Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteoporosis adalah jenis penyakit tulang yang paling umum dan ditandai
dengan kekuatan tulang yang terganggu dan peningkatan risiko terjadinya patah
tulang, Karena pentingnya estrogen untuk pembentukan tulang dan pertumbuhan
pada wanita, beberapa faktor reproduksi dan eksposur hormonal yang
mempengaruhi kadar estrogen telah dipelajari dalam upaya menggambarkan
perkembangan osteoporosis (Clarke BL, 2010).
Kejadian yang mempengaruhi tingkat estrogen endogen yang beredar,
seperti menopause, menarche, kehamilan, dan menyusui disamping sumber
estrogen eksogen, seperti kontrasepsi oral dan hormon pascamenopause, telah
dievaluasi sebagai faktor risiko potensial untuk osteoporosis. Dengan
pengecualian status menopause, temuan mengenai sebagian besar faktor ini tidak
konsisten.Menopause, yang ditandai dengan penurunan produksi estrogen,
merupakan kontributor terbesar untuk menurunkan kepadatan mineral tulang
(BMD), dan usia dini saat menopause dikaitkan dengan peningkatan risiko
osteoporosis (Riggs BL, 2002).
Penuaan merupakan masalah yang utama bagi para lanjut usia. Mulai dari
sistem tubuh anggota gerak atas sampai sistem tubuh anggota gerak bawah terjadi
perubahan entah itu dari segi anatomis ataupun segi fisiologis. Perubahan sistem
muskuluskeletal yang paling sering dijumpai adalah osteoporosis. Penyakit
osteoporosis merupakan penyakit metabolik tulang yang ditandai dengan
menurunnya kepadatan tulang dan perubahan mikroarsitektur jaringan tulang
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah (Dalimartha, 2005).
Faktor risiko turunan yang dapat mempengaruhi berkurangnya massa
tulang antara lain: perempuan menopause mempunyai risiko 6 kali lebih besar
daripada laki–laki untuk terkena osteoporosis, semakin lanjut usia seseorang
semakin besar kehilangan massa tulang dan semakin besar pula kemungkinan
timbulnya osteoporosis, scoliosis, memiliki kerangka tulang yang kecil dengan
telapak kaki yang datar (flat feet) lebih berisiko, salah satu cara untuk memantau

1
2

status gizi orang dewasa adalah dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT)
maka dengan kata lain orang kurus dengan berat badan yang kurang lebih mudah
terserang osteoporosis daripada orang gemuk (Supariasa, 2002).
Osteoporosis merupakan penyakit yang menyerang tulang pada lansia.
Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi usia lanjut.
Menurut data uji statistik Itali tahun 2004 lebih dari 44 juta orang Amerika
mengalami osteopenia dan osteoporosis. Pada tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut
usia di Indonesia, jumlah ini akan bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020
dengan usia harapan hidup mencapai 70 tahun. Di Indonesia 19,7% dari jumlah
lansia atau sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita osteoporosis. Lima
provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatra Selatan (27,75%),
Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), Sumatra Utara (22,82%), Jawa
Timur (21,42%), Kalimantan Timur (10,5%). Prevalensi wanita yang menderita
osteoporosis di Indonesia pada golongan umur 50-59 tahun yaitu 24% sedang
pada pria usia 60-70 tahun sebesar 62%, Data Dinkes Kabupaten Sidoarjo
menunjukan bawa terdapat sekitar 41 % pederita osteoporosis dari keseluruan
jumlah wanita menopause sebanyak 45.000 jiwa yang menyebar di seluruh
wilayah Sidoarjo (Dinkes Sidoarjo, 2010).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti


tertarik melakukan penelitian kasus kontrol tentang “HUBUNGAN ANTARA
TINGGI BADAN, BERAT BADAN DAN INDEKS MASA TUBUH
DENGAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA POST MENOPAUESE DI
POSYANDU LANSIA SIDOARJO TAHUN 2017”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan


penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah hubungan antara tinggi badan, berat
badan dan indeks masa tubuh dengan osteoporosis pada wanita post menopauese
di Posyandu lansia Sidoarjo tahun 2017?
3

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tinggi badan, berat badan dan indeks masa
tubuh dengan osteoporosis pada wanita post menopauese di Posyandu lansia
Sidoarjo tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui apakah tingi badan menjadi hubungan antara tinggi badan,


berat badan dan indeks masa tubuh dengan osteoporosis pada wanita post
menopauese di Posyandu lansia Sidoarjo tahun 2017.

b. Mengetahui apakah berat badan menjadi hubungan antara tinggi badan,


berat badan dan indeks masa tubuh dengan osteoporosis pada wanita post
menopauese di Posyandu lansia Sidoarjo tahun 2017.

c. Mengetahui apakah indek masa tubu menjadi hubungan antara tinggi


badan, berat badan dan indeks masa tubuh dengan osteoporosis pada
wanita post menopauese di Posyandu lansia Sidoarjo tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat, penelitian ini menjadi sarana untuk menambah


pengetahuan masyarakat tentang gejala-gejala osteoporosis pada wanita
post menopause.
2. Bagi institusi, terkait penelitian ini jadi masukan dan pertimbangan
dalam perumusan kebijakan program kesehatan khususnya
penannggulangan osteoporosis pada wanita post menopause.
3. Bagi peneliti, ini menjadi sarana untuk menambah wawasan peneliti
mengenai gejala-gejala klinis dan pola prilaku pengobtan osteoporosis
pada wanita post menopause.

Anda mungkin juga menyukai