Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Latar Belakang Judul
Indonesia sebagai Negara berkembang harus terus menerus berbenah diri dalam
rangka usaha untuk memajukan kecerdasan bangsa yang tujuan jangka panjangnya yakni
masyarakat adil dan makmur baik materil maupun spirituil berdasarkan pancasila uud 45.
Untuk mencapai suatu masyarakat cerdas sudah tentu di butuhkan sarana- sarana
penunjang yang mana salah satunya adalah sekolah –sekolah, baik sekolah umum,
sekolah kejuruan, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat universitas. Sekolah/belajar
harus didukung oleh sarana sarana yang baik, para pendidik yang baik dan buku-buku.
Pada saat sekarang, harga buku – buku masih relatif mahal di bandingkan dengan
pendapatan masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu di perlukan suatu wadah yang
dapat menyediakan buku-buku mulai dari buku – buku yang lama sampai buku – buku
terbitan yang paling baru. Wadah itu umumnya di beri nama “Perpustakaan”, dan pada
kesempatan ini saya membuat “Perpustakaan Regional”, untuk perkembangan
perpustakaan di Indonesia pada umumnya, dan di medan pada khususnya.
1.1.2 Latar belakang pemilihan tema
Dalam merancang sebuah desain khususnya arsitektur, seorang perancang atau
arsitek tidak bisa serta merta menemukan bentuk rancangan tanpa merancang ide atau
konsep rancangan terlebih dahulu di dalam pikirannya. Tanpa konsep, suatu rancangan
bisa dikatakan sebagai rancangan yang meaningless. Dengan konsep dan tema yang jelas,
maka sebuah rancangan bisa dikatakan sebagai rancangan yang meaningfull. Selain itu,
tema juga menjadi batasan seorang arsitek dalam merancang. Dengan menggunakan satu
tema maka seorang perancang akan memiliki arah yang jelas dalam merancang dan
bukannya mencampur adukkan berbagai hal dalam merancang. Rancangan yang terarah
ini akan menciptakan sebuah desain yang memiliki makna dan ciri khas tersendiri.
Dalam menciptakan sebuah rancangan yang bermakna dan berciri khas, banyak
cara pencapaian ide yang bisa dilakukan oleh perancang. Salah satu konsep atau tema
yang bisa digunakan oleh perancang adalah tema Arsitektur Metafora. Arsitektur
Metafora telah menjadi trend akhir-akhir ini di kalangan perancang. Kemampuannya
dalam mengumpamakan sebuah arsitektur sebagai sesuatu yang lain telah membuat
arsitektur tersebut memiliki makna dan ciri khas yang membuatnya berbeda dengan
arsitektur yang lain. Hal inilah yang menyebabkan seorang perancang menggunakan tema
Arsitektur Metafora dalam mewujudkan ide desainnya.
1.1.3 Terminologi Judul
Perpustakaan regional teridiri dari dua suku kata yaitu “Perpustakaan dan
Regional” dimana setiap suku kata tersebut memiliki pengertian sebagai berikut :
 Perpustakaan : Menurut KBBI Perpustakaan berasal dari kata dasar “pustaka” yang
berarti pustaka atau buku, Sedangkan.
 Regional : Menurut KBBI regional berarti bersifat daerah/kedaerahan
Pengertian judul secara keseluruhan adalah perpustakaan dengan koleksi bersifat
umum yang meliputi berbagai disiplin ilmu, yang di gunakan sebagai sarana penunjang
pengembangan pendidikan secara umumnya.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Adapun masalah yang diperkirakan dalam tugas studio perancangan arsitektur 5
ini adalah:
1. Masalah fungsional
 Bagaimana pengelolaan ruang dalam yang saling terintegrasi anatar berbagai
aktivitas yang berbeda dalam kaitannya dengan hubungan organisasi fungsi,
sirkulasi, pencapaian fleksibilitas ruang dan sebagainya.
 Prediksi captive market terhadap ruang
2. Masalah perkotaan
 Aksesbilitas kota
 Pelayanan terhadap kota dan keberadaannya sebagai gedung pengisi kota yang
memiliki citra tertentu.
3. Masalah lingkungan
 Menyangkut interaksi gedung terhadap lingkungan sekitar
 Menyangkut kehadiran gedung sebagai peningkat kualitas fisik lingkungannya
4. Masalah bangunan
 Menyangkut system perencanaan ( konsep) dan metoda pembangunan
(standarisasi) serta fungsional gedung nantinya.
 Menyangkut penampilan dan pencerminan kegiatan fungsional bangunan.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari proyek ini adalah :
 Untuk membantu dunia pendidikan dalam melaksanakan misinya yang begitu mulia
yakni mencerdaskan masyarakat.
 Membantu masyarakat untuk dapat membaca dan mempelajari berbagai disiplin ilmu
pengetahuan dari berbagai jenis buku, yang mana harga belinya masih sulit terjangkau
oleh masyarakat.
 Menciptakan suatu bangunan yang sekaligus dapat merupakan ikon kota medan, sarana
rekreasi bagi masyarakat dari segi bacaan dan sarana audio visual.
 Membangun sebuah bangunan perpustakaan yang mempunyai sarana penunjang yang
relatif lebih lengkap.
1.4 Manfaat
Manfaat yang di peroleh dari pengadaan perencanaan ini adalah untuk menambah minat
baca masyarakat kota medan dengan adanya perpustakaan dan sebagai tempat rekreasi
yang baru bagi masyarakat.
1.5 Metodelogi
1. Mengumpulkan data
Studi pustaka atau studiliteratur yang berkaitan langsung dengan judul dan tema
yang diangkat untuk mendapatkan informasi dan bahan berupa literatur yang
sesuai dengan materi laporan yang berguna untuk memperkuat fakta secara
ilmiah.
Studi banding terhadap proyek yang sejenis dengan melakukan pendekatan
perancangan dengan melihat keadaan yang sudah ada ;sumber dapat berupa buku,
,internet,dan sebagainya.
Studi lapangan mengenai kondisi sekitar lahan studi dan lingkungan fisik yang
berhubungan dengan kasus proyek melalui visual, wawancara dan dokumentasi.
Wawancara dengan instansiterkait atau orang-orang yang dianggap ahli dan
mengetahui tentang kasus dan tema yang diangkat untuk pengenalan masalah dan
dapat menghasilkan kriteria umum bagi perancangan dan perencanaan kasus
proyek.
2. Mengelompokkan data
Berdasarkan apa yang dilakukan dalam menfungsikan museum seni music tradisional
dan tempat pertunjukan
3. Analisa dan Sintesa
Pembahasan pada perencanaan dengan menggunakan alternatif-alternatif pemecahan
masalah dengan menggunakan beberapa teori pendekatan.
- Eksternal (fisik)
Mencakup pembahasan dan penelitian yang meneliti Site, Orientasi, Vegetasi,
sirkulasi, pencapain, view, Budaya dan hal lain yang diperlukan
- Internal (nonfisik)
Mencakup pembahasan dan penelitian yang mencakupKegiatan maupun aktifitas,
sirkulasi tiap ruang, organisasi ruang, Program ruang dan Struktur yang terkait pada
Proyek yang akan dibangun.
4. Menemukan konsep
Dengan menyimpulkan dan mengevaluasi data dan analisa.
1.6 Sistematika Pembahasan
Secaragaris besar pembahasan dalam makalah adalah sebagai berikut:
BAB 1 : Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang pemilihan judul dan tema.
Mengemukakaan perumusan masalah ,tujuan, manfaat, keluaran proyek,
metodologi, sistematika pembahasan serta kerangka pemikiran.
BAB II :Tinjaun Pustaka
Berisikan tentang studi literature, studi banding tema
BAB III :Studi lokasi dan lokasi terpilih
Berisikan tentang lokasis trategis tapak yang dipilih melalui beberapa Kriteria
yang mencakup.
BAB IV : Data dananalisa lokasi
Analisa- analisa yang menyangkut dasar pendekatan
BAB V :Konsep Berisikan konsep-konsep perencanaan dan perancangan
1.7 KERANGKA BERPIKIR

LATAR BELAKANG

 Sumatera Utara Memiliki Banyak budaya


 Kurangnya tempat alat music tradisional
di museum negeri sumatera utara yang
sudah ada.
 Menghadirkan museum sebagai tempat
rekreasi, menonton dan belajar.

