01 GDL Anafujirah 241 1 p10005 A U PDF
01 GDL Anafujirah 241 1 p10005 A U PDF
DI SUSUN OLEH :
ANA FUJI RAHAYU
NIM. P. 10005
DI SUSUN OLEH :
ANA FUJI RAHAYU
P. 10005
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nim : P. 10005
SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikmudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Nim : P. 10005
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi
Ditetapkan di : Surakarta
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Laporan Karya Tulis Ilmiah disusun dengan maksud untuk memenuhi Tugas
Akhir sebagai salah satu syarat kelulusan program Studi Diploma III Keperawatan
Di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis merasa sedikit mengalami
hambatan dan kesulitan. Namun bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka
laporan Karya Tulis Ilmiah ini dapat penulis selesaikan, oleh karena itu
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah
Surakarta.
v
4. Nurma Rahmawati S.Kep.,Ns, selaku penguji II yang telah memberikan masukan
5. Amalia Agustin S.Kep.,Ns, selaku penguji III yang telah memberikan masukan –
6. Seluruh Dosen dan Karyawan beserta Staff Prodi D III Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta, atas bantuan dan bimbingan
7. Ayah dan Ibu (Orang Tua) tercinta yang telah memberikan kepercayaan, kasih
sayang, kesabaran, nasihat dan dukungan dalam segala bentuknya serta atas
9. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan Karya Tulis Ilmiah
ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Pengkajian .............................................................................. 8
D. Intervensi ................................................................................ 15
E. Implementasi .......................................................................... 19
F. Evaluasi .................................................................................. 21
vii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ........................................................................... 23
B. Kesimpulan ............................................................................ 36
C. Saran ...................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa
seluruh aspek dalam dirinya dalam keadaan tidak terganggu baik tubuh, psikis
maupun sosial. Fisiknya sehat, maka mental (jiwa) dan sosial pun sehat, jika
mentalnya terganggu atau sakit, maka fisik dan sosialnya pun akan sakit.
Kesehatan Jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang
seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain (Direja,
2011).
adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir
kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan
1
2
Skizofrenia di Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima perseribu penduduk. Bila
diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang akan terdapat gangguan
jiwa dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai satu juta orang. Hal ini
merupakan angka yang cukup besar serta perlu penanganan yang serius.
Menurut WHO (World Head Organitation) ada satu dari empat orang di
dunia yang mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekita 450 juta
0,2 – 0,8% penderita Skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia
terdapat kira –kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa
Daerah Khusus Ibu kota Jakarta 24,3%, diikuti Nanggroe Aceh Darussalam
18,5%, Sumatra Barat 17,7%, NTB 10,9%, Sumatra Selatan 9,2%, dan Jawa
Tengah 6,8% (Depkes RI, 2008). Berdasarkan Riset Kebutuhan Dasar (2007),
dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000
orang penduduk terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa.
Berdasarkan dari data tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan tidak normal baik yang
dibagi ke dalam dua golongan yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan Sakit Jiwa
diantaranya adalah ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah,
2010).
pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses pikir, emosi, kemauan dan
psikomotorik dan verbal yang menjelma dalam kelompok gejala klinis yang
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik naik pada dirinya sendiri
maupun orang lain disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol
digunakan untuk menyerang atau merusak orang lain (Isaacs, 2004). Perilaku
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri orang lain maupun
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Tanda dan gejala dari perilaku
4
bicara kasar, suara tinggi menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal atau
fisik, melempar atau memukul benda/orang lain, merusak barang atau benda,
(Damaiyanti, 2010).
Berdasarkan laporan periode bulan april 2013, pasien yang dirawat diruang
sosial dan 5 pasien mengalami perilaku kekerasan. Serta penulis tertarik untuk
menulis karya tulis ilmiah pada pasien dengan perilaku kekerasan pada klien
dengan inisial Sdr.B dimana pada saat itu klien tampak mondar-mandir, emosi,
masalahnya dengan ibunya, kadang menyendiri dan banyak masalah pada Sdr. B
mengangkat masalah ini dalam membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Studi
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
kekerasan.
kekerasan.
kekerasan.
kekerasan.
C. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis
keperawatan.
