Anda di halaman 1dari 15

NAMA : VIO DWI SAFITRI

NIM : P2.06.37.1.16.036

PENANGGULANGAN MALPRAKTEK YANG


DILAKUKAN OLEH TENAGA KESEHATAN
(Studi di Wilayah Bandar Lampung)

(Jurnal)

Oleh
Vera Polina Br Ginting
1312011336

BAGIAN HUKUM PIDANA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
PENANGGULANGAN MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH
TENAGA KESEHATAN
(Studi di Wilayah Bandar Lampung)

Oleh

Vera Polina Br Ginting, Sunarto, Tri Andrisman


(vera96ginting@gmail.com)

Abstrak

Kesehatan merupakan salah satu hal penting dan mutlak dibutuhkan oleh siapa saja,
tanpa melihat status maupun derajat seseorang. Upaya peningkatan kualitas hidup
manusia di bidang kesehatan merupakan suatu usaha yang sangat luas dan
menyeluruh. Keberadaan hukum kesehatan membawa pengaruh yang sangat besar
terhadap pembangunan, khususnya di bidang kesehatan. Sorotan masyarakat yang
cukup tajam atas jasa pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan, khususnya dengan
terjadinya berbagai kasus yang menyebabkan ketidakpuasan masyarakat
memunculkan isu adanya dugaan malpraktek medis. Adapun permasalahan yang
diteliti adalah bagaimanakah penanggulangan malpraktek yang dilakukan oleh
Tenaga Kesehatan dan apakah faktor penghambat penanggulangan yang dilakukan
oleh Tenaga Kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian, penanggulangan malpraktek
dilakukan melalui 2 upaya yaitu upaya penal, dilakukan secara represif (penegakan
hukum) yang diawali dengan pemberitahuan melalui broadcast adanya dugaan
malpraktek. Sedangkan MKEK mengupayakan mediasi setelah menerima pengaduan
dan mendapat klarifikasi dalam penanganan malpraktek dan upaya non penal yang
dilakukan oleh MKEK yang bekerjasama dengan IDI adalah dengan cara melakukan
pemberian pembekalan baik secara etik maupun disiplin kepada setiap tenaga
kesehatan. Terdapat faktor penghambat dalam penanggulangan malpraktek diataranya
faktor perundang-undangan, faktor penegak hukum, dan faktor masyarakat.

Kata Kunci : Penanggulangan, Malpraktek, Tenaga Kesehatan


THE PREVENTION OF MALPRACTICE PERFORMED BY HEALTH
PERSONNEL (A Study in Region of Bandar Lampung)

By
Vera Polina Br Ginting, Sunarto, Tri Andrisman
(vera96ginting@gmail.com)

Abstract

Health is one of the most important and essential thing needed by everyone,
regardless the social status or the degree of a person. The efforts to improve the
quality of health sector is a very extensive and thorough bussiness. The existence of
health lawsuit has brought an enormous influence on nation's development,
particularly in health sector. The society who has put a serious concern on health
service issues committed by health personnel, particularly with the various cases that
cause public discontent, has raised the issue of the alleged medical malpractice. The
problems in this research are formulated as follows: how is the prevention of
malpractice committed by health personnel and what are the inhibiting factors in the
prevention of malpractice committed by health personnel? The result of the research
showed that the prevention of medical practice has been carried out in two measures;
first, the penal measure which was carried out through repressive effort (law
enforcement), that was the notifications via broadcast regarding the alleged
malpractice. While the Medical Ethics Council (MKEK) provided a mediation after
receiving complaints and to obtain clarification in the handling of malpractice;
second, the non-penal efforts was undertaken by Medical Etics Council in
cooperation with Indonesian Doctors Association (IDI) to outreach the health
personnel regarding the ethics and discipline of the profession. There were several
inhibitung factors in the prevention of malpractice lawsuit, included: constitution
factor, law enforcers, and community factors.

