Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan di Indonesia adalah masalah kompleks yang merupakan
hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan
manusia. Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak, meskipun
kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat sakit sesungguhnya tidak terlalu
mutlak dan universal karena ada faktor-faktor di luar kenyataan klinis yang
mempengaruhi terutama faktor sosial budaya. Jadi, sangat penting menumbuhkan
pengertian yang benar pada benak masyarakat tentang konsep sehat dan sakit karena
dengan konsep yang benar maka masyarakat pun akan mencari alternatif yang benar
pula untuk menyelesaikan masalah kesehatannya. Masalah kesehatan yang sering
diderita oleh masyarakat Indonesia adalah penyakit metabolik dan degeneratif
(Foster, 2006).
Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit
yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal
menjadi lebih buruk. Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang mengiringi
proses penuaan atau terjadi seiring bertambahnya usia (Husaini 2014).
Sindroma Metabolik adalah sekelompok dari abnormalitas baik lipid maupun
non lipid pada seorang individu yang merupakan faktor risiko penyakit jantung
koroner. Sindroma Metabolik merupakan kumpulan dari faktor-faktor risiko untuk
terjadinya penyakit kardiovaskuler yang ditemukan pada seorang individu. Sindroma
metabolik terdiri dari tiga komponen yaitu, obesitas sentral, hipertensi, dan
peningkatan gula darah puasa (Bodhy dkk, 2011).
Menurut WHO (World Health Organization) Hipertensi merupakan keadaan
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah. Saat ini,
satu dari sepuluh penduduk dunia menderita hipertensi pada usia 20-an, dan lima dari
sepuluh penduduk dunia pada usia 30-an. Klasifikasi JNC VII terbaru
mencantumkan klasifikasi pre-hipertensi, yaitu seseorang dengan tekanan sistolik
120-139 mmHg dan/atau diastolik 80-89 mmHg, yang tidak digolongkan sebagai
hipertensi (Hastono, 2007).
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di
seluruh dunia (sekitar 13% dari total kematian). Di negara berkembang seperti
Indonesia, terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan penyakit
kardiovaskular lain bersama-sama dengan penyakit infeksi dan malnutrisi (Sani, 2008)
Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan tekanan darah hal ini
dipengaruhi oleh faktor stress akibat banyaknya kebutuhan keluarga dan
perekonomian didalam keluarga yang kurang sehingga ekonomi tak mencukupi
semua kebutuhan didalam keluarga, kurangnya minum, kurangnya berolahraga dan
bawaan dari keturunan. (Nugroho, 2015)
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologi maupun non
farmakologi. Penanganan hipertensi secara farmakologi memiliki efek samping
bermacam-macam tergantung pada jenis obat yang digunakan dan seringkali pasien
hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target
tekanan darah yang diinginkan (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
2006).
Penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologis, yaitu dengan
modifikasi gaya hidup meliputi pengurangan berat badan, aktifitas fisik, diet rendah
garam dan lemak (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).
Selain melaksanakan penatalaksanaan pengobatan secara farmakologik dan
non farmakologik, hipertensi juga dapat diobati atau dicegah dengan pengobatan
herbal. Maka dari itu, berdasarkan data di atas penulis akan meninjau kembali
pengobatan secara herbal pada penyakit hipertensi.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yan dimaksud dengan hipertensi ?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab dari hipertensi?
3. Bagaimana pengobatan hipertensi ?
4. Bagaimana cara mencegah hipertensi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hipertensi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari hipertensi
3. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi
4. Untuk mengetahui cara mencegah hipertensi
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan hipertensi
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor penyebab dari hipertensi
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengobatan hipertensi
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara mencegah hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 14
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). 7 Hipertensi
didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg
(Sofyan, 2012).
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,
hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik
berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut
jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin
pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan
diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-
anak dan dewasa muda (Sofyan, 2012).
Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara
tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya
dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolic berkaitan dengan
tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan.
Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik
(Sofyan, 2012)
2.1.2 Faktor-faktor penyebab hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai
faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi
yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor
yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok,
pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh. (Aprilia, 2009)
Berdasarkan uji statistik, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tekanan
darah sistolik pretest dan posttest kelompok kontrol. Saat dilakukan penelitian,
terdapat responden yang memiliki kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol,
memiliki kebiasaan makan yang berbeda, memiliki kebiasaan makan yang berbeda,
tingkat aktivitas yang berbeda, serta tingkat stres yang berbeda. (Sulistiawati, Prapti
dan Lestari, 2015)
Selain faktor usia, jenis kelamin dan pendidikan, hipertensi terjadi ketika orang
tersebut dengan gaya hidup yang tidak baik, seperti kurang olahraga, kurang minum,
hormonal pada wanita menaupose, merokok, dan makan makanan yang bnyak
mengandung garam dapur seta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi serta hidup stres
yang berkepanjangan akibat tuntutan kebutuhan hidup. Pada umumnya responden
baru mengetahui mempunyai penyakit hipertensi setelah memeriksakan tekanan
darahnya kepada petugas kesehatan. Penderita yang baru mengetahui penyakit
hipertensi hanya diberi obat antihipertensi, sedangkan terapi herbal jarang sekali
diberikan. (Sofyan, 2012)
2.1.3 Pengobatan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologi maupun non
farmakologi. Penanganan hipertensi secara farmakologi memiliki efek samping
bermacam-macam tergantung pada jenis obat yang digunakan dan seringkali pasien
hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target
tekanan darah yang diinginkan (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
2006).
Penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologis, yaitu dengan modifikasi
gaya hidup meliputi pengurangan berat badan, aktifitas fisik, diet rendah garam dan
lemak (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).
Selain pengobatan secara farmakologik dan non farmakologik, hipertensi juga
dapat diobati dengan pengobatan tradisional. Kelebihan obat tradisional adalah efek
sampingnya yang relatif rendah serta satu tanaman memiliki lebih dari satu efek
farmakologi dan lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif
(Larasati, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan Barnes, Griner, McFann, dan Nahin tahun
2002 di Amerika, menyatakan ada beberapa alasan atau faktor yang mendorong
masyarakat Amerika memilih Complementary and Alternative Medicine (CAM),
yaitu: mereka meyakini bila CAM dikombinasikan dengan pengobatan medis
konvensional akan lebih membantu dalam penyembuhan (54,9%), karena tertarik
untuk mencoba (50,1%), karena profesional pengobatan konvensional menyarankan
untuk mencoba CAM (26%), dan 13% pengguna CAM menyatakan bahwa
pengobatan medis konvensional terlalu mahal. Dalam Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2009 menyatakan sebanyak 90,49% penduduk yang mengobati sendiri
penyakitnya menggunakan obat tradisional dan 5,53% menggunakan jenis obat
lainnya (Pusat Data dan Informasi, 2009). Jadi, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh pemberian air rebusan daun alpukat (Persea americana
Mill.) terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan (Sulistiawati, Prapti dan Lestari, 2015)
2.1.4 Pencegahan Hipertensi
Munculnya hipertensi khususnya hipertensi tingkat 2 ini disebabkan antara
lain faktor usia, jenis kelamin dan pendidikan. Jenis kelamin sangat erat kaitannya
terhadapterjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi
penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 50 tahun.
Dengan bertambahnya usia, resiko terjadinya hipertensipun meningkat ini
disebabkan oleh karena penebalan dinding otot pada jantung, pembuluh darah dan
hormon, sehingga bahwa umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya
kenaikan tekanan darah. Tingkat pendidikan juga mepengaruhi terjadinya hipertensi.
Pendidikan yang kurang rata-rata kurang memiliki pengetahuan yang luas oleh
karena itu mereka belum mengetaahui tentang penyebab terjadinya hipertensi serta
pengobatan hipertensi dan cara pencegahan terhadap penyakit hipertensi tersebut
(Nugroho, 2015).
