Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.KONSEP DASAR

1. .Pengertian

Konsep diri didefenisikan sebagai keseluruhan ide, pikiran,

kepercayaan, dan keyakinan yang diketahui indidvidu tentang dirinya dan

mempengaruhi individu tersebut dalam berhubungan dengan orang lain.

Termasuk disini adalah persepsi individu terhadap sifat dan

kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai

yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya

Menurut Dermawan Deden (2013) Gangguan konsep diri adalah orang-

orang dengan konsep diri yang tidak sehat menyatakan perasaan tidak

berharga, perasaan dibenci, dan selalu merasakan kesedihan yang

mendalam dan juga mudah putus asa.

Konsep iri terdiri dari citra tubuh yaitu kumpulan dari sikap

individu yang di sadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk

persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi,

penampilan, dan potensi. Ideal diri yaitu persepsi individu tentang

bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau

nilai personal tertentu. Identitas diri yaitu pengorganisasian prinsip dari


kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan,

konsistensi, dan keunikan individu. Peran diri yaitu serangkaian pola

perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosisl berhubungan dengan

fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Harga diri yaitu peniaian

individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa

seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri (Afnuhazi

Ridhyalla, 2015)

Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang

dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri

dan dimana merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri

yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri, sehingga hilangnya

kepercayaan diri dan gagal mncapai tujuan yang diekspresikan secara

langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat

situasional maupun kronis menahun (Wijayaningsih Sari Kartika, 2015)

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya

sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna,

pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang

berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri

dan orang lain, penurunan produktivita, destruktif yang diarahkan kepada

orang lain, gangguan dalam berhubunga, perasaan tidak mampu, rasa

bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik,


menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik diri dari realitas

(Afnuhazi Ridhyalla, 2015)

Harga diri rendah kronis adalah perasaan negatif terhadap diri

sendiri yang berkepanjangan termasuk kehilangan percaya diri, tidak

berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa

(Afnuhazi,2015)

2. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kerancuan Depersonalisasi

Diri Positif Rendah Identitas


Gambar 1 : Rentang Respon Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Keterangan :

1. Aktualisasai diri : Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar

belakang pengalaman sukses.

2. Konsep diri positif : Apabila individu mempunyai pengalaman yang

positif dalam perwujudan dirinya.

3. Harga diri rendah : Perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk

kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berdaya, pesimis.

4. Kerancuan identitas : Kegagalan individu untuk mengintegrasikan

berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial

dewasa yang harmonis.

5. Dipersonalisasi : Perasaan tidak realitik dalam kegiatan dari diri sendiri,

kesulitan membedakan diri sendiri, merasa tidak nyata dan asing baginya

(Dermawan Deden, S.kep., Ns, 2013)

Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu.

Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang

terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan

penguasaan lingkunagn. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan

individu dan sosial yang maladaptif. (Afnuzi, 2015)


3. Faktor Penyebab

a. Faktor Predisposisi

1. Herediter

Faktor genetik adalah sejumlah faktor pengaruh genetik,

ketidakseimbangan neurotransmitter, kerusakan struktural otak

disebabkan oleh infeksi virus prenatal atau kecelakaan pada saat

proses persalinan. Keluarga yang memiliki hubungan darah

terdekat dapat mempengaruhi kemungkinan saudara lain

mengidap penyakit gangguan jiwa yang sama. Misalnya, jika

orang tua menderita gangguan proses pikir maka kemungkinan

besar anaknya dapat mengidap penyakit ganggua proses pikir

juga.

2. Biologis

Faktor biologis dapat dilihat dari perubahan pada sistem

transmisi sinyal penghantar syaraf (neurontransmitter) dan

reseptor di sel-sel saraf otak.

3. Faktor psikososial

Faktor psikososial disebabkan oleh perubahan dalam kehidupan

seseorang (anak, remaja, hingga dewasa) sehingga individu

dipaksa harus mampu beradaptasi dan mampu

menanggulanginya, sehingga timbullah keluhan-keluhan pada

kejiwaan berupa gangguan jiwa.


b. Faktor Presipitasi

1. Trauma

Pernah mengalami penganiayaan seksual dan psikologis atau

menyaksikn trauma yang mengancam kehidupan.

2. Ketegangan peran

Dimana posisi atau peran yang dialami oleh seseorang namun

mengalami frustasi :

a. Transisi peran perkembangan

b. Transisi peran situasi

c. Transisi peran sehat-sakit

(Afnuzi,2015)

Penyebab lainnya adalah hilangnya sebagian anggota

tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami

kegagalan, serta menurunnya, produktivitas. Harga diri rendah

kronis dapat terjadi secara situasional maupun kronik. Secara

situasional misalnya terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya

harus operasi, kecelakaan, dicerai suami atau istri, putus

sekolah, putus hubungan kerja dan lain-lain. Sedangkan pasien

yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy

yang kurang diperhatikan : Pemeriksaan fisik yang

sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan


kateter, pemeriksaan perianal dan lain-lain), harapan akan

struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena

dirawat, sakit, penyakit, perlakuan petugas yang tidak

menghargai. Harga diri rendah kronik : Perasaan negatif

terhadap diri telah berlangsung lama. Maka apabila faktor

predisposisi maupun presipitasi diatas jika mempengaruhi

seseorang dalam berpikir maupun bersikap dan bertindak,

dianggap akan mempengaruhi terhadap koping individu

tersebut sehingga membuat mekanisme koping menjadi tidak

efektif. Bila kondisi tersebut tidak segera dilakukan intervensi

lebih lanjut dapat beresiko terjadinya isolasi sosial. Isolasi

sosial adalah gangguan kepribadian pada individu yang tidak

memiliki kemampuan atau memiliki keinginan untuk

berinteraksi, menyebabakan individu cenderung dengan dunia

dan pikirannya sendiri sehingga dapat mucul risiko perilaku

kekerasan (DepKes RI, 2012)

4. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

Konsep diri didefenisikan sebagai semua pikiran, keyakinan

dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya

dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak


terbentuk sejak lahir namun dipelajari. Salah satu komponen konsep

diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu

tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku

sesuai dengan ideal diri (Keliat 2013). Harga diri rendah adalah

menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggung

jawab atas kehidupan sendiri. Jika individu sering gagal maka

cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah bisa terjadi karena

kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri

diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima

dan menerima penghargaan dari orang lain. Proses terjadinya harga

diri rendah yaitu aspek herediter, trauma, perasaan negatif pada diri 

klien berpikir negatif  persepsi negatif terhadap dirinya  Harga

Diri Rendah (Afnuzi,2015)

5. Pohon Masalah

Isolasi Sosial Effect

HargaDiriRendahKronis CoreProblem

KopingIndividuTidakEfektif Cause
(KartikaSariWijayaningsih,S.Kep.,Ns,2015)

6. Mekanisme Koping

Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek

atau jangka panjang dan mekanisme pertahanan ego :

a. Pertahanan jangka pendek yang biasa dilakukan pasien harga diri

rendah adalah kegiatanyang dilakukan untuk lari sementara dari

krisis misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton Tv

terus menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya

ikut kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan yang

memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu

kompentisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba

menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan

obat-obatan. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak

memberi hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan

mekanisme koping jangka panjang.

b. Pertahanan jangka panjang antara lain adalah menutup identitas,

dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi

dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat,

aspirasi, atau potensi diri sendiri, identitas negatif, dimana asumsi

yang bertentangan dengan nilai dan harapan masayarakat.

c. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan

adalah fantasi, regresi (mekanisme koping yang berhubungan


dengan masalah proses informasi dan upaya menanggulngi

ansietas), isolasi (menyendiri), proyeksi (menarik diri demi

penjagaan terhadap diri) (Afnuzi Ridhyalla,2015)

7. Tanda Dan Gejala

a. Fisik

Perasaan malu terhadap diri sendiri karena penyakitnya, anoreksia,

penurunan libido, lemah dan penurunan energi, misalnya malu dan

sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi kanker.

b. Kognitif

Rasa bersalah terhadap diri sendiri, misalnya tidak akan terjadi jika

saya segera kerumah sakit, menyalahkan, mengejek dan mengkritik

diri sendiri. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya

tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.

c. Perilaku

Kurangnya aktifitas , kurang sosialisasi, merusak diri . Percaya diri

kurang, klien sukar mengambil keputusan, misal tentang memilih

alternatif tindakan.

d. afek

Ketidakberdayaan, murung, keputusasaan, kesepian dan kesedihan,

merasa berdosa, dan kurang motivasi (Afnuzi Ridhyalla,2015)


8. Penatalaksanaan

Penatalaksaan keperawatan pada pasien, tujuannya :

a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

c. Pasien dapat menetapkan dan memilih kegiatan yang sesuai

dengan kemammpuannya.

d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih.

e. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang

sudah dipilih.

Tindakan keperawatan terhadap pasien :

a. Mengidentifikasi kemammpuan dan aspek positif yang masih

dimiliki pasien :

1. Mendiskusikan kemammpun melakukan kegiatan dan

aspek postif pasien (buat daftar kegiatan).

2. Memberi pujian yang realistis dan hindari memberikan

penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan pasien.

b. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan

dengan melakukan tindakan keperawatan :

1. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat

digunakan.
2. Membantu pasien menyebutkannya dan memberi

penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan

pasien.

c. mambantu pasien untuk dapat memilih / menetapkan kegiatan

berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan :

1. Mendiskuskan kegiatan yang akan di pilih untuk dilatih

saat pertemuan.

2. Membantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan

yang ia tetapkan.

d. Melatih kegiatan yang telah di pilih pasien :

1. Melatih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya)

2. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali

sehari

3. Memberikan dukungan dan pujian yang nyata setiap

kemajuan yang diperlihatkan pasien.

e. Merencanakan kegiatan sesuai kemampuan pasien dan menyusun

rencana kegiatan :

1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mencoba

kegiatan yang telah dilatihkan

2. Memberikan pujian atas aktivitas / kegiatan yang dapat

dilakukan pasien setiap hari.


3. Menyusun kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan

perubahan setiap aktivitas.

4. Menyusun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama

pasien dan keluarga.

5. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan

perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.

6. Meyakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas

yang dilakukan pasien.

Penatalaksanaan keperawatan pada keluarga, tujuannya :

a. Keluarga mampu mengenal masalah harga diri rendah

b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat harga diri

rendah.

c. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung demi

meningkatkan harga diri pasien.

d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan

pasien.

e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Tindakan keperawatan terhadap keluarga pasien :

a. Mendiskusiksn maslah yang dirasakan dalam merawat pasien.

b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri

rendah.
c. Melatih keluarga cara merawat pasien harga diri rendah.

d. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang

mendukung demi meningkatkan harga diri pasien.

e. Melatih keluarga mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang

memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan.

f. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara

teratur.

Penatalaksanan Medis terhadap pasien :

a. Psikofarmaka

Obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai

berikut :

ii. Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu

yang cukup singkat.

iii. Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil

iv. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif

v. Mampu memperbaiki pola tidur

vi. Tidak menyebabkan lemas otot.

b. Terapi kejang listrik (Electro Convulsive Therapy)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall

secara artificil dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang

dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada
skizofernia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptikal oral atau

injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

a. Identitas :

Nama, umur, Jenis kelamin, Alamat lengkap, Tanggal

masuk, No rekam Medis, Informasi, Keluarga yang bisa

dihubungi.

b. Alasan masuk

Biasanya klien tidak berbaur dengan lingkungan luar

rumah, pernah mengalami penolakan dilingkungannya, merasa

tidak dihargai, dan tidak berguna. Pasien biasanya lebih banyak

menundukkan kepala, tidak berani menatap lawan bicara, pasien

berbicara dengan nada suara yang pelan dan lemah.

c. Faktor predisposisi

Biasanya keluarga memiliki riwayat penyakit yang sama

dengan pasien, dan biasanya klien pernah trauma kepala atau adnya

riwayat penyakit. Biasanya klien mengalami penolakan dan adanya

harapan orang tua yang tidak realistis. Biasanya klien kurang

mempunyai tanggung jawab personal.

Biasanya klien mengalami ketergantunagn pada orang lain.

Biasanya klien mengalami ideal diri yang tidak realistis. Biasanya


klien mengalami sendiri pengaruh penilaian internal individu.

Biasanya klien pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan,

pelecehan seksual dan trauma dimasa lalu.

Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku


Kekerasan

d. Pemeriksaan Fisik

Biasanya tekanan darah pasien normal, nadi, suhu, dan

pernafasan juga normal. biasanya pasien hanya mengeluhkan tidak

mampu melakukan sesuatu, ansietas, dan nafsu makan menurun.

e. Psikososial

1. Genogram

Biasanya pasien mendapat gangguan jiwa berdasarkan

adanya riwayat keturunan.

2. Konsep diri

a. Citra tubuh

Biasanya klien beranggapan menyukai bagian tubuh

tertentu atau tidak menyukai bagian tubuh tertentu.

b. Identitas diri

Biasanya klien berpikir negatif terhadap sendiri,

mengkritik atau merasa gagal dalam melakukan suatu hal,


klien merasa tidak puas dengan dirinya, pekerjaanya,

sekolah atau yang laiinya.

c. Peran diri

Biasanya klien tidak mampu menjalankan perannya

sebagai suami, istri atau anak, dan biasanya klien

produktifitas klien menurun karena penolakan terhadap diri

sendiri.

d. Ideal diri

Biasanya klien berharap bisa bekerja lagi, bisa

sekolah. Biasanya klien berharap cepat sembuh dari

penyakitnya.

e. Harga diri

Biasanya klien merasa tidak dihargai dan klien

merasa tidak diterima dilingkungan masyarakat.

Masalah Keperawatan : Gangguan Harga Diri

3. Hubungan Sosial

Biasanya klien akan selalu menghindar dan tidak

mau bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat.

Biasanya orang terdekat klien adalah ibunya.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial


4. Spiritual

Biasanya klien melaksanakan ibadah dirumah, klien

yakin dengan ibadah klien merasa tenang. Biasanya

masyarakat berpikiran bahwa gangguan jiwa merupakan

jenis penyakit yang memalukan.

5. Aktivitas motorik

Biasanya klien tampak tidak bersemangat dan lesu.

Biasanya klien lebih suka menyendiri dan menolak

melakukan aktivitas.

6. Alam perasaan

Biasanya klien merasa sedih, klien merasa cemas, dan

klien merasa tidak berdaya untuk melakukan aktivitas.

7. Afek

Biasanya saat klien diajak interaksi atau berbicara

wajah klien datar tidak berekspresi.

8. Persepsi

Biasanya klien dengan harga diri rendah lebih banyak

menyendiri, tidak mau bersosialisasi dengan orang lain

sehingga bisa mengakibatkan isolasi sosial. Biasanya klien

sibuk dengan diri sendiri sehingga mengalami halusinasi.

Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi


9. Proses pikir

Biasanya klien bicara atau menjawab pertanyaan dengan

jawaban yang singkat dan seadanya. Biasanya proses klien

tidak terganggu.

10. Isi pikir

Depersonalisasi klien biasanya klien merasa asing dengan diri

sendiri, orang lain dan lingkungan.

11. Tingkat kesadaran

Biasanya klien dalam keadaan sadar penuh.

12. Daya tilik diri

Biasanya klien tidak merasa ada gejala penyakit fisik maupun

emosi pada dirinya, dan tidak membutuhkan pertolongan.

f. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

Biasanya klien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi

lengkap bervariasi. Biasanya klien mampu mengambil

makanan sendiri.

2. BAK / BAB

Biasanya klien mandiri BAK/BAB dan klien bisa

membersihkannya.
3. Mandi

Biasanya klien mampu mandi sendiri dua kali sehari.

Biasnya klien bisa menggunakan alat mandi dengan

mandiri. Biasanya klien bisa mencuci rambut sendiri.

4. Berdandan dan berhias

Biasanya klien mampu berdandan dan berhias yang

sesuai sopan dan rapi.

5. Istirahat dan tidur

Biasanya klien tidur 7-8 jam sehari dan pasien dengan

menonton TV.

6. Pemeliharaan Kesehatan

Biasanya pklien minum obat teratur dirumah, dan klien

mampu melakukan kebersihan diri (mandi, gosok gigi,

mencuci rambut)

g. Mekanisme Koping

Biasanya koping adaptif klien yaitu reaksi klien lambat,

bicara dengan orang lain lambat dan nada suara lemah.

Biasanya koping maladaptif klien yaitu menghindar dari

orang lain.

Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan koping individual


h. Masalah psikososial dan lingkungan

Biasanya klien lebih banyak diam dirumah. Biasanya klien

merasa dikucilkan oleh lingkungannya.

i. Pengetahuan

Biasanya klien tidak mengetahui kalau lagi sakit.

j. Aspek medis

Biasanya tindakan medis yang dilakukan terhadap klien

dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah adalah

adalah Terapi kejang listrik, dan dengan terapi

psikofarmaka.

2. Daftar Masalah Keperawatan

a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

b. Isolasi sosial

c. Ketidakefektifan koping individual


3. Pohon Masalah

Isolasi Soaial Effect

Harga Diri Rendah Kronis Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif Cause

(KartikaSariWijayaningsih,S.Kep.,Ns,2015)

Anda mungkin juga menyukai