I. Pendahuluan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak
terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak,
baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun
menyebabkan 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari total kematian. Hal ini
menyumbang 57 juta dari disability adjusted life years (DALY). Sekitar 25% orang
dewasa di Amerika Serikat menderita penyakit hipertensi pada tahun 2011-2012. Tidak
ada perbedaan prevalensi antara laki-laki dan wanita tetapi prevalensi terus meningkat
berdasarkan usia: 5% usia 20-39 tahun, 26% usia 40-59 tahun, dan 59,6% untuk usia 60
tahun ke atas.2
Dengan mengacu kepada Riskesdas 2013 dimana dilaporkan bahwa rerata 25,8%
penduduk Indonesia menderita hipertensi dan memperhatikan data BPS (Badan Pusat
Statistik) bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 sudah mencapai 254,9 juta
Ini kurang lebih sama dengan seluruh penduduk Thailand (sekitar 65 juta orang)
pelayanan primer.3
Kronis). PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif
yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan
kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai
kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
populasi yang memiliki kondisi dimana kemandirian diri merupakan hal utama.4
satu dari 144 daftar penyakit yang harus diselesaikan di Pelayanan Kesehatan
Nasional/BPJS)
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance (lihat
gambar 1). Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak
yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh
gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang.
Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem
reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor,
respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot
polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang
yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan
berbagai organ.5
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin
yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
dimana tekanan darah sistolik seseorang di atas atau sama dengan 140/90 mmHg.
Klasifikasi tekanan darah oleh WHO – ISH untuk pasien dewasa (umur ≥ 18 tahun)
dibagi menjadi 8 kategori yang didasarkan pada rerata pengukuran dua tekanan darah
atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis (lihat tabel 1).7
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur ≥ 18 tahun menurut WHO – ISH
(generik) yang dapat diberikan selama maksimal 30 hari untuk pasien – pasien
Indamide
Beta Blockers Metoprolol Fatigue, depresi
Atenolol
Bisoprolol
Alpha Blockers Prazocin Tekanan darah rendah, pusing
Doxazocin
Alpha Agonists Clonidine Hipertensi makin tinggi jika
kantuk
Calcium Channel Amlodipine Kaki bengkak
Blockers Diltiazem
ACE inhibitors Captopril Batuk kering, meningkatkan
Ramipril
Verapamil
Angiotensin Receptor Telmisartan Meningkatkan kalium dalam
Candesartan
Olmisartan
Valsartan
Vasodilators Minoxidil Pembengkakan kaki
Hydralazine
B. Target Tekanan Darah dan Algoritma Pemilihan Obat Antihipertensi3
Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian
obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Atau
dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat, baik sejak awal
yaitu3 :
e. Mempunyai cara kerja yang saling mengisi pada organ target tertentu
(adherence)
dari Guidelines ESH/ESC tahun 2013, disesuaikan dengan obat yang tersedia
garis lurus (merah) adalah obat yang sebaiknya tidak dikombinasi (lihat
gambar 3).3
darah. Efek samping yang dapat muncul meliputi pusing, sakit kepala, diare,
jantung, selain itu juga menurunkan aliran simpatik dari SSP dan menghambat
metoprolol.9
menurunkan tekanan darah. Efek samping yang mungkin timbul adalah pusing,
bradikardi, flushing, sakit kepala, peningkatan SGOP dan SGPT, dan gatal
samping yang mungkin timbul meliputi peningkatan asam urat, gula darah,
berturut – turut
(PPDM)
d. Peserta dengan tekanan darah tidak terkontrol 3 bulan berturut – turut
(PPHT)
yang berhubungan dengan penyakit ginjal kronis (PGK) juga dapat segera
BPJS yang dinyatakan telah terdiagnosis DM tipe 2 dan atau hipertensi oleh
balik ke layanan kesehatan primer dengan skema pengobatan dan obat bisa
V. Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan
ketetapan JNC VII (The Seventh Report of The Joint National Committee on
criteria JNC VII, pasien dengan hipertensi dibagi menjadi normal, pre hipertensi,
dianjurkan meliputi kombinasi tiazid diuretic efektif dengan ARB, Ca antagonis atau
dengan ARB.
DAFTAR PUSTAKA
6. Mohani, Chandra Irwanadi. Hipertensi Primer. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi Keenam Jilid II. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia. Jakarta : 2014. p: 2285 – 2286
9. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J (eds.)
Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi ke-18. New York: Mc Graw
Hill; 2011. Pp: 1325 – 9