Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIKUM II

A. Judul:
Proses Adsorpsi Isoterm Larutan
B. Tujuan
Mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi zarut dari suatu larutan pada
permukaan karbon aktif dan lempung aktif.

C. Dasar Teori
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat
lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat tersebut. Dalam
adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang
terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorban adalah
merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon.
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau
molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair,
mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi.
Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi.
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorbens
sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya (Sukardjo,
1990).
Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah tempat
terjadinya penyerapan disebut adsorben (adsorbent / substrate). Berdasarkan sifatnya,
adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan kimia.
Tabel 1. Perbedaan adsorpsi fisik dan kimia
Adsorpsi Fisik Adsorpsi Kimia
Molekul terikat pada adsorben oleh Molekul terikat pada adsorben oleh
gaya van der Waals ikatan kimia
Mempunyai entalpi reaksi -4 sampai Mempunyai entalpi reaksi -40 sampai
-40 kJ/mol -800 kJ/mol
Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan monolayer
Adsorpsi hanya terjadi pada suhu di Adsorpsi dapat terjadi pada suhu tinggi
bawah titik didih adsorbat
Jumlah adsorpsi pada permukaan Jumlah adsorpsi pada permukaan
merupakan fungsi adsorbat merupakan karakteristik adsorben dan
adsorbat
Tidak melibatkan energi aktifasi Melibatkan energi aktifasi tertentu
tertentu
Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik

Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada beberapa faktor,
yaitu :
a. Jenis adsorben
b. Jenis adsorbat
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur (Atkins, 1990).
Adsorben terjadi pada permukaan padatan sebagai akibat gaya-gaya valensi atau gaya-
gaya atraktif lainnya dari atom-atom atau molekul pada permukaan padatan. Apabila kita tinjau
sebuah atom atau molekul dalam padatan, maka atom atau molekul tersebut menerima gaya tarik
yang seimbang dari atom-atom atau molekul disekitarnya. Untuk atom atau molekul pada
permukaan padatan, gaya tarik yang dialami tidak sama dengan arah, sehingga sebagai
kompensasinya atom atau molekul tersebut bersifat adsortif terhadap adsorbat.

Gambar 1. Interaksi Antara Permukaan Adsorben dan Adsorbat

Besar kecilnya adsorpsi diprngaruhi antara lain oleh macam adsorben, macam zat yang
diadsorpsi, konsentrasi adsorbat, temperatur, tekanan dan luas permukaan.
Untuk adsorben yang permukaan besar, maka adsorpsinya juga makin besar. Makin
besar konsentrasi zarut, makin banyak pula zarut yang teradsorp. Sifat adsorpsi pada permukaan
zat padat adalah sangat selektif, artinya pada campuran pada berbagai zat hanya satu komponen
yang teradsorp oleh zat padat tertentu. Jika suatu adsorben dibiarkan kontak dengan larutan,
maka jumlah zat yang teradsorp akan bertambah naik secara bertahap sampai suatu keadaan
kesetimbangan tercapai (Morre, W.,J., 1974).

Beberapa persamaan matematis telah dikembangkan untuk mmempelajari ndata adsorpsi.


Dua persamaan umum digunakan untuk mempelajari adsorpsi larutan pada asorben yaitu
persamaan Frendlich dan Langmuir. Pada persamaan adsorpsi Frendlich, pengaruh konsentrasi
larutan terhadap adsorpsi dapat dinyatakan sebagai berikut:

X/m = k.Cn (1)

Dimana; X = berat adsorbat, m = berat adsorben, C = konsentrasi adsorbat pada saat


kesetimbangan tercapai/ konsenyrasi adsorbat yang ada dalam larutan, n.k = tetapan empiris.

X/m

Gambar 2. Kurva X/m lawan C

Jika ditulis dalam dalam bentuk logaritma akan diperoleh;

log (X/m) = log k + n log C (2)

Dan grafiknya akan berbentuk sebagai berikut:

log(X/m)

intersep, log K slop = tgn α = n

log C
Gambar 3. Kurva log (X/m) lawan log C

Dari persamaan tersebut nilai n dan k dapat ditentukan, nilai n ditentukan dari gradien
persamaan (2) dan nilai k adalah intersepnya. Slop n adalah indikator dari besar energi dan
macam-macam energi yang berhubungan dengan proses adsorpsi. Intersep k mengidentifikasi
kapasitas serapan, semakin besar nilai k, maka semakin besar afinitas adsorben terhadap
adsorbat. Dengan demikian adsorben dengan luas permukaan yang besar akan memiliki nilai k
yang besar pula ( Lynam, M.,L., dkk, 1995). Persamaan (2) tidak berlaku jika konsentrasi
adsorpsi terlalu tinggi (Moore.,W.,J., 1974).

Adsorpsi isoterm Lamgmuir menggambarkan bahwa pada permukaan adsorben terdapat


sejumlah situs aktif yang sebanding dengan luas permukaan adsorben. Pade setiap situs aktif
hanya satu molekul yang dapat diserap. Ikatan antara adsorben dan adsorbat harus cukup kuat
untuk mencegah migrasi molekul yang telah terserap sepanjang permukaan adssorben. Interaksi
antara molekul-molekul adsorbat dalam lapisan hasil adsorpsi diabaikan. Teori ini
mengasumsikan bahwa ikatan yang terjadi tidak tergantung pada ikatan yang telah terbentuk
pada situs yang berbeda di dekatnya (Daniels and Alberty, 1955).

Menurut persamaan isoterm Langmuir, pengaruh konsentrasi larutan terhadap adsorpsi


dapat dituliskan sebagai berikut:

X/m = α.C (1 + β.C) (3)

C/(X/m) = 1/α. + β.C/α (4)

Jika adsorpsi melibatkan proses penyerapan lapis tunggal (monolayer) maka kurva C/(X/m)
lawan C akan berupa garis lurus. Dari kurva tersebut nilai β./α. Dapat ditentukan dari
gradiennya. Sedangkan nilai1/αditentukan dari intersepnya.(Tim mata kuliah kimia fisik 1)
D. Alat dan Bahan
a. alat

Nama Alat Fungsi Alat Gambar Alat

Gelas Kimia Digunakan sebagai tempat larutan


dan dapat juga memanaskan
larutan kimia

Corong Digunakan pada saat


memasukkan cairan dalam suatu
wadah

Gelas ukur Digunakan untuk mengukur


volume zat kimia dalam bentuk
cair

Kertas saring Digunakan untuk menyaring


larutan yang ingin dipisahkan
endapannya

Erlenmeyer Digunakan untuk tempat zat yang


akan dititrasi

Pipet tetes Digunakan untuk mengambil


bahan yang berbentuk larutan
dalam jumlah yang kecil
Buret Digunakan untuk melakukan
titrasi

Statif dan klem Digunakan sebagai


penjepit,misalnya menjepit buret
dalam proses titrasi

Neraca analitik Digunakan untuk menimbang


berat suatu benda atau zat kimia

Labu ukur Digunakan untuk mengencerkan


suatu larutan

Kaca Arloji Digunakan untuk wadah suatu zat


yang akan diuapkan dengan
pemanasan

b. bahan

Nama Bahan Sifat Kimia Sifat Fisik

NaOH  NaOH sangat mudah  Rumus molekul: NaOH


menyerap gas CO2  Densitas dan fase : 2.100 g cm-
 Senywa sangat mudah larut 3,cairan
dalam air  Titik lebur :3180C

 Merupakan larutan basa  Titik didih :13900C


kuat organik  Penampilan: cairan higrokopis
 Tidak berbau tidak berwarna

Indikator  Trayek pH 8,2-10  Rumus molekul : C20H14O4


Fenoftalein  Merupakan indikator dalam  Penampilan : padatan Kristal
analisa kimia tak berwarna

 Tidak dapat bereaksi dengan  Massa jenis : 1,227


larutan yang  Berbentuk larutan
direaksikan,hanya sebagai
 Merupakan asam lemah
indikator
 Larut dalam air
 Larutan dalam 95% etil
alcohol

 Asam dwiprotik

 Tidak berwarna saat asam

 Berwarna merah rosa saat


basa

Asam Asetat  Melarut dengan mudah larut  Rumus molekul : CH3COOH


dalam air  Massa molar : 60,05 g/mol
 Bersifat higroskopik dan  Densitas dan fase : 1.049 g
korosif
cm-3,cairan 1.266 g cm-3,
 Asam asetat merupakan padatan
asam lemah  Titik lebur : 16.5°C (289.6±
 Asam asetat merupakan 0.5 K) (61.6 °F)[1]
monobasic  Titik didih : 118.1 °C (391.2 ±
0.6 K) (244.5 °F)[1]
 Asam asetat merubah litmus
biru mejadi merah  Penampilan:Cairan
 Asam asetat membebaskan higroskopis tak berwarna.
CO2 dari karbonat

 Asam asetat menyerang


logam yang melibatkan
hydrogen.

 Rumus H2O
Aquades
 Bersifat polar dan
Molekul
merupakan elektrolit lemah
 Berat 18 gr/mol
 Pelarut yang baik bagi Molekul
senyawa organik  Titik Didih 100 OC
 Merupakan senyawa polar  Titik Beku 0 OC
karena memiliki pasangan  Densitas 0,998 kg/m3
elektron polar  Wujud Cair

 Karbon aktif dapat  Luas permukaan karbon aktif


Karbon Aktif
mengadsorpsi gas dan berkisar antara 300-3500
senyawa-senyawa kimia m2/g dan
tertentu  Daya serap karbon aktif
sangat besar, yaitu 25-100%
terhadap berat karbon aktif

F. Hasil Pengamatan
 Setelah Adsorpsi
E. Prosedur Kerja
Asam Asetat 1 M

- Mengencerkan menjadi 0,8 M; 0,6 M; 0,4 M; 0,2


M; dan 0,1 M denganvolume 25 mL

Asam asetat 0,8 M; 0,6 M; 0,4


M; 0,2 M; dan 0,1 M

- Mengambil 10 mL setiap larutan dan


memasukkan dalam masing-masing ke dalam
Erlenmeyer
- Menambahkan indicator PP
- Mentitrasi dengan NaOH 0,5 M
- Mencatat volume NaOH yang terpakai

Mengamati perubahan
warna yang terjadi pada
volume..
Asam asetat 0,8 M; 0,6 M;
0,4 M; 0,2 M; dan 0,1 M

- Mengambil 25 mL setiap larutan dan


memasukkan dalam masing-masing
Erlenmeyer
- Menambahkan 1 gram karbon aktif
- Mengocok atau mengaduk denganpengaduk
magnet
- Menutup dengan kaca arloji dan membiarkan
selama 30 menit

Asam Asetat +
Karbon aktif

- Menyaring dengan kertas saring


- Memisahkan filtratnya

Filtrat Residu
- Mengambil 10 mL
- Mentitrasi dengan NaOH 0,5 M
Mengamati perubahan
warna pada volume..
F. Hasil Pengamatan
a. Hasil Pengamatan
- Sebelum Diadsorbsi
Perlakuan Hasil Pengamatan
 Asam Asetat
- Mengencerkan menjadi 0,8 M, -Larutan berwarna bening
0,6 M, 0,4M,0,2M, 0,1M
 Untuk 0,8M
- Mengambil 10 ml
- Menambahkan indicator PP 1
tetes
- Mentitrasi dengan NaOH 0,5 M - Larutan menjadi warna ungu
- Mencatat volume NaOHyang - Volume NaOH terpakai 14 ml
terpakai
 Untuk 0,6 M
- Mengambil 10 ml
- Menambahkan indicator PP 1
tetes
- Mentitrasi dengan NaOH 0,5 M -Larutan menjadi warna ungu
- Mencatat volume NaOHyang - Volume NaOH terpakai 9,1 ml
terpakai
 Untuk 0,4 M
- Mengambil 10 ml
- Menambahkan indicator PP 1
tetes
- Mentitrasi dengan NaOH 0,5 M -Larutan menjadi warna ungu

