Anda di halaman 1dari 4

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika

yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik
seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.Sedangkan antiseptik
didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh
pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan
hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan,
lantai, ruangan, peralatan dan pakaian (Rismana, 2002).
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan
sebagai antiseptik dan desinfektan.Tapi tidak semua bahan desinfektan adalah
bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan
antiseptik.Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh
atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga
dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses
pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan
dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi (Kimbal, 2002).
Desinfektan dan antiseptic memiliki sifat antimikroba.Cara kerja
antimikroba antara lain:

a. Merusak DNA. Sejumlah unsur antimikroba bekerja dengan merusak


DNA.Unsur ini meliputi radiasi pengion (ionisasi), sinar ultra ungu, dan zat-zat
kimia reaktif DNA. Pada kategori yang terakhir ini terdapat zat-zat alkilasi dan
zat lain yang bereaksi secara kovalen dengan basa purin dan pirimidin sehingga
bergabung dengan DNAatau membentuk ikatan silang antar untai. Penyinaran
merusak DNA melalui beberapa cara, misalnya sinar ultra ungu menyebabkan
penyilangan diantara pirimidin yang berdekatan pada salah satu untai yang
sama dari dua untai polinukleotida, membentuk dimer pirmidin. Radiasi
pengion memecahkan untaian tunggal atau ganda. Kerusakan DNA yang
ditimbulkan karena penyinaran atau secara kimiawi akan mematikan sel
terutama karena mengganggu replikasi DNA (Jawetz et. al., 1996).
b. Denaturasi protein. Protein terdapat dalam keadaan tiga dimensi, terlipat, yang
ditentukan oleh pertautan disulfida kovalen intramolekul dan sejumlah
pertautan nonkovalen seperti ikatan ion, ikatan hidrofob, dan ikatan
hidrogen.Keadaan ini dinamakanstruktur tersier protein; struktur ini mudah
terganggu oleh sejumlah unsur fisikatau kimiawi, sehingga protein tidak dapat
berfungsi lagi.Kerusakan strukturtersier ini dinamakan denaturasi protein
(Jawetzet. al., 1996).
c. Gangguan selaput atau dinding sel. Selaput sel berguna sebagai penghalang
yang selektif, meloloskan beberapazat terlarut dan menahan zaat
lainnya.Beberapa zat diangkut secara aktif melalui selaput, sehingga
konsentrasinya dalam sel tinggi.Selaput sel juga merupakan tempat bagi banyak
enzim yang terlibat dalam biosintesis berbagai komponenpembungkus sel. Zat-
zat yang terkonsentrasi pada permukaan sel mungkin mengubah sifat-sifat fisik
normalnya dan dengan demikian membunuh atau menghambat sel.Dinding sel
berlaku sebagai struktur pemberi bentuk pada sel, melindungi sel terhadap lisis
osmotik.Dengan demikian, zat yang merusak dinding sel (misalnya lisozim)
atau menghalangi sintesis normalnya (misalnya penisilin) akan menyebabkan
lisis sel (Jawetzet. al., 1996).
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik dan cara
kimia. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi
umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi,
yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu
senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa
terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung
gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium
kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida (Pankey, 2014).
Untuk menentukan kualitas desinfektan yaitu dengan menentukan daya
bunuh desinfektan terhadap kuman adalah dengan menggunakan metode koefisien
fenol. Fenol adalah jenis desinfektan yang paling kuno dan karena kekuatannya
telah diketahui maka kualitas desinfektan selalu dibandingkan dengan fenol. Fenol
dengan kadar 0,2 persen bersifat bakteriostatik yakni menahan pertumbuhan
bakteri, sedangkan fenol 1% bersifat mematikan bakteri atau bakterisid. Koefisien
fenol adalah bilangan pecahan yang menunjukkan perbandingan kekuatan daya
bunuh dari desinfektan dibaningkan dengan kekuatan daya bunuh dari fenol
sebagai pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan
dan waktu kontak yang sama. Waktu untuk menguji antibiotika adalah 18-24 jam,
sedangkan untuk mata tidak mungkin selama itu. Oleh karena itu, digunakan waktu
tertentu dengan metode kontak secara konvensional, waktu yang paling cepat
adalah 2,5 menit, paling lama 15 menit. Kekuatan fenol untuk menguji desinfektan
adalah tidak lebih besar dari 5% (Collier, 1998).
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies
utama bakteri Gram-negatif. Bakteri ini ditemukan oleh Theodor Escherich. Pada
umumnya bakteri ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. E. Coli
merupakan anggota dari family Enterobacteriaceae .Ukuran sel dengan panjang 2,0
– 6,0 μm dan lebar 1,1 – 1,5 μm. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga
membentuk sepanjang ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora E. Coli batang
gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek,
biasanya tidak berkapsul. Bakteri ini aerobik dan dapat juga aerobik fakultatif. E.
Coli merupakan penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi. E. Coli
merupakan bakteri kemoorganotropik, mempunyai tipe metabolisme fermentasi
dan respirasi tetapi pertumbuhannya paling sedikit banyak di bawah keadaan
anaerob. Pertumbuhan yang baik pada suhu optimal 37°C pada media yang
mengandung 1% peptone sebagai sumber karbon dan nitrogen. E.Coli
memfermentasikan laktosa dan memproduksi indol yang digunakanuntuk
mengidentifikasikan bakteri pada makanan dan air. E.coli berbentuk besar (2-3
mm), sirkular, konveks dan koloni tidak berpigen pada nutrient dan media darah.
E. Coli dapat bertahan hingga suhu 60°C selama 15 menit atau pada 55°C selama
60 menit.Penyakit yang sering ditimbulkan oleh E. Coli adalah diare. E. Coli ini
diklasifikasikan oleh ciri khas sifat – sifat virulensinya dan setiap grup
menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda, antara lain yaitu: E. Coli
Enteropatogenik (EPEC), E. Coli Enterotoksigenik (ETEC), E. Coli
Enterohemoragik (EHEC), E. Coli Enteroinvansif (EIEC) dan E. Coli
Enteroagregatif (EAEC). Kebanyakan E. coli tidak berbahaya, tetapi beberapa
spesies seperti E. coli tipe O157:H7 dapat mengakibatkan keracunan makanan yang
serius pada manusia yaiu diare berdarah karena eksitoksin ynag dihasilkan bernama
verotoksin (Levinson,2008).

Daftar Pustaka
Collier, L.1998. Microbiology of Microbial nfections. New York:Oxford University
Press Inc.
Jawetz, M dan Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Levinson,W. 2008. Review of Medical Microbiology. US: MCGraw-Hill Compaies.
Pankey, G.A. 2014. Clinical Relevance of Bacteriostatic Versus Bacteriocidal
Mechanisms of Action in The Treatment of Gram-Positive Bacterial Infections.
Oxford Journals Clinical Infections Diseases. Vol. 38 No.6 :864-870.

Anda mungkin juga menyukai