Laporan Problem Based Learning Ke 1 Kel 9
Laporan Problem Based Learning Ke 1 Kel 9
KELOMPOK VI
2010
BAB I
PENDAHULUAN
INFORMASI I
Seorang Ibu S, 50 tahun datang ke tempat praktek anda dengan
keluhan gatal di telapak kaki. Gatal dirasakan sejak 1 minggu terakhir.
Ibu S seorang petani dan terbiasa tidak memakai alas kaki pada saat
bekerja.
A. Klarifikasi istilah
PBL kali ini tidak menemukan istilah yang asing dan perlu diklarifikasi
karena informasi yang diberikan sudah menggunakan bhasa yang umum
dan mudah dimengerti.
B. Batasan masalah
Identitas pasien
Nama :Ny.S
Usia : 50 tahun
Keluhan utama : gatal
RPS
Onset : 1 minggu yang lalu
Lokasi : telapak kaki
RPD : tidak ada
RPK : tidak ada
RSE
Pekerjaan : petani
Kebiasaan : tidak memakai alas kaki pada saat bekerja
C. Analisis masalah
1. Penyebab gatal yang mungkin pada Ny.S
Gatal pada Infeksi Parasit
a. Strongiloidosis
b. Scabies
Gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau
lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Gejala ini
c. Creeping eruption
bokong dan paha, juga di bagian tubuh di mana saja yang sering
Pedikulosis capitis
Pedikulosis corporis
Phthirus pubis
yang disebut sebagai macula serulae. Gejala lain adalah black dot,
bangun tidur.
marginatum.
sekitar anus.
a. Ptiriasis versikolor
alasan berobat.
jarang di muka.
d. Otomikosis
Infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar, yang
Sindroma “scalded skin” (luka Bakar) yang lain daripada yang lain
disebabkan oleh strain Staphylococcus aureus, sebagian besar
Lesi kulit bentuk lain adalah berupa lesi diskret dan terlokalisir.
dapat timbul demam, mailase ( lesu), sakit kepala dan tidak nafsu
sama.
a. Impetigo Krustosa
gatal. Daerah yangs ering terpajan adalah wajah, tanga, leher, dan
b. Folikulitis
c. Ektima
gatal. Lesi awal berupa vesikel atau vesikopustula di atas kulit yang
a. Herpes Zoster
b. Herpes Simpleks
c. Varisela
d. Variola
Penyebab variola adalah virus poxs. Penyakit ini lebih berat dari
dari bagian akral tubuh, yakni telapak tangan dan kaki. Masa
E. PEMBAHASAN
1. Siklus Hidup cacing tambang
a. Siklus Langsung
Larva rhabditiform yang keluar bersama tinja penderita setelah 2 - 3
hari di tanah/air bertumbuh menjadi larva filariform (bentuk infektif)
yang dapat menembus kulit.2 Bila larva filariform tersebut menembus
kulit manusia masuk ke kapiler darah, mengikuti aliran darah ke
jantung kanan lalu ke paru. Setelah sampai di paru, larva filariform
menembus dinding alveolus lalu masuk ke alveolus kemudian ke
bronchiolus, bronchus, trachea dan pharynx. Dari pharynx larva
tertelan masuk ke esofagus, lambung, usus halus lalu menjadi dewasa
di usus halus. Waktu yang diperlukan saat larva filariform menembus
kulit sampai cacing betina mengeluarkan telur kira-kira 28 hari. Daur
hidup langsung sering terjadi di daerah beriklim dingin. 3
b. Siklus Tidak Langsung
Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi
cacing jantan dan cacing betina bentuk bebas. Bentuk bebas ini lebih
gemuk dari bentuk parasitik. Cacing yang betina berukuran 1mm x
0,06mm, yang jantan berukuran 0,75mm x 0,04 mm, mempunyai ekor
melengkung dengan dua buah spikulum. Sesudah pembuahan, cacing
betina menghasilkan telur yang menetas menjadi larva rabditiform.
Larva rabditiform dalam beberapa hari berubah menjadi larva filariform
yang infektif dan masuk ke dalam hospes baru. Siklus tidak langsung
ini terjadi bila lingkungan sekitarnya optimum yaitu iklim tropik dan
lembab.3
c. Autoinfeksi
Larva rabditiform kadang-kadang menjadi larva filariform di usus atau
di daerah sekitar anus. Bila larva filariform menembus mukosa usus
atau kulit perianal, maka terjadi suatu daur perkembangan di dalam
hospes. Adanya autoinfeksi dapat menyebabkan strongyloidisis
menahun pada penderita.3
2. Faktor Resiko Strongiloidosis
Faktor risiko dari strongiloidosis adalah tidak memakai alas kaki di
kebun, sawah, atau kebun yang menggunakan pupuk. Hal ini
didukung jika seseorang bekerja di perkebunan dan pertanian. Anak-
anak dan pria lebih sering ditemukan menderita pnyakit ini dibanding
wanita dan orang dewasa.
