Sistem Motorik 1
Sistem Motorik 1
1. Pengertian
Sistem motorik adalah sistem yang bertanggung jawab terhadap kerja kelompok-kelompok otot,
yaitu inisisasi gerakan volunter dan terampil. Serabut serabut motorik bersama sama input yang
berasal dari sistem-sistem yang terlibat dalam kontrol gerakan yang meliputi sistem
ekstrapiramidal, vestibular, serebellar dan propioceptive afferent semuanya bergabung didalam
badan-badan sel neuron pada cornu anterior medulla spinalis. Dari sel cornu anterior impuls
dibawa ke otot.
A. Inspeksi
Sikap
Perhatikan sikap secara keseluruhan dan sikap tiap bagian tubuh. Bagaimana sikap pasien waktu
berdiri, duduk, berbaring, bergerak, dan berjalan.
Jika pasien berdiri, perhatikan sikap dan posisi badannya, baik secara keseluruhan maupun
sebagian. Bila ia jalan, tampaknya seolah-olah hendak jatuh ke depan; gerakan asosiatifnya
terganggu, lengan kurang dilenggangkan, dan terlihat tremor kasar, terutama di tangan. Pada
anak dengan distrofia muskulorum progresiva terlihat lordosis yang jelas; bila ia berjalan,
panggul seolah-olah berputar dengan maksud agar berat badan berpindah ke tungkai yang
sedang bertumpuh. Pada penderita hemiparese oleh gangguan sistem piramidal, lengan berada
dalam sikap fleksi, sedangkan tungkai dalam ekstensi.
Bila ia berjalan, tungkai membuat gerak sirkumdiksi. Pada pasien dengan paraparese jenis
sentral, cara berjalannya seperti gunting, yaitu tungkai seolah-olah menyilang. Penderita dengan
gangguan di serebelumberjalan dengan kaki mengangkang, demikian juga penderita tabes
dorsalis. Selain itu, penderita tabes dorsalis selalu melihat ke bawah memperhatikan kaki dan
jalannya, sebab kalau tidak, ia akan jatuh. Pasien polineuritis berjalan seperti ayam, yaitu
tungkai difleksikan tinggi-tinggi pada persendian lutut, supaya dapat mengangkat kakinya yang
kurang mampu melakukan dorsofleksi.
Gerakan bagian tubuh perlu diperhatikan dan dibandingkan. Pada anak yang sedang meronta
atau orang dewasa yang gelisah, bagian yang paretis terlihat kurang digerakkan.
B. PALPASI
Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya. Kemudian otot ini dipalpasi untuk menentukan
konsistensi serta adanya nyeri-tekan. Dengan palpasi kita dapat menilai tonus otot, terutama
bila ada hipotoni. Penentuan tonus dilakukan pada berbagai posisi anggota gerak dan bagian
badan.
PALPASI DAPAT MENILAI TONUS OTOT
Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian ekstremitas
tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut. Pada orang
normal terdapat tahanan yang wajar.
Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali (dijumpai pada kelumpuhan LMN).
Hipotoni : tahanan berkurang.
Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan, ini dijumpai pada
kelumpuhan UMN.
Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson
.
C. PEMERIKSAAN GERAKAN PASIF
Penderita disuruh mengistirahatkan ekstremitasnya. Bagian dari ekstremitas ini kita gerakkan
pada persendiannya. Gerakan dibuat bervariasi, mula-mula cepat kemudian lambat, cepat, lebih
lambat, dan seterusnya. Sambil menggerakkan kita nilai tahanannya. Dalam keadaan normal kita
tidak menemukan tahanan yang berarti, jika penderita dapat mengistirahatkan ekstremitasnya
dengan baik, terutama anak-anak, sehingga kita mengalami kesulitan menilai tahanan.
Kadang-kadang tahanan didapatkan pada satu jurusan saja, misalnya tungkai sukar difleksikan
tetapi mudah diekstensikan. Keadaan ini misalnya didapatkan pada lesi di traktus piramidal.
Jangan lupa membandingkan bagian-bagian yang simetris. Pada gangguan sistem
ekstrapiramidal, dapat dijumpai tahanan yang sama kuatnya (rigiditas). Kadang-kadang dijumpai
keadaan dengan tahanan hilang timbul (fenomen cogwheel).
Dismetria
Dismetria pada gerakan, yaitu gerakan yang tidak mampu dihentikan tepat pada waktunya atau
tepat pada tempat yang dituju. Sering kita jumpai adanya hipermetria, yaitu melampaui tujuan;
tetapi sesekali didapatkan juga adanya hipometria, yaitu gerakan berhenti sebelum sampai pada
tujuan, yang disebabkan karena pasien takut melampaui tujuannya.
Gangguan Gerakan
Gangguan gerakan adalah berkurangnya kerjasama antar otot. Pada orang normal, bila ia
mengedik ke belakang, pada waktu yang bersamaan ia akan memfleksikan lutut (tungkai) nya
untuk menjaga keseimbangan. Akan tetapi, pada penderita gangguan serebelar, saat
mengedikkan badannya ke belakang, ia selalu menegangkan tungkainya, sehingga ia berada
dalam bahaya akan jatuh. Selain itu, gangguan koordinasi gerakan dapat diketahui dengan
melihat adanya disdiadokokinesia.