Keywords: Prevention, Malpractice, Health Personnel


1

I. PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945


mengamanatkan bahwa kesehatan
Hukum merupakan subsistem dalam adalah merupakan hak asasi manusia.
masyarakat, oleh karenanya pekerjaan Pada pasal 28 H dinyatakan bahwa
hukum dan hasil-hasilnya bukan setiap orang berhak hidup sejahtera
semata-mata urusan hukum melainkan lahir dan batin, bertempat tinggal dan
bagian dari proses masyarakat.1 mendapatkan lingkungan hidup yang
Didalam kriminologi dikenal adanya baik dan sehat serta berhak
beberapa teori yang dapat memperoleh pelayanan kesehatan.
dipergunakan untuk menganalisis Selanjutnya pada pasal 34 ayat 3
permasalahan-permasalahan yang dinyatakan bahwa negara bertanggung
berkaitan dengan kejahatan. Teori- jawab atas penyediaan fasilitas
teori tersebut pada hakekatnya pelayanan kesehatan dan fasilitas
berusaha untuk mengkaji dan pelayanan umum yang layak. Hal
menjelaskan hal-hal yang berkaitan tersebut menunjukkan bahwa
dengan penjahat dan kejahatannya. pemerintah berkewajiban untuk
Namun dalam menjelaskan hal menyehatkan yang sakit dan berupaya
tersebut tentu terdapat hal-hal yang mempertahankan yang sehat untuk
berbeda antara satu teori dengan teori tetap sehat.
lainnya. Masalah hal kejahatan
bukanlah hal yang baru, meskipun Istilah Malpraktek dalam kehidupan
tempat dan waktunya berlainan tetapi masyarakat saat ini, yaitu kelalaian
tetap saja modusnya dinilai sama. profesional karena tindakan atau
Kejahatan dapat terjadi dalam hal apa kealpaan oleh pihak penyedia jasa
saja bahkan dapat terjadi dibidang kesehatan, sehingga perawatan yang
kesehatan. diberikan tidak sesuai dengan
prosedur standar medis (SOP)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan sehingga mengakibatkan kondisi
teknologi semakin pesat demikian pula medis yang memburuk, atau kematian
penerapannya yang berpengaruh pada seorang pasien. Sorotan masyarakat
kemajuan pelayanan kesehatan. Para yang cukup tajam atas jasa pelayanan
ilmuwan melakukan berbagai kesehatan oleh tenaga kesehatan,
penelitian yang sangat berani, tetapi khususnya dengan terjadinya
juga sangat menakutkan. Masyarakat berbagai kasus yang menyebabkan
pun semakin kitis dalam memandang ketidakpuasan masyarakat
masalah yang ada, termasuk pelayanan memunculkan isu adanya dugaan
yang diberikan dalam bidang malpraktek medis yang secara tidak
kesehatan. Masyarakat kini menuntut langsung dikaji dari aspek hukum
agar tenaga kesehatan memberikan dalam pelayanan kesehatan.
pelayanan yang lebih baik.2

1
Satjipto Raharjo,1991, Ilmu Hukum, Bandung,
PT. Citra Aditya Bhakti, hlm.16 2Ratna Suprapti
Samil, Etika Kedokteran Indonesia, Jakarta,
Tridasa Printer, 2001,hlm.5
2

Tindak pidana merupakan salah satu kesehatan agar dapat menghasilkan


istilah untuk menggambarkan suatu lulusan yang mampu memberikan
perbuatan yang dapat dipidana. Selain pelayanan yang berkualitas dan dapat
istilah tindak pidana, terdapat juga berperan sebagai tenaga kesehatan
istilah perbuatan pidana, pelanggaran professional. Permasalahan yang
pidana, maupun perbuatan yang dihadapi saat ini ialah semakin
dilakukan seseorang dangan banyaknya tenaga kesehatan yang
kesalahan dan dapat lalai dalam melaksanakan
dipertanggungjawabkan adanya suatu kewajibannya yang menimbulkan
tindak pidana tidak dapat terlepas dari kerugian terhadap orang lain,
akibat yang ditimbulkan tindakan sehingga memungkinkannya muncul
tersebut. Seperti halnya malpraktek tenaga kesehatan yang tidak
yang dilakukan tenaga kesehatan, berkompeten. dr Asep Sukohar selaku
yang merupakan suatu kelalaian yang ketua Ikatan Dokter Indonesia
dapat mengacu terjadinya malpraktek, wilayah Lampung mengatakan bahwa
sehingga terdapat berbagai hukum dalam satu tahun dapat terjadi 2
yang mengatur cara penanganan dan sampai 4 dugaan malprakek di daerah
hukuman yang diberikan bagi pelaku Bandar Lampung. Salah satu kasus
kejahatan malpraktek yang dilakukan kelalaian tenaga kesehatan yang
oleh Tenaga Kesehatan seperti yang terjadi di tahun 2016 adalah kelalaian
tercantum dalam pasal 84 UU No. 36 yang terjadi di salah satu rumah sakit
tahun 2014 Tentang Tenaga yang di daerah Pringsewu, Bandar
Kesehatan. Lampung pada awal bulan April lalu,
dugaan malpraktek yang
Undang-Undang Nomor 36 Tahun menyebabkan 3 orang pasien
2014 tentang Tenaga Kesehatan meninggal dunia setelah
menyebutkan bahwa Tenaga dilakukannya operasi di hari yang
Kesehatan adalah setiap orang yang sama.3 Pada pertengahan bulan
mengabdikan diri dalam bidang Oktober lalu kasus tersebut telah di
kesehatan serta memiliki pengetahuan SP3 oleh Penyidik Polda Lampung,
dan atau keterampilan melalui dikarenakan kurangnya bukti yang
pendidikan di bidang kesehatan yang mengarah malpraktek. Walaupun
untuk jenis tertentu memerlukan sudah ditetapkan SP3 oleh penyidik
kewenangan untuk melakukan upaya tetapi keluarga salah satu korban
kesehatan. Dalam UU No. 36 tahun berupaya melakukan Praperadilan
2014 dikualifikasikan juga bahwa terhadap kasus ini.4 Selain kasus
Tenaga Kesehatan minimum Diploma diatas, pada bulan Oktober 2016 lalu
Tiga, kecuali tenaga medis.
3http://www.harianpilar.com/2016/04/08/pol

da-selidiki-kasus-malpraktek-rs-mitra-husada/.
Mengingat besarnya tanggung jawab Diakses pada tanggal 22 Juni 2016. Pukul 19.10
dan beban kerja tenaga kesehatan Wib
4http://www.lenteraswaralampung.com/berit
dalam melayani masyarakat,
pemerintah telah mengupayakan a-4208-wow-kasus-malpraktek-rs-mitra-husada-
dihentikan.html.Diakses pada tanggal 28
pendidikan bagi setiap tenaga Desember 2016. Pukul 10.07 Wib
3

kembali terjadi dugaan malpraktek di yuridis empiris. Pendekatan yuridis


salah satu Rumah Sakit di Bandar normatif yaitu pendekatan dengan
Lampung yang menyebabkan salah menelaah asas-asas hukum,
seorang pasien yang melakukan cuci pandangan ,dan lain-lain. Pendekatan
darah di Rumah Sakit tersebut yuridis empiris yaitu mempelajari
meninggal karena mesin cuci darah hukum berdasarkan fakta yang ada.
yang tiba-tiba mati karena padam Narasumber dalam penelitian ini yaitu
listrik.5 Dengan adanya kelalaian atau Penyidik Polda Lampung, Ketua
malpraktek yang dilakukan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran,
tenaga kesehatan, maka perlu upaya Dosen Bagian Hukum Perdata
untuk menanggulangi agar dugaan Fakultas Hukum Universitas
malpraktek tersebut tidak terulang Lampung.
lagi. Upaya penanggulangan tindakan
malpraktek ini dapat dilakukan oleh
semua pihak yang terlibat, seperti II. HASIL PENELITIAN DAN
Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan PEMBAHASAN
(MDTK), Ikatan Dokter Indonesia,
yang bertugas menentukan ada atau A. Penanggulangan Malpraktek
tidaknya kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh Tenaga
dokter maupun tenaga kesehatan Kesehatan
dalam menjalankan tanggung jawab
profesinya. Serta kepolisian selaku Setiap tindak pidana selalu terdapat
penegak hukum yang bertugas unsur sifat melawan hukum. Pada
menyelidik dan menyidik semua sebagian kecil tindak pidana sifat
tindak pidana sesuai hukum acara melawan hukum dicantumkan secara
pidana dan peraturan perundang- tegas dalam rumusan, tetapi pada
undangan lainnya. sebagian larangan berbuat, maka
setiap tindak pidana mengandung
Permasalahan yang akan dibahas unsur sifat melawan hukum. Bagi
dalam penelitian ini adalah tindak pidana yang tidak
bagaimana penanggulangan mencantumkan unsur sifat melawan
malpraktek yang dilakukan oleh hukum dalam rumusannya, unsur
Tenaga Kesehatan dan faktor tersebut terdapat secara terselubung
penghambat penanggulangan yang pada unsur-unsur yang lain. Bisa
dilakukan oleh Tenaga Kesehatan. melekat pada unsur perbuatan, objek
perbuatan, akibat perbuatan atau unsur
Pendekatan yang dipakai dalam keadaan yang menyertainya.6
penelitian ini yaitu melalui
pendekatan yuridis normatif dan Kasus-kasus malpraktek seperti
gunung es hanya sedikit yang muncul
dipermukaan. Ada banyak tindakan
5http://beritacenter.com/news-143635-rs-
bumi-waras-dilaporkan-ke-polda-lampung-
karena-pasien-cuci-darah-tewas.html.Diakses 6
Komariah, Emong Sapadjaja, 2002, Ajaran
pada tanggal 28 Desember 2016. Pukul 10.20 Sifat Melawan Hukum Materiel dalam Hukum
Wib Pidana Indonesia, Bandung, Alumni, hlm.23
4