MUSEUM SENI MUSIK TRADISIONAL

TINJAUAN TUJUAN F
 Fungsi : Museum seni music E
BATASAN Menyediakan museum dan E
tradisional dan tempat pertunjukan
tempat pertunjukan music D
 Bentuk : disesuaikan dengan fungsi
tradisional untuk
yang ada pada gedung
melestarikan alatmusik
B
tradisional dan sebagai
A
tempat rekreasi bagi
PERMASALAHAN C
masyarakatsumatera utara.
K
Meningkatkan kecintaan
- Masalah fungsional
masyarakat terhadap music
- Masalah perkotaan
tradisional
- Masalah lingkungan
Menciptakan suasana
- Masalah bangunan
relaks dan santai sebagai
tempat rekreasi, belajar,
menonton dan tempat
LITERATUR berkumpul.
ANALISA

o Analisa fisik
DATA o Analisa non- fisik

KONSEP

DESAIN
BAB II
TINJAUAN UMUM PERPUSTAKAAN

2.1. Pengertian Perpustakaan

Berikut ini merupakan pengertian perpustakaan menurut ahli perpustakaan dan sumber
lain, diantaranya:
 Menurut IFLA (International of Library Associationsand Institutions) “Perpustakaan
merupakan kumpulan bahan tercetak dan non tercetak dan atau sumber informasi dalam
komputer yang tersusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai.”
 Menurut sutarno NS, MSi.
“perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan, atau gedung itu sendiri,
yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah
dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk pembaca.”
 Menurut c. larasati milburga, dkk
“perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka
yang diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara berkesinambungan
oleh pemakainya sebagai sumber informasi.”
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Perpustakaan berasal dari kata dasar “pustaka” yang berarti pustaka atau buku.
“Perpustakaan” artinya kumpulan buku (bacaan dsb)
 Dalam UU No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan disebutkan bahwa:
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,dan/atau karya rekam
secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,
penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.
Secara garis besar, ada kesamaan dalam lima pengertian perpustakaan tersebut, yaitu
kumpulan buku yang diatur secara sistematis. Oleh sebab itu, mengatur buku-buku dengan baik
dan sistematis merupakan hal paling dasar dalam penataan ruang utama perpustakaan.
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai
sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama,
dan status sosial-ekonomi.
2.2 Tujuan Perpustakaan
Pada Pasal 4 UU No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan disebutkan bahwa Perpustakaan
bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta
memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam artikel yang ditulis oleh Wahyu Murtiningsih, mahasiswa D3 Ilmu Perpustakaan
FISIPOL UGM, Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian gedung ataupun gedung itu sendiri
yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut
tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Dengan definisi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa perpustakaan bertujuan untuk mendayagunakan koleksinya untuk
kepentingan umum bukan untuk mencari keuntungan yang sebesarbesarnya.
2.3 Fungsi Perpustakaan
Dalam pasal 3 UU No.43 2007 disebutkan Perpustakaan berfungsi sebagai wahana
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan
keberdayaan bangsa. Fungsi pendidikan diwujudkan dengan perpustakaan yang mampu
meningkatkan kegemaran membaca penggunanya. Fungsi penelitian diterapkan dengan
menyediakan pelayanan untuk pemakai dalam memperoleh informasi sebagai bahan rujukan
untuk kepentingan penelitian. Fungsi pelestarian yaitu sebagai tempat melestarikan bahan
pustaka (bahan pustaka merupakan sumber ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya). Fungsi
informasi diterapkan dengan menyediakan sumber-sumber pustaka yang lengkap dan bermutu.
Fungsi rekreasi diterapkan dengan menyediakan buku hiburan dan tata ruang yang bersifat
rekreatif. Selain fungsi-fungsi tersebut, ada pula fungsi sosial, yang diartikan sebagai wadah
sosialisasi antar pengunjung dalam memperoleh informasi.
Selain fungsi, ada pula salah satu tugas pokok dari perpustakaan adalah sebagai the
preservation of knowledge; artinya: mengumpulkan, memelihara, dan mengembangkan semua
ilmu pengetahuan/gagasan-gagasan manusia dari zaman ke zaman.
2.4 Jenis-Jenis Perpustakaan
Ada beberapa jenis perpustakaan. Yang membedakan jenis-jenis perpustakaan tersebut
adalah tujuan perpustakaannya, koleksi yang tersedia, masyarakat yang dilayani, dan badan atau
pihak yang berwenang menyelenggarakan perpustakaan tersebut. Menurut IFLA (Internasional
Federation of Library Association) jenis-jenis perpustakaan dikelompokan atas8:
1. Perpustakaan Nasional (National Library)
Perpustakaan Nasional adalah perpustakaan yang didirikan di ibukota negara dan merupakan
perpustakaan induk dari semua jenis perpustakaan yang ada di negara tersebut. Perpustakaan
Nasional Indonesia didirikan di Jakarta dengan fungsi sebagai:
a. Pusat referensi nasional. Dalam fungsi ini perpustakaan nasional harus mampu
menjawab pertanyaan apa saja, oleh siapa saja yang ada hubungannya dengan
Indonesia.
b. Perpustakaan deposit. Dalam hal ini perpustakaan nasional mempunyai tugas dan
bertanggungjawab untuk melestarikan seluruh penerbitan yang ada di Indonesia maupun
yang ada di luar negeri yang mengenai Indonesia. Untuk menjamin terkumpulnya semua
penerbitan yang ada di Indonesia, maka perlu adanya Undang-undang Karya Cetak
(Deposit Act) yang mewajibkan semua penerbit untuk mengirimkan terbitan terbarunya
kepada Perpustakaan Nasional sebanyak dua eksemplar. Tetapi Undangundang hak cipta
di Indonesia baru saja diakui yaitu pada bulan Agustus 1990. Maka Perpustakaan
Nasional Indonesia pun baru dapat melaksanakan fungsinya sebagai perpustakaan
deposit. Hal ini juga harus mendapat dukungan dan kesadaran yang tinggi dari pihak
penerbit bahan pustaka akan pentingnya arti deposit itu untuk melestarikan semua
penerbitan di negara kita.
c. Perpustakaan Nasional merupakan perpustakaan atau suatu badan yang menerbitkan
Biografi Nasional yang merupakan suatu daftar buku-buku yang ada di Perpustakaan
Nasional Indonesia dan pada perpustakaan lain di Indonesia terbitan Indonesia dan
tentang Indonesia. Bibliografi Nasional Indonesia ini disebarluaskan juga ke berbagai
Instansi lain agar mereka juga mengetahui koleksi yang ada di Pepustakaan Nasional.
Perpustakaan Nasional pada beberapa waktu yang lalu berada di bawah Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, tetapi sekarang telah diakui sebagai lembaga Pemerintahan Non Departemen dan
bertanggungjawab langsung kepada pemerintah.
2. Perpustakaan Umum (Public Library)
Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang bertugas mengumpulkan,
menyimpan, mengatur dan menyajikan bahan pustakanya untuk masyarakat umum.
Perpustakaan umum diselenggarakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
umum tanpa memandang latar belakang pendidikan, agama, adat istiadat, umur, jenis dan
lain sebagainya,maka koleksi perpustakaan Umum pun terdiri dari beraneka ragam bidang
dan pokok masalah sesuai dengan kebutuhan informasi dari pemakainya. Fungsi
Perpustakaan Umum diantaranya:
a. Pusat Informasi : menyediakan informasi yang dibutuhkan masyarakat pemakai
b. Preservasi kebudayaan : menyimpan dan menyediakan tulisan-tulisan tentang
kebudayaan masa lampau, kini dan sebagai pengembangan kebudayaan di masa yang
akan dating.
c. Pendidikan : mengembangkan dan menunjang pendidikan non formulir diluar sekolah
dan universitas dan sebagai pusat kebutuhan penelitian.
d. Rekreasi : dengan bahan-bahan bacaan yang bersifat hiburan perpustakaan umum
dapat digunakan oleh masyarakat pemakai untuk mengisi waktu luang.
Tujuan dari perpustakaan umum adalah untuk memberikan kesempatan bagi umum
membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan
lebih baik. Perpustakaan umum menyediakan sumber informasi yang cepat, murah dan tepat
mengenai topik-topik yang sedang hangat dalam masyarakat maupun topik yang berguna
bagi mereka. Selain itu perpustakaan umum membantu warga mengembangkan kemampuan
yang dimiliki sehingga yang bersangkutan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Tujuan
lain, perpustakaan umum juga berfungsi sebagai agen kultural, artinya perpustakaan umum
pusat utama kehidupan utama budaya masyarakat sekitarnya dan menumbuhkan apresiasi
budaya.
3. Perpustakaan Perguruan Tinggi (University Library)
Perpustakaan perguruan tinggi yaitu perpustakaan yang diselenggarakan untuk
mengumpulkan, memelihara,menyimpan, mengatur, mengawetkan dan mendaya gunakan
bahan pustakanya untuk menunjang pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian
masyarakat. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi diantaranya:
a. Pusat dari semua program pendidikan Universitas, yaitu perpustakaan harus mampu
membantu dan menjadi pusat kegiatan akademis lembaga pendidikannya.
b. Pusat alat-alat bahan peraga pengajaran atau instructional material center untuk
membantu jalannya perkuliahan serta praktikum praktikum (misalnya: film, filmstrip,
slide, bahan-bahan lainnya, ruang konferensi/diskusi, dan bantuan tenaga-tenaga ahli
perpustakaan).
c. Clearing house (pusat pengumpulan/penyimpanan) bagi semua penerbit dari dan tentang
daerahnya ataupun dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu.
d. Social centre dan pusat kegiatan kultural masyarakat setempat. Para pengunjung
perpustakaan tidak hanya terdiri atas mahasiswa, pengajar, dan para pegawai lembaga
saja, melainkan termasuk pula orang-orang di luar lingkungan perguruan tinggi yang
bersangkutan.
4. Perpustakaan Sekolah (School Library)
Perpustakaan sekolah yaitu perpustakaan yang mengumpulkan, menyimpan, memelihara,
mengatur dan mengawetkan bahan pustkanya untuk menunjang usaha pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Masyarakat pemakainya ialah para siswa, tenaga pengajar dan staf
sekolah lainnya. Fungsi perpustakaan sekolah ialah:
a. Menunjang kegiatan belajar dan mengajar.
b. Merupakan sarana pengembangan bakat dan keterampilan.
c. Pusat media sekolah.
d. Sarana penelitian sederhana.
e. Sarana rekreasi.
5. Perpustakaan Khusus (Special Library)
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh kantor atau instansi
yang tujuannya adalah untuk untuk menunjang kegiatan kantor atau instansi dimana
perpustakaan itu berada. Fungsi perpustakaan khusus ialah:
a. Untuk keperluan perencanaan, penagambilan keputusan dan pemecahan persoalan.
b. Untuk kebutuhan riset dan pengembangan para staf yang terlibat dalam berbagai tugas
penelitian dan pengembangan.
c. Untuk kepentingan pendidikan dan latihan yang diselenggarakan oleh kantor dan instansi
tersebut.
d. Sebagai tempat pemeliharaan dan perawatan dokumen dari kantor atau instansi yang
bersangkutan.
6. Perpustakaan Wilayah
Perpustakaan wilayah yaitu perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan
berkedudukan di setiap ibu kota Propinsi, bertugas mengumpulkan serta melestarikan semua
penerbitan daerah yang bersangkutan. Fungsi Perpustakaan Wilayah adalah:
a. Sebagai perpustakaan referensi di wilayahnya.
b. Merupakan perpustakaan deposit yang bertugas mengumpulkan semua penerbitan di
daerahnya.
c. Merupakan suatu badan yang bertugas membuat bibliografi.
d. Merupakan pusat kerjasama antar perpustakaan daerah.
e. Mempunyai wewenang untuk membina perpustakaan-perpustakaan yang ada di
daerahnya.
Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tahun 2009 Tentang
Standar Nasional Perpustakaan, disebutkan perpustakaan berdasarkan jenis dan kepemilikan
mencakup:
a. Perpustakaan nasional
b. Perpustakaan pemerintah
c. Perpustakaan provinsi
d. Perpustakaan kabupaten/kota
e. Perpustakaan kecamatan
f. Perpustakaan desa/kelurahan
g. Perpustakaan sekolah/madrasah
h. Perpustakaan perguruan tinggi
i. Perpustakaan khusus
j. Perpustakaan keluarga
k. Perpustakaan pribadi
2.5 Organisasi Perpustakaan
Macam-macam Pola Struktur Organisasi Perpustakaan
a. Berdasarkan fungsi
Pola struktur organisasi perpustakaan berdasarkan fungsi pada umumnya dipakai
pada perpustakaan perguruan tinggi. Berikut ini merupakan contoh Struktur organisasi
Perpustakaan menurut fungsinya seperti yang digambarkan pada buku Pedoman
Perpustakaan edisi 3 tahun 2004 yang diterbitkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi RI:
b. Berdasarkan subyek
Struktur organisasi perpustakaan berdasarkan subyek sering pula
digunakan perpustakaan perguruan Tinggi dan perpustakaan umum. Pembagian
berdasarkan subyek biasanya bersifat terbuka dan tersedia
ruangan studi yang berdekatan dengan rak buku.

