Anda di halaman 1dari 3

Klasifikasi kumis kucing

Pake yang ditulis kemarin aja sar


Nama lain/daerah :
Kumis kucing memiliki beberapa nama daerah diantaranya adalah
Kumis ucing (Sunda), Remujung (Jawa tengah) (Hutapea, 2000), Se-salaseyan,
Soengot koceng (Madura) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980),
Kutun, Mamam, Bunga laba-laba (Jawa) (Yuniarti, 2008).

Kandungan Kimia
Pada umumnya, kumis kucing memiliki kandungan kimia berupa
alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1987), zat samak, orthosiphon glikosida, minyak lemak, sapofonin,
garam kalium (0,6-3,5%) dan myoinositol (Hariana, 2005), serta minyak atsiri
sebanyak 0,02-0,06 % yang terdiri dari 6 macam sesquiterpenes dan senyawa
fenolik, glikosida flavonol, turunan asam kaffeat. Hasil ekstraksi daun dan
bunga Orthosiphon stamineus Benth. Ditemukan methylripariochromene A
atau 6-(7, 8-dimethoxyethanone). Juga ditemukan 9 macam golongan senyawa
flavon dalam bentuk aglikon, 2 macam glikosida flavonol, 1 macam senyawa
coumarin, scutellarein, 6-hydroxyluteolin, sinensetin (Yulaikhah, 2009).

Efek Farmakologi
Secara empiris daun kumis kucing telah digunakan oleh masyarakat
dalam pengobatan tradisional, antara lain sebagai peluruh air seni, mengobati
batu ginjal, mengobati kencing manis, penurun tekanan darah tinggi serta
mengobati encok (Hutapea, 2000). Pada prinsipnya kumis kucing digunakan sebagai diuretik,
ekstrak alkohol-air dari kumis kucing memicu urinasi dan
sekresi ion Na+ pada tikus (Wiart, 2006).

Aktivitas Kumis Kucing


Ekstrak 50% kumis kucing dengan dosis 1250,2500 dan 5000 mg/kg secara oral pada tikus
masih dapat bekerja tanpa toksis atau membunuh. Sedangkan untuk dosis lebih dari 5000 mg/kg
akan membunuh tikus jantan betina secara in vitro dalam uji biokimia (Sumaryono dkk,1991)

sediana yang beredar dipasaran


Sumber : http://dechacare.com/Nephrolit-P28-1.html

Sumber : http://dechacare.com/Nephrolit-P28-1.html

Sumber : Herawaty, Tety dan Ari Novianti. 2006. Kumis Kucing. Badan Pengawas Obat dan Makanan,
Direktorat Obat Aasli Indonesia. Halaman 4-13.
Dapus

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980, Materia Medika, Jilid IV,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1987, Analisis Obat Tradisional,


Edisi ke-1, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Yuniarti, T., 2008, Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional, MedPress,


Yogyakarta.

Hutapea, J. R., 2000, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Jilid 1, Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, Jakarta.

Hariana, A., 2005, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Seri 2, Penebar Swadaya,
Jakarta.

Yulaikhah, Y. U., 2009, Pengaruh Kadar Bahan Pengikat Polivinil Pirolidon


Terhadap Sifat Fisik Tablet Effervescent Campuran Ekstrak Daun
Salam(Syzygium polyanthum Wight.) dan Kumis Kucing (Orthosiphon
aristatus [Blume] Miq.), Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.

Wiart, C., 2006, Medicinal Plants of The Asia-Pacific: Drugs for The Future?,
World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd., Singapore.

Sumaryono, W., Proksch, P., Wray, V., Wote, L., dan Hartman, T., 1991,
Qualitative and Quantitative Analysis Of The Phenoline Constituents
from Orthosiphon aristatus, Journal Of Medicinal Plant Research, New
York Plants.

Anda mungkin juga menyukai