dan pelayanan medik yang dilakukan seolah-olah sebagai Tenaga Kesehatan


dokter atau tenaga medis lainnya yang yang telah memiiki izin sebagaimana
berpotensi merupakan malpraktek dimaksud dalam pasal 64 dipidana
yang dilaporkan masyarakat tapi tidak dengan pidana penjara paling lama 5
diselesaikan secara hukum. Bagi (lima) tahun.
masyarakat hal ini sepertinya
menunjukkan bahwa para penegak Pasal 84 ayat (1) “Setiap Tenaga
hukum tidak berpihak pada pasien Kesehatan yang melakukan kelalaian
terutama masyarakat kecil yang berat yang mengakibatkan Penerima
kedudukannya tentu tidak setara Pelayan Kesehatan luka berat dipidana
dengan tenaga medis. dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun”
Secara umum letak sifat melawan
hukum malpraktek dibidang kesehatan Pasal 84 ayat (2) “Jika kelalaian berat
terletak pada dilangarnya kepercayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
atau amanah pasien dalam kontrak mengakibatkan kematian, setiap
terapeutik. Kepercayaan atau amanah Tenaga Kesehatan dipidana dengan
tersebut adalah kewajiban tenaga pidana penjara paling lama 5 (lima)
kesehatan untuk berbuat sesuatu tahun”
dengan sebaik-baiknya, secermat-
cermatnya, penuh kehati-hatian, tidak Undang-undang kesehatan
berbuat ceroboh, berbuat yang diwujudkan dalam rangka
seharusnya diperbuat dan tidak memberikan kapastian hukum dan
berbuat apa yang seharusnya tidak perlindungan hukum untuk
diperbuat. Secara khusus latak sifat meningkatkan, mengarahkan dan
melawan hukum perbuatan memberika dasar bagi pembangunan
malpraktek tidak selalu sama, kesehatan. Seorang dokter yang
bergantung pada kasus, terutama mengakibatkan kerugian bagi pasien
syarat yang menjadi penyebab akibat kelalaian dokter tersebut dalam
timbulnya malpraktek. Faktor sebab melakukan perawatan baik langsung
dalam kasus malpraktek selalu ada, maupun tidak langsung dapat
yaitu timbulnya akibat yang dimintakan pertangggungjawaban
merugikan kesehatan atau nyawa pidana. Dalam Pasal 58 ayat (1)
pasien.7 Undang-undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan mengatur
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang hak korban yaitu:
tentang Tenaga Kesehatan juga “ Setiap orang berhak menuntut ganti
membahas tentang ketentuan pidana rugi terhadap seseorang, tenaga
untuk kasus malpraktek yaitu: kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan
Pasal 83 “setiap orang yang bukan kerugian akibat kesalahan atau
Tenaga Kesehatan melakukan praktik kelalaian dalam pelayanan kesehtan
yang diterimanya”
7
Adami, Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana.
Bagian 1. Jakarta, 2010, hlm. 22
5

Usaha dan kebijakan untuk membuat kesehatan yang untuk jenis tertentu
peraturan hukum pidana yang baik, memerlukan kewenangan untuk
pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan melakukan upaya kesehatan”
dari tujuan penanggulangan kejahatan.
Jadi kebijakan atau politik hukum Penanggulangan malpraktek dapat
pidana juga merupakan bagian dari dilakukan melalui 2 upaya yaitu:
politik kriminal. Dengan kata lain,
dilihat dari sudut politik kriminal, 1. Upaya Penal
maka politik hukum pidana identik
dengan pengertian kebijakan Upaya penal merupakan
penanggulangan kejahatan dengan penanggulangan suatu kejahatan
hukum pidana. Di samping itu, usaha dengan menggunakan hukum pidana
penanggulangan kejahatan lewat yang didalamnya terdapat dua masalah
pembuatan undang-undang (hukum) sentral, yaitu perbuatan apa yang
pidana pada hakikatnya juga seharusnya dijadikan tindak pidana
merupakan bagian integral dari usaha dan sanksi apa yang sebaiknya
perlindungan masyarakat (social digunakan atau dikenakan pada
welfare). Oleh karena itu, kebijakan pelanggar.8 Berdsarkan pendapat Devi
atau politik hukum pidana juga Puspa Sari maka diketahui upaya penal
merupakan bagian integral dari yang dilakukan oleh Polda Lampung
kebijakan atau politik sosial (social dalam menanggulangi dugaan
policy). malpraktek dilakukan secara represif
(penegakan hukum) berdasarkan tugas
Perbuatan malpraktek yang dilakukan di bidang penyelidikan dan penyidikan
oleh Tenaga Kesehatan dalam hal ini tindak pidana.
dapat dikategorikan termasuk
kejahatan, karena sudah memiliki Polda Lampung memiliki unit khusus
unsur merugikan, terutama merugikan untuk melakukan upaya ini, yaitu
pasien. Berbicara mengenai Reskrimsus bagian Kasubdit IV yang
malpraktek, menurut M. Fakih yang bertugas melakukan penindakan dan
pada umumnya melakukan malpaktek penyidikan terhadap kasus dugaan
itu ialah dokter dan dokter gigi selaku malpraktek dalam rangka penegakan
tenaga medis. Tenaga medis juga hukum.
termasuk ke dalam kategori tenaga
kesehatan. Berdasarkan wawancara dengan Devi
Puspa Sari menerangkan penyelidikan
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang yang dilakukan terkait kasus dugaan
Nomor 36 Tahun 2014 tentang malpraktek diawali dengan
Tenaga Kesehatan menyatakan pemberitaan melalui broadcast adanya
pegertian tenaga kesehatan yaitu: dugaan malpraktek, karena sebagian

“setiap orang yang mengabdikan diri 8


dalam bidang kesehatan serta memiliki Barda Nawawi Arif. Masalah Penegakan
Hukum dan KebijakanHukum Pidana dalam
pengetahuan dan atau keterampilan Penanggulangan Kejahatan. Kencana, Jakarta,
melalui pendidikan di bidang 2008,hlm. 12.
6