c. Berdasarkan kawasan
Struktur organisasi perpustakaan berdasarkan wilayah atau kawasan lazim
digunakan oleh perpustakaan umum. Karena itu perpustakaan umum yang menganut
berdasarkan kawasan akan memiliki perpustakaan pusat, perpustakaan cabang dan
perpustakaan keliling (mobile liberaries). Perpustakaan perguruan tinggi acap kali
menggunakan pola ini misalnya mendirikan perpustakaan departemen, seperti
perpustakaan hukum, fisika, kesehatan kedokteran.

Tenaga teknis perpustakaan terdiri atas tenaga teknis komputer, tenaga teknis
audio visual, tenaga teknis ketatausahaan, tenaga teknis asisten perpustakaan, dan/atau
tenaga teknis lainnya. Administrasi layanan dilaksanakan untuk semua jenis kegiatan
layanan perpustakaan. Administrasi Layanan Perpustakaan diselenggarakan untuk tujuan
memudahkan dan menjamin pelaksanaan kerja secara efektif dalam pengelolaan layanan.
Administrasi Layanan Perpustakaan mengikuti pola dan cara yang baku atau yang
berlaku dalam organisasi badan induknya. Administrasi Layanan Perpustakaan
merupakan bukti pertanggungjawaban dalam pelaksanaan tugas layanan.
2.6. Sistem Pelayanan Perpustakaan
Ada dua macam sistem pelayanan yang biasa dilakukan oleh perpustakaan yaitu sistem
pelayanan terbuka dan sistem pelayanan tertutup. Masing-masing sistem tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan.
a. Sistem Pelayanan Tertutup (Close Access)
Kebalikan dari sistem terbuka, pengunjung tidak boleh masuk ke ruangan koleksi,
tetapi yang dibutuhkannya harus diambilkan oleh petugas. Penelusuran/pencarian koleksi
harus melalui katalog. Petugas selain mencatat peminjaman dan pengembalian, juga
mengambilkan dan mengembalikan koleksi ke rak.
Kelebihannya:
Susunan dan letak buku terpelihara
Tidak perlu ada petugas khusus untuk mengawasi pengguna.
Kekurangannya:
Kebebasan melihat buku tidak ada, harus dicari melalui katalog
Melihat dari katalog kadang-kadang mengesalkan, karena dalam katalog ada, tetapi
bukunya sering tidak ada, dan harus memilih lagi sampai berulang-ulang.
Petugas harus mengambilkan dan mengembalikan buku
Katalog harus lengkap.
b. Sistem Pelayanan Terbuka (Open Access)
dalam sistem pelayanan terbuka perpustakaan memberi kebebasan kepada
pengguna untuk dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkannya dari rak.
Petugas hanya mencatat apabila koleksi tersebut akan dipinjam serta dikembalikan.
Kelebihannya:
Pengguna bebas memilih bukunya sendiri
Kebebasan ini menimbulkan rangsangan untuk membaca
Kalau buku yang dikehendaki tidak ada, dapat memilih buku lain dengan subyek atau
topik yang sama.
Kekurangannya:
Susunan buku dalam rak menjadi sulit teratur.
Kemungkinan banyak buku yang hilang.
Jenis layanan pada perpustakaan sistem terbuka
Jenis layanan perpustakaan dengan sistem terbuka dipengaruhi oleh jenis perpustakaan
dan masyarakat yang dilayani16, dengan perincian sebagai berikut:
1. Keanggotaan
Anggota perpustakaan merupakan pengunjung perpustakaan yang telah terdaftar.
Umumnya terdiri dari dua kategori, yaitu kelompok dewasa dan anak-anak.
2. Bahan pustaka
Yang dimaksud dengan bahan pustaka adalah koleksi dari perpustakaan yang dapat
dipinjamkan oleh pengunjung sebatas pengunjung telah menjadi anggota.
3. Sirkulasi
yang dimaksud dengan pelayanan sirkulasi adalah suatu kegiatan pelayanan pencatatan
dalam pemanfaatan dan penggunaan koleksi bahan pustaka dengan tepat guna dan tepat
waktu untuk kepentingan pemakai. Pelayanan sirkulasi ditujukan untuk memungkinkan
pemakai menggunakan bahan pustaka secara tepat guna, mengetahui bahan pustaka yang
dipinjamkan, mengetahui siapa yang meminjam bahan pustaa, menjamin kembalinya bahan
pustaka yang dipinjam dan mendapatkan data-data kuantitatif kegiatan pelayanan sirkulasi.
Menurut jenis pekerjaannya, pelayanan sirkulasi meliputi:
peminjaman, pengembalian, penagihan, pemberian sanksi, bebas pustaka, statistik sirkulasi.
Sedangkan menurut system penyelengaraannya, pelayanan sirkulasi menganut sistem terbuka
dengan tujuan memungkinkan para pemakai secara langsung memilih dan mengambil sendiri
bahan pustaka yang dikehendaki. Bagian layanan sirkulasi mempunyai tugas melayani
pengunjung perpustakaan khususnya dalam hal:
 Mengawasi keluarnya setiap bahan pustaka dari ruang perpustakaan. Pengawasan
keluarnya setiap bahan pustaka dari ruang perpustakaan untuk dipinjam menjadi
tanggungjawab bagian sirkulasi.
 Menerima pendaftaran anggota perpustakaan dan memperpanjang keanggotaan.
 Bertanggungjawab melakukan kegiatan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka
beserta pendataan jumlah pustkaka yang dipinjam maupun yang dikembalikan.
 Bertanggungjawab dalam penataan pustaka pada jajaran rak.
4. Layanan ruang baca
Layanan ruang baca adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan yang berupa ruang
atau area yang digunakan untuk melakukan kegiatan membaca selama masih dalam area
jangkauan pengawasan perpustakaan. Layanan ini diberikan untuk mengantisipasi pengguna
perpustakaan yang tidak ingin meminjam untuk dibawa pulang.
5. Referensi
Layanan referensi adalah layanan yang diberikan perpustakaa untuk koleksi khusus
antara lain kamus, almanac, ensiklopedi, direktori, buku tahunan, majalah, dan koran.
Koleksi khusus ini pada umumnya tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung, melainka
hanya dibaca di tempat.
6. Layanan audio visual
Audio visual atau bahan pandang dengar merupakan bahan khusus yang disebut juga
bahan non-buku. Layanan audio visual adalah layanan perpustakaan khusus untuk bahan
audio visual. Layanan ini meliputi peminjaman dan pemutaran film, rekaman suara, video,
slide, dan filmstrip. Bahan yang disediakan berupa film cerita, film dokumenter dan film
ilmu pengetahuan. Untuk melayani bahan-bahan ini diperlukan ruang khusus, lengkap
dengan sarana dan prasarana untuk pemutaran bahan audio visual, seperti layar untuk
pemutaran film, seperagkat komputer, film projector, video player, tape, micro reader, serta
sound system. Bentuk pelayanan audio visual ini dapat bersifat perorangan maupun
kelompok.
7. Pustaka langka
Pustaka langka adalah suatu jenis koleksi yang memiliki ciri-ciri tidak diterbitkan lagi,
sudah tidak beredar di pasaran, sulit untuk mendapatkannya, mempunyai kandungan
informasi yang tetap, dan mempunyai informasi kesejarahan. Jenis koleksi langka terdiri dari
beberapa bidang subyek seperti politik, sejarah, sastra, ketatanegaraan, dan sebagainya.
Untuk pelayaan pustaka langka diperlukan area khusus yang dapat melindungi dari
kerusakan.
8. Layanan jasa dokumentasi
Layanan jasa dokumentasi adalah jasa layanan berupa penyediaan dokumen yang
diperlukan oleh pengunjung, seperti terbitan pemerintah dan peraturan perundangan yang
dikumpulkan perpustakaan.
9. Layanan jasa informasi
Layanan jasa informasi adalah jasalayanan yang digunakan untuk pengunjung dalam
mengetahui informasi tertentu saja. Layanan jasa informasi ini dapat disebut dengan
customer service. Layanan ini dilakukan melalui tatap mukaantara petugas perpustakaan
dengan pengunjung dan melalui alat komunikasi lain seperti telepon.