Selain faktor usia, jenis kelamin dan pendidikan, hipertensi terjadi ketika orang
tersebut dengan gaya hidup yang tidak baik, seperti kurang olahraga, kurang minum,
hormonal pada wanita menaupose, merokok, dan makan makanan yang banyak
mengandung garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi serta hidup
stres yang berkepanjangan akibat tuntutan kebutuhan hidup. Pada umumnya
responden baru mengetahui mempunyai penyakit hipertensi setelah memeriksakan
tekanan darahnya kepada petugas kesehatan. Penderita yang baru mengetahui
penyakit hipertensi hanya diberi obat antihipertensi, sedangkan terapi herbal jarang
sekali diberikan. Maka dari itu, gaya hidup yang baik seperti olahraga yang cukup,
banyak minum air, tidak merokok, dan makan-makanan yang bergizi dapat mencegah
terjadinya hipertensi (Nugroho, 2015).
2.2 Tinjauan Kembali Jurnal
Mengutip dari Patricia Landazuri, Nelsy Loango Chamorro dan Beatrize
Restrepo Cortes dalam Jurnalnya “Medicinal Plants Used in the Management
Hypertension” yang dipublikasikan pada tanggal 19 Juni 2017 yang menyatakan:
Hipertensi adalah salah satu wabah di dunia yang paling umum dan serius, serta
merupakan salah satu masalah kesehatan kronis yang memiliki faktor resiko tinggi
untuk infark miokardial, arteriosklerosis, stroke, dan penyakit ginjal stadium akhir. 25%
populasi orang dewasa di dunia mengidap hipertensi dan diperkirakan akan
meningkat sebanyak 30% di tahun 2025.
Tekanan darah (TD) dikontrol oleh beberapa mekanisme (Oksida nitrat,
mekanisme saraf, endokrin ginjal. Ada banyak senyawa antihipertensi seperti diuretic,
β-bloker, Calcium-channel blockers dan system penghambat rennin-angiostenin
seperti pengubah angiotensin enzim penghambat dan angiotensin II reseptor bloker,
diantaranya beberapa digunakan secara terpisah atau dikombinasikan untuk
mengobati penyakit ini. Tapi obat antihipertensi memiliki banyak efek samping yang
mengurangi fungsi ginjal, batuk kering, dan angiodema. Oleh karena itu
penatalaksanaan hipertensi menggunakan obat herbal dapat dijadikan sebagai
alternatif.
Ada banyak tanaman obat yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan
hipertensi yang memberi area baru dalam penelitian efek tanaman obat antihipertensi.
Ilmu etnobotani mendiskripsikan ratusan tanaman yang digunakan untuk
penatalaksanaan hipertensi, diantaranya adalah sebagai berikut :
Tanaman obat yang sering digunakan dalam penatalaksanaan hipertensi di
Indonesia adalah Bawang putih (Alium Sativum) dan Seledri (Avium Graveolens).
1. Bawang Putih (Alium sativum)
Menurut Sri Hananto Ponco Nugroho dalam jurnalnya “Pengaruh Pemberian
Bawang Putih Tunggal (Allium Sativum Linn) Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Dusun Juwet Desa Magersari Kecamatan Plumpang
Kabupaten Tuban” menjelaskan bahwa Bawang putih yang mengandung senyawa
kimia yang sangat penting, salah satunya termasuk volatile oil (0,1-0,36 %) yang
mengandung sulfur, termasuk didalamnya adalah alliin, ajoene dan vinyldithiines
yang dihasilkan secara non enzimatik dari allicin yang dapat mengencerkan darah dan
berperan dalam mengatur tekanan darah sehingga dapat memperlancar peredaran
darah.
Bawang putih tunggal juga mengadung enzim allinase, peroxidase dan
myrosinase, berfungsi memperlebar pembuluh darah sahingga aliran darah menjadi
lancar, bawang putih juga mengandung tinggi kalium sehingga dapat menghambat
vasokontriksi otot polos dan bersifat diuretik sehingga dapat menurukan tekanan
darah. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti
sebelumnya Novitasari. D, Puji Purwaningsih (2012) dengan judul “Efektifitas Terapi
Bawang Putih dalam Penurunan Hipertensi di Desa Nyatnyono Ungaran Kabupaten
Semarang” didapatkan hasil pemberian terapi bawang putih tunggal (Allium Sativum
linn) dapat dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Penurunan tekanan darah sistol responden setelah diberikan terapi bawang
putih (Allium Sativum linn) sebesar 14,38mmHg, sedangkan penurunan tekanan
darah diastole responden setelah diberikan terapi bawang putih (Allium Sativum
linn) sebesar 11,57mmHg.
