Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelasan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses

manufaktur. Proses manufaktur lainnya yang telah dikenal antara lain proses-

proses pengecoran (metal casting), pembentukan (metal forming), pemesinan

(machining), dan metalurgi serbuk (powder matallurgy). Produk dengan bentuk-

bentuk yang rumit dan berukuran besar dapat dibuat dengan teknik pengecoran.

Produk-produk seperti pipa, pelat dan lembaran, baja-baja konstruksi dibuat

dengan proses pembentukan. Produk-produk dengan dimensi yang ketat dan teliti

dapat dibuat dengan permesinan. Bagaimana dengan proses pengelasan? Proses

pengelasan yang pada prinsipnya adalah menyambungkan dua atau lebih

komponen, lebih tepat ditujukan merakit (assembly) beberapa konponen menjadi

suatu bentuk mesin. Komponen yang dirakit mungkin saja berasal dari produk

hasil pengecoran, pembentukan atau permesinan, baik dari logam yang sama

maupun yang berbeda-beda. Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik

penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam

pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan dan

menghasilkan sambungan yang kontinu (Sonawan, 2004).

Shield Metal Arc Welding (FCAW) merupakan salah satu jenis pengelasan

yang banyak digunakan saat ini. FCAW sama dengan las busur listrik fluk inti

tengah/pelindung inti tengah merupakan kombinasi antara proses SMAW,


2

GMAW dan SAW. FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang memasok filler

elektroda secara mekanis terus kedalam. Pelindung gas umumnya menggunakan

gas CO2 atau campuran CO2 dengan Argon (Jones, 2015).

Dalam proses pengelasan sangat mungkin terjadinya cacat yang disebabkan

oleh banyak faktor. Untuk mengetahui cacat tersebut perlu dilakukannya suatu

pengujian. Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui cacat tersebut

adalah pengujian radiografi. Uji radiografi dilakukan pada spesimen las untuk

melihat cacat atau retak yang ada didalam las (Wibowo, 2016). Karena termasuk

jenis pengujian tidak merusak (Non Destructive Test) maka pengujian ini

dilakukan di awal proses sebelum test piece dipotong menjadi spesimen uji lain

(Endartyana, 2013).

Pada umumya struktur mikro dari baja tergantung dari kecepatan

pendinginannya dari suhu daerah austenit sampai ke suhu kamar. Karena

perubahan struktur ini maka dengan sendirinya sifat-sifat mekanik yang dimiliki

juga berubah (Wiryosumarto dan Okumura, 2000). Pengujian struktur mikro

dimaksudkan untuk mengetahui bentuk, susunan dan ukuran butir pada logam las.

Struktur mikro logam las ditentukan oleh banyak faktor diantaranya masukan

panas, kuat arus, filler dan fluks, kecepatan las dan laju pendinginan (Subeki,

2006). Alat yang dipergunakan untuk pengujian ini adalah mikrosokop optik,

dengan mikrosokop ini dapat dilihat ukuran dan bentuk butir serta distribusi dari

berbagai macam fasa logam yang terjadi pada pengelasan (Subeki, 2015).

Kecepatan pengelasan juga salah satu faktor untuk mendapatkan hasil las

yang baik. Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda, diameter inti
3

elektroda, bahan yang dilas, geometri sambungan, ketelitian sambungan dan lain-

lainnya. Dalam hal hubungannya dengan tegangan dan arus las, dapat dikatakan

bahwa kecepatan las hampir tidak ada hubungannya dengan tegangan las tetapi

berbanding lurus dengan arus las. Karena itu pengelasan yang cepat memerlukan

arus yang tinggi. Bila tegangan dan arus tetap, sedangakan kecepatan pengelasan

dinaikkan maka jumlah deposit per satuan panjang las jadi menurun. Tetapi

disamping itu sampai pada suatu kecepatan tertentu, kenaikan kecepatan akan

memperbesar penembusan. Bila kecepatan pengelasan dinaikkan terus maka

masukan panas persatuan panjang juga akan menjadi kecil, sehingga pendinginan

akan berjalan terlalu cepat yang mungkin dapat memperkeras daerah HAZ. Pada

umumnya dalam pelaksanaan kecepatan selalu diusahakan setinggi-tingginya

tetapi masih belum merusak kualitas manik las. Pengalaman juga menunjukkan

bahwa makin tinggi kecepatan makin kecil perubahan bentuk yang terjadi

(Wiryosumarto dan Okumura, 2000).

Dalam penelitian ini akan dipelajari bagaimana pengaruh dari kecepatan

pengelasan terhadap distribusi temperatur yang terjadi sekitar pengelasan,

bagaimana cacat internal yang terjadi dan bagaimana struktur mikro yang

terbentuk. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat memberikan

kontribusi informasi untuk memperoleh kualitas sambungan las yang optimal

terkait dengan parameter kecepatan pengelasan.


4

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana fenomena distribusi temperatur disekitar pengelasan, cacat

internal pengelasan, struktur mikro yang terjadi dan kecepatan las yang paling

optimal pada pengelasan FCAW dengan parameter kecepatan.

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui distribusi temperatur disekitar pengelasan, cacat internal

pengelasan, struktur mikro yang terjadi dan kecepatan las yang paling optimal

pada pengelasan FCAW dengan parameter kecepatan.

1.4 Manfaat Penulisan

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan hasil dari penelitian ini

dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk penerapan pengelasan dengan las FCAW

semi otomatis serta dapat memberikan kontribusi informasi untuk memperoleh

kualitas sambungan las yang optimal terkait dengan parameter kecepatan

pengelasan.

1.5 Batasan Masalah

Untuk memberikan arah kejelasan dalam pembahasan diperlukan

pembatasan masalah agar tidak menyimpang dari tujuan. Batasan masalah yang

diambil adalah sebagai berikut :

1. Jenis las yang digunakan adalah las FCAW semi otomatis.

2. Jenis elektroda yang digunakan yaitu K-71T.


5

3. Material yang digunakan yaitu plat A36.

4. Kecepatan pengelasan yang digunakan adalah 6mm/s, 7mm/s dan 8mm/s.

5. Tidak menghitung tegangan sisa.

6. Tidak membahas distorsi.

Anda mungkin juga menyukai