10. Layanan jasa terjemahan
Layanan jasa terjemahan adalah sarana yang disediakan untuk parapengunung yang
mengalami kesulitan dalam membaca bahasa asing. Petugas perpustakaan diharap mampu
membantu secara singkat dan jelas dalam menterjemahkan bahsa asing.
11. Layanan bercerita
Layanan bercerita merupakan layanan yang dikhususkan pada perpustakaan anak.
Layanan ini umumnya tidak bersifat tetap tetapi terjadwal. Bentuk layanan bercerita yang
diberikan tidak bersifat persoalan.
12. Bimbingan pemakai
Bimbingan pemakai perpustakaan ditujukan kepada pemakai pemulayang ingin
mengetahui lebih banyak tentang perpustakaan dan cara-cara memanfaatkan fasilitas yang
ada di perpustakaan. Hal ini dapat dilakukan secara perorangan atau rombongan dengan
terlebih dahulu memberitahukan kepadapetugas perpustakaan.
13. Internet
Internet merupakan perpustakaan sarana telekomunikasi dan distribusi informasi. Internet
digunakan untuk mengakses informasi multimedia dalam resourse internet.
14. Katalog
Katalog merupakan keterangan singkat atau wakil dari sebuah dokumen. Katalog
perpustakaan terdapat dua jenis, yaitu katalog cetak dan katalog elektronik.
15. Layanan pembendelan dan perbaikan buku
Perpustakaan yang relative besar biasanya memiliki bagian perbaikan dan pembendelan
buk. Bagian ini biasanya bertugas untuk memperbaiki jilidan dari koleksi perpustakaan yang
telah rusak.
Dari bab ini, diambil kesimpulan diantaranya sebagai berikut.
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas
sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras,
agama, dan status sosial-ekonomi.
Jika mengacu pada dasar pemikiran bahwa sejarah perpustakaan ditandai dengan
dikenalnya tulisan, maka sejarah perpustakaan di Indonesia dimulai pada tahun 400-an, yaitu saat
lingga batu dengan tulisan Pallawa ditemukan dari periode Kerajaan Kutai, kemudian disusul
dengan munculnya penulis-penulis ternama pada jaman itu, dan gedung perpustakaan resmi
didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda, lalu setelah merdeka diteruskan oleh pemerintahan
Indonesia hingga saat ini.
Tujuan perpustakaan adalah untuk mendayagunakan koleksinya untuk kepentingan
umum bukan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Fungsi perpustakaan adalah
sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan
kecerdasan dan keberdayaan bangsa.
Jenis-jenis perpustakaan diantaranya:
1. Perpustakaan Nasional
2. Perpustakaan Umum (Public Library)
3. Perpustakaan Perguruan Tinggi (University Library)
4. Perpustakaan Sekolah (School Library)
5. Perpustakaan Khusus (Special Library)
6. Perpustakaan Wilayah
7. Perpustakaan Keliling
2.2 Tinjauan Arsitektur Metafora
2.2.1 Pengertian Arsitektur Metafora
Menurut Arsitotle, Metafora adalah memberi nama pada sesuatu yang menjadi milik
sesuatu yang lain; pemindahan dari genus menjadi spesies, atau dari spesies menjadi genus, atau
dari spesies menjadi spesies atau pada dasar analogi... bahwa dari analogi terdap at empat istilah
yang sangat berhubungan, yaitu yang kedua (B) menuju yang pertama (A) sebagaimana yang
keempat (D) menuju yang ketiga (C), untuk itu kemudian secara metafora meletakkan D sebagai
peng ganti B dan B sebagai pengganti Aristotle juga mengatakan, ”Metafora memberi gaya,
kejernihan, daya tarik dan berbeda dari yang lain: dan ini bukanlah hal yang penggunaannya bisa
diajarkan oleh satu orang ke orang yang lain” .
Dimana Aristoteles memberikan dua pengertian terhadap metafora:
1. Benda à contoh : Toko makanan yang sekilas mirip donut, merupakan aplikasi dari
metafora sebagai benda. Dengan adanya toko makanan, orang ingat donut.
2. Kegiatan à metafora sebagai kegiatan, inilah oleh Abel dijabarkan lebih jauh ke dalam
arsitektur.
Dari definisi yang telah dipaparkan oleh Aristotle tersebut, bias disimpulkan bahwa
metafora adalah pendefinisian sesuatu dengan sesuatu yang lain atau bisa juga dikatakan sebagai
bentuk perumpamaan. Arsitektur Metafora adalah mengidentifikasi suatu bangunan arsitektural
dengan pengandaian sesuatu yang abstrak sehingga setiap pengamat akan mempunyai persepsi
masing –masing sesuai dengan persepsi yang timbul pada saat pertama kali melihat bangunan
tersebut. Melalui metafora, imajinasi perancang bisa diuji dan dikembangkan. Mereka yang
memiliki daya imajiasi yang tinggi tidak akan mengalami kesulitan dalam menggunakan
metafora, bahkan metafora akan semakin memperluas dan memperdalam daya imajinasi mereka.
2.2.2 Kategori Metafora Dan Penerapannya Dalam Desain Arsitektur
a. Kategori arsitektur metafora
Ada tiga kategori metáfora, yaitu
 Intangible metaphor (metafora abstrak), kreasi metafora berangkat dari konsep, ide,
kondisi manusia, atau kualitas tertentu (individualitas, kealamiahan, komunitas, tradisi,
budaya)
 Tangible metaphor (metafora konkri t) , metafora berangkat dari visual atau karakter
material (rumah sebagai istana, atap kuil sebagai langit)
Combine metaphor (metafora kombinasi), di mana konseptual dan visual saling menindih
sebagai titik keberangkatan desain.
Kebanyakan arsitek memiliki kecenderungan untuk menghindari intangible metaphor
sebagai titik awal, dan banyak yang bisa lebih mudah terinspirasi oleh tangible metaphor, dengan
kesuksesan yang berbeda – beda. Hal itu disebabkan karena tangible metaphor lebih mudah
diaplikasikan dari pada intangible metaphor. Begitu juga dengan combine metaphor Kategori
metafora ini juga tergolong sulit untuk dilakukan. Intangible metaphor , dalam penerapannya
pada desain arsitektur, adalah lebih menggunakan sifat - sifat non fisik dari pada sifat fisik yang
tampak pada suatu hal untuk diterapkan pada bangunan. Sebagai contoh, yaitu apabila seorang
perancang ingin merancang bangunan Music Center dengan menggunakan kategori intangible
Metaphor, maka dia bisa menampilkan konsep dari unsur -unsur musik yang non fisik ke dalam
bangunannya, seperti nada, tempo, ketukan, dan Konsep -konsep musik lainnya. Hal ini tentulah
tidak mudah karena music dan arsitektur merupakan dua jenis seni yang sangat berbeda, di mana
musik merupakan unsur bunyi atau suara, sedangkan arsitektur lebih kepada visual.
Hal inilah yang menyebabkan intangible metaphor sulit untuk diraba, terlebih lagi untuk
diterapkan. Sedangkan tangible metaphor lebih mudah untuk diraba, karena lebih bersifat fisik,
yaitu sebuah arsitektur menampilkan sifat fisik dari sesuatu yang lain. Sebagai contoh, yaitu bila
seorang arsitek ingin merancang sebuah Music Center seperti contoh di atas, tetapi ingin
menggunakan tema tangible metaphor. Yang bisa dilakukan dalam menerapkan tema
tersebutadalah dengan cara merancang bentuk bangunan menyerupai bentuk kunci G, atau
menyerupai bentuk alat musik. Hal ini lebih mudah untuk dilakukan, tapi arsitek harus berhati-
hati karena dalam menggunakan tema ini bisa dengan mudah terjadi kerancuan dengan analogi
dan mimesis. Sementara combinemetaphor merupakan gabungan antara kedua hal di atas. Jadi
dalam merancang bukan hanya menampilkan sifat-sifat fisik dari subyek yang lain, tapi juga sifat
non fisiknya. Kategori ini merupakan kategori yang paling sulit untuk diterapkan.

