Anda di halaman 1dari 5

Perubahan Sosial dan Kebudayaan

Perubahan sosial adalah perubahan signifikan dalam pola perilaku dan budaya
dari waktu ke waktu, termasuk norma dan nilai. Salah satu perubahan kebudayaan
disebabkan oleh perubahan lingkungan yang menuntut perubahan secara adaptif.
Perubahan bisa terjadi secara kebetulan, direncanakan atau karena adanya kontak
dengan unsur kebudayaan lain.
Apapun sebabnya, perubahan kebudayaan dapat berasal dalam diri masyarakat
atau dari luar masyarakat. Berdasarkan aspek waktu, perubahan kebudayaan ada
yang berlangsung sangat lamban dan membutuhkan waktu yang sangat lama,
namun ada yang begitu cepat dan butuh waktu yang singkat. Akibat dari setiap
perubahan kebudayaan diantaranya, hilangnya unsur – unsur kebudayaan yang
pernah ada, dipertahankannya unsur – unsur kebudayaan dan terjadinya proses
adaptasi dengan unsur kebudayaan yang baru.
Perubahan kebudayaan dapat melalui sebuah proses yang cukup panjang dan lama
yang disebut evolusi sosial. Menurut Parsons (1966), struktur setiap masyarakat
adalah hasil sejarah dari siklus perubahan yang berulang tapi progresif.

A. Siklus perubahan kebudayaan terdiri dari empat proses, yaitu :


1. Diferensiasi
Suatu kolektivitas atau kelompok yang terbagi atas dua struktur suatu proses
pembagian dua (binary).
2. Perbaikan adaptif
Merupakan hasil dari diferensiasi yang bersifat evolusioner. Masyarakat
menjalankan kontrol yang lebih besar atas lingkungannya karena setiap
kolektivitas dapat berfungsi lebih baik dalam spesialisasinya daripada
sebelum diferensiasi itu terjadi.
3. Integrasi
Penyatuan dua atau lebih unsur sosial menjadi satu kesatuan utuh yang
dapat diterima dengan baik. Tujuannya adalah untuk melakukan
pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial serta untuk
menyatukan unsur – unsur sosial yang berbeda dalam masyarakat.
4. Generalisasi
Struktur baru yang memisahkan dari matriks yang terorganisasi secara lebih
difusi dibawah dalam makna system nilai masyarakat dan membuatnya
absah. Nilai – nilai tersebut diterapkan kepada kolektivitas baru, yang
ditafsirkan sebagai spesifikasi dari nilai – nilai tersebut.

B. Mekanisme Perubahan Kebudayaan


Selain melalui siklus tersebut, mekanisme atau perubahan kebudayaan dapat
terjadi karena empat hal. Yaitu :
1. Penemuan Baru (invention)
Mengacu pada penemuan cara kerja, alat atau prinsip baru oleh seorang
individu yang kemudian diterima oleh orang lain dan dengan demikian
menjadi milik masyarakat.
2. Difusi (diffusion)
Difusi kebudayaan adalah penyebaran adat atau kebiasaan dari kebudayaan
satu ke kebudayaan yang lain. Proses difusi kebudayaan dikarenakan oleh
beberapa sebab, diantaranya adanya proses migrasi oleh kelompok –
kelompok manusia, adanya individu – individu yang membawa unsur –
unsur kebudayaan ke dalam masyarakat serta adanya pertemua antara
individu – individu dalam suatu kelompok manusia.
3. Hilangnya Unsur Kebudayaan
Sebagai akibat dari adanya penemuan baru dan proses akulturasi budaya,
akumulasi berbagai inovasi menyebabkan adanya penambahan unsur-unsur
baru pada unsur-unsur yang lama atau ada juga unsur yang lama hilang tidak
tergantikan.

C. Akulturasi
Akulturasi budaya terjadi apabila terdapat pertemuan individu – individu dari
kelompok budaya yang berbeda dan saling berhubungan secara intensif,
sehingga menimbulkan perubahan – perubahan besar pada pola kebudayaan
dari salah satu atau kedua kebudayaan yang bersangkutan. Ahli antropolgi
menggunakan istilah – istilah berikut untuk menguraikan apa yang terjadi
dalam akulturasi.
 Substitusi, dimana unsur atau kompleks unsur-unsur kebudayaan yang ada
sebelumnya diganti oleh yang memenuhi fungsinya, yang melibatkan
perubahan structural yang hanya kecil sekali.
 Sinkretisme, dimana unsur-unsur lama bercampur dengan unsur yang baru
dan membentuk sebuah system baru, kemungkinan besar dengan perubahan
kebudayaan yang berarti.
 Addition, dimana unsur atau kompleks unsur-unsur baru ditambahkan pada
yang lama. Disini dapat terjadi atau tidak terjadi perubahan structural.
 Dekulturasi, dimana bagian substansial sebuah kebudayaan mungkin hilang.
 Origination, adalah unsur baru untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru
yang timbul karena perubahan situasi
 Rejection, dimana perubahan mungkin terjadi begitu cepat, sehingga
sejumlah besar orang tidak dapat menerimanya. Ini dapat menimbulkan
penolakan sama sekali, pemberontakan atau gerakan kebangkitan.

Sebagai akibat dari salah satu atau beberapa proses tersebut, akulturasi dapat
terjadi melalui beberapa cara :
 Asimilasi, yaitu percampuran terjadi apabila dua kebudayaan kehilangan
identitas masing-masing dan menjadi satu kebudayaan.
 Inkorporasi, terjadi apabila sebuah kebudayaan kehilangan otonominya,
tetapi tetap memiliki indentitas sebagai sub-kultur, seperti kasta, kelas atau
kelompok etnis. Inkorporasi terjadi pada daerah yang takluk atau terdapat
perbudakan.
 Ekstinksi atau kepunahan adalah gejala dimana sebuah kebudayan
kehilangan orang-orang yang menjadi anggotanya sehingga tidak berfungsi
lagi dan dimana anggotanya punah karena mati atau bergabung dengan
kebudayaan lain (Haviland, 1988:263).
D. Perubahan Kebudayaan secara Paksa
Bentuk-bentuk perubahan kebudayaan secara paksa adalah kolonialisme dan
penaklukan, pemberontakan dan revolusi. Kolonialisme dan penaklukan
biasanya ditandai oleh kemenangan militer negara penjajah/penakluk dan
pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke tangan kolonial/penakluk.
Tidak mengherankan jika unsur-unsur budaya negara penjajah sampai sekarang
masih ditemukan dan diterapkan di negara-negara bekas jajahan. Unsur-unsur
bahasa, agama, sistem politik negara kolonial dapat ditemukan di negara bekas
jajahannya.
Sedangkan pemberontakan dan revolusi berasal dari dalam masyarakat itu
sendiri. Pemberontakan dan revolusi muncul karena kondisi-kondisi yang
dianggap kurang menguntungkan bagi sebagian besar masyarakat. Kondisi
yang dimaksud bisa berupa ketidakadilan dalam distribusi (kekayaan/material
dan kekuasaan), munculnya perasaan benci pada kelompok yang dianggap
sebagai penindas dan hilangnya kepercayaan penguasa.
Menurut Haviland (1988:268) terdapat lima kondisi sebagai pencetus
pemberontakan dan revolusi, yaitu :
1. Hilangnya kewibawaan pejabat-pejabat yang kedudukannya mantap
2. Bahaya terhadap kemajuan ekonomi yang baru dicapai mengalami
kesulitan yang tidak terduga
3. Ketidaktegasan pemerintah, seperti kebijaksanaan yang tidak konsisten
4. Hilangnya dukungan dari kelas cendekiwan, menyebabkan pemerintah
kehilangan dukungan falsafahnya serta kehilangan popularitas di
lingkungan cendekiawan.
5. Pemimpin atau kelompok pemimpin yang memiliki kharisma cukup besar
untuk menggerakkan sebagian besar rakyat, melawan pemerintah.

E. Modernisasi
Proses perubahan kebudayaan yang lainnya adalah melalui modernisasi.
Modernisasi merupakan proses perubahan kultural dan sosio-ekonomis dimana
masyarakat-masyarakat sedang berkembang memperoleh sebagian
karakteristik dari masyarakat industri barat. Satu kata yang perlu dicermati
dalam definisi modernisasi adalah penggunaan kata masyarakat industry. Ini
menunjukan bahwa proses modernisasi adalah sebuah proses perubahan
kebudayaan dari tradisional menuju modern. Sebab, kata industry identic
dengan modern. Jika ini yang dipakai, maka modernisasi tidak identic dengan
westernisasi. Modernisasi lebih mengarah pada perubahan kultural yang
meliputi sosio-ekonomi-politik, sementara westernisasi lebih mengarah pada
gaya hidup (life style).

Anda mungkin juga menyukai