besar dalam kasus dugaan malpraktek berikut ini adalah prosedur yang
tidak adanya laporan dari keluarga dilakukan MKEK:
korban. Seperti yang terjadi dalam
kasus dugaan malpraktek di salah satu 1. Menerima Pengaduan
rumah sakit wilayah lampung yang Melalui IDI Cabang/Wilayah/Pusat
saat ini sudah SP3 (Surat Penghentian atau langsung ke MKEK
Penyidikan Perkara). Alasan mengapa Cabang/Wilayah/Pusat, sesuai tempat
kasus tersebut dijatuhan SP3 yaitu kejadian perkara kasus aduan tersebut.
dikarenakan kurangnya bukti yang Apabila menerima aduan secara
mendukung sehingga penyidik Polda tertulis maka harus memenuhi syarat
Lampung menghentikan proses sebagai berikut:
penyidikan tersebut. Setiap korban a. Identitas pengadu
(keluarga korban) mempunyai hak b. Nama dan alamat tempat praktik
untuk melakukan Praperadilan, karena dokter dan waktu tindakan
dengan dikeluarganya SP3 tidak dilakukan
menutup kemungkinan kasus ini akan c. Alasan sah pengadu
ditindak lanjuti kembali setelah d. Bukti-bukti dan keterangan saksi
dilakukannya Praperadilan. atau petunjuk yang menunjang
dugaan pelanggaran etika tersebut
Apabila penyidik mengetahui adanya
dugaan malpraktek maka pihak Apabila pengaduan tersebut tidak
reskimsus segera melakukan lengkap atau tidak atau berisi
penyelidikan dengan meminta bantuan keterangan yang dipandang tidak dapat
para ahli yang berasal dari IDI, dipertanggungjawabkan untuk
MKEK, dan PUSDOKKES Polri. pembinaan pengabdian profesi, maka
ketua MKEK dapat menolak atau
Upaya penal dalam dugaan malpraktek meminta pengaduan memperbaiki atau
melibatkan banyak pihak yang ikut melengkapinya.
serta dalam pembuktiannya baik dari
pihak kepolisian maupun dari pihak 2. Pemanggilan pengadu dan teradu
kesehatan. Penyelesaian sengketa Pemanggilan ini dapat dilakukan
medik diatur dalam Undang-undang sampai 3 kali berturut-turut dan jika
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun setelah 3 kali pengadu tetap tidak
2004 Tentang Praktik Kedokteran. dating tanpa alasan yang sah, maka
Apabila tindakan dokter bertentangan pengaduan tersebut dinyatakan batal,
dengan etika dan moral serta kode etik dan jika pada pemanggilan ke 3 teradu
kedokteran Indonesia (Kodeki) yang tidak dating dengan alasan yang sah
telah dibuktikan oleh Majelis Kode maka pananganan kasus dilanjutkan
Etik Kedokteran (MKEK), maka bisa tanpa kehadiran teradu dan putusan
dikatakan malpraktik dan dapat yang ditetapkan dinyatakan sah dan
diajukan gugatan hukum. Majelis tidak dapat dilakukan banding.
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK)
merupakan salah satu organisasi yang 3. Penelaahan Kasus
turut serta dalam prosedur penanganan Penelaahan kasus dugaan malpraktek
dugaan malpraktek. Menurut Fatah.W. dilakukan dengan cara sebagai berikut:
7

a. Mempelajari keabsahan surat dengan tetap mencatat perbedaan


pengaduan pendapat
b. Bila perlu mengundang pasien atau b. Bersifat rahasia, kecuali dinyatakan
keuarga pangadu untuk klarifikasi lain
awal pengaduan yang disampaikan c. Berupa dinyatakan melanggar atau
c. Bila perlu mengundang dokter tidak melanggar Kode Etik
teradu untuk klarifikasi awal yang Kedokteran Indonesia
diperlukan
d. Biladiperlakukanmelakukan d. Dapat dilakukan banding paling
kunjungan ketempat lambat 2 minggu setelah putusan
kejadian/perkara ditetapkan.
e. Diakhir penelaahan, ketua MKEK
menetapkan pengaduan tersebut Selain upaya yang dilakukan di atas
layak atau tidak layak untuk menurut Fatah.W, MKEK selalu
disidangkan oleh majelis mengupayakan mediasi setelah
pemeriksa. menerima pengaduan dan
Pada saat penelaahan dilaksanakan mendapatkan klarifikas dalam
maupun pada saat persidangan, dokter penanganan malpraktek.
teradu berhak didampingi oleh
pembela. Menurut penulis, perlu dilakukan
pembinaan khusus terhadap setiap
4. Sidang Majelis Pemeriksaan Divisi tenaga kesehatan, agar dalam
Kemahkamahan MKEK menjalankan tanggungjawab mereka
Sidang ini dilakukan apabila perkara tidak melakukan kesalahan dalam hal
tersebut sudah memenuhi syarat dan memberikan penanganan medis
benar adanya. Dalam siding ini terhadap pasien, serta perlu
pengadu,teradu, dan saksi tidak memberikan pengalaman penanganan
diambil sumpah melainka diminta medis yang lebih kepada tenaga
kesediaan untuk menandatangani kesehatan, karena dengan pengalaman
pernyataan tertulis di depan MKEK yang cukup mereka akan memberikan
bahwa semua keterangan yang pelayanan kesehatan yang baik. Selain
diberikan adalah benar. Para pihak itu diperlukan juga pengadilan
dapat mengajukan saksi namun tersendiri bagi tenaga kesehatan dalam
keputusan penerimaan kesaksian atau penanganan malpraktek karena sampai
kesaksian ahli ditentukan oleh Ketua saat ini banyaknya persepsi yang salah
Majelis Pemeriksa. muncul dimasyarakat bahkan bagi
aparat penegak hukum dengan perkara
5. Keputusan Majelis Pemeriksa dugaan malpraktek.
Divisi Kemahkamahan MKEK
Keputusan Majelis Pemeriksa diambil Adanya kerja sama yang baik antara
ketentuan sebagai berikut : pihak kepolisian selaku penyidik
a. Diambil atas dasar musyawarah dengan pihak di bidang kesehatan
dan mufakat atau atas dasar suara seperti IDI,MKEK,dan MKDKI
terbanyak dari Majelis Pemeriksa, diharapkan dapat menyatukan
perpsepsi dalam penanganan dugaan
8

