BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien arthritis reumatoidterjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresivitasnya. Pasie dapat pula
secara kronik dengan ciri : radang non spesifik sendi perifer (di luar axis skeletal),
rusak), tergolong penyakit yang tidak diketahui penyebabnya, awal radang sering
yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
Sternoclavikular 30
beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit
yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal
Rheumatoid. Dugaan faktor infeksi timbul karena umunya omset penyakit ini
terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai gambaran inflamasi yang
mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi satu organisme
dan jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat
virus (Aspiani,2014).
Hipotesis terbaru tentang penyebab penyakit ini adalah adanya faktor
genetik yang akan menjurus pada penyakit setelah terjangkit beberapa penyakit
virus, seperti infeksi virus Epstein-Barr. Heat Shock Protein (HSP) adalah
sekelompok protein berukuran sedang (60-90 kDa) yang dibentuk oleh seluruh
spesies sebagai respin terhadap stres. Walaupun telah diketahui terdapat hubungan
3
antara Heat Shock Poteindan sel T pada pasien Atrhitis Rheumatoid namun
Gejala awal terjadi pada berbagai sendi sehingga disebut poli artrhitis
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta
1. Stadium awal
Malaise, penurunan BB, rasa capek, sedikit demam dan anemia. Gejala
lokal yang berupa pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak pada sendi
matakarpofalangeal.
Pemeriksaan fisik : tenosinofitas pada daerah ekstensor pergelangan
tangan dan fleksor jari-jari. Pada sendi besar (misalnya pada sendi lutu)
jari, deviasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki.
Untuk menegakkan diagnosis dipakai kriteria diagnosis dari ACR 1987 dimana
sebagai berikut : kaku pagi hari, nyeri pada pergerakan atau nyeri tekan paling
sedikit satu sendi, pembengkakan karena penebalan jaringan lunak atau cairan
(bukan pembesaran tulang). Pembengkakan paling sedikit satu sendi dari masa
bebas gejala dari kedua sendi yang terkena tidak lebih dari tida bulan,
5
pembengkakan sendi yang simetris dan terkananya sedi yang sama pada kedua
sebagai berikut :
1. Rehumatoid klasik
Harus terdapat 7 dari kriteria tersebut di atass. Kriteria I sampai 5
tanda dan gejala sendi harus berlangsung terus menerus paling sedikit
selama minggu. Jika ditemukan salah satu tanda dari daftar yang tidak
ini.
2. Rheumatoid Definit
Harus terdapat 5 dari kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 5 tanda dan
satu dari kriteria 1 sampai 5 tanda atau gejala sendi harus berlangsung
memiliki ciri sebagai berikut kaku pagi hari, nyeri tekan atau nyeri gerak
+
4
+4 +
4
6
diproses oleh antigen presenting cells(APC). Antigen yang telah diproses akan
dikenali dan diikat oleh sel CD bersama dengan detrminan HLA-DR yang
erdapat pada permukaan membran APC tersebut dan membentuk suatu komplek
yang disekresi akan mengakibatan terjadinya mitosis dan proliferasi sel tersebut.
Selain IL-2, CD yang telah teraktivasi juga mensekresi berbagai limfokin lan
(GSM-CSF) serta berbagai mediator lain yang bekerja merangsang proliferasi dan
yang sesuai antibody yang dihasilkan akan membentuk komplek imun yang akan
Fagositosis komplek imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan
dan pembebasan radikal oksigen bebas, produksi protease, kolagenase dan enzim-
sendi, memcahkan tulang rawan, ligamentum, tendon, dan tulang pada sendi.
Proses ini diduga bagian dari suatu respon autoimun terhadap antigen yang
jaringan granulasi yang terdiri dri fibroblas dan berproliferasi, mikrovaskuler dan
berbagai jenis sel radang, pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
akan megganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan
kekauan kontraksi otot. Selain it juga akan timbul rasa nyeri, pemnemgkakan,
panas, eriterna dan gangguan fungsi pada sendi akibat proses inflamasi (Noor,
2016).
tidak bisa disembuhkan. Dalam bebrapa waktu penyakit ini secara bertahap
menjadi kirang agresif. Namun, jika tulan dan ligamen mengalami kehancuran
dan perubahan bentuk apapun dapat menimbulkan efek yang yang permanen.
Deformitas dan rasa nyeri dalam kegiatan sehari-hari dapat terjadi atau di
alami. Sendi yang terkena bisa menjadi cacat dan kinerja tugas sehari-hari akan
menjadi sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan. Menurut satu survey, 70%
tahun 2000 pada sebuah penelitian di inggris menemukan bahwa sekitar sepertiga
dari individu berhenti bekerja dalam waktu 5 tahun setelah timbulnya penyakit.
tangan dan kaki. Hal ini dapat mengakibatkan kesemutan, mati rasa, atau
rasa terbakar.
2. Anemia
3. Skleritis adalah suatu peradangan pada pembuluh darah di mata
yang dapat merusakkan kornea, skleromalasia dan dalam kasus yang parah
gangguan usus atau perut atau bahkan kanker lambung dan kolorektal
6. Osteoporosis adalah lebih umum terjadi pada wanita post
juga tampaknya lebih tinggi pada lakai-laki riayat AR yang berusia lebih
dari 60 tahun.
7. Penyakit paru , namun hubungan riwayat merokok dan resiko AR
umum dari AR
10. Sindrom Ferly, kondisi ditandai oleh kombinasi spenomegali,
lebih tinggi untuk infoma. Kanker lain mungkin terajdi pada AR termasuk
bersamaan.
8. Scan radionukloida : identifikasi peradangan sinovium
9. Atroskopi langsung, aspirasi cairan sinovial
10. Biopsi membran sinovial : menunjukkan peubahan inflamasi dan
perubahan panas.
2.2.9 Penatalaksanaan
dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara
pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.
ketaatan pasien.
10
inflamasi yang sering jumpai. OAINS yang dapat diberikan aspirin dan
ibuprofen
3. DMARD (disease modifying antirheumatic drugs) digunakan
untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
kortikosteroid.
4. Riwayat penyakit alamiah
Pada umunya 25% pasien akan mengalami maniestasi penyakit yang
akan mengalami remisi sempurna). Pada pihak lain sebagian besar pasien
oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil
ini belum dijumpai obat yang bersifat sebagai disease controlling anti
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan
terjadinya kerusakan.
atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi, listrik, atau mekanis.
kerusakan pada jaringan ( A.Aziz, 2008). Selanjutnya stimulus yang diterima oleh
belakang oleh dua jenis serabut, yaitu serabut A (delta) yang bermielin rapat dan
12
Nyeri merupakan campuran reaksi, emosi dan perilaku. Cara yang baik
medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya
sampai di dalam masa abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat
tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke kortek serebral, maka
pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya
menghilang.
a) Nyeri ringan
baik.
c) Nyeri sedang
e) Nyeri berat
singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah
b) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Pola
nyeri ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari
nyeri lalu nyeri timbul kembali. Adapula pola nyeri kronis yang terus menerus
faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini
sangat penting dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang
baik.
1. Usia
Menurut Potter & Perry (2005) usia adalah variable penting yang
nyeri. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis
2. Jenis Kelamin
bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh
3. Kultur
dan apa yang di terima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi
4. Ansietas
6. Makna Nyeri
8. Pola Koping
9. Kelelahan
pemahaman klien terhadapnyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien
(Dofi, 2015).
4) Penyakit paru
7) Kehilangan mobilitas
8) Menjadi tua
9) Sembuh
12) Tantangan
superficial )
rate
c. Vasokontriksi perifer
e. Diaphoresis
g. Dilatasi pupil
a. Muka pucat
b. Otot mengeras
mengukur).
menggigit bibir ).
menghilangkan nyeri).
kali dirasakan, dan nilai dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat
Perry, 2006):
didokumentasikan.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
0 : tidak nyeri
setempat.
21
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nyeri sangat
2.4.1. Pengertian
(Djohan,2016).
mental.
indra yang lain, seperti penglihatan, sentuhan, dan bau, jika sensori
23
Hensen tentang musik dan otak melaporkan bahwa karna sifatnya non
detak jantung, tekanan darah, sifat nyeri dan temperature tubuh. Hasil
jantung dan aliran darah. Menurut djohan (2006), terapi musik secara
3. Gangguan neurologis.
ibu – ibu yang akan melahirkan, pengelola rasa sakit, dan mereduksi
menyenangkan.
gelombang otak.
tekanan darah.
psikososial.
positif.
melatih imajenasi.
1.4.3. Jenis Terapi Musik dan Pengaruh Terhadap Fisik dan Fisiologis
manusia.
Rohmah (2011)
29
klasik kepada bayi ketika masih dalam kandungan. Setelah lahir atau
ketika mereka tumbuh besar akan menjadi anak – anak yang cerdas.
memori di Irvine, sebuah tim peneliti mulai menuju pada efek musik
diantaranya :
menyenangkan
gelombang otak
alamiah )
aktivitas bagian frontal otak kanan dan bagian tempo – pariental otak
otak yang di bedakan atas frekuensi alpha, beta, tetha dan delta.
dalam relaksasi.
hamper selalu dianggap sebagian dari ilmu fisika, dan dijelaskan dari
20.000 Hz.
jenisnya.
(Nillson,2009)
sebagai berikut :
PENGERTIAN Terapi musik merupakan salah satu terapi kesehatan yang tekhniknya
menggunakan musik yang di dengarkan sebagai alat untuk memperbaiki,
merelaksasikan dan memelihara keadaan mental ataupun emosi, jenis musik
yang digunakan dalam terapi ini adalah musik klasik.
TUJUAN 1. Mengurangi nyeri
2. Merangsang fungsi otak
3. Meningkatkan fungsi kognitif
4. Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologi
5. Mengurangi ketegangan otot
PETUGAS Peneliti
PERSIAPAN 1. Headset
ALAT 2. HP/MP4
3. Musik klasik Mozart
PROSEDUR 1. Tahap pra Interaksi
PELAKSANAA 1) Mempersiapkan musik
N 2) Mencari tempat yang nyaman dan tidak ramai
2. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam dan senyuman
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3) Inform contsen dan menanyakan kesiapan klien sebelum
melakukan tindakan
33
3. Tahap kerja
1) Menjaga privacy klien
2) Mengatur klien dalam posisi senyaman mungkin (duduk,
atau berbaring)
3) Minta klien untuk memilih salah satu jenis musik klasik
yang sudah di sediakan.
4) Minta klien untuk memakai headset yang sudah di sediakan
5) Mendengarkan musik membutuhkan waktu 15 menit
6) Putarkan lagu musik klasik
7) Diam beberapa saat (3 – 5 menit) agar terjadi sinkronisasi
ritmis dengan dunia luar
8) Intruksikan pada klien untuk memejamkan mata dan tarik
nafas dalam, ke luar dan lepaskan, biarkan nafas tenang mengikuti
alunan lagu dan pikiran menemukan kenyamanan irama suara.
9) Instruksikan pada klien untuk mengikuti alunan suara
seolah-olah musik merambat naik mulai dari kaki kemudian paha,
panggul,punggung dan seolah-olah dari tangan merambat naik
hingga keduanya bertemu di dada, lanjutkan alunan suara dari
dada ke fikiran, sambut lagu yang masuk kefikiran, lepaskan
semua keresahan dan rasa sakit. Dan nikmati hingga keadaan
fikiran menjadi tenang
10) Matikan musik beri jeda waktu (5 menit) untuk klien
merasakan ketenangan.
11) Rapikan alat.
4. Tahap Terminasi
1) Evaluasi respon dan kondisi klien
2) Perubahan Intensitas nyeri Rheumatoid arthritis
3) Akhiri terapi , beri motivasi pada klien dan ucapkan salam.
34
Rheumatoid
Arthritis
Terapi Musik
Suara berkumpul di
batang otak.Batang
otak menerjemahkan
melalui jaringan syaraf pada otak dan akan jenis suara, dan
membangkitkan gelombang otak yaitu menerima sinyal
frekuensi alfa pendengaran
Nyeri
berkurang
35