada kebutuhan
yang memerlukan
tindakan segera
Tabel 4.2.7
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. “M” Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Kunjungan kedelapan
melakukan penelitian.
67
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny. “M” dengan
perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa plasenta dari tanggal 26 Februari sampai
dengan tanggal 28 Februari 2018 dan dilanjutkan dengan kunjungan rumah. Disini penulis
menemukan adanya persamaan antara konsep manajemen asuhan secara teoritis dengan
Setelah penulis melakukan pengkajian kasus kebidanan ibu nifas dengan perdarahan post
partum atas indikasi retensio sisa plasenta Dalam kasus Ny. “M” telah dilakukan sesuai asuhan
kebidanan menggunakan 7 langkah varney dan data perkembangan menggunakan SOAP. Berikut
diuraikan kesenjangan antara teori dengan pernyataan selama melakukan study kasus meliputi :
dari nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat pasien dan suami.
Keluhan utama masuk yaitu ibu post partum 15 hari yang lalu, sejak 5 hari yang lalu telah
keluar darah pervaginam. Dalam sehari bisa lebih dari 3 kali ganti doek dan darah bewarna
plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta
(rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat
68
post partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari post
partum. Keadaan mental ibu dalam menghadapi perdarahan cemas dan khawatir untuk itu
cara mengatasinya sudah sesuai dengan varney ( 2007 ) yaitu suami dan keluarga harus
memberikan dukungan dan support mental agar ibu merasa tenang dan rajin beribadah dan
keadaan umum lemah, Tekanan Darah : 100/70 mmhg, nadi : 80 x/I, suhu :36,50C, respirasi :
20 x/I,Hb : 8,2 mg/dl. Menurut Chunningham ( 2006 ), jika perdarahan terjadi secara terus
menerus menyebabkan keadaan umum ibu semakin jelek dan terjadi perubahan tanda-tanda
sudah dilakukan dengan teori menurut Saifuddin ( 2009 ) yaitu dengan memperhatikan secara
seksama apakah ibu masih mengeluarkan darah dari kemaluannya. Dan diperoleh hasil warna
darah merah segar, kental dan sedikit gumpalan. Palpasi sudah sesuai dengan teori Saleha S
( 2009 ) yaitu pada minggu ke dua TFU sudah tidak teraba lagi di atas simpisis. Pemeriksaan
dalam sudah sesuai dengan teori menurut Manuaba ( 2008 ) yaitu apakah masih ada
pembukaan, apakah ada sisa plasenta dan selaput yang tertinggal dan diperoleh servik tidak
membuka, gunakan alat kuretase untuk membuka servik dan masih ada sisa plasenta.
Pemeriksaan penunjang diperoleh dari data laboratorium yaitu hasil pemeriksaan Hb 8,2
mg/dl dan terjadi anemia sedang pada ibu sehingga harus dilakukan transfusi darah. Hal ini
telah sesuai dengan teori menurut Saifuddin ( 2009 ) yaitu pemeriksaan Hb untuk mengetahui
apakah ibu anemia. Bila kadar Hb <8 mg/dl harus diberikan transfusi darah, bila kadar Hb ≥8
69
mg/dl biasanya diberikan tablet sulfat ferosus 600 mg/hari selama 10 hari. Sedangkan
kemudian menjadi proses masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang
P1A0H1 dengan perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa plasenta. Dengan data
dasar subjektif Ny. “M” mengatakan keluar darah dari kemaluannya sejak 5 hari yang
lalu dan sekarang masih mengeluarkan darah sedikit - sedikit. Sedangkan dasar
objektifnya dari keadaan umum, pemeriksaan fisik pada genetalia, didapatkan ibu
retensio sisa plasenta, masalah yang muncul sudah sesuai menurut Sulistiawati ( 2009 )
adalah ibu merasakan cemas dan lemas dengan keadaannya yang mengalami perdarahan.
c. Kebutuhan
Kebutuhan dari masalah yang muncul pada kasus ibu nifas pada Ny. “M” P1A0H1 dengan
perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa plasenta sudah sesuai menurut Salmah
( 2006 ) yaitu memberi informasi pada ibu tentang penyebab perdarahan yang
dialaminya.
5.2.3 Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Bidan mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosis tersebut tidak terjadi sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang logis
( Salmah,2006 ). Diagnosa potensial pada ibu nifas dengan perdarahan post partum atas
indikasi retensio sisa plasenta bias terjadinya haemorhage post partum, untuk
70
keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu serta pemberian asupan nutrisi dan cairan. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb ibu 8,2 mg/dl. Namun, dalam kasus
Ny. “ M” diagnosa potensial dapat dicegah karena segera ditangani dengan baik, yakni
indikasi retensio sisa plasenta kebutuhan terhadap tindakan segera sudah sesuai menurut
Sulistiawati ( 2009 ) yaitu berkolaborasi dengan dokter spesialsi obstetric dan ginekologi
yang dilakukan yaitu dengan pemberian terapi meliput pemberian cairan infuse,
curretase serta transfusi darah. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan teori karena
P1A0H1 dengan perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa plasenta sudah sesuai
1) Pemasangan O2
2) Pemasangan cairan infus
71
3) Pemasangan kateter
4) Lakukan pemeriksaan laboratorium
5) Melakukan tranfusi darah
6) curatte
10. Perbaiki KU ibu
e) Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu kurang stabil, karena
f) Memberikan dukungan emosional dan support kepada ibu dengan melibatkan suami atau
g) Menginformasikan hal-hal yang akan dilakukan pada ibu serta penanda tanganan informed
ibu.
5) Melakukan transfusi darah untuk ibu sebanyak 2 kantong untuk menambah zat besi ibu
5.2.7 Evaluasi
Bidan telah memberikan asuhan kebidanan dan menerapkan manajemen kebidanan ibu nifas
pada Ny. “M” P1A0H1 dengan perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa plasenta
dengan cara melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetric dan ginekologi. Setelah
dilakukan curretase, didapatkan hasil meliputi ibu mengatakan darah masih keluar sedikit –
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan post partum
atas indikasi retensio sisa plasenta di ruang tindakan kebidanan. Pengumpulan data dasar
dapat dilakukan dengan menggunakan format pengumpulan data berjalan lancar. Dimana data
retensio sisa plasenta. Masalah yang ditemui adalah ibu cemas karena masih perdarahan.
Diagnosa dan masalah potensial yang ditemukan adalah potensial anemia berat. Identifikasi
yang memerlukan penanganan segera yaitu kolaborasi dengan dokter spesialis Obgin.
Rencana asuhan yang diberikan pada kasus ini yaitu currettage dan tindakan tersebut
telah dilakukan sesuai dengan teori. Dari seluruh kegiatan asuhan yang diberikan pada Ny.
73
“M” selama 8 hari didapatkan keadaan Ny. “M” sudah dalam keadaan baik, perdarahan sudah
DAFTAR PUSTAKA.
Dr.Nugroho,T. 2010.Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogjakarta: Nuha Medika.
Manuaba, Ida Ayudkk. 2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC.
Wildan, Moh dan Hidayat, Alimul aziz, 2009.Dokumentasi kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Winkjosastro, dkk, 2006.Ilmu Kebidanan Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo