Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses penuaan (aging process) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan–lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita. Menua
bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Setiap individu mengalami proses penuaan (aging process) pada organ
tuubuh yang berbeda-beda. proses penuaan terbagi menjadi dua yaitu penuaan
primer dan sekunder. Penuaan primer adalah proses oleh seluruh tubuh yang
sifatnya bertahap, tidak terhindarkan, dan umum dialami manusia. Penuaan
sekunder mengarah pada proses yang mempengaruhi tingkat penuaan primer,
sebagai akibat dari suatu kondisi penyakit diantaranya pemaparan lingkungan
fisik yang tidak sehat, dan penyalahgunaan yang termasuk di dalam kontrol
manusia seperti stres ditempat kerja, paparan racun dari lingkungan
(Widyanto, 2014).
Berdasarkan data Susenas 2014, jumlah rumah tangga lansia sebanyak
16,08 juta rumah tangga atau 24,50 persen dari seluruh rumah tangga di
Indonesia. Rumah tangga lansia adalah yang minimal salah satu anggota
rumah tangganya berumur 60 tahun ke atas. Jumlah lansia di Indonesia
mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari seluruh penduduk
Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia perempuan lebih besar daripada laki-
laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki
dengan jumlah lansia yang tinggal di perdesaan sebanyak 10,87 juta jiwa
lebih banyak daripada lansia yang tinggal di perkotaan sebanyak 9,37 juta
jiwa (Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2014). Populasi Lansia di Kota
Malang termasuk cukup tinggi. Menurut hasil sesnsus tahun 2010, jumlah
Lansia umur >60 tahun mencapai 8,5%. Persentase tersebut lebih tinggi
dibanding persentase nasional yang hanya mencapai 7,6%. Hal tersebut
terjadi karena dipengaruhi dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup,
dimana usia harapan hidup di Kota Malang sudah mencapai 65 tahun
(Suriastini N, dkk. 2012)
Lanjut usia atau lansia merupakan individu yang berada dalam
tahapan usia late adulthood atau yang dimaksud dengan tahapan usia dewasa
akhir, dengan kisaran usia 60 tahun keatas (Puteh, 2015). Menurut Widyanto
(2014), lansia sering mengalami perubahan- perubahan pada fungsi kognitif,
psikososial, dan biologis. Perubahan fungsi berupa fungsi kognitif pada lansia
seperti perubahan daya ingat, perubahan fungsi intelektual, dan perubahan
kemampuan untuk belajar. Perubahan fungsi psikososial, perubahan ini lebih
berdampak pada kepuasan hidup lansia. Penurunan fungsi lima panca indera,
perubahan sistem muskulosekeletal seperti penurunan massa otot pada lansia,
perubahan penuaan pada otak, perubahan pola tidur dan perubahan sistem
neurologis seperti dimensia, delirium, dan stroke. Seiring dengan
bertambahnya usia, kualitas tidur pada kebanyakan lansia cenderung berubah,
episode tidur dengan pergerakan mata yang cepat atau disebut REM (Rapid
eye Movement) cenderung memendek. Terdapat penurunan progresif pada
tahap tidur dengan pergerakan mata yang tidak cepat atau NREM (Non Rapid
eye Movement) 3 dan 4, atau tidur yang dalam. Seorang lansia yang terbangun
lebih sering pada malam hari dan membutuhkan banyak waktu untuk tertidur
(Dariah, 2015).
Terapi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia
dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan pemberian terapi
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi meliputi obat anti
ansietas dan obat anti depresi yang sesuai dari advis dokter, sedangkan untuk
terapi non farmakologi meliputi terapi pembatasan tidur, terapi control
stimulus, terapi pencatatan waktu tidur (sleep diary), serta terapi
komplementer meliputi pengobatan herbal, terapi teknik relaksasi (progresif,
meditasi, yoga, hipnotis), pijat refleksi, terapi medan magnet, serta terapi
bekam dan akupuntur (Firdaus, 2011). Salah satu terapi komplementer yang
diterapkan dalam penelitian ini untuk meningkatkan kualitas tidur lansia
adalah terapi pijat refleksi. Berdasarkan hasil penelitian Nugroho (2012),
efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi terhadap penurunaan tekanan
darah pada pasien hipertensi di dapatkan hasil bahwa pijat refleksi kaki dapat
menurunkan tekanan darah, dari 60 responden di dapat nilai penurunan
tekanan darah systole sebesar 23,5 mmHg dan diastole sebesar 8,42 mmHg
dan terdapat perbedaan keefektifan pengaruh pijat refleksi kaki dan
hipnoterapi terhadap penurunan tekanan darah, hal ini terbukti dengan
didapatkannya nilai signifikasi (p) < 0,05.
Pijat refleksi merupakan suatu teknik yang dapat memperlancar
peredaran darah, memberikan rasa rileks pada tubuh, menghilangkan stress,
menghilangkan rasa lelah dan letih, dengan melakukan tekanan pada titik
tertentu. Ketika jaringan otot kontraksi saat masase akan membuat sistem
saraf disekitar area dimasase juga ikut tertekan dan jaringan otot rileks maka
saraf juga akan teregang, sehingga meningkatkan aktivitas parasimpatis untuk
mengeluarkan neurotransmitter seperti hormon endorphin, serotonin,
asetilkolin. Melalui respon yang dihasilkan oleh otak : peningkatan level
serotonin dapat mengurangi efek psikis dari stress dan mengurangi efek psiko
seperti hipertensi, hormon yang dikeluarkan medula adrenal pada massa
stress yaitu norepineprin dan epineprin yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal
dalam darah dapat meningkatkan respon “fight and fight” (Aziz M. 2013)
Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “pengaruh terapi pijat refleksi terhadap kualitas tidur
pada lansia di Panti Griya Asih Lawang”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
“Adakah Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia
Di Panti Griya Asih Lawang?”.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi pijat
refleksi terhadap kualitas tidur pada lansia di Panti Griya Asih Lawang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kualitas tidur lansia di panti Griya Asih Lawang
sebelum diberikan terapi relaksasi otot progresif
2. Mengidentifikasi kualitas tidur lansia di panti Griya Asih Lawang
sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif
3. Menganalisis pengaruh terapi pijat refleksi terhadap kualitas tidur
pada lansia di Panti Griya Asih Lawang sebelum dan sesudah di
berikan terapi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang
Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia
1.4.2 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian serta dapat mengetahui tentang Pengaruh Terapi Pijat
Refleksi Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi dan bahan informasi bagi pelayan
kesehatan untuk memberikan terapi pijat refleksi terhadap kualitas tidur
pada lansia
1.4.4 Bagi Instansi Kesehatan
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan suatu program dalam
meningkatkan pemberian terapi pijat refleksi terhadap kualitas tidur
pada lansia.
1.4.5 Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan para pembaca terhadap pengaruh terapi
pijat refleksi terhadap kualitas tidur pada lansia dan dapat menerapkan
terapi pijat refleksi ini untuk membantu meningkatkan kualitas tidur
lansia.

Anda mungkin juga menyukai