b. Penerapan Dalam Desain Arsitektur


1). Metafora abstrak (intangible metaphor)
Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah sebagaiberikut:
a). Nagoya City Art Museum
Nagoya City Art Museum karya Kisho Kurokawa yang membawa unsur sejarah dan
budaya didalamnya. Kisho Kurokawa mengangkat konsep simbiosis dalam karya-karyanya.
Kisho Kurokawa mencoba ‘membawa’ elemen sejarah dan budaya pada engawa (tempat
peralihan sebagai “ruang antara” pada bangunan: antara alam dan buatan, antara masa lalu
dan masa depan). Konsep ini diterapkan pada salah satu karya Kisho Kurokawa yaitu

Nagoya City Art Museum. Sejarah dan budaya adalah sesuatu obyek yang abstrak dan tidak
dapat dibendakan (intangible). Oleh karena itu, karya Kisho Kurokawa ini tergolong pada
metafora abstrak.

b). New Louvre Museum

Gambar 2.7: New Louvre Museum


Sumber: arkhitekton.files.wordpress.com

New Louvre Museum di Abu Dabhi yang dirancang oleh Jean Nouvel. Ia melakukan
pendekatan metafora yang mengibaratkan museum seperti ruang di dalam hutan. Secara
eksterior museum ini tidak terlihat seperti hutan, akan tetapi bila masuk ke dalamnya ruang
yang tercipta di dalamnya sangat puitis. Skylight yang dirancang memasukkan sinar matahari
alami menembus ruangan dan memberikan kesan seperti di dalam hutan. Ini memberikan
terobosanbaru dalam perancangan museum. Dimana bila sebelumnya, penekanan museum
lebih ditekankan pada aspek sirkulasi ataupun penataan barang yang akan di-display, Jean
Nouvel membuat sebuah terobosan baru dengan menciptakan ruang yang metaforis dan
puitis agar tercipta suasana yang “khusyuk” dalam menikmati kunjungan di dalam museum.
2). Metafora konkrit (tangible metaphor)
Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah sebagai berikut:
a). Stasiun TGV
Stasiun TGV yang terletak di Lyon, Perancis, adalah salah satu contoh karya arsitektur yang
menggunakan gaya bahasa metafora konkritkarena menggunakan kiasan obyek benda nyata
(tangible). Stasiun TGV ini dirancang oleh Santiago Calatrava, seorang arsitek kelahiran
Spanyol. Melalui pendekatan tektonika struktur, Santiago Calatrava merancang Stasiun TGV
dengan konsep metafora seekor burung. Bentuk Stasiun TGV ini didesain menyerupai seekor
burung. Bagian depan bangunan ini runcing seperti bentuk paruh burung. Dan sisi-sisi
bangunannya pun dirancang menyerupai bentuk sayap burung.

