Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

CONSUMERS’ BEHAVIORS

“Consumer Characteristics”

Disusun oleh:
Ida Rachmawati (S-1561018)
Anggriani Yulianto (S-1561037)
Kusadahlina Yudhiarti Puntari (S-1561038)
Laila Mega Puspita (S-1561051)
Muamar Norridwan Erlambang (S-1561061)
Lady Azhura Kayoobi (S-1561154)
Yulia Pratiwi (S-1561185)
Sri Rahmawati (S-1561201)
Nabilah Nur Fajrin (B-1561211)

MARKETING MANAGEMENT

STIE PGRI DEWANTARA

JOMBANG

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur selalu kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang Maha
Merestui setiap kesehatan yang kami terima untuk menyelesaikan laporan tertulis
kelompok kami. Shalawat untuk Rasulullah kami Nabi Muhammad SAW. yang menjadi
panutan bagi semua umat Islam di dunia terutama kami sekelompok. Kalimat syukur tak
hentinya kami ucapkan karena kami dapat mencurahkan segala pemahaman ilmu dan
semangat belajar ke dalam makalah mengenai Karakteristik Konsumen ini yang
berdampak terhadap kemandirian kami dalam matakuliah Perilaku Konsumen di bawah
bimbingan Dosen sekaligus Ibu kedua kami dengan kesabaran yang begitu
mengagumkan, Ibu Dr. SITI ZUHROH, M.Si..

Makalah ini tak terlepas dari lantunan ketidaksempurnaan dari karya


sekelompok mahasiswa masa perang, dengan lapang dada kami menerima berbagai
macam kritikan dan saran yang ingin disampaikan oleh Ibu atau Bapak Dosen, teman
seperjuangan kami, para pembaca dengan ketidaksengajaannya, bahkan makhluk Allah
SWT. berstatus pejuang ilmu yang membaca makalah ini, jika berkenan.

Demikian rayuan klasik tak romantis dari kelompok kami di bagian kata
pengantar ini, semoga makalah ini memberikan manfaat bagi para pembaca serta
menjadikan kami sebagai mahasiswa dan kreator yang bermanfaat bagi kehidupan dunia
maupun akhirat dalam artian baik. Aamiin.

JOMBANG, 23 Maret 2018

Tim Penulis

Consumers’ Characteristics i
DAFTAR ISI

SAMPUL MAKALAH ..........................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Makalah .............................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3. Tujuan Makalah ........................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1. Demographics .............................................................................................. 3


2.2. Personalities ................................................................................................ 7
2.3. Lifestyle........................................................................................................ 12

BAB III. PENUTUP .............................................................................................. 14

3.1. Kesimpulan .................................................................................................. 14


3.2. Kritik dan Saran ........................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15

Consumers’ Characteristics ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Makalah

Era globalisasi sekarang ini, kehidupan bisnis mengalami kemajuan sangat


signifikan, di mana tingkat persaingan yang semakin ketat di antara perusahaan atau
produsen satu dengan lainnya. Tekanan tersebut menyebabkan perusahaan atau
produsen menyusun strategi sedemikian rupa secara cermat dan tepat. Strategi
tersebut digunakan untuk memertahankan konsumen mengonsumsi produk atau
layanan jasa dari perusahaan atau produsen tersebut, salah satunya dengan cara
benar-benar memahami perilaku dan karakteristik konsumen secara general.

Pemahaman karakteristik konsumen harus diterapkan oleh para manager


pemasaran terutama, agar mereka dapat membuat perusahaan serta produknya
memiliki karakteristik kuat yang dapat mencerminkan dan memenuhi fantasi
konsumen berbeda karakteristik juga. Tidak hanya itu, para manager pemasaran dan
perusahaan dapat mengenalkan identitas perusahaan terhadap konsumen melalui
produk-produk yang dipasarkan, mudah dikenal oleh konsumen serta pencitraan
merek yang dapat tercipta disebabkan oleh karakteristik konsumen.

Tidak akan puas membahas mengenai Perilaku Konsumen terhadap


Karakteristik Konsumen di sub-bab pertama, di mana kami menyusunnya sesuai
susunan silabus. Oleh karena itu, kami akan memaparkannya di bagian pembahasan
dengan acuan teoritis berisikan tiga pokok karakteristik konsumen, serta kami mohon
kritik dan saran dari para pembaca demi peningkatan pengetahuan dan semua
anugerah dalam tubuh dan mental berbisnis kami di masa produktif secara nyata.

1.2. Rumusan Masalah

Berikut merupakan poin-poin pembahasan yang kami susun ke dalam


rumusan masalah makalah kami, yakni:

1.2.1. Apa saja yang dimaksud dengan demografis, kepribadian dan gaya hidup
konsumen?

Consumers’ Characteristics 1
1.2.2. Apakah ada hubungan antara faktor-faktor demografis, kepribadian dan gaya
hidup dengan keuntungan yang akan didapatkan oleh produsen?
1.2.3. Bagaimana demografis, kepribadian dan gaya hidup memengaruhi startegi
maupun riset pemasaran perusahaan?

1.3. Tujuan Makalah

Sebagai tujuan terhadap rumusan masalah, berikut ini:


1.3.1. Memelajari maksud dari demografis, kepribadian dan gaya hidup konsumen;
1.3.2. Memelajari hubungan antara faktor-faktor demografis, kepribadian dan gaya
hidup dengan keuntungan yang akan didapatkan oleh produsen;
1.3.3. Memelajari mengenai bagaimana demografis, kepribadian dan gaya hidup
memengaruhi startegi maupun riset pemasaran perusahaan.

Consumers’ Characteristics 2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Demographics
Konsep suskebudayaan dan demografi sangat erat hubungannya. Variabel
Demografi menggambarkan karakteristik populasi. Berikut ini variabel-variabel
demografis:

1. Kebudayaan 6. Status Pernikahan

2. Usia 7. Pendapatan

3. Agama 8. Wilayah

4. Jenis Kelamin 9. Suku

5. Pekerjaan 10. Pendidikan

Tentu saja, banyak diantara variabel demografi ini juga menggambarkan


subkebudayaan. Jadi dalam kategori demografi agama dapat diidentifikasi sejumlah
kelompok suskebudayaan misalnya yang berada di Amerika Serikat, termasuk orang
Yahudi, Kristen dan Muslim. Akan tetapi, bila kita berbicara tentang kebudayaan dan
suskebudayaan, fokusnya adalah pada nilai kelompok, kebudayaan, simbol dan
perilaku. Ciri-ciri demografis hanya menggambarkan karakteristik populasi
masyarakat. Alasan seorang pemasar berbicara tentang subkebudayaan Afrika-
Amerika adalah bahwa karakteristik demografis ini menggambarkan sekelompok
masyarakat yang mempunyai pola perilaku yang serupa.

Perubahan usia dan distribusi etnis serta sikap terhadap para homoseksual
dan lesbian sangat mempengaruhi strategi pemasaran. Misalnya, perubahan sifat dari
golongan sosial belakangan ini memaksa para retailer untuk maju atau mundur di
pasar. Perusahaan seperti Sears, yang secara tradisional berfokus pada golongan
menengah, kehilangan pangsa pasar di toko-toko barang khusus untuk kelas atas dan
toko swalayan potongan harga untuk kelas bawah. Selama tahun 1980-an dan awal
tahun 1990-an penjualan toko barang-barang khusus seperti The Limited dan The

Consumers’ Characteristics 3
Gap bertambah lebih dari 20 persen per tahun. Sears dan J.C. Penney harus
melakukan penyesuaian penting untuk memenuhi persaingan baru.

Segmentasi Pasar ialah pengelompokkan konsumen berdasarkan usia, jenis


kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan agama. Sumber data demografi
yang pokok adalah Penduduk, Sensus Penduduk, dan Penelitian (Survei). Ada juga
yang lainnya, misal: catatan-catatan dan dokumen-dokumen dari instansi pemerintah.
Beberapa alasan mengapa demografi sering digunakan dalam segmentasi pasar :

1) Segmentasi demografi terdiri dari beberapa variabel seperti usia, jenis


kelamin, pekerjaan, dll, sehingga dapat diketahui kebutuhan dan keinginan
konsumen yang berbeda-beda pada tiap variabel tersebut.
2) Demografi memberikan suatu pemahaman dan wawasan tentang trend yang
sedang terjadi.
3) Meski tidak dapat digunakan untuk meramalkan perilaku konsumen,
demografi dapat digunakan untuk melihat perubahan permintaan aneka
produk.
4) Informasi demografi paling mudah dijangkau dan paling murah untuk
mengidentifikasi target market. Sangat banyak informasi atau data yang
sudah tersedia dari berbagai sumber, yang kebanyakan berasal dari internet.

2.1.1. Varibel-variabel dari Demografis


 Usia
Manusia siring dengan pertambahan usia, bertambah dan
berbeda pula keinginan dan kebutuhan serta karakteristiknya. Produk-
produk dengan mengacu pendekatan usia lebih berhati-hati dan detail,
yang disesuaikan dengan karakteristik setiap tingkatan usia, seperti
kandungan pada pasta gigi anak berbeda dari dewasa karena
menyesuaikan struktur gigi anak.
Contoh : PC Games dengan batasan usia yang berbeda-beda.
Semakin tinggi usia maka konten game semakin menantang dan
mengandung unsur dewasa yang tidak dianjurkan untuk anak-anak

Consumers’ Characteristics 4
kecil. Sangat penting untuk menentukan batasan usia karena
disesuaikan dengan karakteristik setiap usia.
 Jenis Kelamin
Umumnya produk-produk yang menggunakan segmen ini
berhubungan dengan gaya hidup, seperti pakaian, sepatu, kendaraan,
dan sebagainya. Contoh : sepatu pria dengan sepatu wanita.
 Pendidikan
Pada masing-masing tingkatan pendidikan, kebutuhan dan
penggunaan barang oleh konsumen berbeda-beda. Benda produk yang
digunakan berfungsi sebagai penunjang bagi pendidikan mereka.
Contoh : Mahasiswa lebih membutuhkan laptop dibandingkan
dengan anak SD, karena jika diukur dari intesitas pendidikannya,
mahasiswa meiliki tugas yang lebih banyak dan rumit sehingga
dibutuhkan laptop sebagai media penunjang.
 Jenis Pekerjan
Bermacam-macam jenis pekerjaan, bermacam-macam pula
kebutuhan dan penggunaan barang pada masing-masing jenis pekerjaan
tersebut. Benda produk yang digunakan berfungsi sebagai penunjang
bagi pekerjaan mereka.
Contoh: Nokia E7 merupakan smartphone biasa yang
dilengkapi aplikasi seperti Quickoffice, Adobe PDF, Microsoft
Communicator Mobile, dan lain sebagainya. Target market ponsel ini
ialah businessman atau orang yang berkecimpung dalam dunia bisnis
yang membutuhkan kecepatan, keringkasan, dan kemudahan agar tidak
menghambat bisnis mereka.
 Pendapatan
Pendekatan ini sangat erat hubungannya dengan jenis
pekerjaan, penting dan dibutuhkan oleh marketer untuk mengetahui
target market sesuai dengan harga pada produk yang akan dipasarkan.
Contoh: Walaupun sama-sama mobil keluarga dan bernaung
dalam satu nama “Toyota”, harga antara Avanza dan Alphard cukup
jauh. Kisaran harga mobil Avanza antara 150-180 juta, sedangkan

Consumers’ Characteristics 5
Alphard 600 juta sampai milyaran. Tentu market yang dikejar Avanza
ialah keluarga menengah sedang, dimana konsumen lebih
mementingkan harga dan fungsi utama (cukup untuk dikendarai) dari
pada kenyamanan dan prestige. Berlawanan dengan market yang
dikejar Alphard ialah keluarga menengah ke atas, dimana konsumen
mengutamakan prestige serta kenyamanan dan mengesampingkan
harga.
 Agama
Segmentasi berdasarkan agama tentu tidak dapat dilakukan
pada setiap jenis produk. Segmentasi ini umumnya sangat sensitif dan
memerlukan keseriusan dalam menjalin hubungan dengan konsumen
dan hanya dapat diterapkan pada komoditi tertentu yang pasarnya amat
sensitif terhadap simbol-simbol agama.
Contoh: Di Indonesia didirikan bank syariah, seperti Bank
Muammalat, Bank Mandiri Syariah, dan lain-lain, yang bertujuan
menciptakan sistem perekonomian berbasis nilai-nilai dan prinsip
syariah untuk diterapkan dalam bisnis dan transaksi. Awal mula
didirikannya bank-bank syariah ialah salah satunya disebabkan oleh isu
tentang haramnya bunga. Oleh karena itu, bank syariah memusatkan
pasarnya untuk masyarakat yang memahami dan menerapkan aturan
Islam dalam kehidupannya, dengan slogan-slogan yang berkaitan
dengan agama.
2.1.2. Manfaat analisis demografi, yaitu :
 Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah
tertentu.
 Menjelaskan pertumbuhan penduduk pada masa lampau,
kecenderungannya, dan persebarannya dengan sebaik-baiknya dan
dengan data yang tersedia.
 Mengembangkan hubungan sebab-akibat antara perkembangan
penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial, ekonomi,
budaya, lingkungan dan lain-lain.

Consumers’ Characteristics 6
 Mengestimasi pertumbuhan penduduk (proyeksi penduduk) pada masa
yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

2.1.3. Contoh di Kehidupan Nyata


 Publik figure dan media elektronik mempengaruhi tren.

Tren pada zaman dahulu itu dipengaruhi oleh raja, petinggi,


bangsawan, atau orang-orang yang dianggap penting. Dan sekarang
khususnya di Indonesia, tren seperti fashion (jilbab, celana, sepatu,
baju, dll) di mulai dari Artis dan Media Televisi. Seperti “Baju
Syahrini” sebutan bagi model baju yang diapakai syahrini sedang
ngetren di pasaran, yang melihat Syahrini memakainya tampil di
televisi.

 Tren tidak pernah lepas dari sejarah

Sejarah yang terjadi dimasa lalu akan menjadi dasar


pengembangan produk dimasa yang akan datang. Tren memiliki daur
hidup, ada masa muncul – ngetren– mati kemudian muncul lagi, dengan
desain yang sesuai dengan masanya. Seperti jilbab, awal mula jilbab
kain biasa segi empat, kemudian muncul jilbab paris, karena dirasa
ketakpraktisan muncul jilbab praktis, karena jilbab praktis modelnya
kurang, jilbab paris ngetren lagi dengan model-model lukis dan
sebagainya, kemudian muncul jilbab praktis yang banyak motifnya.

2.2. Personalities
Di bawah ini termasuk ke dalam aspek kepribadian:

2.2.1. Teori Psikoanalitik


Teori psikoanalitik (psychoanalytic theory of personality) Sigmund
Freud memiliki dampak yang besar terhadap pemahaman kita mengenai
perilaku konsumen. Freud berargmunetasi, bahwa kepribadian manusia
berasal dari perjuangan dinamis antara dorongan psikologis dari dalam diri
(contohnya, rasa lapar, kebutuhan hasrat, dan lain-lain) dan tekanan social
untuk menaati hokum, aturan dank ode moral. Freud menyatakan, bahwa

Consumers’ Characteristics 7
manusua memiliki pikiran yang disadari, dewasa sebelum waktunya, dan
yang tidak disadari serta kekuatan-kekuatan yang memicu perilaku manusia
sebagai konsumen.
a) Hubungan antara teori psikoanalitik dengan strategi promosi
Menurut para peneliti motivasi (motivation researchers) pada
tahun 1950-an, pemikira psikoanalitikdengan penekanan impian-
impian yang tidak masuk akal, fantasi dan simbol-simbol untuk
mengidentifikasi motif-motif yang tidak disadari yang melandasi
tindakan manusia, memiliki dampak yang besar terhadap pemasaran.
Perusahaan periklanan merekrut dan menjadikan para psikoanalis
sebagai sumberdaya manusia mereka untuk membantu perusahaan
dalam mengembangkan tema promosi dan kemasan yang akan berkesan
dalam benak konsumen tanpa disadari. Beberapa peneliti pemasaran
tetap menggunakan teori Freudian untuk mengidentifikasi simbol dan
fantasi yang tanpa disadari mendorong konsumen untuk membeli
produk perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan kopi General Mills
berusaha menghubungkan minum kopi merek “Capuccino Italia yang
Baru” secara romantis dengan menunjukkan gambar yang muncul dari
cangkir beruap. Dari salah satu contoh tersebut menunjukkan, jika teori
psikoanalitik menempatkan sejumlah simbol yang digunakan oleh para
pemasar.
b) Teori Psikoanalitik dan Riset Konsumen
Riset perilaku konsumen sangat bergantung terhadap teknik
proyektif psikoanalitik yang dikembangkan untuk mengidentifikasi
motif yang tidak disadari manusia saat bertindak. Freud menunjukkan
teknik utama utama berunsur terapi dengan meminta para pasien untuk
berbaring di sofa dan santai secara fisik dan psikologi. Perasaan santai
memicu penurunan sikap berontak dan membantu untuk memahami
tentang motivasi yang tidak disadari. Salah satunya dengan wawancara
mendalam (depth interviews) yang merupakan wawancara panjang
untuk mengidentifikasi reaksi konsumen agar melakukan pembelian
barang atau menggunakan jasa suatu perusahaan. Pada kelompok fokus,

Consumers’ Characteristics 8
lima hingga sepuluh konsumen dirangsang untuk mengungkapkan
perasaan dan pikiran mengenai barang atau jasa tersebut.

2.2.2. Teori Sifat Bawaan


Sifat bawaan (traits) merupakan karakteristik yang manusia miliki
pasti berbeda dan relative bersifat permanen dan konsisten. Riset awal
mengenai perilaku konsumen yang dilakukan pada tahun 1960-an
menggunakan teori sifat bawaan dari para ahli psikologi, sebagi salah satu
contoh nyata menunjukkan studi merujuk kepada sifat bawaan dari para
pemilik mobil Ford dengan para pemiliki Chevrolet.
Ada enam belas sifat bawaan manusia yang diidentifikasi oleh
Cattel (Cattel, Eber, & Tatsuoka, 1970):
1) Tidak ramah vs. ramah 10) Praktis vs. imaginative
2) Tidak cerdas vs. cerdas 11) Rendah hati vs. halus budi
3) Tidak stabil vs. stabil bahasa
4) Agresif vs. lemah 12) Percaya diri vs. suka
5) Serius vs. foya-foya menyalahkan diri sendiri
6) Berhati-hati vs. bijaksana 13) Konservatif vs. eksperimen
7) Malu vs. berani 14) Berkelompok vs. mandiri
8) Keras hati vs. lembut hati 15) Tidak disiplin vs. terkendali
9) Mencurigakan vs. dipercaya 16) Santai vs. tegang

Skala sifat bawaan harus dapat diandalkan dan bersifat absah.


Realibitas akan terbukti, jika skala secara internal konsisten dapat mengukur
pertanyaan yang sama dalam bentuk umum dan dapat memberikan hasil sama
ketika seseorang diuji ulang setelah periode waktu tertentu. Keabsahan akan
terbukti, jika skala ditunjukkan untuk menunjukkan sifat bawaan dirancang
untuk menilai suatu hal. Para peneliti konsumen telah mengembangkan
sejumlah skala yang abash dan dapat diandalkan untuk mengukur sifat
bawaan kepribadian yang relevan bagi para manager pemasaran. Skala-skala
tersebut harus digunakan secara tepat demi kelancaran para manager untuk
mensegmen pasar, memposisikan produk di pasar, dan/atau mengembangkan
penampilan promosi yang efektif.

Consumers’ Characteristics 9
Adapun sifat bawaan lainnya di bawah ini:

1) Toleransi terhadap ketidakjelasan adalah sifat bawaan yang


memprediksikan tentang bagaimana seseorang akan beraksi terhadap
situasi dengan tingkat ketidakkonsistenan manusia yang bervariasi.
Ada tiga jenis situasi yang berbeda telah diidentifikasi oleh para
psikolog sebagai ketidakkonsistenan:
o Situasi yang benar-benar baru di mana seseorang memiliki
informasi yang sedikit
o Situasi sangat kompleks yang dialami manusia
o Situasi dengan informasi berlawanan

Skala toleransi ketidakkonsistenan memiliki relevansi


dengan pencarian informasi yang dilakukan oleh para konsumen
ketika akan melakukan pemilihan produk. Oleh karena itu, jika pasar
target perusahaan sebagian besar terdiri dari orang toleran terhadap
ketidakkonsistenan, maka para manager perusahaan disarankan untuk
membuat spanduk dan brosur bersifat informative dari produk
tersebut. Sebaliknya, jika pasar target tidak toleran terhadap
ketidakkonsistenan, maka strategi terbaiknya adalah memberikan
sedikit informasi mengenai produk dan lebih berpedoman pada daya
tarik emosional (seperti iklan motivasi yang berkaitan dengan tujuan
produk tersebut).

2) Kebutuhan terhadap Kognisi

Hal tersebut dapat mengukur seberapa luas motivasi


instrinsik yang dmiliki oleh konsumen berkaitan dengan aktivitas
pemecahan-masalah. Sifat bawaan tersebut berpengaruh terhadap sifat
manusia yang memikirkan berbagai pertimbangan sebelum membeli
produk, dipengaruhi juga oleh karakteristik sumber informasi
daripada kualitas argument terhadap iklan.

Consumers’ Characteristics 10
2.2.3. Skala Sifat Bawaan Tambahan

Para peneliti konsumen telah menilai sejumlah sifat bawaan lainnya


yang relevan bagi para manager pemasaran, yakni kebanggaan di mana
konsumen akan bangga dan tidak menyesal setelah menikmati produk yang
berkualitas dengan manfaat melebihi ekspektasi konsumen meskipun harga
yang dibayar akan seimbang terhadap apa yang diterima, kecenderungan
rencana di mana konsumen merencanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan keputusan pembelian, kompleksitas kognitif, proses informasi verbal
versus visual, kekhawatiran, etnosentris, emosional, pemenuhan kebutuhan,
dan pemisahan.

Penggunaan manajerial terhadap skala pengukuran sifat bawaan


dapat diterapkan dengan langkah-langkah di bawah ini:

1) Pertama, para manager harus mesegmen pasar baik dengan perilaku


pembelian atau karakteristik demografi dari konsumen yang
ditargetkan.
2) Kedua, menciptakan iklan yang menggunakan tema-tema konsisten
denga sifat-sifat bawaan yang membedakan produk satu dengan produk
lainnya.
3) Ketiga, mengidentifikasi karakteristik demografis pasar target dengan
cara mengambil sampel-sampel para individu dengan kepribadian
berbeda agar dapat membantu manager pemasaran untuk
mengembangkan pesan-pesan promosi yang dapat menarik perhatian
konsumen bahkan calon konsumen.

Sehingga dapat disimpulkan, informasi kepribadian yang


dikumpulkan oleh para peneliti pasar, informasi sensus dapat memberikan
banyak data mengenai karakteristik demografis perusahaan beroperasi, agar
para manager pemasaran dapat membuat profil pasar targetnya berdasarkan
karakteristik penggunaan-produk dan/atau informasi demografi yang
tersedia.

Consumers’ Characteristics 11
2.2.4. Pembelian Kompulsif sebagai Sifat Bawaan Kepribadian

Pembelian Kompulsif diuraikan sebagai “pembelian kronik atau


repetitif yang menjadi tanggapan primer sehingga terjadi kejadian atau
perasaan negatif” (Mowen & Minor, 2001). Hal tersebut merupakan salah
satu komponen perilaku konsumen yang sangat negatif, di mana pembeli
kompulsif memiliki harga diri yang lebih rendah, lebih sering berkhayal
daripada bersikap “normal”, mengalami depresi serta kekhawatiran yang
lebih tinggi rata-rata. Para peneliti konsumen telah mengembangkan sebuah
instrumen untuk mengukur tendensi orang dalam melakukan pembelian
kompulsif. Di bawah ini, pernyataan-pernyataan ya-atau-tidak terhadap
pengukuran pembelian kompulsif:

o Membeli segala sesuatu walaupun saya tidak mampu


o Merasa orang lain akan ngeri, jika mereka tahu kebiasaan belanja saya
o Merasa khawatir atau takut pada hari di mana saya tidak berbelanja
o Membeli sesuatu dengan maksud agar membuat perasaan saya lebih
baik.
2.3. Lifestyle
Gaya hidup didefinisikan secara sederhana sebagai “bagaimana seseorang
hidup” atau gaya hidup juga dipergunakan untuk menguraikan tiga tingkat agregasi
orang yang berbeda: individu, sekelompok kecil orang yang berinteraksi, dan
kelompok orang yang lebih besar (misalnya, segmen pasar) (Mowen & Minor, 2001).

Konsep gaya hidup konsumen cukup berbeda dengan kepribadian. Gaya


hidup (lifestyle) menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka
membelajakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka.
Oleh karenanya, hal ini berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak lahir.
Berbeda dengan kepribadian, yang menggambarkan konsumen dari perspektif yang
lebih internal, yaitu “karakteristik pola berpikir, perasaan, dan memandang
konsumen”.

Pertama, gaya hidup dan kepribadian sangat erat hubunganya. Konsumen


yang kepribadiannya dikategorikan berisiko rendah tidak mungkin memilikki gaya

Consumers’ Characteristics 12
hidup seperti berspekulasi di pasar modal atau melakukan aktivitas–aktivitas
kesenangan seperti mendaki gunung, terbang laying dan menjelajah hutan.