2. Seledri (Apium graveolens)
Menurut Rumiyati dalam jurnalnya “Uji Antihipertensi Kombinasi Ekstrak
Herba Seledri, Daun Kumis Kucing Dan Buah Mengkudu Pada Tikus Galur Sprague
Dawley Normal Dan Hipertensi” Seledri (Apium graveolens) telah diketahui
mempunyai aktivitas antihipertensi (Gharouni & Sarkati, 2000) dengan adanya
kandungan apigenin yang berperan sebagai antagonis kalsium sehingga mempunyai
efek vasodilatasi atau vasorelaksasi (Chan et al., 2000). Di dalam seledri juga
terkandung senyawa dengan aktivitas vasorelaksan (Jorge et al., 2013). Kandungan
apigenin pada herba seledri diketahui dapat menurunkan tekanan darah dengan
memblok influks kanal kalsium (Ca 2+ Channel Blocker) (Jorge et al., 2013).
Sedangkan menurut Oktadoni Saputra dalam jurnalnya “Khasiat Daun Seledri
( Apium graveolens ) Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada Pasien
Hiperkolestrolemia” Apigenin dalam daun seledri berfungsi sebagai beta blocker
yang dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi
jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi
berkurang. Manitol dan apiin, bersifat diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan
kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam
darah akan menurunkan tekanan darah.
Potasium (kalium) yang terkandung dalam seledri akan bermanfaat
meningkatkan cairan intraseluler dengan menarik cairan ekstraseluler, sehingga
terjadi perubahan keseimbangan pompa natrium–kalium yang akan menyebabkan
penurunan tekanan darah. Salah satu strategi dalam penanganan hipertensi adalah
mengubah keseimbangan Na + .Perubahan keseimbangan Na + biasanya dilakukan
dengan pemberian diuretik secara oral.
Mekanisme penurunan tekanan darah oleh diuretik adalah mula-mula obat
diuretic menurunkan volume ekstrasel dan curah jantung kemudian akan mengurangi
resistensi vascular. Magnesium dan zat besi yang terkandung dalam seledri
bermanfaat memberi gizi pada sel darah, membersihkan dan membuang simpanan
lemak yang berlebih, dan membuang sisa metabolism yang menumpuk, sehingga
mencegah terjadinya aterosklerosis yang dapat menyebabkan kekakuan pada
pembuluh darah yang akan mempengaruhi resistensi vaskuler. Salah satu senyawa
flavonoid yang turut berperan sebagai kandungan aktif antihipertensi adalah apigenin,
suatu flavon dengan gugus hidroksi bebas pada atom karbon nomor 5,7 dan 4’8.
Apigenin yang terkandung dalam seledri bersifat vasorelaksator atau
vasodilator (melebarkan pembuluh darah) dengan mekanisme penghambatan
kontraksi yang disebabkan oleh pelepasan kalsium (mekanisme kerja seperti
kalsium antagonis).Antagonis kalsium bekerja dengan menurunkan tekanan darah
dengan memblokade masuknya kalsium ke dalam darah. Jika kalsium memasuki sel
otot, maka akan berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi otot yang melingkari
pembuluh darah, pembuluh darah akan melebar sehingga darah mengalir dengan
lancar dan tekanan darah akan menurun.
Berbagai tanaman herbal digunakan untuk pengelolaan hipertensi dan beberap
telah memiliki bukti klinis serta bukti ilmiah tentang mekanisme penatalaksanaan
hipertensi, Tanaman-tanaman ini yang perlu dipelajari secara mendalam agar
penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi menggunakan tanaman herbal dapat lebih
terealisasi.
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai