Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengenalan Internet Secara Efektif Kepada Masyarakat Desa” dengan baik tanpa ada halangan
yang berarti.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah
berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.
Dengan karya ini saya berharap dapat membantu pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa Indonesia melalui pengembangan internet di desa-desa.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Meskipun keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah lebih diakuisebagai
profesi, namun masih ada persepsi negatif tentang bimbingan dan konseling
terutamakeberadaannya di sekolah dari para guru, sebagian pengawas, kepala sekolah, para
siswa, orangtua siswa bahkan dari guru BK sendiri. Selain persepsi negatif tentang BK, juga
sering muncultudingan miring terhadap guru bimbingan dan konseling di sekolah.
Munculnya persepsi negatif tentang BK adalah tidak diketahuinya fungsi, arah dan
tujuan bimbingan di sekolah atau tidak disusunnya program BK secara terencana. Dapat
jugadisebabkan oleh ketidaktahuan akan tugas, peran, fungsi, dan tanggung jawab guru BK
itusendiri.
RUMUSAN MASALAH
1
Dewa Ketut Sukarni, pengantar pelaksanaaan program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010) hal 36-37
Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua,
guru, dan guru pembimbing.
Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk didalamnya lingkungan
keluarga dan sekolah) terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan
uru pembimbing.
Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya
informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan/karier, dan informasi
budaya/nilai-nilai) terutama oleh siswa.
c. Fungsi Perbaikan
Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin
saja siswa masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Disinilah fungsi
perbaikan itu berperan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai permaslahan yang
dialami siswa.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi berarti bahwa ayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat
membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan
pribadinya seca mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dengan demikian siswa dapat
memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dlam
rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi-fungsi
tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan
da pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana
terkandung didalam masing-masing fungsi bimbingan dan konseling. Setiap
layanan dan kegiatan bimbingan dan kinseling dilaksanakan haruslah secra
langsung mengacu pada salah satu atau beberapa fungsi itu, agar hasil yang
hendak dicapainya secra jelas dpat diidentifikasi dan evaluasi.2
e. Fungsi Penyaluran
Kegiatan dari fungsi ini meliputi usaha untuk membant seseorang dalam hal
memilih sesuatu, menentukan sesuatu, apakah sesuatu itu berupa sekolah,
2
Ibid hal 42-43
pekerjaan, masa depan dsb, sesuai apa yang ada pada dirinya (kemampuan bakat,
cita-cita, dsb )
f. Fungsi pencegahan
Pengetahuan (apa yang diketahui) pembimbing tentang diri siswa/kkien, akan
berguna untuk memperkirakan hambatan/gangguan yang mungkin timbul dari
dalam diri klien. Selanjutkan berdasarkan kemungkinan yang ada pada diri klien,
yaitu berupa kekuatan-kekuatan /potensi yang dimilinya, kiramya akan dpat
dicegah timbulnya hambatan/masalah/gangguan itu, sehingga seluruh potensi
serta kemungkinan itu dapat dikerahkan sepenuhnya untuk membantu
perkembangan individu/klien.
g. Fungsi penyesuain
Salah satu bimbingan adalah membantu individu untuk dapat menyesuaikan
dirinya dnegan (lingkungan sekolah, masyarakat, keluarga, dan masyarakat).
Kepada iswa baru misalnya perlu diperkenalkan peraturan-peraturan sekolah,
cara-cara belajar disekolah tersebut, kurikulumnya dsb. Yang mana semua ini
dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baru.
h. Fungsi pengarahan
Dalam melaksaksanakan fungsi ini pembimbing hendaknya mengetahui arah yang
akan dituju oleh si terbimbing. Pengetahuan tentang ketepatan arah yang akan
dituju sangat menentukan berhasilnya fungsi ini dilaksanakan. Selanjutnya
berdasarkan penentuan arah yang dituju, maka perlu disediakan dan diatur sebagai
fasilitas serta kondisi-kondisi yang akan dapat menunjang, sehungga diharapkan
pengembangan si terbimbing benar-benat dapat menuju ke arah yang telah
diketahui itu.
i. Informatif
Individu yang sedang berkembang membutuhkan bermacam-macam informasi,
baik yang menyangkut dirinya sendiri maupun yang menyangkut lingkungannya.
Seperti kemapuan dasar (intelegensi), bakat, minat, keterbatasan/kelemahannya
dan lingkunganya ( seperti sekolah yang mungkin dimasukinya, jurusan yang
tersedia pada suatu sekolah), snagat menguntungkan kalau dapat diketahuinya
pada waktu sedini mugkin. Pemberian informasi ini adalah dalam rangka agar
yang bersangkutan daat memupuk seluruh potensi yang dimilikinya sehingga dia
dpat berkembang secara wajar.
j. Fungsi pemecahan
Fungsi pemecahan dalam hal ini berarti usaha yang berupa bantuan kerarah
pemecahan masalah yan dialami seorag individu. Ushan pemecahan yang
dihadapiya itu dapat dilaksanakan /diakukan dengan mempertimbangkan sgala
sesuatu yang telah diketahui pembimbing tentang diri si terbimbing sebelumnya,
yang diperoleh sebelum fungsi ini dilaksanakan, seperti pengetahuan pembimbing
tentang potensi yang dimiliki si terbimbing, lingkungannya dsb.
k. Fungsi pemeliharaan
Sesuatu yang ada pada diri seseorang yang berupa kekuatan-kekuatan yang telah
berkembang seperti bakat, tingkah laku yang baik, dsb, hendaknya dapat dijaga
dan dipelihara supaya hal yang berbentuk positif itu tidak hilang begitu saja, atau
tidak terpengaruh oleh sesuatu hal, sehingga lama kelamaan menjadi hilang atau
tidak dapat dilakukan lagi oleh individu yang bersankutan. Dlam hal ini
pembimbing berfungsi agar apa yang telah ada itu dpat dijaga dengan baik
sehingga memberi manfaat bagi individu yang bersangkutan maupun bagi
lingkungan masyarakat.
l. Fungsi peningkatan
Sebagai kelanjutan dari pemeliharaan terhadap sesuatu yang telah merupakan hal
positif pada diri seseoranng, adalah bagaimana usaha meningkatkan sesuatu ha itu
sehingga makin lama individu yang ersangkutan semakinmeguasai keterampilan,
lebih menguasai cara-cra bersopan satun, lebih mampu menyesuaikan dengan
lingkungan. Dan justru disinilah letak kegiatan fungsi peningkatan dalam kegiatan
bimbingan konseling yang terakhir. 3
3
Slameto,bimbingan disekolah (Jakrta: PT Bina Aksara , 1988) hal 13-16
C. PERINSIP – PRINSIP BIMBINGAN KONSELING
Seperti disiplin ilmu bidang-bidang yang lain, penyuluhan konseling juga mempunyai penekanan
dan prinsip-prinsip tersendiri. Prinsip – prinsip yang dimaksudkan itu adalah sebagai berikut:
1. Konseling memelurkan seorang konselor untuk mendengar dan memahami apa yang dikatakan
oleh konseli.
2. Konseling diberikan pada individu yang normal yang sedang menghadapi masalah.
3. Orientasi konseling haruslah ke arah kerjasama dan bukan paksaan.
4. Konseling merupakan proses yang bertujuan mempengaruhi tingkah laku seseorang secara
sukarela atau dengan kehendak sendiri.
5. Memberikan hak kepada orang untuk membuat rencana dan keputusan sendiri.
6. Dialog ( diskusi) dalam konseling merupakan cara yang paling baik untuk memudahkan
perubahan tingkah laku.
7. Pendapat klien hendaklah dijadikan pertimbangan dalam menetapkan suatu keputusan.
8. Konselor hendaklah seseorang yang profesional dan mampu untuk membantu kita.
9. Konseling haruslah berdasarkan etika yang baik.
10. Kerjasama antara guru, pelajar konselor dan pihak sekoalah sangat menentukan keberhasilah
proses konseling di sekolah.
11. Konseling akan berhasil, jika direncanakan dengan baik.
12. Secara umum bimbingan konseling berlaku untuk semua orang dan tidak hanya terbatas bagi
orang yang mempunyai masalah.
13. Dalam proses konseling, kita dapat diharapkan berkembang, sehingga setelah proses ini, kita
dapat menerima dan memahami dirinya dengan baik. ( Mohd. Salleh, 1993: 15).
4. Konselor haruslah mempunyai latar belakang agama ( aqidah, syari’ah, fiqh dan akhlaq) yang
kuat.
5. Konselor haruslah memahami konsep manusia menurut pandangan islam, sehingga ia dapat
menyadarkan dan mengembangkan personaliti yang seimbang pada kita.
6. Pembinaan kerohanian, hendaklah melalui ibadah dan latihan- latihan keagamaan.
Sedangkan menurut Ee Ah Meng ( 1994 : 7) prinsip- prinsip dasar dan bimbingan konseling
adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan adalah bagian dari tugas pendidikan.
2. Bimbingan adalah suatu proses pengetahuan.
3. Bimbingan adalah untuk semua individu.
4. Bimbingan merupaka suatu proses seumur hidup, artinya dari tingkat sekolah rendah sampai ke
perguruan tinggi.
5. Bimbingan lebih dekat kepada pencegahan daripada memperbaiki.
6. Rahasia dan masalah-masalah pribadi kita hendaklah di jaga oleh konselor.
7. Data – data pribadi klien haruslah lengkap, seperti : latar belakang keluarga, minat, bakat,
tujuan, dan kesehatan.
8. Pembimbing haruslah bersifat terbuka, tidak menghukum, sabar dan mudah ditemui.
9. Setiap guru adalah pembimbing. Salah satu tugas guru adalah memahami masalah murid dan
berusaha untuk menolong mereka.
10. Bimbingan menolong klien menetapkan tujuan yang realistik, sebanding dengan kemampuan,
bakat dan minatnya.
11. Waktu konsultasi hendaklah mencukupi, sehingga kita dapat menyampaikan atau meluahkan
semua masalah yang dihadapinya.
12. Seorang pembimbing hendaklah dilengkapi dengan kemahiran- kemahiran tertentu dalam proses
menolong orang lain.
13. Dalam menghadapi seseorang yang bersetatus pelajar, konselor hendaklah mengadakan
hubungan baik dengan wali kelas, guru-guru lain, kepala sekolah dan orang tua guna
memperoleh informasi yang lengkap.
14. Tempat bimbingan hendaklah dilengkapi dengan peralatan yang cukup.
15. Baik murid- murid disekolah maupun para klien tidak boleh di paksa untuk menerima sesuatu
keputusan yang diberikan oleh konselor.
Prinsip dasar yang dipandang sebagai pondasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan.
Prinsip- prinsip ini berasal dari konsep- konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi
dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik sekolah/ Madrasah maupun di
luar sekolah/madrasah. Prinsip-prisip ialah bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua
konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik
yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak- anak,
remaja maupun dewasa. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli
bersifat unik ( berbeda atau sama lainnya) , dan melalui bimbingan konseli di bantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa menjadi
fikus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingan menggunakan teknik
kelompok. Bimbingan juga menekankan hal yang fositif. Dalam kenyataan masih ada yang
memilki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu
cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya
merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, kerena bimbingan
merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang.
Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas
atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru- guru dan kepala sekolah/ Madrasah sesuai
dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai tiamwork. Pengambilan
keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkann
untuk membantui konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan
mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasehat kepada konseli,yang itu semua
sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh
tuijuannya, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputuasan
yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi
kemampuan yang harus di kembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangakan
kemapuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.[3]
Van Hoose ( 1969) mengemukakan bahwa prinsip bimbingan konseling itu ialah:
a. Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri setiap anak terkandung kebaikan-
kebaikan.
b. Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik, seorang anak berbeda dengan
anak yang lainnya.
c. Bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda dalam pertumbuhan dan
perkembangan merekamenjadi pribadi yang sehat.
d. Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk mencapai apa yang
menjadi idaman masyarakat dan kehidupan.
e. Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihan-latihan
khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus.
Shertzer dan stone ( 1981) menyatakan bahwa prinsip merupakan cara bimbingan dan
konseling bekerja, menerangkan bentuk kegiatannya yang utama dan menjelaskan tentang
andaian falsafahnya:
Prinsip 1. Bimbingan bertanggungjawab tentang sistem perkembangan pribadi seseorang.
Prinsip 2. Cara utama bimbingan konseling dikendalikan dengan menggunakan proses
tingkah laku individu, bimbingan dan konseling membahas tentang perkembangan pribadi,
bimbingan dan konseling bekerja dengan urutan kejadian yang terdapat daalam konteks
kehidupan mereka.
Prinsip 3. Bimbingan diorientasikan ke arah tolong menolong dan bukan paksaan. Pelajar
tidak boleh dipaksa untuk tunduk kepada bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling
dilaksanakan dengan kesanggupan bersama individu yang terlibat.
Prinsip 4. Manusia mempunyai kemampuan untuk perkembangan dirinya. Konselor
cenderung percaya bahawa setiap orang mempunyai kemampuanuntuk mewujudkan sikap diri
yang lebih baik dan perlakuan dan sikap yang khusus mempengaruhi oleh asfek-asfek individu.
Prinsip 5. Bimbingan dan konseling berdasarkan kepada harga diri dan nilai individu yang
sama dengan hak mereka untuk memilih.
Prinsip 6. Bimbingan dan konseling suatu proses pendidikan yang berkesinambungan.
Bimbingan dan konseling dimulai dari sekolah dasar sampai keperguruan tinggi, sepantasnya
bersatu di atas tema dan diintegrasikan ke dalam keseluruhan program sekolah.[4]
BAB III
PENUTUP
1. KRITIK
Adapun kesan yang kami rasakan dalam kegiatan belajar BK (Bimbingan dan Konseling)
sangat senang dan berterimakasih, karena selama kegiatan belajar BK (Bimbingan dan
Konseling) kami mendapatkan banyak sekali ilmu dan pengetahuan yang belum pernah
kami dapatkan sebelumnya. Kami juga sangat berterimakasih kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dan dari diskusi ini kami bisa mengembangka keterampilan kami
dalam dunia kerja.
2. SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.
3. KESIMPULAN
Dari data dan fakta yang telah dipaparkan diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa penggunaan bahan pengawet pada jajanan anak sekolah sangat berbahaya untuk
kesehatan sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan. Tindakan tersebut meliputi
menyediakan jajanan yang sehat di kantin sekolah dan melarang anak-anak untuk jajan
sembarangan. Pengawasan dari orang tua guru juga sangat penting untuk mengatasi
permasalahan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar M. Luddin, Dasar – dasar konseling, Citapustaka Media Printis : Bandung
,2011,hal.33-36
Novi Hendri, Psikoligi dan Konseling Keluarga, Citapustaka Media Perintis, Bandung:2012.hal,
3-5.
Dewa Ketut Sukarni, Pengantar Pelaksanaaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
PT Rineka Cipta, Jakarta: 2010. hal 36-37.