Gambar 2.8: Stasiun TGV


Sumber: www.girinarasoma.com
b). Sydney Opera House

Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya arsitektur bisa
memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Sydney Opera House
adalah salah satu contohnya. Sydney Opera House dirancang oleh Jørn Utzon, seorang
arsitek kelahiran Denmark. Setiap orang yang melihat karya arsitektur ini, akan
menghasilkan berbagai macam interpretasi sesuai dengan pikiran masing-masing. Ada yang
berpendapat bahwa konsep metafora Sydney Opera House berasal dari cangkang siput atau
kerang. Ada pula yang berpendapat, karya arsitektur ini adalah kiasan layar kapal yang
sedang terkembang. Dan ada pula yang berpendapat, bagaikan bunga yang sedang mekar.
Itulah keunikan metaforadalam arsitektur. Setiap orang ‘bebas’ mengapresiasi dan
menginterpretasikan sebuah karya arsitektur. Tidak ada yang bisa dikatakan ‘salah’. Arsitek
pun dituntut untuk bisa memperhatikan bagaimana masyarakat ‘membaca’ karyanya.
Metafora dalam arsitektur memberikan sebuah perspektif baru bagi arsitek dan orang awan
untuk menikmati karya arsitektur. Melalui perwujudan kualitas visual, kita dapat menikmati
metafora dalam arsitektur.
3). Metafora kombinasi (combine metaphor),
Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah sebagai berikut:
a). Museum Tsunami
Museum Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Konsep besarnya adalah “Rumoh
Aceh as a ascape hill”. Ia mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang dapat
menyelamatkan diri para penduduk Aceh bila sewaktu-waktu terjadi Tsunami. Di dalamnya
juga menceritakan dan mengajak kita untuk merasakan suasana saat Tsunami terjadi. Di
awali dengan pintu masuk yang “menekan” perasaan pengunjung dengan luasan yang sempit
dan di dindingnya terdapat air yang mengalir (water wall) seolah-olah pengunjung dibawa
masuk ke dalam dasar laut yang amat dalam. Lalu masuk ke dalam galeri pertama yang
memuat data-data tentang Tsunami. Ruangan ini terletak di bawah reflecting pool dari public
park yang dimiliki oleh museum Tsunami ini. Ruangan ini memberikan kesan suram dimana
pengunjung seakan-akan berada benar-benar di dasar laut. Dengan penggunaan langit-langit
kaca membuat cahaya temaram dari atas yaitu reflecting tadi menambah kesan dramatis pada
ruang ini. Pada perjalanan terakhir dihadapkan pada ruangan yang menampilkan nama-nama
korban Tsunami yang ditulis pada dinding yang berebntuk silinder yang menjulang ke atas.
Pada puncaknya terdapat kaligrafi Allah yang berpendar dan ini ditujukan untuk menambah
kesan sakral. Ini bermakna bahwa akhir perjalanan manusia berada pada tangan Tuhan dan
tidak ada yang dapat menghindar dari kematian.

b). Museum of Fruit, Yamanasi, Jepang

Pada Museum of Fruit, perancang mentransfer sifat berbeda yang disebar ke tanah dalam
penampilan keseluruhan kompleks bangunannya, termasuk dalam menemukan bentuk denah
dari tiga massa utama. Sisi inilah yang merupakan kategori tangible metaphor. Sedangkan
kategori intangible metaphor tampak pada gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh
menjadi pohon yang besar yang ditampilkannya ke dalam salah satu massa yaitu fruit plaza.
Kemudian dia menampilkan kenangan akan matahari tropis di mana bibit berkecambah pada
green house. Dia juga menggambarkan dunia gen buah-buahan kedalam rancangan
exhibition hall. Kekuatan bibit digambarkan dalam workshop, cerita buah-buahan tampak
pada museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah antara manusia dan buah
bisa disimbolkan dengan cara menyebarkan lahan bibit dan menjadi makmur dalam
lingkungan tertentu serta pencampurannya bisa dilihat sebagai metafora hidup berdampingan
dengan damai pada daerah yang bermacam2 di dunia, simbiosis manusia dan binatang, dan
pemeliharaan alam. Tampilan keseluruhan bangunan merupakan “new age village”.

2.3 Studi Banding

2.3.1 Tianjin Binhai Library / MVRDV + Tianjin Urban Planning and Design Institute

Gambar : Tianjin Binhai Library


Sumber : https://www.archdaily.com/882819/tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-tianjin-urban-
planning-and-design-institute/59fb061fb22e3822460001c8-tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-
tianjin-urban-planning-and-design-institute-photo

Arsitek : MVRDV, Tianjin Urban Planning and Design Institute


Lokasi :Tianjin, Cina
Luas :33700,0 m2
Tahun proyek :2017
Foto :Ossip van Duivenbode
Gambar : Tianjin Binhai Library
Sumber : https://www.archdaily.com/882819/tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-tianjin-urban-
planning-and-design-institute/59fb061fb22e3822460001c8-tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-
tianjin-urban-planning-and-design-institute-photo

Deskripsi teks diberikan oleh arsitek. MVRDV bekerja sama dengan arsitek lokal
TUPDI telah menyelesaikan Perpustakaan Binhai Tianjin, sebuah pusat kebudayaan seluas
33.700m2 yang menampilkan auditorium bola yang bercahaya di sekeliling rak buku dari lantai
ke langit-langit. Rak buku yang bergelombang adalah perangkat ruang utama bangunan, dan
digunakan untuk membingkai ruang dan menciptakan tangga, tempat duduk, langit-langit
berlapis dan bahkan ruang kaca di atas fasad. Perpustakaan Tianjin Binhai dirancang dan
dibangun dalam waktu memecahkan rekor hanya tiga tahun karena jadwal yang ketat yang
diberlakukan oleh pemerintah daerah setempat. Di samping banyak ruang media, ruang ini
menawarkan 1,2 juta buku.
Gambar : Tianjin Binhai Library
Sumber : https://www.archdaily.com/882819/tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-tianjin-urban-
planning-and-design-institute/59fb061fb22e3822460001c8-tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-
tianjin-urban-planning-and-design-institute-photo

Perpustakaan tersebut ditugaskan oleh Tianjin Binhai Municipality dan terletak di pusat
kebudayaan distrik Binhai di Tianjin, sebuah kota metropolitan di luar Beijing, China.
Perpustakaan, yang terletak di sebelah taman, merupakan satu dari lima bangunan budaya yang
dirancang oleh kader arsitek internasional termasuk Arsitek Bernard Tschumi, Arsitek Bing
Thom, Desain HH dan MVRDV. Semua bangunan dihubungkan oleh koridor publik di bawah
kanopi kaca yang dirancang oleh GMP.

Gambar : Tianjin Binhai Library


Sumber : https://www.archdaily.com/882819/tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-tianjin-urban-
planning-and-design-institute/59fb061fb22e3822460001c8-tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-
tianjin-urban-planning-and-design-institute-photo
Massa bangunan diekstraksi ke atas dari lokasi dan 'tertusuk' oleh sebuah auditorium
bola di tengahnya. Rak buku disusun di kedua sisi bola dan bertindak seperti segala sesuatu
mulai dari tangga hingga tempat duduk, bahkan berlanjut di sepanjang langit-langit untuk
menciptakan topografi yang diterangi. Kontur ini juga berlanjut di sepanjang dua fasad kaca
lengkap yang menghubungkan perpustakaan ke taman di luar dan di koridor umum, berfungsi
sebagai louvres untuk melindungi interior dari sinar matahari yang berlebihan sementara juga
menciptakan interior yang terang dan merata.