3. Patofisiologi Strongiloidosis
Bila larva filariform menembus kulit, timbul kelainan kulit yang
dinamakan creeping eruption yang sering disertai rasa gatal yang
hebat. Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus
muda. Infeksi ringan terjadi pada umunya tanpa diketahui hospesnya
karena tidak menimbulkan gejala. Infeksi sedang dapat menyebabkan
rasa sakit seperti di tusuk-tusuk di daerah epigastrium tengah.
Mungkin disertai mual dan muntah, diare dan konstipasi saling
bergantian. Pada hiperinfeksi cacing dewasa yang hidup sebagai
parasit dapat ditemukan diseluruh traktus digestivus dan larvanya
dapat ditemukan pada paru, hati, dan kandung empedu.
4. Patofisiologi Gatal Karena Strongyloides stercolaris.
Cacing
menembus
kulit
\
INFLAMASI
RESPON
IMUN
HUMORAL
Produksi Ig E
Degranulasi
sel mast
Meningkatnya
sekresi
histamin
Rangsangan
GATAL
serabut sraf
bebas
6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang biasa diusulkan adalah
pemeriksaan kadar eosinofilia karena pada infeksi parasit kadar
eosinofilia kan meningkat. Selain pemeriksaan eosinofilia, larva
filariform dari cacing tambang juga bisa ditemukan pada
pemeriksaan sputum bila terjadi komplikasi berupa pneumonitis
pada pasien, akan tetapi, komplikasi ini jarang sekali ditemukan.
Selain itu, larva juga dapat ditemukan pada pemeriksaan bilas
lambung. Pada pemeriksaan tinja dapat ditemukan telur atau dari
cacing tambang.
7. Morfologi Cacing Tambang
Morfologi Cacing tambang (Etiologi Cutaneus Larva Migrans)
Gambar Keterangan
Ancylostoma duodenale Panjang badannya ± 1 cm,
menyerupai huruf C
Di bagian mulutnya terdapat 2
pasang gigi
Cacing jantan mempunyai bursa
kopulatriks pada bagian
ekornya
Cacing betina ekornya runcing
8. Penatalaksanaan
a) Kuratif
1) Creeping eruption: Krioterapi dengan liquid nitrogen dan
Kloretilen spray, tiabendazol topikal selama 1 minggu. Coulau
dkk (1982) mengobati 18 kasus cutaneus larva migrans dengan
albendazol 400 mg seaa 5 har berturut-turut, mendapaatkan
hasil yang sangat memuaskan
2) Pengobatan terhadap cacing dewasa: dibangsal anak RS
Pringadi medan, pengobatan yang digunakan adalah gabungan
pirantel-pamoat dengan mebendazol, ddengan cara pirantel
pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB diberikan pda pagi harinya
diikuti denga pemberian maben dazol 100 mg dua kali sehari
selama 3 hari berturut-turut, terutama bila dijumpai adanya
infeksi campuran dengan cacing lain (Kazura,2007).
3) Obat-obat lain yang dapat digunakan :
Pirantel pamoat, dosis tunggal 10 mg/kgBB
Mebendazol 100 mg dua kali sehari selama 3 hari berturut-
turut
Albendazol, pada anak usia diatas 2 tahun dapat diberikan
400 mg (2 tablet) atau steara dengan 20 ml suspensi,
sedangkan pada anak yang kecil diberikan dengan dosis
separuhnya, dilaporkan hasi cukup memuaskan
Antihistamin dapat diberikan untuk mengurang rasa gatal
(Kazura,2007).
4) Terapi Penunjang
Pemberian makanan yang bergizi dan preparat besi
dapat mencegah terjadinya anemia. Pada keadaan anemia
yang berat (Hb<5 g/dL), preparat besi diberikan sebelum dimulai
pengobatan dengan obat cacing. Besi lementer diberikan
secara oral dengan dosis 2 mg/kgBB tiga kali sehari sampai
tanda-tanda anemia hilang (Kazura,2007).
b) Preventif
Cuci tangan sebelum makan dengan sabun
Cuci kaki sampai ke sela-sela jari dengan sabun
Menggunakan sandal saat keluar rumah
Membuang kotoran di jamban
9. Komplikasi