Anda di halaman 1dari 33

Management Economic & Managing Managing Engineering

Functions Financial Technology Career

Planning & Forecasting Research Ethics

Decision Making
Design Career

Organizing
Planning Production Diversity
Human Resource Man.

Group People Managing Production Time management

Communication
Marketing Global
Conflict Management
Konsep Ekonomi &
Leading (Actuating) Project Management Dokumen Keuangan

Controlling Penyusutan & Inflasi


 Komunikasi sangat penting dalam interaksi individual, kelompok
orang yang sedang melakukan bermacam-macam aktivitas, dan
terutama organisasi yang sedang berusaha mengkoordinasi
pekerjaan mereka melalui tujuan yang sama.
 Tidak peduli betapa bagusnya keahlian seorang insinyur, ia
tidak akan berhasil tanpa kemampuan menginformasi,
membicarakan, menginstruksi, berargumen atau meyakinkan
orang lain.
 Hal sebaliknya juga berlaku. Para insinyur harus dapat
menerima komunikasi, mengerti instruksi, dan menginterpretasi
informasi.
 Insinyur muda mungkin merasa bahwa menguasai kompetensi
teknik dan aplikasi prakteknya adalah tujuan utama mereka.
Mengkomunikasikan kompetensi yang dikuasai adalah hal yang
sama pentingnya.
 Bab ini membahas aspek teori dan praktek komunikasi yang
berhubungan dengan aktivitas insinyur.
 Komunikasi adalah proses dimana informasi dan data disalurkan
antara individul dan/atau organisasi dengan media dan channel
yang disepakati. Jadi komunikasi (communication) meliputi transfer
maupun pemahaman makna.
 Chappell dan Read [1] menjabarkan komunikasi sebagai proses
dimana informasi disalurkan antara dua unit (individu atau
organisasi) melalui channel yang sesuai.
 Komunikasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu cara dimana
ide ditransfer dari seseorang ke orang yang lain.
 Jadi, pada situasi sederhana komunikasi antara dua individu,
terdapat empat elemen penting:
 Orang dengan ide atau informasi untuk dikomunikasikan, disebut

Transmitter;
 Orang untuk diberitahu ide atau informasi, disebut Receiver;

 Alat untuk mentransfer ide atau informasi, disebut Medium; dan

 Metode untuk menghubungkan dua partisipan, disebut Channel.


Channel

Medium Receiver
Transmitter Medium

Channel
Feedback
Stores information;
acts or changes

Figure The Fundamentals of communication


 Medium. Medium dapat berupa beberapa macam symbol atau kode yang
dimengerti baik transmitter dan receiver, dan dapat termasuk kata-kata (baik
diucapkan dan ditulis), figur, grafik, diagram, gambar, ekspresi wajah, dan lain-
lain.
Pada jaman dahulu, media seperti Morse juga digunakan untuk komunikasi
internasional, dan sinyal bendera (semaphore) digunakan oleh kapal-kapal.
 Channel. Dalam media kata-kata (plural medium), digunakan banyak alat
komunikasi massal seperti koran, majalah, radio dan televisi. Ini adalah
channel komunikasi.
- Koran atau majalah akan menerima informasi dalam bentuk huruf tertulis
atau gambar (media). Koran atau majalah sendiri adalah channel komunikasi,
hubungan langsung antara penulis berita dan artikel, dan pembaca.
- Untuk siaran radio, medium adalah kata-kata yang diucapkan. Informasi lain
mungkin diberikan dalam bentuk “efek suara”. Channel-nya adalah stasiun
radio yang di-tune.
- Dalam kasus televisi, stasiun televisi yang dilihat adalah channel-nya.
- Dari semua contoh di atas, tidak dapat menjamin bahwa telah terjadi
komunikasi yang sebenarnya.
Apakah pesan telah sampai di tujuan yang diinginkan?
 Transmisi bukanlah komunikasi. Orang yang dituju mungkin tidak
mendengarkan.
Kita memerlukan respon dari receiver untuk mengetahui apakah orang
tersebut telah menerima dan mengerti pesan tersebut. Komunikasi yang
berhasil berarti respon receiver harus sesuai dengan yang diharapkan oleh
transmitter.
 Aliran informasi harus efektif berjalan dua arah, dan pesan yang kembali
disebut feedback. Dengan pesan feedback, transmitter dapat menilai
seberapa baik pesan awal sudah dimengerti. Harus dicatat bahwa dalam
proses feedback, peran dua partisipan menjadi terbalik: receiver awal
mentransmit pesan feedback untuk transmitter.
 Pesan feedback tidak harus tertulis atau vebal, informasi dapat disimpan,
misalnya diingat oleh orang lain, dapat terjadi perubahan perilaku atau
sikap, atau receiver bersikap seperti yang diharapkan.
Distorsi Persepsi Dalam Komunikasi
 Smith ingin menyampaikan pesan kepada Jones. Keduanya ada
bersamaan dan berbicara bahasa yang sama. Tahapan aktivitas adalah
sebagai berikut:
1. Smith memiliki isi pesan dalam benaknya.
2. Smith memformulasikan pesan menjadi kata-kata (ENCODING).
3. Smith menarik perhatian Jones.
4. Jones memberikan perhatiannya kepada Smith (channel terbuka).
5. Smith mengucap0kan kata-kata (transmisi).
6. Jones mendengar kata-kata (resepsi).
7. Jones menginterpretasi arti kalimat terseebut (DECODING).
8. Jones mendapat pesan tersebut.
 Walaupun ini adalah situasi paling sederhana, tanpa feedback tidaklah
jelas apakah pesan telah diterima dengan akurat dan Smith harus
menduga dari respon Jones berapa baik proses telah terjadi.
 Bahkan dalam bahasa yang sama, orang dapat menginterpretasi frase
yang sama dengan berbeda-beda.
 Banyak penghambat suatu komunikasi yang baik, yang menyebabkan
sulitnya menetapkan standar yang baik suatu komunikasi. Beberapa
penghambat yang signifikan:
1. Bahasa harus dipahami oleh kedua pihak.
- Gaya bahasa linguistik seorang akademis mungkin tidak sesuai untuk
penyapu lantai perusahaan, dan begitu pula sebaliknya.
- Aksen (accent) pembicara mungkin menyulitkan bila pendengar tidak
familiar dengan aksen tersebut.
- Dialek (dialect) adalah masalah yang beerbeda, karena umumnya
melibatkan vokabulari tambahan, pebedaan frase dan perbedaan
pronounsiasi.
2. Kultur dan Pendidikan. Kultur cenderung mempengaruhi informasi
dalam hal informasi tersebut dimengerti dan diinterpretasi, dan seberapa
penting dan bermaknanya informasi tersebut.
Pendidikan akan mempenggaruhi konsep pembicaraan yang dimengerti
kedua pihak. Pendidikan teknik membantu memahami masalah teknik,
dan pendidikan sastra membantu dalam hal literatur.
3. Personal. Tiap orang akan selektif bila menerrima komunikasi yang
kompleks atau suatu pesan yang mengandung banyak elemen. Contoh:
- diskusi bawahan dan atasan,
- orang dengan status atau ekspertise akan lebih banyak perhatian
dibberrikan pada informasi yang disampaikan dibanding dengan orang
yang kurang percaya diri (efek halo),
- orang dalam suatu iklan akan menggunakan jas putih, suatu gambaran
seorang “peneliti” dan memberikan kredibilitas yang ilmiah.
4. Perilaku Transmitter. Transmitter dapat melakukan banyak hal untuk
membantu proses komunikasi. Tujuannya adalah untuk akurasi, presisi
dan ketepatan. Hal ini berarti informasi yang dikirim jangan sampai kabur,
tidak jelas dan abstrak, berkepanjangan dan terlalu banyak detail.
Style juga penting. Orang yang menjabarkan informasi dengan antusias
dan percaya diri lebih dapat meyakinkan pendengarnya daripada orang
yang menggunakan pendekatan halus dan tampak kurang percaya diri.
5. Perilaku Receiver. Receiver dapat pula membantu proses seperti halnya
transmitter. Masalah utama yang harus dihindari adalah:
- Inattention (kurang perhatian) - channel tidak terbuka sehingga tidak ada
pesan yang disampaikan.
- Distraktion (pengaliih perhatiian) - Receiver memungkin dirinya terganggu
selama transmisi pesan, dan channel tertutup ditengah-tengah transmisi.
6. Maintenance Proses. Komunikasi adalah suatu proses dan seperti halnya
semua proses, perlu maintenance misalnya perrhatian yang menjamin
komunikasi tetap berrjalan. Hal-hal yang harus diihindari:
- Attenuation (atenuasi) – sistem harus menjamin bahwa pesan yang
disampaikan tidak hilang.
- Noise (keributan) - sinyal-sinyal tambahan yang mencegah receiver
menerima pesan.
- Distortion (distorsi) - sistem harus menghindari distorsi pesan saat transit.
- Overload (terlalu berlebihan) – bila transmitter mengirim pesan lebih dari
yang dapat diterima receiver, terjadi kelebihan beban.
- Redundancy (pengulangan) –mengirim informasi yang sama lebih dari
sekali tidak selalu membantu.
Feedback

Transmission
Thought Encoding of Reception Decoding Understanding
Massage

Noise

Figure 17-2 Communication Process Model


Record
Communication Methode Speed Feedback Formality Complexity Cost
keep ?

Informal Conversation Fast High No Informal Simple Low

Telephone Conversation Fast Medium No Informal Simple Low-Med

Formal Oral Presentation Medium High Varies Formal Medium Medium

Informal Note Medium Low Maybe Informal Simple Low

Memo Medium Low Yes Informal Low Low-Med

Letter Slow Low Yes Formal Medium Medium

Very
Formal Report Low Yes Very Formal Complex High
Slow

Table 17-1 Characteristic of Common


Communication Methode
KONFLIK
KONFLIK
CONFLICT / KONFLIK (1)
CONFLICT / KONFLIK (2)
 Terdapat banyak definisi konflik.Meskipun makna yang diperoleh definisi itu berbeda-beda, beberapa
tema umum mendasari seebagian besar dari definisi tersebut.
 Konflik harus dirasakan oleh pihak-pihak yang terlibat; apakah konflik itu ada atau tidak ada
merupakan persoalan persepsi. Jika tidak ada yang menyadari adanya konflik, secara umum lalu
disepakati konflik tidak ada. Kesamaan lain dari definisi-definisi tersebut adalah adanya pertentangan
atau ketidakselarasan dan bentuk-bentuk interaksi. Beberapa faktor ini menjadi kondisi yang
merupakan titik awal proses konflik.
 DEFINISI KONFLIK :
Konflik (conflict) sebagai sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa
pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan mempengaruhi secara negatif, sesuatu
yang menjadi kepedulian atau kepentingan pihak pertama.
 Definisi ini sengaja dibuat luas. Hal ini menggambarkan satu titik dalam kegiatan yang sedang
berlangsung ketika sebuah interaksi “berubah” menjadi suatu konflik antar pihak. Definisi ini
mencakup beragam konflik yang orang alami dalam organisasi :
- ketidakselarasan tujuan,
- perbedaan interpretasi fakta,
- ketidaksepahaman yang disebabkan oleh ekspektasi perilaku, dan sebagainya.
 Terakhir, definisi ini fleksibel untuk mencakup beragam tingkatan konflik – dari tindakan terang-
terangan dan keras, sampai ke bentuk-bentuk ketidaksepakatan yang tidak terlihat.
 Pandangan Tradisional (Traditional).
Aliran pemikiran ini berpendapat bahwa semua konflik berbahaya dan harus dihindari – konflik
menunjukkan adanya sesuatu yang tidak befungsi dalam kelompok. Konflik dipandang seecara negatif,
dan digunakan sebagai sinonim dari istilah-istilah seperti:
- kekerasan
- kerusakan, dan
- irasionalitas
sekedar untuk memperkuat konotasi negatifnya. Dipandang sebagai akibat disfungsional dari komunikasi
yang buruk, tidak adanya keterbukaan dan kepercayaan antar anggota, serta ketidakmampuan para
manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan mereka. Pandangan tradisional dianut
banyak orang pada tahun 1930-an dan 1940-an.

 Pandangan Hubungan Manusia (Human Relations).


Aliran pemikiran ini berpendapat bahwa konflik adalah kejadian alamiah dalam semua kelompok dan
organisasi. Konflik tak terhindarkan dalam kelompok manapun dan bahwa konflik tidak mesti atau tidak
selalu jahat, tetapi justru baik dan menguntungkan, berpotensi untuk menjadi daya positif dalam
mendorong kinerja kelompok. Pandangan hubungan manusia ini mendominasi teori konflik dari akhir tahun
1940-an sampai pertengahan tahun 1970-an.
 Pandangan Interaksionis (Interactionist).
- Aliran pemikiran ini yang terbaru, tidak hanya menyatakan bahwa konflik dapat
menjadi daya positif dalam sebuah kelompok, tetapi juga secara eksplisit
berpendapat bahwa beberapa konflik mutlak diperlukan oleh suatu kelompok untuk
dapat berkinerja secara efektif.
- Pandangan interaksionis mendorong munculnya konflik dengan dasar pemikiran
bahwa sebuah kelompok yang harmonis, damai, tenang, dan kooperatif biasanya
menjadi statis, apatis, serta tidak tanggap terhadap perlunya perubahan dan inovasi.
- Pandangan ini mendorong para pemimpin kelompok untuk mempertahankan
terjadinya tingkat konflik minimum – cukup untuk menjaga kelompok tetap bisa
bekerja, kritis terhadap diri sendiri, sekaligus kreatif.

 Bentuk-Bentuk Konflik:
- Konflik yang fungsional (fungtional) dan konstruktif.

- Konflik yang disfungsional (dysfunctional) dan destruktif.

Apa yang membedakan konflik tersebut ?. Bukti menunjukkan bahwa perlu untuk
memperhatikan jenis konfliknya.
 Secara spesifik, ada 3 tipe konflik: tugas, hubungan, dan proses.

 Konflik Tugas (Task Conflict) berhubungan dengan muatan dan tujuan


pekerjaan.
Tingkat konflik tugas yang rendah sampai sedang senantiasa memperlihatkan efek
positif pada kenerja kelompok karena merangsang munculnya ide-ide segar yang
membantu kelompok berkinerja lebih baik.

 Konflik Hubungan (Relationship Conflict) berfokus pada hubungan antar


personal. Kajian-kajian menunjukkan bahwa konflik hubungan hampir selalu bersifat
disfungsional. Gesekan dan permusuhan antar personal yang melekat di dalam
konflik hubungan mempertajam pertentangan kepribadian dan mengurangi rasa
saling pengertian, yang pada giliranya menghambat penyelesaian tugas-tugas
organisasi.

 Konflik Proses (Process Conflict) berhubungan dengan bagaimana suatu


pekerjaan dilaksanakan. Tingkat konflik proses dan tingkat konflik tugas yang
rendah sampai sedang bisa menjadi konflik fungsional. Agar produktif, konflik proses
harus dijaga tetap dalam tingkat yang rendah.
BENTUK-BENTUK KONFLIK
 Proses Konflik (Conflict Process) dapat dipahami sebagai
proses yang dapat terdiri atas 5 tahapan :

1. Potensi Pertentangan atau Ketidakselarasan.


2. Kognisi dan Personalisasi
3. Maksud
4. Perilaku
5.Akibat

Perhatikan diagram berikut ini :


Gambar 1. Proses Konflik

TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV TAHAP V

Potensial pertentangan/ kognisi dan Maksud Perilaku Akibat

ketidakselarasan personalisasi

Konflik yang Maksud-maksud Meningkatnya

Kondisi-kondisi awal: dipersepsi penanganan konflik: kinerja kelompok

- Komunikasi - Bersaing Konflik terbuka:


- Perilaku satu
- Struktur - Bekerjasama pihak
- Variabel-variabel
pribadi - Menghindar - Reaksi pihak lain

Konflik yang - Akomodatif Meningkatnya

dirasa - Berkompromi kinerja kelompok


JENIS KONFLIK vs MANAJEMEN STYLE

Anda mungkin juga menyukai