malpraktek agar setiap kasus dugaan MKEK adalah dengan cara melakukan
malpraktek dapat diselesaikan pemberian pembekalan baik secara
sebagaimana mestinya. Karena etik maupun disiplin kepada setiap
terkadang sangat sulit membuktikan anggota (tenaga kesehatan).
kesalahan dokter. Sebagian besar kasus Pembekalan dilakukan dengan cara
malpraktek diselesaikan secara damai mewajibkan mengikuti setiap kegiatan
yang dilakukan di luar jalur ilmiah, seminar, simposium yang
litigasi, karena dokter tidak dalam kegiatan tersebut akan ada
menghendaki reputasinya rusak penetapan SKP (Satuan Kredit
apabila dipublikasikan negatif, Partisipasi) sebagai penilaian dalam
walaupun ada kemungkinan dokter kegiatan seminar atau simposium
yang bersangkutan tidak bersalah. tersebut. Dalam setiap kegiatan ilmiah,
seminar dan simposium yang
1. Upaya Non penal dilakaukan selalu disisipkan
penyampaian tentang pelanggaran etik
Kebijakan penanggulangan kejahatan
dan disiplin dalam tindakan medis
dengan sarana non penal hanya
sebagai cara untuk mengingatkan
meliputi penggunaan sarana sosial
untuk memperbaiki kondisi-kondisi setiap tenaga medis agar bertindak
sosial tertentu, namun secara tidak hati-hati dalam tugasnya.
langsung mempengaruhi upaya
9 Menurut penulis sendiri upaya
pencegahan terjadinya kejahatan.
penanggulangan malpraktek yang
Upaya non penal dalam
dilakukan merupakan upaya yang
menanggulangi kasus malpraktek
sesuai dengan ketentuan yang terkait.
dapat dilaksanakan dengan cara
Upaya penanggulangan kejahatan non
preventif (pencegahan terjadi tindak
penal lebih bersifat tindakan
pidana), yaitu dengan cara melakukan
pencegahan untuk terjadinya
penyuluhan atau pun sosialisasi kepada
kejahatan, maka sasaran utamanya
tenaga kesehatan. Agar setiap tenaga
adalah menangani faktor-faktor
kesehatan lebih berhati-hati lagi dalam
melakukan tugasnya sebagai tenaga penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-
medis. faktor kondusif itu antara lain,
berpusat pada masalah-masalah atau
kondisi-kondisi yang secara langsung
Upaya penanggulangan terhadap kasus
atau tidak langsung dapat
dugaan malpraktek sebenarnya yang
menimbulkan atau menumbuh
lebih berwenang adalah Tim dari
suburkan kejahatan. Upaya non penal
kesehatan itu sendiri karena merekalah
yang dilakukan IDI dan MKEK
yang lebih paham terhadap apa yang
mereka lakukan, apakah sudah sesuai dilakukan untuk mencapai
dengan ilmu yang mereka pelajari atau kesejahteraan dan sekaligus mencakup
tidak. Berdasarkan hasil wawancara perlindungan kepada masyarakat
(pasien) untuk itu dalam hal
dengan Fatah.W menyatakan upaya
pencegahan tersebut IDI, MKEK,
nonpenal yang dilakukan oleh IDI dan
kepolisian, harus berkoordinasi dengan
pihak Rumah Sakit dan para tenaga
9
Barda Nawawi Arif. Op.Cit. hlm.158
9

kesehatan dalam hal melakukan nyata yang bertujuan untuk mencapai


tindakan preventif. kedamaian.