2. Bagi Profesi
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
dan optimal.
b. Bagi pendidikan
Ayodya RSJD Surakarta pada tanggal 22 April -24 April 2013. Asuhan
A. Identitas Klien
dapat hasil identitas klien bahwa klien bernama Sdr.B, tinggal di Losari
beragama islam, status belum menikah, tidak bekerja, dari IGD terus dibawa
7
8
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
mengatakan jengkel pada ibunya karena minta motor tidak dibelikan, klien
terlihat emosi, marah. Saat marah klien memukul meja dan bicara
orang lain. Klien sudah 2x ini dirawat di RSJ karena tidak mau minum
obat dan tidak rutin kontrol. Riwayat alasan masuk kurang lebih dua hari
memukuli kakak, emosi marah, bicara dan tertawa sendiri tampak mondar-
2. Faktor Predisposisi
gangguan jiwa dua kali ini, pada saat ini klien dalam pengobatan tidak
berhasil karena tidak mau minum obat dan tidak rutin kontrol. Klien
sudah pernah mondok dua kali sejak satu tahun yang lalu. Keluarga belum
putus sekolah saat kelas satu SMK dan pernah di PHK dalam pekerjaanya.
dialami klien saat ini. Klien tidak pernah mengalami penganiyayaan fisik,
9
kriminal.
3. Faktor Presipitasi
karena merasa kalah bersaing maka klien meminta motor kepada ibunya
4. Pemeriksaan Fisik
mentis. Penilaian terhadap klien terlihat tegang dan gelisah, klien terlihat
mondar – mandir. Tanda – tanda vital klien meliputi tekanan darah klien
badan 170 cm, berat badan 61 kg.Hasil pemeriksaan fisik klien tidak
5. Psikososial
a. Genogram
Perilaku kekerasan
Gambar 1. Genogram
10
Keterangan :
: laki-laki : pasien
bersaudara klien tinggal bersama kakak dan kedua orang tuanya. Klien
keputusan adalah ayah klien karena sampai saat ini ayah klien adalah
b. Konsep Diri
kecacatan. Identitas diri, klien adalah seorang laki-laki dan anak kedua
dari dua bersaudara. Peran diri, klien merasa belum bisa menjalankan
orang tuanya. Ideal diri, klien ingin sembuh dan pulang ke rumah, di
rumah klien ingin bekerja. Harga diri, klien mengatakan malu bila
c. Hubungan Sosial
yang berarti dalam hidupnya adalah ibu. Peran serta dalam kegiatan
d. Spiritual
gangguan jiwanya yang klien alami, klien bingung dan tidak mau
6. Status Mental
cukup, memakai pakaian Rumah Sakit dan mandi 2x sehari, ketika diajak
Aktivitas motorik saat diajak bicara klien terlihat tegang, klien memukul
tidak dibelikan.
12
Alam perasaan klien merasa putus asa karena minta motor baru tidak
dibelikan oleh ibunya. Afek klien stabil apabila diberi stimulus langsung
halusinasi. Proses pikir saat bicara, pembicaraan klien terarah jelas tetapi
ibunya karena minta motor tidak dibelikan. Isi pikir klien mengatakan
kesadaran klien sadar penuh klien dapat mengatakan saat ini klien berada
di RSJD Surakarta. Memori jangka panjang klien masih ingat ketika dulu
pernah sekolah SMK tetapi keluar waktu kelas satu. Memori jangka
pendek klien masih ingat yang membawa klien ke RSJ adalah ibu dan
kakaknya. Daya ingat saat ini klien mengatakan tadi bangun tidur jam
pertanyaan yang diberikan tanpa harus diulang kembali dan klien mampu
dahulu sebelum makan. Daya tilik, klien mengatakan bahwa klien sedang
makan dengan menu nasi sayur lauk dan kadang buah. Klien makan
13
mandi 2x sehari pagi dan sore, memakai sabun shampo dan juga gosok
gigi. Klien bisa berpakaian secara mandiri setiap pagi sesuai dengan baju
yang disiapkan Rumah Sakit. Klien mengatakan kurang lebih tidur 8 jam
dan bangun sekitar jam 05.00 WIB saat siang hari klien jarang tidur. Klien
minum obat secara teratur 2x1 sehari. Ketika klien sudah diijinkan pulang
gangguan jiwa.