Gambar : Tianjin Binhai Library


Sumber : https://www.archdaily.com/882819/tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-tianjin-urban-
planning-and-design-institute/59fb061fb22e3822460001c8-tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-
tianjin-urban-planning-and-design-institute-photo

"Interior Perpustakaan Binhai Tianjin hampir seperti gua, rak buku kontinu. Karena
tidak dapat menyentuh volume bangunan yang kami 'gulung', auditorium berbentuk bola yang
diminta oleh brief ke dalam gedung dan bangunan tersebut hanya memberi tempat untuk itu,
sebagai 'pelukan' antara media dan pengetahuan, "kata Winy Maas, salah satu pendiri MVRDV
"Kami membuka gedung itu dengan menciptakan ruang publik yang indah; ruang tamu yang
baru adalah pusatnya. Rak buku adalah ruang besar untuk duduk dan pada saat bersamaan
memungkinkan akses ke lantai atas. Sudut dan kurva dimaksudkan untuk menstimulasi kegunaan
ruang yang berbeda, seperti membaca, berjalan, rapat dan berdiskusi. Bersama-sama mereka
membentuk 'mata' bangunan: untuk melihat dan dilihat. "
Gambar : Tianjin Binhai Library
Sumber : https://www.archdaily.com/882819/tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-tianjin-urban-
planning-and-design-institute/59fb061fb22e3822460001c8-tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-
tianjin-urban-planning-and-design-institute-photo

Bangunan lima tingkat juga berisi fasilitas pendidikan yang luas, tersusun di sepanjang
tepi interior dan dapat diakses melalui ruang atrium utama. Program publik didukung oleh ruang
layanan di bawah tanah, penyimpanan buku, dan arsip besar. Dari lantai dasar pengunjung dapat
dengan mudah mengakses area baca untuk anak-anak dan orang tua, auditorium, pintu masuk
utama, bertingkat akses ke lantai atas dan koneksi ke kompleks budaya. Lantai pertama dan
kedua terdiri dari ruang baca, buku dan area lounge sementara lantai atas juga mencakup ruang
pertemuan, kantor, komputer dan ruang audio dan dua teras atas atap.

Gambar : Tianjin Binhai Library


Sumber : https://www.archdaily.com/882819/tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-tianjin-urban-
planning-and-design-institute/59fb061fb22e3822460001c8-tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-
tianjin-urban-planning-and-design-institute-photo
Perpustakaan adalah proyek cepat MVRDV yang paling cepat saat ini. Butuh waktu
hanya tiga tahun dari sketsa pertama sampai pembukaan. Karena penggalian lokasi selesai segera
dilakukan tahap disain. Jadwal konstruksi yang ketat memaksa satu bagian penting dari konsep
itu dijatuhkan: akses ke rak buku atas dari kamar-kamar yang ditempatkan di belakang atrium.
Perubahan ini dibuat secara lokal dan bertentangan dengan saran MVRDV dan memberikan
akses ke rak atas saat ini tidak mungkin dilakukan. Visi penuh perpustakaan bisa direalisasikan
di masa depan, namun sampai saat itu pelat aluminium berlubang dicetak untuk mewakili buku
di rak atas. Pembersihan dilakukan melalui tali dan perancah bergerak.

Gambar : Tianjin Binhai Library


Sumber : https://www.archdaily.com/882819/tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-tianjin-urban-
planning-and-design-institute/59fb061fb22e3822460001c8-tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-
tianjin-urban-planning-and-design-institute-photo

Sejak dibuka pada tanggal 1 Oktober, 2017 bangunan ini menjadi hit besar di media
dan media sosial Tiongkok; ulasan menggambarkannya sebagai 'Samudera Buku' (CCTV) dan
'Perpustakaan China yang paling indah' (The Bund). Komentar di media sosial menyebut
bangunan itu sebagai 'lautan pengetahuan', 'Super Sci-Fi' atau hanya 'Mata.' Yang terpenting,
jelas bahwa orang-orang Tianjin telah memeluk ruang baru - dan hal itu telah menjadi ruang
tamu itu dimaksudkan untuk menjadi.
Gambar : Tianjin Binhai Library
Sumber : https://www.archdaily.com/882819/tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-tianjin-urban-
planning-and-design-institute/59fb061fb22e3822460001c8-tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-
tianjin-urban-planning-and-design-institute-photo

Perpustakaan Tianjin Binhai dibangun sesuai dengan label efisiensi energi Green Star
China dan telah mencapai dua status bintang. MVRDV berkolaborasi dengan Tianjin Urban
Planning and Design Institute (TUPDI), insinyur struktur Sanjiang Steel Structure Design,
arsitek interior TADI dan desain pencahayaan Huayi Jianyuan. Ini adalah proyek MVRDV
kedua yang terealisasi di Tianjin berikut TEDA Urban Fabric, yang selesai pada tahun 2009.

Gambar : Tianjin Binhai Library


Sumber : https://www.archdaily.com/882819/tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-tianjin-urban-
planning-and-design-institute/59fb061fb22e3822460001c8-tianjin-binhai-library-mvrdv-plus-
tianjin-urban-planning-and-design-institute-photo
2.3.2 King Fahad National Library / Gerber Architekten

Gambar : King Fahad National Library


Sumber : https://www.archdaily.com/469088/king-fahad-national-library-gerber-
architekten/52ddc4f6e8e44ebd08000022-king-fahad-national-library-gerber-architekten-photo

Arsitek :Gerber Architekten


Lokasi :Riyadh Arab Saudi
Arsitek proyek :Thomas Lücking
Struktural :Bollinger & Grohmann Ingenieure
Kontraktor :Saudi Bin Laden
Foto :Christian Richters
Produsen :Dorma, Grohe, Kone, Arsitektur SEFAR, Siteco

Deskripsi teks diberikan oleh arsitek. Abstrak Perpustakaan Nasional Raja Fahad, salah
satu bangunan budaya terpenting di Kerajaan Arab Saudi, telah selesai dan mulai digunakan
untuk tujuan yang dimaksudkan pada bulan November 2013. Proyek ini melihat Profesor
Eckhard Gerber dan tim Gerber Architekten-nya menyelesaikan salah satu proyek pembangunan
perkotaan dan budaya yang paling penting di ibu kota, Riyadh. Desain berfungsi sebagai
kekuatan pendorong utama di balik pembangunan perkotaan dan penataan kembali, dan
menggabungkan tantangan merancang di dalam bangunan yang ada dengan menghormati budaya
Arab.
Gambar : King Fahad National Library
Sumber : https://www.archdaily.com/469088/king-fahad-national-library-gerber-
architekten/52ddc4f6e8e44ebd08000022-king-fahad-national-library-gerber-architekten-photo

Bentuk kubik simbolis dari bangunan baru mengelilingi bangunan yang ada di semua
sisi, sehingga menghadirkan Perpustakaan Nasional sebagai gambar arsitektur baru di kota
Riyadh tanpa meninggalkan bangunan tua, yang sekarang beroperasi sebagai tumpukan internal,
menjadikannya pusat pengetahuan. dalam perpustakaan baru secara keseluruhan. Bangunan baru
persegi ditutupi oleh façade tekstil berkilau mengikuti pola arsitektur tradisional Timur Tengah
dan menghubungkannya dengan teknologi mutakhir. Desainnya kembali ke hari-hari awal
sebuah kompetisi internasional yang berasal dari tahun 2003. Ketika Perpustakaan Nasional
selesai, Gerber Architekten akan mengerjakan perencanaan Stasiun Metro Olaya, proyek besar di
negara ini.
Konsep pembangunan perkotaan

Perpustakaan Nasional Raja Fahad mewakili pusat baru Distrik Olaya yang berubah
dengan cepat, dan menonjol dengan jelas dari pola bangunan heterogen yang ada. Gedung baru
persegi di tengah taman kota tampak terbuka dan terang, dan diikat ke dalam ruang perkotaan
meski ukurannya. Gerber Architekten merancang taman yang ada termasuk bagian ruang hijau
yang tersedia sebagai lapangan yang luas, dan ini dan perpustakaan sekarang membentuk unit
perkotaan. Dengan demikian Perpustakaan Nasional menjadi pusat ikonografi sebuah kawasan
perkotaan bergengsi yang akan semakin penting di tahun-tahun depan.
Gambar : King Fahad National Library
Sumber : https://www.archdaily.com/469088/king-fahad-national-library-gerber-
architekten/52ddc4f6e8e44ebd08000022-king-fahad-national-library-gerber-architekten-photo

Situs ini menghubungkan King Fahd Road dan Olaya Street, dua poros lalu lintas
utama ibu kota Kerajaan Arab Saudi. Alur kota baru yang dijelaskan di atas dibuat di Jalan
Olaya, yang menawarkan pejalan kaki akses langsung ke perpustakaan dan menjamin ruang yang
menarik untuk menghabiskan waktu meski padat lalu lintas. Alun-alun baru ini menggemakan
struktur dasar lapangan umum di sekitarnya, di mana plot bangunan yang terbengkalai dan
terbengkalai didesain ulang sebagai oasis hijau. Ini dimaksudkan untuk berbagai kegiatan
rekreasi dan rekreasi baru di kabupaten ini. Perpustakaan baru ini berdiri sebagai elemen penting
dari rangkaian spasial ini, dan memberikan kontribusi untuk mengubah daerah tersebut menjadi
kawasan perkotaan baru yang meriah dan kompleks.
Konsep arsitektur
Gerber Architekten mengembangkan bangunan berbentuk kubus yang mengelilingi
perpustakaan yang ada di semua sisi, sehingga menghadirkan Perpustakaan Nasional sebagai
citra arsitektur baru di ruang kota Riyadh. Bangunan baru membungkus yang lama dengan
protektif, dan menggabungkan dirinya dengan itu dengan cara yang tidak biasa, mengikuti
prinsip pelestarian monumen. Bangunan salib yang ada, yang ditutupi kubah, tersembunyi di
dalam gedung baru itu. Struktur lama diintegrasikan sebagai bangunan di dalam sebuah
bangunan, sementara kubahnya yang ada - aslinya beton - kini telah direkonstruksi dalam baja
dan kaca, dan terus menjadi simbol budaya perpustakaan. Seluruh bekas atap bangunan yang
ada, yang menempati area luas, kini memberikan bacaan bacaan yang dibanjiri cahaya dan
menawarkan suasana khusus yang akan mendorong pertukaran pengetahuan dengan cara ini. Di
dalam - seolah tersembunyi di peti harta karun, gudang pengetahuan - adalah tumpukan buku.
Pengunjung mengakses bagian akses terbuka di lantai tiga gedung baru melalui jembatan dari
area baca. Semuanya ditutupi oleh atap baru, diselingi oleh skylight dimana selaput putih dengan
lembut mendistribusikan cahaya ke seluruh interior.

Gambar : King Fahad National Library


Sumber : https://www.archdaily.com/469088/king-fahad-national-library-gerber-
architekten/52ddc4f6e8e44ebd08000022-king-fahad-national-library-gerber-architekten-photo

Aula pintu masuk utama berada di lantai dasar, yang juga menjadi tempat pameran,
restoran dan toko buku. Area perpustakaan untuk wanita saja, di mana mereka bisa
menghabiskan waktu tanpa sebuah burka, disediakan di lantai pertama sayap selatan yang baru;
Ruang ini terpisah dari penggunaan bangunan lain, dan juga diakses secara terpisah.
Konsep Façade
Elemen kunci façade dikembangkan terutama untuk bangunan baru. Ini adalah
kelongsong yang terbuat dari awning tekstil rhomboid, ditandai dengan permainannya dengan
mengungkapkan dan menyembunyikan. Selaput putih yang disisipkan, yang didukung oleh
struktur kabel baja bertegangan tiga dimensi dan bertenaga tarik, bertindak sebagai pelindung
sinar matahari dan menafsirkan tradisi struktur tenda Arab dengan cara yang modern dan
teknologis. Urutan lama dan baru ini menciptakan tampilan arsitektural yang seragam dan
bergengsi dengan styling khas. Pada malam hari façade bersinar dengan berubah warna dan
menjadi mercusuar budaya kota.

Gambar : King Fahad National Library


Sumber : https://www.archdaily.com/469088/king-fahad-national-library-gerber-
architekten/52ddc4f6e8e44ebd08000022-king-fahad-national-library-gerber-architekten-photo

Struktur kabel baja berlapis filigree ini memiliki tingkat penetrasi solar yang hanya 7
persen, dan pada saat bersamaan memungkinkan untuk melihat keduanya masuk dan keluar.
Dengan suhu eksterior hingga 50o Celcius, façade membran, yang dioptimalkan sehubungan
dengan jalur sinar matahari lokal dengan cara pembiasan cahaya tiga dimensi yang kompleks,
menggabungkan perlindungan yang dibutuhkan dari sinar matahari dengan penetrasi cahaya dan
transparansi yang maksimal.

Gambar : King Fahad National Library


Sumber : https://www.archdaily.com/469088/king-fahad-national-library-gerber-
architekten/52ddc4f6e8e44ebd08000022-king-fahad-national-library-gerber-architekten-photo
Fasad ini dikombinasikan dengan ventilasi dan pendinginan untuk bangunan dengan
menggunakan ventilasi berlapis dan pendinginan lantai. Dengan cara ini, kenyamanan termal
meningkat dan konsumsi energi berkurang secara signifikan dengan menggunakan metode dan
teknologi tertentu untuk pertama kalinya di dunia Arab. "Tema keberlanjutan menggunakan
konsep energi terkini dan struktur bangunan rasional berjalan melalui semua aktivitas kita
sebagai gagasan penting yang dianggap biasa." (Prof. Eckhard Gerber)

Gambar : King Fahad National Library


Sumber : https://www.archdaily.com/469088/king-fahad-national-library-gerber-
architekten/52ddc4f6e8e44ebd08000022-king-fahad-national-library-gerber-architekten-photo
BAB III
STUDI LOKASI DAN LOKASI TERPILIH
3.1 Lokasi Site
Lokasi site brada di jalan bunga turi lauchi medan tuntungan yang berbatasan dengan
Kabupaten deli serdang

SITE

Sumber : Google Earth

3.2 Batasan Site

Utara : berbatasan dengan jalan bunga turi

Sumber : Survei
Selatan : Berbatasan dengan sungai

Sumber : survei

Timur : Berbatasan dengan kebun warga

Barat : Berbatasan dengan bengkel las

Sumber : survei

3.3 Ukuran Site

Utara : 181 meter

Selatan : 138 meter

Timur : 79 meter

Barat : 114 meter


3.4 Kriteria Site

Dalam perencanaan perpustakaan ini ada beberapa kriteria yang perlu di perhatikan yaitu :

 Tersedianya sarana tranportasi yang memadai pada daerah yang di pilih sehingga
mempermudah masyarakat untuk mengaksesnya.
 Lingkungan lokasi site nyaman meliputi : tidak terlalu dekat dengan permukiman warga,
tingkat polusi yang rendah, tingkat kebisingan yang rendah dan lengkungan yang asri.
 Sekitar lokasi site banyak sekolah dan universitas seperti :
 MAS PP RAUDHATUL HASANAH
 MIS AMAL SHALEH
 MIS DARUL HIKMAH
 MTSS PP. RAUDHATUL HASANAH
 SD SINGAPORE SCHOOL MEDAN
 SD SWASTA BINA CERIA MENDIRI MEDAN
 SDN 060971
 SDN 0064023
 SDN 064025
 SDN 065015
 SDN 066428
 SDS ASISI
 SDS BHARLIND
 SDS CERDAS
 SDS TERPADU SITI HAJAR
 SMP NEGERI 21 MEDAN
 SMP NEGERI 31 MEDAN
 SMP NEGERI 41 MEDAN
 SMPS BHARLIND
 SMPS PUTERI SION
 SMA NEGERI 17 MEDAN
 SMAS KATOLIK BUDI MURNI 2 MEDAN
 SMAS MULIA PRATAMA
 SMAS PALAPAN MEDAN
 SMAS PUTERI SION
 SMAS SINGAPORE SCHOOL
 UNIKA ST THOMAS MEDAN
 UNIVERSITAS QUALITI
 STIKES-SU
 POLMED
 STIKES SENIOR MEDAN
 AMIK AMBP
 AKADEMI KEPERAWATAN WIRAHUSADA
 AKADEMI KEBIDANAN & KEPERAWATAN DARMO

Berdasarkan data dari kementrian pendidikan dan kebudayaan maka sekolah dan
universitas tersebut diatas yang dekat dengan lokasi site dengan jarak paling jauh 5 km, dengan
adanya sekolah dan universitas didekat site maka ini menjadi potensi.

 Berdasarkan rutk kota medan maka lokasi site termasuk zona pelayanan, permukiman,
kesehatan, dan pendikan.
 Kondisi Topografi lahan berkontur sehingga lahan sangan memungkinkan untuk dibangun
perpustakaan sesuai dengan kriteria tugas
 Sarana kesehatan terdapat di sekitar site yaitu RSU adam malik

Anda mungkin juga menyukai