Anda di halaman 1dari 14

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama tiga dasawarsa terakhir ini perhatian utama masyarakat


perekonomian dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat tingkat
pertumbuhan pendapatan nasional. Para ekonom dan politisi dari semua negara,
baik itu negara kaya maupun miskin, yang menganut sistem kapitalis, sosoalis,
maupun campuran, semuanya sangat mendampakan dan menomorsatukan
pertumbuhan ekonomi (economic growth).
Pada setiap akhir dengan tingkat pertumbuhan GNP relatifnya, dan dengan
penuh harap mereka menantikan munculnya angka-angka pertumbuhan yang
membesarkan hati. Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur
penilaian pertumbuhan ekonomi nasional seperti itu sudah terlanjur di yakini serta
di terapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga
harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi
tersebut yang di iringi dengan pembangunan ekonomi untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi
Pembangunan ekonomi pada hakikatnya merupakan serangkaian usaha dan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
memperluas kesempatan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat,
meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan mengusahakan pergeseran
aktivitas ekonomi. Pembangunan juga untuk menciptakan kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat
sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata,
dimana dengan membaiknya pembangunan ekonomi sebuah negara secara
lansung juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Teori dan empiris dampak penduduk bagi pembangunan, menurut kelompok


pesimisme, optimisme, dan netral
2. Perkembangan, sebaran, dan kepadatan penduduk Indonesia

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Agar dapat mengetahui teori dan empiris dampak penduduk bagi


pembangunan, menurut kelompok pesimisme, optimisme, dan netral
2. Untuk mengetahui perkembangan, sebaran, dan kepadatan penduduk Indonesia

2
3

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dan Empiris Dampak Penduduk Bagi Pembangunan,


..Menurut Kelompok Pesimisme, Optimisme, Dan Netral

a. Teori penduduk/kependudukan (Teori Pre Malthusian)


Pada masa sebelum Malthus hanya ada satu pandangan mengenai penduduk,
yaitu bahwa reproduksi dipandang sebagai suatu usaha untuk mengganti
penduduk yang meninggal karena tingkat kematian yang tinggi. Meskipun
demikian, aplikasi dari pandangan tersebut mengandung berbagai perberbedaan
antar tempat dan waktu.
Diantara perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

 500 SM (pada zaman Cina Kuno) dipelopori oleh Confusius (Seorang pemikir
Cina), berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk dapat menurunkan nilai
output pertenaga kerja, menurunkan tingkat kehidupan masyarakat dan
menimbulkan perselisihan. Mereka juga mengemukakan bahwa pemerintah
bertanggung jawab untuk mempertahankan hubungan yang ideal rasio antara
manusia dengan luas lahan (man-land ratio). Alternatif untuk melakukan hal
tersebut adalah dengan memindahkan penduduk dari daerah yang kelebihan
penduduk (overpopulated) ke daerah yang kurang penduduk (underpopulated
areas).
 300 SM Plato dalam “The Laws” menekankan bahwa kestabilan penduduk
(dalam konteks rasio manusia dan lahan) merupakan faktor yang penting untuk
mencapai kesempurnaan manusia. Jadi, Plato merupakan pemikir yang paling
awal yang mengemukakan doktrin bahwa kualitas manusia lebih penting
daripada kuantitasnya. Optimalisasi ratio manusia dan lahan ini juga
dikemukakan oleh Aristoteles pada periode yang sama.
 50 SM Kekaisaran Romawi pada masa Kaisar Julius dan Agustus, menganut
paham pronatalis. Kaisar berpandangan bahwa pertumbuhan penduduk