8. Mekanisme Koping
karena minta motor tidak dibelikan dan bila klien sedang kesal klien
dalam pendidikannya yaitu keluar sekolah waktu kelas satu SMK dan
Klien mengatakan rutin minum obat dua kali sehari dan tidak ada
dan di dapatkan hasil laboratorium kimia gula darah sewaktu 100 mg/dl dl
(normal < 130 mg/dl), SGOT 15 U/L (normal < 32 u/L), SGPT 24 U/L,
subyektif klien mengatakan jengkel kepada ibunya karena minta motor tidak
dibelikan. Data obyektif klien tampak emosi, marah, memukul meja, mondar-
dan lingkungan
2011) Definisi perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
kekerasan sebagai core problem dan resiko menciderai diri sendiri atau orang
D. Intervensi
Intervensi klien bina hubungan saling percaya dengan memberi salam setiap
klien dan masalah yang dihadapi klien, tunjukkan sikap empati, jujur dan
ini, motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini
akibat tindak kekerasan yang dilakukannya, diri sendiri dapat dijauhi teman
jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah, cara fisik seperti nafas
dalam dan pukul bantal, cara verbal seperti mengungkapkan perasaan, sosial
seperti berkenalan dengan orang lain dan spiritual seperti sembahyang dan doa
Intervensi diskusikan cara yang mungkin dipilih dan dianjurkan klien memiluh
menirukan cara yang sudah di lakukan, beri reinforcement pada klien perbaiki
cara yang belum sempurna, anjurkan klien menggunakan cara yang sudah
dilatihkan.
menjelaskan manfaat minum obat, keinginan tidak minum obat, nama obat
bentuk obat dan warna obat, dosis yang diberikan, efek yang dirasakan klien.
Intervensi jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika
tidak menggunakan obat, jelaskan kepada klien: jenis obat (nama, warna dan
bentuk obat), dosis yang tepat untuk klien, waktu pemakaian, efek yang
dirasakan klien, anjurkan klien: minta dan menggunakan obat tepat wakt, lapor
ke perawat atau dokter jika mengalmi efek yang tidak biasa, beri pujian
E. Implementasi
hari pada tanggal 22-24 april 2013. Pada tanggal 22 april 2013 jam 11.00 WIB
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik satu yaitu tarik nafas dalam.
dengan teknik nafas dalam dan memberi kesempatan kepada klien untuk
mengajarkan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik
mengajarkan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan yang ke-3 yaitu
F. Evaluasi
pelaksanaan satu, implementasi pada hari senin tanggal 22 April 2013 pada jam
kepada Ibunya ingin mengamuk dan memukul, klien mau diajari cara
kooperatif, kontak mata ada, nada suara tinggi, pandangan tajam, klien mau
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, pasien mau diajari cara mengontrol
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara nafas dalam secara mandiri.
pelaksanaan satu (tarik nafas dalam) dan lanjut strategi pelaksanaan dua (pukul
bantal).
Implementasi pada hari selasa tanggal 23 April 2013 jam 11.00 WIB,
mengatakan perasaanya hari ini senang, klien masih ingat cara mengontrol
perilaku kekerasan SP 1 dengan cara tarik nafas dalam, klien mau diajari cara
kooperatif, klien tampak rileks dan tenang, klien masih ingat cara mengontrol
bantal. Analisa klien mampu melakukan cara fisik II mengontrol rasa marah
dengan pukul bantal secara mandiri dan masalah teratasi. Perencanaan evaluasi
verbal.
Implementasi pada hari rabu tanggal 24 April 2013 jam 11.00 WIB,
apabila ingin marah mengontrolnya memilih dengan pukul bantal, klien mau
verbal (bicara baik-baik). Obyektif klien kooperatif, klien tampak rileks dan
tenang, klien masih ingat SP 1 (tarik nafas dalam) SP 2 (pukul bantal), klien
A. Pembahasan
yang terdapat pada konsep dasar (teori) dan studi kasus pada Sdr.B dengan
perilaku kekerasan di ruang Ayodya Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, pada
tanggal 22-23 April 2013 yang dimulai dengan membahas pengkajian, diagnosa
bagian akhir dari penulisan laporan studi kasus ini, penulis akan memberikan
kekerasan.
dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
yang dihadapi oleh seseorang, respon ini dapat meninmbulkan kerugian baik
Tanda Gejala dari Perilaku Kekerasan adalah muka merah atau tegang,
mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
merah atau tegang, postur tubuh kaku, mengatupkan rahang dengan kuat,
24
25
1. Pengkajian
koping dan kumpulan koping yang dimiliki klien. Cara pengkajian berfokus
pada 5 (lima) dimensi yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual
(Stuart dan Sundeen dalam Nurjannah, 2005). Kasus Sdr. B termasuk dari 5
dimensi yaitu dimensi fisik. Menurut teori perilaku kekerasan adalah suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik
maupun psikologis. Perilaku tersebut dapat melukai diri sendiri, orang lain
medis. Data yang penulis kumpulkan sudah mencakup data pengkajian jiwa
faktor presipitasi, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien
sudah terkaji dalam pola koping toleransi stress didalam pola fungsional
gordon.
penampilan dan perilaku klien. Menurut Waber dan Kelley (dalam Nanda,
2012) Pengkajian individu terdiri atas riwayat kesehatan (data subjektif) dan
melakukan pengkajian pada klien Sdr. B yang berupa data subjektif antara
lain bingung, mengamuk, memukuli kakak, emosi marah, bicara dan tertawa
sendiri alasan klien jengkel pada Ibunya dan data objektifnya adalah mondar
jika dirinya merasa terancam, baik berupa injuri secara fisik, psikis, atau
ancaman konsep diri. Sedangkan faktor presipitasi dalam kasus klien adalah
klien meminta motor kepada ibunya tapi tidak dibelikan sehingga klien
marah. Klien mempunyai masa lalu yang tidak menyenangkan adalah putus
perdisposisi klien pernah mengalami gangguan jiwa dua kali sejak satu tahun
yang lalu, pada saat ini klien dalam pengobatan tidak berhasil karena tidak
mau minum obat dan tidak rutin kontrol. Keluarga belum bisa menuruti
tidak sayang dengan klien, klien mengatakan pernah putus sekolah saat kelas
satu SMK dan pernah di PHK dalam pekerjaanya. Tidak ada penolakan dalam
masyarakat dengan gangguan jiwa yang dialami klien saat ini. Klien tidak
27
yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan
tenaga medis, seperti dokter dan apoteker. Mengenai segala sesuatu yang
kepatuhan dalam minum obat. Hal ini merupakan syarat utama tercapainya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa. Sedangkan pada kasus
ibunya karena minta motor tidak dibelikan dan bila klien sedang kesal klien
ingin mengamuk dan memukul. Tetapi yang sering digunakan klien adalah
terjadi 1 tahun terakhir stress adalah klien minta motor kepada ibunya tetapi
orang lain, klien malu bila bertemu dengan tetangganya karena dirinya suka
muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam, mengatupkan
rahang denga kuat, mengepalkan tangan dengan kuat, jalan modar mandir,
bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal
atau fisik, melempar atau memukul benda/orang lain, merusak barang atau
kekerasan pada Sdr. B adalah mata melotot dan bicara keras (membentak).
Bila dibandingkan dengan teori diatas ada beberapa tanda dan gejala perilaku
2. Diagnosa Keperawatan
Pernyataan diagnosa terdiri dari masalah atau respon klien dan satu atau
lebih faktor yang behubungan atau berkonstribusi pasda masalah atau respon
klien. Tanda dan gejala atau batasan karakteristik adalah pengkajian subjektif
fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan
gaduh gelisah yang tidak terkontrol.. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
disebabkan oleh harga diri rendah yang didukung oleh data subyektif, klien
karena malu dengan keadaanya yang pernah dirawat diRSJ, klien mengatakan
30
tetangganya. Kemudian dapat beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan
ibunya kemudian pasien mengamuk dan memukul meja, data obyektif pasien
pohon masalah yang terjadi pada Sdr. B sama dengan teori yang dituliskan
yaitu penyebab dari perilaku kekerasan (core problem) adalah harga diri
rendah sehingga dapat beresiko perilaku menciderai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Hal ini juga berkaitan dengan keadaan pasien yang kurang
sedang marah.