- Mencatat volume NaOHyang - Volume NaOH terpakai 8 ml

terpakai
 Untuk 0,2 M
- Mengambil 10 ml
- Menambahkan indicator PP 1
tetes
- Mentitrasi dengan NaOH 0,5 M
- Mencatat volume NaOHyang -Larutan menjadi warna ungu
terpakai
 Untuk 0,1 M - Volume NaOH terpakai 6,3 ml
- Mengambil 10 ml
- Menambahkan indicator PP 1
tetes
- Mentitrasi dengan NaOH 0,5 M
- Mencatat volume NaOHyang
terpakai - Larutan menjadi warna ungu
- Volume NaOH terpakai 5,5 ml

- Ssetelah Adsorpsi
Perlakuan Hasil Pengamatan
 Asam asetat 0,8 M, 0,6M, 0,4M,
0,2M, 0,1M
- Mengambil 25 ml tiap larutan dan - Larutan berwarna bening
dimasukkan kedalam masing-
masing Erlenmeyer
- Menambahkan 1 gram karbon aktif - Larutan menjadi warna hitam
- Mengocok atau diaduk
- Menutup dan dibiarkan selama 30
menit
 Campuran
- Menyaring dengan kertas saring - Hasil filtrat: larutannya bening
dan dipisahkan
 Hasil Filtrat
 Mengambil 10 ml dan dimasukkan
kedalam Erlenmeyer
- Untuk 0,8 M
- Untuk 0,6 M
- Untuk 0,4 M
- Untuk 0,2M
- Untuk 0,1 M
 Mentitrasi dengan larutan standar
NaOH 0,5M
- Untuk 0,8 M
- Untuk 0,6 M - Larutan menjadi warna ungu
- Untuk 0,4 M - Larutan menjadi warna ungu
- Untuk 0,2M - Larutan menjadi warna ungu
- Untuk 0,1 M - Larutan menjadi warna ungu
 Mencatat volume NaOH yang - Larutan menjadi warna ungu
terpakai
- Untuk 0,8 M
- Volume NaOH yang terpakai 13,9
- Untuk 0,6 M mL
- Volume NaOH yang terpakai 8,3 mL
- Untuk 0,4 M
- Volume NaOH yang terpakai 6,9 mL
- Untuk 0,2M
- Volume NaOH yang terpakai 3,6 mL
- Untuk 0,1 M
- Volume NaOH yang terpakai 2,3 mL

b. Perhitungan

A. Pengenceran CH3COOH 1 M
a. Untuk 0,8 M
V1M1 = V2M2
VI × 1 M = 25 Ml × 0,8 M
V1 = 20 mL
b. Untuk 0,6 M
V1M1 = V2M2
VI × 1 M = 25 Ml × 0,6 M
V1 = 15 mL
c. Untuk 0,4 M
V1M1 = V2M2
VI × 1 M = 25 Ml × 0,4 M
V1 = 10 mL
d. Untuk 0,2 M
V1M1 = V2M2
VI × 1 M = 25 Ml × 0,2 M
V1 = 5 mL
e. Untuk 0,1 M
V1M1 = V2M2
VI X 1 M = 25 Ml × 0,1 M
V1 = 2,5 Ml

B. Menghitung konsentrasi CH3COOH


 Sebelum adsorbsi
V CH3COOH × M CH3COOH = V NaOH × M NaOH
a. Untuk sampel 1
V1M1 = V2M2
10 Ml × M CH3COOH = 14 ml × 0,5 M
7 𝑚𝑙 𝑚
M CH3COOH =
10 𝑚𝑙
= 0,7 M
b. Untuk sampel 2
V1M1 = V2M2
10 Ml × M CH3COOH = 9,1 ml × 0,5 M
4,55𝑚𝑙 𝑚
M CH3COOH =
10 𝑚𝑙
= 0,455 M
c. Untuk sampel 3
V1M1 = V2M2
10 Ml × M CH3COOH = 8 ml × 0,5 M
8 𝑚𝑙 𝑚
M CH3COOH =
10 𝑚𝑙
= 0,4 M
d. Untuk sampel 4
V1M1 = V2M2
10 Ml × M CH3COOH = 6,3 ml × 0,5 M
3,15𝑚𝑙 𝑚
M CH3COOH =
10 𝑚𝑙
= 0,315 M
e. Untuk sampel 5
V1M1 = V2M2
10 Ml × M CH3COOH = 5,5 ml × 0,5 M
2,75 𝑚𝑙 𝑚
M CH3COOH =
10 𝑚𝑙
= 0,275M
 Setelah adsorbsi
a. Untuk sampel 1
V CH3COOH × M CH3COOH = V NaOH × M NaOH
V1M1 = V2M2
10 mL × M1 = 13,9 ml × 0,5 M
6,95 𝑚𝑙 𝑚
M CH3COOH =
10 𝑚𝑙
= 0,695M
b. Untuk sampel 2
V1M1 = V2M2
10 mL × M1 = 8,3 ml × 0,5 M
4,15 𝑚𝑙 𝑚
M CH3COOH =
10 𝑚𝑙
= 0,415M
c. Untuk sampel 3
V1M1 = V2M2
10 mL × M1 = 6,9 ml × 0,5 M
3,45 𝑚𝑙 𝑚
M CH3COOH =
10 𝑚𝑙
= 0,345M
d. Untuk sampel 4
V1M1 = V2M2
10 mL × M1 = 3,6 ml × 0,5 M
1,8 𝑚𝑙 𝑚
M CH3COOH =
10 𝑚𝑙
= 0,180M
e. Untuk sampel 5
V1M1 = V2M2
10 mL × M1 = 2,3 ml × 0,5 M
1,15 𝑚𝑙 𝑚
M CH3COOH =
10 𝑚𝑙
= 0,115M
C. Mencari jumlah CH3COOH yang diadsorbsi
a1 = volume sebelum adsorbsi
b1 = volume setelah adsorbsi
 Untuk sampel 1
a1 = 14 ml = 0,014 L
b1 = 13,9 ml = 0,013 L
 Untuk sampel 2
a1 = 9,1 ml = 0,0091 L
b1 = 8,3 ml = 0,0083 L
 Untuk sampel 3
a1 = 8 ml = 0,008 L
b1 = 6,9 ml = 0,0069 L
 Untuk sampel 4
a1 = 6,3 ml = 0,0063 L
b1 = 3,6 ml = 0,0036 L
 Untuk sampel 5
a1 = 5,5 ml = 0,0055 L
b1 = 2,3 ml = 0,00823 L
a. Untuk sampel 1
25 BM CH3COOH
X1 = ⌊ 10 (a1 + b1)𝑥M NaOH𝑥 ⌋
10

25 60 g
= ⌊ 10 (0,014 + 0,139)L𝑥0,5 M 𝑥 1000 ⌋

= 2,5 × 0.0001 L × 0,5 M × 0,06 g/mol

= 0,0000075 g

b. Untuk sampel 2
25 BM CH3COOH
X2 = ⌊ 10 (a1 + b1)𝑥M NaOH𝑥 ⌋
10

25 60 g
=⌊ (0,0091 + 0,0083)L𝑥0,5 M 𝑥 ⌋
10 1000

= 2,5 × 0.0008 L × 0,5 M × 0,06 g/mol

= 0,00006 g

c. Untuk sampel 3
25 BM CH3COOH
X3 = ⌊ 10 (a1 + b1)𝑥M NaOH𝑥 10

25 60 g
= ⌊ 10 (0,0008 + 0,0069)L𝑥0,5 M 𝑥 1000 ⌋

= 2,5 × 0.0011 L × 0,5 M × 0,06 g/mol

= 0,0000825 g

d. Untuk sampel 4
25 BM CH3COOH
X4 = ⌊ 10 (a1 + b1)𝑥M NaOH𝑥 ⌋
10
25 60 g
= ⌊ 10 (0,0063 + 0,0036)L𝑥0,5 M 𝑥 1000 ⌋

= 2,5 × 0.0032 L × 0,5 M × 0,06 g/mol

= 0,0000205 g

e. Untuk sampel 5
25 BM CH3COOH
X5 = ⌊ 10 (a1 + b1)𝑥M NaOH𝑥 ⌋
10

25 60 g
= ⌊ 10 (0,0055 + 0,0023)L𝑥0,5 M 𝑥 1000 ⌋

= 2,5 × 0.0032 L × 0,5 M × 0,06 g/mol

= 0,00024 g

D. Menghitung x/m (m= berat karbon aktif)


a. Untuk sampel 1
X1 = 0,0000075 gram
M = 1 gram
0,000007
X/M = gram
1

= 0,75 × 10-5 gram


b. Untuk sampel 2
X2 = 0,00006 gram
M = 1 gram
0,00006
X/M = gram
1

= 6 × 10-5 gram
c. Untuk sampel 3
X3 = 0,00000825 gram
M = 1 gram
0,0000825
X/M = gram
1

= 8,25 × 10-5 gram


d. Untuk sampel 4
X4 = 0,00002025 gram
M = 1 gram
0,0002025
X/M = gram
1

= 20 × 10-5 gram
e. Untuk sampel 5
X5 = 0,000245 gram
M = 1 gram
0,000245
X/M = gram
1

= 24 × 10-5 gram
E. Menghitung nilai log X/M
a. Untuk sampel 1
log X1/M1 = log 0,0000075
= -5,1249
b. Untuk sampel 2
log X2/M2 = log 0,00006
= -4,2218
c. Untuk sampel 3
log X3/M3 = log 0,0000825
= -4,0835
d. Untuk sampel 4
log X4/M4 = log 0,0002025
= -3,693
e. Untuk sampel 5
log X5/M5 = log 0,000165
= -3,7825
F. Menghitung nilai Log C
C= konsentrasi adsorbat
a. Untuk sampel 1
Log C1 = Log 0,695
= - 0,158
b. Untuk sampel 2
Log C2 = Log 0,415
= - 0,38
c. Untuk sampel 3
Log C3 = Log 0,345
= - 0,4621
d. Untuk sampel 4
Log C4 = Log 0,18
= - 0,7447
e. Untuk sampel 5
Log C4 = Log 0,115
= - 0, 939

Tabel

No M karbon Konsen Konsentrasi Konsentrasi X X/M Log Log C


trasi
(gram) Sebelum Setelah (gram) X/M
awal adsorbsi adsorbsi

1 1 gram 0,8 0,7 M 0,695 M 0,0000075 g 0,75 ×10-5 -5,1249 -0,0241

2 1 gram 0,6 0,455 M 0,415 M 0,00006 g 6×10-5 -4,2218 -0,2881

3 1 gram 0,4 0,4 M 0,345 M 0,0000825 g 8,25 ×10-5 -4,0835 -0,4621

4 1 gram 0,2 0,315 M 0,180 M 0,000202 g 20,25×10- -3,693 -0,744


5

5 1 gram 0,1 0,275 M 0,115 M 0,000245 g 24,5×10-5 -3,6197 -0,39


Grafik hasil pengamatan

Grafik hubungan nilai x/m dan c


0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3 y
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30

X= C
Y= X/M
Interpretasi grafik yaitu semakin tinggi konsentrasi semakin kecil jumlah adsorbat
dan adsorbennya.

grafik hubungan log x/m dan log c


0
-1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0
-1

-2

-3

-4

-5

-6

Log x/m= y
Log c = x
Interpretasi grafik yaitu semakin besar jumlah adsorbat dan adsorbennyansemakin
kecil jumlah konsentrasi.

G. Pembahasan

Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut (soluble) yang ada
dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika
antara subtansi dengan penyerapannya. Untuk Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan
asam asetat dengan 6 variasi konsentrasi. Adsorben yang digunakan adalah arang yang telah
diaktifkan sebelumnya

Adapun sifat karbon aktif yang paling penting adalah daya serap. Berikut merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi daya serap adsorbsi.

1. Sifat Serapan

Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari
sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi,
posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.

2. Temperatur/ suhu

Faktor yang mempengaruhi suhu proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal
senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti
terjadi perubahan warna mau dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya.

3. pH (Derajat Keasaman)

Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan
penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk
mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu
dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.

4. Waktu Singgung

Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai
kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang
digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis karbon aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu
singgung.