B. Faktor Penghambat dalam Devi Puspa Sari dalam hasil


Penanggulangan Malpraktek wawancara juga menambahkan bahwa
yang dilakukan Oleh Tenaga tidak ada aturan undang-undang lain
Kesehatan yang bertentangan, tetapi dalam
mengkaji lebih dalam kasus dugaan
Berdasarkan studi wawancara yang malprakteklah yang menjadi
dilakukan dengan responden maupun penghambat karena kurang
dari hasil pustaka, ditemukan beberapa pengetahuan mengenai perbuatan
faktor yang menjadi penghambat malpraktek yang dapat diproses sesuai
dalam penanggulangan malpraktek dengan prosedur yang ada dalam
yang dilakukan tenaga kesehatan. undang-undang.
Faktor penghambat tersebut dapat
Menurut penulis sendiri faktor undang-
diperjelas dan dirinci sebagai berikut:
undang menjadi penghambat karena
belum adanya undang-undang yang
1. Faktor Perundang-undangan membahas tentang malpraktek secara
(substansi hukum)
mendalam, sehingga kurangnya
Praktek menyelenggaraan penegakan pemahaman mengenai batasan-batasan
hukum di lapangan seringkali terjadi perbuatan malpraktek bagi aparat
pertentangan antara kepastian hukum penegak hukum. Dengan tidak adanya
dan keadilan. Hal ini dikarenakan kejelasan secara terperinci tentang
konsepsi keadilan merupakan suatu malpraktek maka menjadi penghambat
rumusan yang bersifat abstrak dalam penegakan hukum tersebut
sedangkan kepastian hukum dalam melakukan upaya
merupakan prosedur yang telah penanggulangan malpraktek.
ditentukan secara normatif. Oleh
karena itu suatu tindakan atau
kebijakan atau kebijakan yang tidak 2. Faktor penegak Hukum
sepenuhnya berdasarkan hukum
merupakan suatu yang dapat Salah satu kunci dari keberhasilan
dibenarkan sepanjang kebijakan atau dalam penegakan hukum adalah
tindakan tersebut tidak bertentangan mentalitas atau kepribadian dari
dengan hukum. penegak hukumnya sendiri. Dalam
kerangka penegakan hukum dan
Hakekatnya penyelenggaraan hukum implementasi penegakan hukum
bukan hanya mencangkup law bahwa penegakan keadilan tanpa
enforcement, akan tetapi juga peace kebenaran adalah suatu kebejatan.
maintenance, karena penyelengaraan Penegakan kebenaran tanpa kejujuran
hukum sesungguhnya merupakan adalah suatu kemunafikan.
proses penyerasian antara nilai-nilai
dan kaidah-kaidah serta pola perilaku
10

Aparat penegak hukum mencakup karena dengan kurangnya pemahaman


pengertian mengenai institusi penegak aparat penegak hukum dalam batasan-
hukum dan aparat (orangnya) sebagai batasan perbuatan malpraktek dapat
penegak hukum. Dalam arti sempit, menghambat dalam mengatasi
aparat penegak hukum yang terlibat kejahatan terkait bidang kesehatan
dalam proses tegaknya hukum tersebut khususnya malpraktek.
dimulai dari saksi, polisi, penasehat
hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir 3. Faktor masyarakat
pemasyarakatan. Setiap aparat dan Masyarakat mempunyai pengaruh
aparatur terkait mencakup pula pihak- yang kuat terhadap pelaksanaan
pihak yang bersangkutan dengan tugas penegakan hukum. Sebab penegakan
atau perannya yaitu terkait dengan hukum berasal dari masyarakat dan
kegiatan pelaporan atau pengaduan, bertujuan untuk mencapai tujuan
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dalam masyarakat. Bagian yang
pembuktian, penjatuhan vonis dan terpenting dalam menentukan penegak
pemberian sanksi, serta upaya hukum adalah kesadaran hukum
pemasyarakatan kembali terpidana. masyarakat. Semakin tinggi kesadaran
hukum masyarakat maka akan semakin
Devi puspa Sari mengatakan bahwa
memungkinkan penegakan hukum
kualitas para penyidik masih banyak
yang kurang memahami jenis-jenis yang baik. Sebaliknya semakin rendah
tingkat kesadaran hukum masyarakat,
kejahatan yang terkait dalam
maka akan semakin sukar untuk
kesehatan, sehingga sulit untuk
melaksanakan penegakan hukum yang
mengusut kejahatan-kejahatan yang di
baik. Seperti halnya kasus dugaan
indikasi dalam kesehatan terutama
malpraaktek.
malpraktek yang menyebabkan kurang
efektif melaksanakan kewajibannya Devi Puspa Sari mengatakan bahwa
serta kurangnya pemahaman dan penghambat dalam penyidikan
kualitas penyidik dalam mengatasi seringkali terjadi khususnya dalam
kejahatan terkait bidang kesehatan kasus dugaan malpraktek yang
khususnya malpraktek. Sehingga seringkali para keluarga korban tidak
perlunya pemberian pembinaan ingin melakukan otopsi terhadap
mengenai pengenalan-pengenalan pasien yang menjadi korban dalam
kejahatan terutama dibidang kesehatan kasus dugaan malpraktek. Yang
kepada penyidik. Karena apabila mengakibatkan terhambatnya proses
terjadi kasus dugaan malpraktek maka penyidikan karena bukti yang kurang
para penyidik khususnya penyidik cukup. Selain itu keluarga korban juga
Reskrimsus Polda Lampung seringkali tidak langsung melaporkan
memerlukan batuan dari pusat dalam dugaan malpraktek ke pihak yang
hal penyidikan terhadap kasus dugaan berwajib tetapi membeberkan adanya
malpraktek karena kurangnya kasus dugaan malpraktek ke media,
pemahaman. seolah-olah adanya keraguan terhadap
penegak hukum.
Menurut penulis faktor aparat penegak
hukum dapat menjadi penghambat
11

Menurut penulis faktor masyarakat Kedua upaya non penal, upaya


sangatlah berpengaruh penting, karena non penal yang dilakukan oleh
semakin besar kesadaran hukum MKEK yang bekerjasama dengan
masyarakat maka penegakan hukum IDI adalah dengan cara
akan berjalan dengan baik. Dalam hal melakukan pemberian
ini peran masyarakat sangat pembekalan baik secara etik
dibutuhkan dalam proses pembuktian maupun disiplin kepada setiap
kasus malpraktek karena seringkali tenaga kesehatan. Misalnya
ketidakinginan pihak korban untuk dalam kegiatan ilmiah,
melakukan otopsi menjadi penghambat simposium, maupun seminar
dalam proses penyidikan, sehingga tentang kesehatan diadakan SKP
upaya aparat penegak hukum dalam (Satuan Kredit Partisipasi)
penanggulangan malpraktek sering sebagai penilaian dalam kegiatan
terhambat dalam penegakan tersebut, serta disisipkan
hukumnya. Ketiga faktor tersebut pembahasan tentang pelanggaran
sangatlah saling berkaitan erat, karena etik dan disiplin dalam tindakan
merupakan esensi dari penegakan medis.
hukum, serta merupakan tolak ukur
dari efektivitas penegakan hukum. 2. Terdapat beberapa faktor
penghambat dalam
penanggulangan malpraktek yang
III. Simpulan dilakukan oleh tenaga kesehatan
adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian dan 1) Faktor Perundang-undangan,
pembahasan sebagaimana diuraikan faktor perundang-undangan
dalam bab-bab sebelumnya maka menjadi penghambat karena
dapat ditarik kesimpulan sebagai belum adanya undang-undang
berikut : yang membahas tentang
1. Upaya dalam penanggulangan malpraktek secara mendalam,
malpraktek dapat dilakukan sehinggakurangnya
melalui 2 cara yaitu penal dan pemahamanmengenai
non penal. Pertama upaya penal, batasan-batasanperbuatan
upaya penal yang dilakukan oleh malpraktek bagi aparat
Reskrimsus Polda Lampung penegak hukum. Dengan tidak
dalam menanggulangi malpraktek adanya kejelasan secara
dilakukan secara represif terperinci tentang malpraktek
(penegakan hukum) yang diawali maka menjadi penghambat
dengan pemberitahuan melalui penegakan hukum tersebut
broadcast adanya dugaan dalam melakukan upaya
malpraktek. Sedangkan MKEK penanggulangan malpraktek.
mengupayakan mediasi setelah 2) Faktor Penegak Hukum, yang
menerimapengaduandan menjadi penghambat penegak
mendapat klarifikasi dalam hukum dalam menanggulangi
penanganan malpraktek. malpraktek yaitu kualitas para
penyidik masih banyak yang
12

kurang memahami jenis-jenis Penanggulangan Kejahatan. Jakarta:


kejahatan yang terkait dalam Kencana.
kesehatan, sehingga sulit
untuk mengusut kejahatan- Chazawi, Adami. 2011. Pelajaran
kejahatan yang di indikasi Hukum Pidana. Bagian 1. Jakarta:
dalam kesehatan terutama Rajawali Pers
malpraktek yang
menyebabkan kurang efektif
Samil, Ratna Suprapti.2001. Etika
melaksanakan kewajibannya
Kedokteran Indonesia..Jakarta: Tridasa
dalam mengatasi kejahatan
Printer
terkait bidang kesehatan
khususnya malpraktek. Sapadjaja. Komariah Emong. 2002.
3) Faktor Masyarakat, yaitu Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiel
kurangnya kepedulian dalam Hukum Pidana Indonesia.
masyarakat menjadi Bandung:Alumni
penghambat dalam penyidikan
dalam kasus dugaan B. Undang-undang
malpraktek karena para
keluarga korban tidak ingin Undang-undang No.36 Tahun 2014
melakukan otopsi terhadap tentang Tenaga Kesehatan
pasien yang menjadi korban Undang-undang No. 36 Tahun 2009
dalam kasus dugaan tentang Kesehatan
malpraktek, singga Undang-undang No. 29 Tahun 2004
mengakibatkan terhambatnya tentang Praktik Kedokteran
proses penyidikan karena Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
bukti yang kurang cukup. C. Sumber Lain
Selain itu keluarga korban
juga tidak langsung http://beritacenter.com/news-143635-
melaporkan dugaan rs-bumi-waras-dilaporkan-ke-polda-
malpraktek ke pihak yang lampung-karena-pasien-cuci-darah-
berwajib tetapi membeberkan tewas.html.
adanya kasus dugaan
malpraktek ke media, seolah- http://www.harianpilar.com/2016/04/0
olah adanya keraguan 8/polda-selidiki-kasus-malpraktek-rs-
terhadap penegak hukum. mitra-husada/.

http://www.lenteraswaralampung.com/
DAFTAR PUSTAKA berita-4208-wow-kasus-malpraktek-rs-
mitra-husada-dihentikan.html.
A. Buku

Arief, Barda Nawawi, 2008. Masalah


Penegakan Hukum dan Kebijakan
Hukum Pidana dalam

Anda mungkin juga menyukai