Klien mendapat terapi obat yaitu NOP (Noprenia) 2x2 mg sehari, THP
skizofrenia akut dan kronik, halusinasi, afek tumpul, menarik diri sediaan
obat 2 mg, 0,5 mg, 3 mg. Chlorpromezine adalah golongan anti psikotik yang
31
mengurangi hiperaktif agresif atau obat penenang dan agitasi dengan sediaan
tablet 25 mg, 50 mg, 100 mg, injeksi 25 mg per ml. Trihexsilphenidil untuk
obat anti parkinson dengan sediaan tablet 2 mg, 5 mg, injeksi 25 mg per ml
(ISO, 2011)
3. Rencana Keperawatan
klien tidak dapat melakukan tindakan kekerasan, dan ada sembilan tujuan
khusus yaitu tujuan khusus pertama adalah bina hubungan saling percaya
penyebab perasaan jengkel atau marah dapat diketahui. Tujuan khusus ke tiga
mengetahui tanda-tanda klien jengkel dan mengetahui hal yang dialami dan
32
khusus kedelapan adalah ajarkan kepada keluarga cara merawat klien dengan
yang benar, rasionalnya agar klien dan keluarga dapat mengetahui nama,
jenis, efek samping, dan fungsi obat yang diminum klien, serta meningkatkan
4. Implementasi Keperawatan
tiga hari pada tanggal 22 - 24 April 2013 di bangsal Ayodya, Rumah Sakit
dalam Nurjannah, 2005). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari
33
pasien. Respon klien adalah menjawab salam, menyatakan nama klien dan
klien mengatakan jengkel dengan ibunya, karena minta motor tidak dibelikan.
penulis.
tanda dan gejala, serta akibat perilaku kekerasan, dan mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik 1 nafas dalam (agar pasien lebih rileks dan
ibunya karena minta motor tidak dibelikan, marah, emosi, pandangan tajam
dan nada bicara tinggi (membentak), klien mengatakan perilaku yang sudah
mengontrol marah dengan teknik nafas dalam, klien mengatakan sudah bisa
jadwal harian.
cara fisik 1 : nafas dalam), mengajarkan dan melatih cara mengontrol perilaku
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal (menolak dengan baik atau
5. Evaluasi
Iskandar, 2012).
Hasil evaluasi yang didapat dari Sdr. B adalah data subyektif dan
obyektif antara lain: pasien mengatakan mengamuk dan kesal kepada ibunya
karena minta motor tidak dibelikan, pasien tampak mau berjabat tangan dan
mengontrol marah dengan cara pukul bantal dan pasien tampak mau
spiritual (do’a) dan minum obat secara teratur. Memotivasi pasien untuk
B. Simpulan
1. Pengkajian penulis mengkaji data dari tanggal klien masuk RSJD, identitas
dan data obyektif. Data yang berfokus pengkajian pada kasus adalah pola
koping toleransi stress bahwa klien mengatakan jengkel pada ibunya karena
minta motor tidak dibelikan sehingga klien emosi, marah, memukul meja,
38
problem adalah perilaku kekerasan. Data yang diperoleh dari Sdr. B sesuai
dengan teori yang ada diatas yaitu yang menjadi core problem adalah
mengatakan kesal kepada ibunya karena minta motor tidak dibelikan, pasien
mengatakan jika dirinya marah maka dia mengamuk dan memukul dan data
Prosedur) yang telah ditetapkan ada sembilan tujuan khusus, tetapi yang
sampai tujuan khusus ke tujuh: pasien dapat mengontrol marah agar tidak
ada perilaku kekerasan yang muncul. Tujuan khususnya yaitu pasien dapat
fisik satu yaitu tarik nafas dalam dan mengajarkan mengontrol perilaku
dari marah yang dilakukan, mengajarkan cara mengontrol marah yang benar
5. Evaluasi yang didapat dari Sdr. B adalah data subyektif dan obyektif antara
lain: pasien mengatakan kesal dan marah kepada ibunya karena minta motor
tangan dan membina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak
cara mengontrol marah dengan cara pukul bantal dan pasien tampak mau
mempraktekannya.
C. Saran
1. Bagi Pendidikan
2. Bagi Keluarga
secara rutin dan untuk melakukan kunjungan satu minggu sekali agar pasien
cepat sembuh.
41
3. Bagi Perawat
membina hubungan saling percaya dengan perawat dan lebih sabar dalam
Direja, Ade Herman Surya, 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta. Penerbit Buku Nuha Medika.
Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik, edisi 3. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Isnaeni, 2008. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas dalam Terhadap Tingkat Emosi
Klien Perilaku Kekerasan,
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/v
iew/68 diakses pada tanggal 2 Mei 2013.
Kelliat Budi A & Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Nanda. 2012. Definisi Dan Klasifikasi. Penerbit Buku: Prima Medika. Jakarta.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, volume 1, edisi 4.
EGC: Jakarta.
Nurjannah, Intansari. 2005. Aplikasi Proses Keperawatan. Yogyakarta : Penerbit
Buku MocoMedika.
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Yosep, Iyus. 2010. Buku Keperawatan Jiwa. Bandung. Penerbit Buku PT Refika
Aditama.