Larutan asam asetat yang digunakan dalam praktikum ini memiliki beberapa variasi konsentrasi,
yakni 0,8 M ; 0,6 M ; 0,4 M ; 0,4 M ; 0,2 N ; 0,1 M. Selain adanya variasi konsentrasi, ke-enam
macam larutan asam asetat tersebut juga mendapatkan dua perlakuan yang berbeda, yakni : (1)
dilakukan dengan proses standarisasi NaOH dan (2) ditambah dengan arang aktif, ditutup rapat,
dikocok Untuk proses kedua setiap jangka waktu 10 menit dalam 30 menit pertama, dan
kemudian disaring. Selanjutnya, semua larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
untuk mendapatkan konsentrasi awal (larutan asam asetat murni) dan konsentrasi akhir (larutan
asam asetat + arang). Penentuan konsentrasi awal dak akhir larutan asam asetat disini
menggunakan rumus pengenceran, yakni V1.M1 = V2.M2

Massa arang aktif yang digunakan dalam setiap varian konsentrasi asam klorida adalah 1
gram. Volume asam klorida yang ditambahkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi 1 gram arang
aktif adalah 25 mL. Setelah arang aktif tercampur bersama dengan asam asetat, kemudian labu
Erlenmeyer ditutup dan dibiarkan selama setengah jam dengan perlakuan pengocokan tiap 10
menit dengan rentang waktu 1 menit pengocokan dan temperature dijaga agar tetap konstan.
Langkah ini dilakukan guna menjaga kestabilan adsorben dalam mengadsorbsi adsorbat. Setelah
setengah jam, larutan disaring menggunakan kertas saring yang kering. Filtrat hasil dari
penyaringan tersebut kemudian dititrasi dengan NaOH 0.1 N menggunakan indikator
fenolftalein. Dalam percobaan kali ini diambil 10 .Titik akhir titrasi ditandai dengan munculnya
ungu pada larutan yang tidak hilang pada saat dikocok. Apabila larutan telah mencapai titik akhir
titrasi, maka proses titrasi dihentikan.
Pada percobaan isoterm adsorbsi karbon aktif ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan
adsorbsi menurut Freundlich bagi proses adsorbsi asam asetat pada arang. Variabel yang terukur
pada percobaan ini adalah volume NaOH 0.1 N sebagai titer yang digunakan untuk menitrasi
HCl. Setelah konsentrasi awal dan akhir diketahui, maka konsentrasi HCl yang teradsorbsi dapat
diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi awal dan akhir. Selanjutnya dapat diketahui
massa HCl yang teradsorbsi.
Berdasarkan persamaan grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich (log x/m vs log c) jika
dianalogikan dengan persamaan Freundlich maka akan didapat nilai k dan n. Persamaan isoterm
adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.

Log (x/m) = log k + n log c

sedangkan persamaan grafik Isotherm Adsorpsi Freundlich adalah

y = 0,6673 x 10 -5x – 0,1225

Jadi, didapat nilai Log k = -0,1225 dan n = 0,6673 x 10 -5. Maka nilai k adalah tidak terdefinisi.

Adsorpsi karbon membuat konsentrasi asam asetat mengalami penurunan. Pada data di
atas penyerapan tiap percobaan terjadi ketidaksamaan antara data 1 sampai 6 dapat dilihat dari x
gram (jumlah zat yang teradsorpsi) kurang stabil. Hal ini terjadi karena dalam adsorpsi terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil adsorpsi.

H. Kesimpulan

1. Percobaan ini tergolong isotherm adsorpsi Freundlich. Oleh karenanya, didapatkan kurva
antara log x/m dengan Log C berbentuk linier.

2. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dalam percobaan ini dapat dituliskan . y = 0,6673 x 10
-5
x – 0,1225. Nilai k tidak terdefinisi dan nilai n sebesar 0,6673 x 10 -5
Daftar Pustaka

Atkins PW. 1997. Kimia Fisika. Ed ke-4. Kartohadiprodjo II, penerjemah; Jakarta:
Erlangga. Terjemahan dari: Physical Chemistry.
Mata Kuliah, Team.2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1.Gorontalo:UNG
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai