Sebagian besar direksi perusahaan, eksekutif dan pemegang saham memahami
bahwa kepentingan perusahaan dapat dipengaruhi secara langsung oleh anggota masyarakat atau secara tidak langsung olah tekanan publik terhadap proses politik dan regulator. Pada tanggal 17 September 2011 gerakan occupy terjadi di kota New York. Para pengunjuk rasa berkumpul di taman Zuccotti dan menyatakan pendudukan atas Wall Street. Mereka menentang kesenjangan ekonomi dan kurangnya akuntabilitas perusahaan. Pengamat menyatakan bahwa gerakan ini berasal dari berhasilnya gerakan Arab Spring di Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada bulan Desember 2010, orang-orang Tunisia ‘mengajukan protes terhadap presiden Zine El Abidine Ben Ali, yang kemudian melarikan diri ke Arab Saudi pada bulan Januari 2011. Sepanjang 2011 ada protes dan kerusuhan yang menyebabkan penggulingan pemerintah di Tunisia, Libya, Mesir, dan Yaman; perang saudara di Suriah; dan kerusuhan sipil di lebih dari selusin negara-negara Arab lainnya. Protes baik politik dan ekonomi, dan, begitu banyak terjadi di dunia, keduanya sangat erat terkait. Para demonstran, terutama kaum muda dan pengangguran, marah tentang ketidakadilan sosial, politik, dan ekonomi. Korupsi di pemerintahan, pengangguran yang tinggi, kondisi hidup yang buruk, dan kurangnya kebebasan sosial dan politik bersifat endemik di negara-negara tersebut. Kesenjangan besar dalam pendapatan diciptakan oleh elit bisnis dan didukung oleh pemerintah. Protes Arab Spring karena baik ketidakadilan politik dan ekonomi serta kurangnya akuntabilitas oleh para politisi dan orang kaya.
Para pemegang saham kecewa karena keuntungan perusahaan-perusahaan menurun. Hal ini memucuklkan gerakan resolusi pemegang saham yang disebut say-no- pay. Resolusi pemegang saham merupakan upaya untuk memperbaiki perilaku manajemen yang salah dalam menjalankan perusahaan. Pemegang Saham mengangkat banyak isu melalui resolusi pemegang saham, yang dapat diklasifikasikan ke dalam lima bidang dasar: 1. Isu lingkungan membahas topik-topik seperti perubahan iklim, energi terbaru, polusi, dan limbah berbahaya. 2. Isu-isu sosial termasuk hak asasi manusia, keselamatan pekerja, kode etik, dan filantropi. 3. Masalah pemerintahan termasuk peran dan fungsi dewan direksi, termasuk bagaimana mereka dipilih dan dibayar. 4. Resolusi transparansi menyerukan keterlibatan pemangku kepentingan yang lebih besar dan komunikasi, terutama berkenaan dengan pengungkapan risiko. 5. Isu kompensasi melibatkan komposisi dan jumlah gaji yang diberikan kepada manajer senior.
Skandal LIBOR: Bagaimana Bank Memanipulasi Tingkat Bunga Acuan
Skandal tingkat suku bunga LIBOR tahun 2012 merupakan kisah manipulasi sistematis dari suku bunga acuan, didukung oleh budaya penipuan bank terbesar dunia, dalam lingkungan di mana sedikit atau tidak ada peraturan berlaku. Setelah beberapa dekade melakukan pelecehan untuk memperkaya bank-bank besar, pemegang saham, eksekutif dan pedagang, dengan mengorbankan orang lain, penyelidikan dan tuntutan hukum akhirnya dimulai, dan dendanya sangat besar. London Interbank Offered Rate (LIBOR) merupakan tingkat suku bunga yang dihitungpertama kali tahun 1985 oleh British Banking Association (BBA), Bank Inggris dan lainya untuk menjadi acuan suku bunga untuk banyak kontrak keuangan dan pengaturan. Begitu besar investasi dipengaruhi dimana manipulasi kecil di tingkat LIBOR bisa memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap laba bank dan matinya pedagang yang terlibat dalam manipulasi. Misalnya, tahun 2012 total derivatif relatif terhadap tingkat harga LIBOR telah diperkirakan dari $300-$600 triliun, sehingga manipulasi 0,1% dalam tingkat LIBOR akan menghasilkan kesalahan dari $300-600 juta per tahun.
Bagaimana Skandal LIBOR Terungkap
Orang dalam sistem perbankan tahu tentang manipulasi tingkat LIBOR namun tidak mengungkapkannya hingga pada akhirnya publik menyadari hal tersebut dan Departemen Kehakiman AS memaksa pemerintah Inggris untuk bertindak. Orang dalam yang mengetahui tentang manipulasi LIBOR umumnya enggan mengambil sikap. Namun pada 27 Juli 2012, Douglas Keenan, menerbitkan sebuah artikel yang menceritakan manipulasi tingkat bunga LIBOR ke pihak berwenang.
Contoh Kerugian Akibat Manipulasi LIBOR
Banyak pemilik rumah meminjam pinjaman hipotek mereka pada variabel atau tingkat dasar yang disesuaikan, bukan atas dasar suku bunga tetap. Akibatnya, banyak peminjam ini menerima nilai kredit baru pada setiap bulan pertama berdasarkan tingkat LIBOR. Sebuah studi yang disiapkan untuk gugatan class action menunjukkan bahwa pada hari pertama setiap bulan 2007-2009, tingkat LIBOR naik lebih dari 7,5 basis poin rata-rata. Salah satu pengamat memperkirakan bahwa masing-masing bank mengirimkan LIBOR bertanggung jawab atas sebanyak $ 2,3 miliar. Pemerintah kota kehilangan tingkat suku bunga sehinga mengumpulkan dana melalui penerbitan obligasi, dan didorong untuk mengeluarkan tingkat bunga bervariasi, daripada suku bunga tetap, obligasi diambil untuk keuntungan pembayaran bunga yang lebih rendah.
TANDA-TANDA KERUNTUHAN ETIKA
Dalam bukunya The Seven Signs of Ethical Collapse: Bagaimana perusahaan Spot Moral Meltdowns dalam Perusahaan, Marianne Jennings menguraikan tujuh penyebab masalah etika dalam organisasi: 1. Tekanan untuk memenuhi tujuan, terutama keuangan, atas biaya apapun. 2. Budaya yang tidak terbuka, jujur dan berdiskusi. 3. CEO yang dikelilingi dengan orang-orang yang setuju dan memuji CEO, serta CEO yang reputasinya melebihi kritik. 4. Dewan direksi yang lemah yang tidak menjalankan tanggung jawab fidusia mereka dengan tekun. 5. Sebuah organisasi yang mempromosikan orang berdasarkan nepotisme dan pilih kasih. 6. Keangkuhan. Keyakinan yang arogan bahwa aturan adalah bagi orang lain, tapi tidak bagi kita. 7. Sikap boros/kesalahan biaya yang menunjukkan bahwa perilaku etika yang lemah di satu bidang dapat diimbangi dengan perilaku etika yang baik di bidang lain. Hampir semua skandal bisnis yang dirinci dalam buku ini menunjukkan setidaknya paling tidak masalah-masalah etika. Dengan memahami secara mendalam dari tujuh kegagalan yang mereka menjadi kerangka yang sangat baik untuk analisis dan diagnosis perusahaan sebelum mereka gagal agar tindakan perbaikan dapat diambil.
ETIKA DAN TATA KELOLA: TREN
Tema dan trend yang konstan merupakan bukti sejak tahun 1920-an. Pertimbangan dan karakter moral eksekutif, pemilik, dewan direksi, dan tidak dapat mencegah skandal perusahaan, etika, dan tata kelola. Pemerintah dan regulator diminta untuk memperketat pedoman dan regulasi untuk melindungan publik. Perubahan ini terjadi karena tekanan yang dibawa oleh pemangku kepentingan. Perubahan dalam undang-undang, peraturan, dan standar hanyalah bagian dari apa yang telah disumbangkan oleh pemangku kepentingan. Saat ini harapan akan perilaku etisdan praktik tata kelola yang baik telah berubah. Kegagalan untuk memenugi harapan ini berdamak pada reputasi, keuntungan, dan karir. Sekarang terdapat bukti kebanyakan eksekutif, pemilik, dan auditor bahwa kesuksesan mereka secara langsung berhubungan dengan kemampuan mereka untuk mengembangkan dan memelihara integritas budaya organisasi. Mereka tidak bisa berusaha menghilangkan reputasi, pendapatan, reliabilitas, dan kredibilitas sebagai akibat kehilangan integritas.