3
4

merupakan hal perlu untuk mengganti korban perang dan juga untuk menjamin
jumlah penduduk yang cukup untuk menjajah daerah jajahan.
 354 – 430 M Setelah kekaisaran Romawi jatuh, pandangan yang dianut adalah
antinatali. Augustine percaya bahwa keperawanan merupakan keberadaan
manusia yang paling tinggi. Kepercayaan semacam ini mengakibatkan orang
menunda atau bahkan tidak melakukan sama sekali hubungan kelamin.
Akibatnya adalah fertilitas turun.
 Abad 17 Ditandai dengan munculnya Mercantilisme. Pertumbuhan penduduk
dipandang sebagai hal yang penting untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat Sebagaimana yang dikemukakan penulis seperti Süssmilch di
Jerman, kemakmuran negara sama dengan produksi total dikurang dengan upah
yang diterima pekerja. Karena tingkat upah cenderung turun sebagai akibat
meningkatnya angkatan kerja, maka negara-negara dengan pertumbuhan
penduduk tinggi akan mendapatkan keuntungan.
 Abad 18 Doktrin pronatalis dari Mercantilis ternyata tidak sesuai dengan
kenyataan, pertumbuhan penduduk yang tinggi ternyata tidak berhubungan
dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tetapi malah meningkatkan
kemiskinan. Kritik terhadap pandangan Mercantilis ini muncul dari aliran
physiocratic, yang berpendapat bahwa bukan penduduk, tetapi tanahlah yang
menjadi bagian terpenting dari kekayaan suatu negara. Salah satu tokoh
terkenal yang menganut paham ini adalah Adam Smith. Dia berpendapat
bahwa sesungguhnya ada hubungan yang harmonis dan alami antara
pertumbuhan dan pertumbuhan ekonomi, dimana pertumbuhan penduduk
tergantung pada pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa
jumlah penduduk dipengaruhi oleh permintaan terhadap tenaga kerja (demand
for labor) dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh produktivitas lahan.

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis


Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili
kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

4
5

Secara umum, penduduk merupakan unsur penting dalam usaha untuk


meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Penduduk
memegang peranan penting karena menyediakan tenaga kerja yang diperlukan
untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Selain itu, konsumsi dari penduduk akan
menciptakan permintaan agregat yang memicu kegiatan produksi.

b.. Dampak penduduk bagi pembangunan, menurut kelompok pesimisme,


optimisme, dan netral.

a) Menurut kelompok pesinisme


Kelompok Pesimis/pesinisme berpendapat bahwa penduduk
(pertumbuhan yang pesat) dapat mengantarkan dan mendorong terjadinya peng-
urasan sumber daya, kekurangan tabungan, kerusakan lingkungan, kehancuran
ekologis, yang kemudian dapat memunculkan masalah-masalah sosial, seperti
kemiskinan, keterbelakangan dan kelaparan.
b) Kelompok Optimisme
Kelompok Optimis/optimisme berpendapat bahwa penduduk
(pertumbuhan yang pesat) dapat mengantarkan dan mendorong terjadinya peng-
urasan sumber daya, kekurangan tabungan, kerusakan lingkungan, kehancuran
ekologis, yang kemudian dapat memunculkan masalah-masalah sosial, seperti
kemiskinan, keterbelakangan dan kelaparan.
c) Kelompok netral
Kelompok Netral menganggap bahwa pertumbuhan penduduk tidak
memilik dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pandangan ini
berdasarkan hasil studi empiris yang dilakukan di berbagai negara. Negara dengan
tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat biasanya memiliki pertumbuhan
ekonomi yang lambat. Akan tetapi, hubungan negatif ini lama-kelamaan akan
menghilang ketika faktor-faktor lain seperti kebijakan perdagangan, tingkat
pendidikan dan sistem pemerintahan juga ikut dianalisis. Dengan demikian,
masalah pertumbuhan penduduk secara relatif hanya memiliki dampak kecil
terhadap pertumbuhan ekonomi.

5
6

2.2 Perkembangan, Sebaran, Dan Kepadatan Penduduk Indonesia


Hasil sensus penduduk Indonesia menunjukkan bahwa penduduk
Indonesia mengalami tren meningkat. Sensus pertama yang diadakan oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930 menunjukkan jumlah penduduk
Indonesia adalah 60,7 juta jiwa. Pada tahun 1961, ketika sensus penduduk
pertama setelah Indonesia merdeka dilakukan, jumlah penduduk telah mencapai
97,1 juta jiwa. Pada sensus penduduk terakhir, tahun 2010, jumlah penduduk telah
meningkat menjadi 237,6 juta jiwa. Berdasarkan proyeksi penduduk, jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2013 adalah sebanyak 248,9 juta jiwa. Secara
internasional, jumlah penduduk Indonesia menduduki peringkat ke empat setelah
Cina, India, dan Amerika Serikat.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Dalam Juta Jiwa


Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
1961 97,1 -
1971 119,2 1,23%
1980 146,9 1,36%
1990 178,6 3,17%
2000 205,1 1,15%
2010 237,6 1,16%
sumber : sensus penduduk, http://eprints.undip.ac.id/45748/1/12_purnamasari.pdf, hal 1

Banyaknya penduduk dipengaruhi oleh tinggi rendahnya laju


pertumbuhan penduduk. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
penduduk Indonesia mengalami sedikit fluktuasi. Pada periode tahun 1961-1971
laju pertumbuhan penduduk adalah sebesar 1,23 persen dan pada periode 1971-
1980 meningkat menjadi 1,36 persen. Selama periode 2000-2010 laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,16 persen. Laju pertumbuhan penduduk
menggunakan asumsi bahwa pertumbuhan penduduk berlangsung terus-menerus
akibat adanya kelahiran dan kematian di setiap waktu.

Rumus laju pertumbuhan pendudukl adalah sebagai berikut.

6
7

atau

Keterangan:

Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke-t

Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar

t = jangka waktu

r = laju pertumbuhan penduduk

e = bilangan eksponensial yang besarnya 2,718281828

Jika nilai r > 0, artinya terjadi pertumbuhan penduduk yang positif atau
terjadi penambahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r < 0, artinya
pertumbuhan penduduk negatif atau terjadi pengurangan jumlah penduduk dari
tahun sebelumnya. Jika r = 0, artinya tidak terjadi perubahan jumlah penduduk
dari tahun sebelumnya.

Di samping memiliki jumlah penduduk yang relatif banyak dan


pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, Indonesia menghadapi persoalan tidak
meratanya pertumbuhan penduduk. Hasil sensus penduduk 2010 menunjukkan
bahwa 57,49 persen penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Padahal luas
Pulau Jawa hanya sekitar 7,00 persen dari luas wilayah Indonesia. Sementara itu,
Pulau Maluku dan Pulau Papua hanya ditempati 2,60 persen dari jumlah
penduduk. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa kepadatan penduduk per km2
antarpulau timpang.
Sejalan dengan jumlah penduduk, kepadatan penduduk di Indonesia terus
mengalami peningkatan. Dengan luas wilayah Indonesia yang sekitar 1.910.931
km2, rata-rata tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 orang
per km2 (BPS, 2010). Provinsi yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah
Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar 14.440 orang per km2. Provinsi Papua Barat
memiliki kepadatan penduduk yang paling rendah, yaitu sebesar 8 orang per km2.

7
8

Tabel 1.2 Distribusi Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut


Provinsi, 2010 dan 2015

Provinsi Presentase penduduk Kepadatan Penduduk Per Km²


2010 2015 2010 2015
Aceh 1,90 1,96 78 86
Sumatera Utara 5,46 5,46 179 191
Sumatera Barat 2,04 2,03 116 124
Riau 2,34 2,48 64 73
Jambi 1,30 1,33 62 68
Sumatera Selatan 3,14 3,15 82 88
Bengkulu 0,72 0,73 86 94
Lampung 3,20 3,18 220 234
Kepulauan Bangka 0,52 0,54 75 84
Belitung
Kepulauan Riau 0,71 0,77 206 241
DKI Jakarta 4,04 3,98 14518 15328
Jawa Barat 18,12 18,28 1222 1320
Jawa Tengah 13,60 13,22 989 1030
DI Yogyakatra 1,45 1,44 1107 1174
Jawa Timur 15,75 15,21 789 813
Banten 4,48 4,68 1106 1237
Bali 1,64 1,63 676 718
Nusa Tenggara Barat 1,89 1,89 243 260
Nusa Tenggara Timur 1,97 2,00 97 105
Kalimntan Barat 1,85 1,87 30 33
Kalimantan Tengah 0,93 0,98 14 16
Kalimantan Selatan 1,53 1,56 94 103
Kalimantan Timur 1,50 1,34 17 27
Kalimantan Utara - 0,25 - 9
Sulawesi Utara `0,95 0,94 164 174
Sulawesi Tengah 1,11 1,13 43 47
Sulawesi Selatan 3,38 3,34 173 182
Sulwesi Tenggara 0,94 0,98 59 66
Gorontalo 0,44 0,44 93 101
Sulawesi Barat 0,49 0.50 69 76
Maluku 0,65 0,66 33 36
Maluku Utara 0,44 0,45 33 36
Papua Barat 0,32 0,34 8 9
Papua 1,20 1,23 9 10
Sumber : Sensus Penduduk (SP) 2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035, BPS/2010
Population Census and Indonesia Population Projection 2010–2035, BPS-Statistics Indonesia,
Statistik Indonesia Tahun 2016, Hal 83

Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di


suatu wilayah atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak.

8
9

Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk


pada setiap km2 pada suatu wilayah atau negara.
Jenis-Jenis kepadatan penduduk dapat dibedakan menjadi tiga macam,
berikut ini:
1. Kepadatan Penduduk Berdasarkan Lahan Pertanian
Kepadatan penduduk berdasarkan lahan pertanian dapat dibedakan atas
kepadatan penduduk agraris dan kepadatan penduduk fisiologis.
a. Kepadatan penduduk agraris adalah perbandingan antara jumlah penduduk
yang bekerja di sektor pertanian dengan luas lahan pertanian. Kepadatan
penduduk agraris adalah jumlah penduduk rata-rata yang menempati wilayah
seluas 1 km2, yang tanahnya dapat diolah untuk pertanian. Kepadatan penduduk
ini biasa disebut juga dengan kepadatan penduduk netto.
Rumus kepadatan penduduk agraris:
Kepadatan penduduk agraris = Jumlah penduduk (jiwa) / Luas tanah pertanian
(km2)
b. Kepadatan penduduk fisiologis adalah perbandingan antara jumlah
penduduk total (baik yang bermata pencaharian sebagai petani ataupun tidak)
dengan luas lahan pertanian.

2 .Kepadatan Penduduk Umum (Aritmatik)


Kepadatan penduduk aritmatik adalah jumlah penduduk rata-rata yang
menempati wilayah seluas 1 km2. Kepadatan penduduk aritmatik ini sering kali
hanya disebut kepadatan penduduk. Kepadatan aritmatik merupakan perbandingan
antara jumlah penduduk total (tanpa memandang mata pencaharian) dengan luas
wilayah (baik lahan pertanian ataupun tidak). Untuk perhitungan kependudukan di
Indonesia, kita menggunakan perhitungan kepadatan penduduk umum (aritmatik).

Rumus kepadatan penduduk aritmatik adalah:


Kepadatan penduduk = Jumlah penduduk (jiwa) / Luas wilayah (km2)

9
10

3. Kepadatan Penduduk Ekonomi


Kepadatan penduduk ekonomi adalah besarnya jumlah penduduk pada suatu
wilayah didasarkan atas kemampuan wilayah yang bersangkutan.

Ukuran ini menggambarkan intensitas pertanian dari petani terhadap lahan yang m
mencerminkan efisiensi teknologi pertanian dan intensitas tenaga kerja pertanian
Kepadatan penduduk kasar merupakan ukuran persebaran penduduk yang umum
digunakan, karena selain data dan cara penghitungannya sederhana, ukuran ini sud
sudah distandarisasi dengan luas wilayah.

Rumus kepadatan penduduk :

Angka kepadatan penduduk menunjukan rata-rata jumlah penduduk


tiap 1 kilometer persegi. Semakin besar angka kepadatan penduduk
menunjukan bahwa semakin padat penduduk yang mendiami wilayah
tersebut. Misalnya kepadatan penduduk Indonesia tahun 2009
sebesar 124 artinya bahwa secara rata-rata tiap 1 kilometer persegi wilayah di
Indonesia didiami oleh 124 penduduk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk
tiap-tiap daerah atau negara adalah sebagai berikut :
a. Faktor Fisiografis
Penduduk selalu memilih tempat tinggal yang baik, strategis, tanah subur,
relief baik, cukup air, dan daerahnya aman.

10
11

b. Faktor Biologi
Tingkat pertumbuhan penduduk di setiap daerah adalah berbeda-beda
karena adanya perbedaan tingkat kematian, tingkat kelahiran, dan angka
perkawinan.
c. Faktor Kebudayaan dan Teknologi
Daerah yang masyarakatnya maju, pola berpikirnya bagus, dan keadaan
pembangunan fisiknya maju akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan
daerah yang terbelakang.

11
12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi selalu berkaitan, dimana dengan
adanya pertumbuhan ekonomi maka akan ada pembangunan ekonomi itu sendiri,
kepadatan penduduk merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dimana hal ini dapat mengantarkan dan mendorong
terjadinya pengurasan sumber daya, kekurangan tabungan, kerusakan lingkungan,
kehancuran ekologis, yang kemudian dapat memunculkan masalah-masalah
sosial, seperti kemiskinan, keterbelakangan dan kelaparan. Dimana halnya terjadi
pada negara indonesia mengalami peningkatan kepadatan penduduk yang cukup
signifikan dan secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi indonesia ke depannya nanti

3.2 Saran
Untuk memaksimalkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara,
suatu negara harus bisa menekan dan mengolah laju pertumbuhan penduduknya,
karena berbicara tentang laju petumbuhan penduduk secara tidak lansung dapat
memberikan dampak positif ataupun negatif pada kelangsungan pertumbuhan
ataupun pembangunan ekonomi suatu negara, tergantung bagaimana negara
tersebut mengatasi hal-hal tersebut

12
13

DAFTAR PUSTAKA

Husen, Sharifuddin. 2011. Jurnal Ekonomi Pembangunan kajian masalah


ekonomi dan pembangunan volume 12, nomor 1, edisi juni 2011 hal.132. (Hal 1)
di akses 9 Januari 2017

Todaro, Michael P. 1999. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga Edisi


Keenam 1999 Hal. 123. (Hal 1)

Purnamasari, Dian. 2015. Penduduk Dan Pertumbuhan Ekonomi Sebuah


Penjelasan Empiris Baru. Skripsi pada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Universitas Diponegoro Semarang, Halaman 1-12 (Hal 3,4,6,7) di akses tanggal 2
januari 2017 (di olah oleh Penyusun)

Badan Pusat Statistik2013.Poyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035.


Jakarta: Badan Pusat Statistik: Republik Indonesia (Hal 8,9) di akses tanggal 7
Januari 2017

Badan Pusat Statistik. 2010.Hasil Sensus Penduduk Indonesia Tahun


2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik: Republik Indonesia (Hal 10,11) di akses
tanggal 7 januari 2017 (di olah oleh penyusun)

https://www.rumusstatistik.com/2013/09/laju-pertumbuhan-penduduk-
eksponensial.html (Hal 7) di akses tanggal 2 Januari 2017

http://www.cara.aimyaya.com/2016/03/rumus-kepadatan-penduduk.html
Hal (10) di akses tanggal 7 januari 2017

13
14

Sumber : Sensus Penduduk (SP) 2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia


2010–2035, BPS/2010 Population Census and Indonesia Population Projection
2010–2035, BPS-Statistics Indonesia, Statistik Indonesia Tahun 2016, Hal 83 (hal
8) di akses 7 Januari 2017

Sumber Sensus Penduduk,http://eprints.undip.ac.id/45748_purnamasari.pdf,


Hal. 1 (Hal. 6) di akses 2 januari 2017

14

Anda mungkin juga menyukai