Akan tetapi, jika dihubungkan dengan setiap diri pribadi gaya hidup dan
kepribadian perlu dibedakan dengan dua alasan penting. Pertama, secara konseptual
keduannya berbeda. Kepribadian merujuk pada karakteristik internal seseorang,
sedangkan gaya hidup manesfetasi eksternal dari karakteristik tersebut atau
bagaimana seseorang hidup. Walaupun kedua konsep ini menguraikan inidividu,
namun keduanya menguaraikan aspek individu yang berbeda.

Kedua, gaya hidup dan kepribadian memiliki implikasi managerial yang


berbeda. Beberapa penulis telah merekomendasikan bahwa manajer pemasaran yang
secara bertahap harus mensegmen pasar dengan pertama – tama mengidentifikasi
segmen gaya hidup dan kemudian menganalisis sengen ini pada kepribadian yang
berbeda, dengan pertama – tama mengidentifikasi orang – orang yang nenunjukkan
pola perilaku pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu mereka, dan
terlibat dalam berbagai aktovitas, para pemasar dapat mendefinisikan sejumlah besar
individu dengan gaya hidup yang serupa. Setelah segmen tersebut diidentifikasi, lalu
mereka dapat menggunakan sifat–sifat kepribadian yang sesuai untuk memperdalam
pemahaman tentang faktor–faktor internal yang mendasari pola gaya hidup.

Inventarisasi Gaya Hidup Konsumsi

Invetarisasi gaya hidup yang baru mengidentifikasi Sembilan “komunitas


konsumsi”. Para pengembang inventaris ini menggunakan pendekatan segmentasi
perilaku dimana pola pengeluaran aktual seseorang digunakn untuk membagi mereka
menjadi kelompok–kelompok konsumen dengan pola pengeluaran yang mirip.

Consumers’ Characteristics 13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Konsep subkebudayaan dan demografi sangat erat hubungannya. Variabel
Demografi menggambarkan karakteristik populasi, meliputi variabel-variabel
kebudayaan, usia, agama, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, pendapatan,
wilayah, suku serta pendidikan. Demografis memiliki hubungan bersama
kepribadian, yang mengandung teori psikoanalitis yang dapat memberikan dampak
pada strategi promosi serta riset pemasaran perusahaan.

Kepribadian berhubungan dengan gaya hidup konsumen dimana onsumen


yang kepribadiannya dikategorikan berisiko rendah tidak mungkin memilikki gaya
hidup seperti berspekulasi di pasar modal atau melakukan aktivitas–aktivitas
kesenangan seperti mendaki gunung dan sebagainya, tidak hanya itu gaya hidup dan
kepribadian memiliki implikasi managerial yang berbeda. Beberapa penulis telah
merekomendasikan, bahwa manajer pemasaran yang secara bertahap harus
mensegmen pasar dengan mengidentifikasi segmen gaya hidup dan menganalisis
segmen ini pada kepribadian yang berbeda, mengidentifikasi masyarakat yang
menunjukkan pola perilaku pembelian produk konsisten, penggunaan waktu dan
terlibat dalam berbagai aktivitas, para pemasar dapat mendefinisikan sejumlah besar
individu dengan gaya hidup yang serupa. Setelah segmen tersebut diidentifikasi, lalu
mereka dapat menggunakan sifat–sifat kepribadian yang sesuai untuk memperdalam
pemahaman tentang faktor–faktor internal yang mendasari pola gaya hidup.

3.2. Kritik dan Saran


Untuk semua perusahaan, kami sarankan harus dan mengutamakan
demografis, kepribadian serta gaya hidup konsumen yang mana ketiganya sangat
berhubungan erat dapat berdampak terhadap kemajuan perusahaan yang berjangka
panjang. Untuk makalah kami, masih bnayak sekali kekurangan yang secara tidak
langsung belum kami sadari, sehingga sangat kami terima, jika ada pembaca atau
Bapak atau Ibu Dosen yang berkenan memberikan kami pendapat mengenai segala
hal di dalam makalah ini.

Consumers’ Characteristics 14
DAFTAR PUSTAKA

Cattel, R., Eber, H., & Tatsuoka, M. (1970). Handbook for the Sixteen Personality Factor
Questionnaire. U.S.: IL: Institute for Personal Ability Testing.

Mowen, J. C., & Minor, M. (2001). Perilaku Konsumen (V ed., Vol. I). (L. Salim, Penerj.)
Jakarta: PT. Penerbit Erlangga.

Consumers’ Characteristics 15

Anda mungkin juga menyukai