Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membaca adalah sebuah aktivitas yang tidak asing bagi masyarakat. Bahkan kegiatan
membaca sudah diperkenalkan sejak usia dini. Dengan membaca, kita dapat mengumpulkan
ilmu baru yang dapat memperluas pengetahuan. Membaca juga merupakan salah satu alternatif
pembuka wawasan yang tidak memerlukan biaya yang mahal. Membaca merupakan kegiatan
sederhana dan praktis yang dapat dilakukan secara rutin untuk menggali wawasan. Kemudian,
mengeksplorasikannya dalam bentuk simbol atau tingkah laku nyata.

Dengan semakin pesatnya teknologi yang semakin berkembang pesat, kegiatan membaca
seakan menjadi momok yang tanpa disadari terabaikan oleh sebagian remaja. Budaya membaca
yang dulu menjadi bagian prioritas bangsa, kini tersingkir yang berdampak rendahnya
pengetahuan pada generasi muda. Minimnya wawasan yang dikantongi oleh para remaja,
menjadikan mereka mudah dibohongi, diadu domba, ditipu, dan yang lebih mirisnya ialah
ketika suatu bangsa dihasut untuk menghancurkan bangsanya sendiri, disitulah remaja
dijadikan objek. Dari sisi inilah alangkah baiknya kita sebagai remaja yang akan menjadi
penerus bangsa harus lebih menyukai membaca, membudayakannya dalam kegiatan sehari-
hari dan mendalaminya agar terbiasa. Para remaja diharapkan dapat mempersiapkan diri untuk
menghadapi berbagai permasalahan dalam kehidupan termasuk permasalahan sosial, baik yang
terjadi dimasa yang akan datang khususnya dalam era globalisasi.

Masalah–masalah yang timbul sebagai akibat rendahnya minat baca di kalangan generasi
muda harus mendapat perhatian dan penanganan yang khusus, agar aktivitas membaca tidak
lagi menjadi aktivitas yang membosankan melainkan justru menjadi budaya yang digemari
oleh generasi muda. Mengingat generasi muda menjadi tonggak bertahannya bangsa, sehingga
pengetahuan mereka harus luas agar tetap dapat menjaga eksistensi bangsa Indonesia.

1
B. Tujuan Pembahasan
a. Mengidentifikasi faktor penyebab yang menimbulkan rendahnya minat baca yang
ada di kalangan generasi muda.
b. Mengidentifikasi dampak yang timbul akibat rendahnya minat baca di kalangan
generasi muda.
c. Mengidentifikasi strategi yang dapat meningkatkan minat baca di kalangan generasi
muda.

C. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian membaca?
b. Apa pengertian buku?
c. Apa saja jenis-jenis membaca?
d. Apa faktor penyebab rendahnya minat baca di kalangan remaja?
e. Bagaimana dampak rendahnya minat baca?
f. Bagaimana strategi meningkatkan minat baca?

D. Ruang Lingkup
Untuk menghindari terjadinya pelebaran masalah maka, penulis hanya membahas tentang
upaya meningkatkan minat baca di kalangan remaja berusia 18 tahun.

E. Teori
Menurut Anderson dan kawan-kawan (1985), membaca merupakan dasar keberhasilan
seseorang, bukan saja di sekolah, tetapi juga di segala bidang kehidupan. Teori tersebut sudah
mencakup secara umum yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam meningkatkan minat baca
di kalangan remaja.

2
F. Sumber Data
Sumber data adalah tempat didapatkannya sumber untuk bahan karya ilmiah ini.
Pengetahuan tentang sumber data merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui agar
tidak terjadi kesalahan dalam memilih sumber data yang sesuai dengan tujuan penelitian kami
ini.

Sumber data yang penulis gunakan adalah data sekunder atau data yang diperoleh dari
sumber tidak langsung dengan cara pengambilan secara:

1. Pencarian secara manual


Cara pencarian sumber secara manual ini adalah dengan melihat buku indeks, daftar
pustaka, referensi, dan literatur yang sesuai dengan persoalan yang akan diteliti.

2. Pencarian secara online


Dengan berkembangnya teknologi internet akan memudahkan kami dan lainnya
dalam mencari sumber dengan mudah, cepat dan efisien.

3. Kombinasi manual dan online.


Cara pencarian sumber secara kombinasi manual dan online yaitu dengan
menggabungkan sumber yang telah diperoleh secara manual dan secara online agar
memperoleh sumber yang lebih lengkap lagi.

G. Metode dan Teknik


Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode pustaka yaitu metode yang dilakukan
dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka, baik berupa buku maupun
informasi di internet dan juga melalui metode deskriptif yaitu untuk membuat gambaran
mengenai situasi atau kejadian melalui kasus fiktif.

3
H. Sistematika Penyajian
Sistematika penulisan kelompok ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang
Lingkup , Teori, Sumber Data, Metode dan Teknik, dan Sistematika
Penulisan.
Bab II : Isi yang terdiri dari Pengertian Membaca, Tujuan Membaca, Ciri-ciri
Membaca, Komponen Kegiatan Membaca, Jenis-jeis Membaca,
Manfaat Membaca, Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan membaca,
Faktor Penyebab rendahnya Minat Baca di Kalangan Remaja, Dampak
Rendahnya Minat baca, dan Strategi Meningkatkan Minat Baca .
Bab III : Penutup yang terdiri dari Simpulan dan Saran.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Membaca

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak
hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses
menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir,
membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca
kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata
dengan menggunakan kamus (Crawley dan Mountain, 1995).

Sedangkan Klein, dkk. (1996) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup


membaca merupakan suatu proses, membaca adalah strategi, dan membaca merupakan
interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan
pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk
makna.

Adapun pendapat lain mengenai pengertian membaca antara lain:


1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), membaca adalah melihat serta memahami isi
dari apa yang tertulis (dengan melisankan maupun hanya dalam hati).
2. Lado (1976: 132), membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran
tertulisnya.
3. Gorys Keraf (1996: 24), membaca adalah suatu proses yang kompleks meliputi kegiatan
yang bersifat fisik dan mental. Membaca juga dapat diartikan sebagai proses pemberian
makna simbol-simbol visual.
4. Smith (Ginting, 2005), membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman sari
teks yang tertulis.
5. Juel (Sandjaja, 2005), membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti
kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Sehingga hasil akhir dari proses membaca adalah
seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.

5
6. Soedarso (1996: 4), membaca adalah tidak hanya sekadar membunyikan lambang-
lambang bunyi bahasa yang tertulis. Membaca adalah aktivitas yang kompleks yang
mengarahkan sejumlah besar tindakan yang berbeda-beda.
7. Syafi'i (1999: 7), membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut
proses mekanis, beberapa psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah
informasi.
Dari beberapa pengertian membaca di atas dapat disimpulkan, bahwa membaca adalah suatu
proses memahami makna dari kata-kata, ide, gagasan, konsep, dan informasi yang
dikemukakan oleh pengarang dalam bentuk tulisan.

B. Tujuan Membaca

Membaca hendaknya memiliki tujuan, karena seseorang yang membaca dengan tujuan,
cenderung memahami dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki tujuan.

Menurut Farida Rahim (2008: 11) ada beberapa tujuan membaca yang mencakup:

1. Kesenangan,
2. Menyempurnakan membaca nyaring,
3. Menggunakan strategi tertentu,
4. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik,
5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya,
6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan dan tertulis,
7. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi,
8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari
suatu teks dalam beberapa cara lain,
9. Mempelajari tentang struktur teks, dan
10. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan (1985: 9) tujuan membaca adalah


1. Memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.
2. Memperoleh ide-ide utama.
3. Mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita.

6
4. Membaca untuk menyimpulkan, mengelompokkan atau mengklasifikasi, menilai dan
mengevaluasi.
5. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.
Dari uraian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa tujuan membaca yang paling utama
adalah memperoleh informasi. Setelah informasi didapatkan oleh pembaca, maka pembaca
akan melakukan tindak lanjut yang dapat berupa kegiatan menyimpulkan, menilai, dan
membandingkan isi bacaan.

C. Ciri-ciri Membaca

Anderson (Sabarti Akhadiah, dkk., 1992: 23-24) menjelaskan bahwa ada lima ciri
membaca yaitu
1. Membaca adalah proses konstruktif.
2. Membaca harus lancar.
3. Membaca harus dilakukan dengan strategi yang tepat.
4. Membaca memerlukan motivasi.
5. Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara
berkesinambungan.
Hal itu berhubungan dengan keterampilan membaca tidak dapat diperoleh secara
mendadak. Keterampilan membaca diperoleh melalui belajar, tahap demi tahap dan terus
menerus.

D. Komponen Kegiatan Membaca


Farida Rahim (2008: 12) menyampaikan bahwa kegiatan membaca terdiri dari dua
komponen yaitu:
1. Proses Membaca
Menurut Farida Rahim (2008: 12) proses membaca terdiri dari 9 aspek, yaitu:
a) Proses sensori visual menurut Farida Rahim (2008: 12) diperoleh dengan
pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indra penglihatan. Belajar membaca
membedakan secara visual simbol-simbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan
untuk mempresentasikan bahan lisan.

7
b) Kegiatan perseptual dijelaskan Farida Rahim (2008: 12) sebagai aktivitas mengenal
suatu kata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu.
c) Aspek urutan merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara
linear, yang umumnya tampil dalam satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas
ke bawah.
d) Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Farida Rahim (2008:
12) menyampaikan bahwa pembaca yang memiliki pengalaman banyak akan
mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman
kosakata dan konsep yang mereka hadapi dalam membaca dibandingkan dengan
pembaca yang memiliki pengalaman terbatas. Untuk memahami makna bacaan,
pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya.
Kemudian pembaca membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang
terdapat dalam materi bacaan. Agar proses ini dapat berlangsung pembaca harus
berpikir sistematis, logis, dan kreatif.
e) Aspek asosiasi meliputi mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan
makna (Farida Rahim, 2008: 13).
f) Aaspek sikap atau afektif berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian,
membangkitkan kegemaran membaca, menumbuhkan motivasi membaca ketika
sedang membaca. Motivasi dan kesenangan membaca sangat membantu siswa untuk
memusatkan perhatian pada membaca.
g) Aspek pemberian gagasan dimulai dengan penggunaan sensori dan perseptual
dengan latar belakang pengalaman dan tanggapan afektif serta membangun makna
teks yang dibacanya secara pribadi. Makna dibangun berdasarkan pada teks yang
dibacanya, tetapi tidak seluruhnya ditemui di dalam teks. Pembaca akan
menghasilkan makna yang berbeda dari teks yang sama jika pengalaman dan reaksi
afektif dari pembaca tersebut berbeda (Farida Rahim, 2008: 14).

2. Produk Membaca
Farida Rahim (2008: 12) menjelaskan bahwa produk membaca merupakan komunikasi
dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Komunikasi juga bisa terjadi dari
konstruksi pembaca melalui integrasi pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan

8
informasi yang disajikan dalam teks. Komunikasi dalam membaca tergantung pada
pemahaman yang dipengaruhi oleh seluruh aspek proses membaca.

E. Jenis-Jenis Membaca
1. Membaca nyaring dan membaca dalam hati
Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan nyaring)
kepada orang lain. Karena tujuan utamanya mengkomunikasikan isi bacaan, maka si
pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambang-
lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan proses
pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung dalam lambang-
lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan tepat oleh orang-orang
yang mendengarnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa proses membaca nyaring
sesungguhnya bukanlah hal yang mudah. Soedarso (1998:18) mengatakan bahwa saya
membaca nyaring lebih sulit dibandingkan dengan membaca dalam hati.

2. Membaca ekstensif
Membaca ekstensif merupakan membaca yang dilakukan secara luas. Pada siswa
diberikan kebebasan dan keleluasan dalam hal memiliki baik jenis maupun lingkup bahan-
bahan bacaan yang dibacanya. Program membaca ini sangat besar manfaatnya dalam
memberikan aneka pengalaman yang sangat luas kepada para siswa yang mengikutinya.
Membaca ekstensif meliputi tiga jenis membaca yakni:
a) Membaca survey
Membaca survey adalah sejenis kegiatan membaca dengan tujuan untuk
mengetahui gambaran umum. Oleh karena itu, dalam praktiknya pembaca hanya
sekedar melihat atau menelaah bagian bacaan yang dianggap penting saja.
b) Membaca sekilas
Membaca sekilas atau membaca skimming adalah sejenis membaca yang
membuat mata bergerak dengan cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis
untuk mencari dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan
informasi secara cepat (Tarigan, 1990:32). Soedarso (1998:32) mendefinisikan

9
skimming sebagai keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk
mendapatkan hasil yang efisien.
c) Membaca dangkal
Membaca dangkal pada dasarnya merupakan kegiatan membaca untuk
memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan
bacaan yang dibaca. Membaca jenis ini biasanya dilakukan bila pembaca
bermaksud untuk mencari kesenangan atau kebahagiaan.

3. Membaca intensif
Membaca intensif merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara
saksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari
bahan bacaan yang ada. Program membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk
menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Jenis membaca intensif
antara lain:
a) Membaca teliti
Membaca ini bertujuan untuk memahami secara detail gagasan yang terdapat
dalam terks bacaan tersebut untuk melihat organisasi penulisan atau pendekatan
yang digunakan oleh si penulis. Pembaca dalam hal ini selain dituntut untuk dapat
mengenal dan menghubungkan kaitan antara gagasan yang ada, baik yang terdapat
dalam kalimat maupun dalam setiap paragraf.
b) Membaca pemahaman
Menurut Tarigan (1986:56) membaca pemahaman merupakan sejenis membaca
yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan,
resensi kritis, drama tulis, serta pola-pola fiksi.
1) Membaca kritis
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara
bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukan
hanya mencari kesalahan.
2) Membaca ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang bertujuan untuk
mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan.

10
3) Membaca sastra
Membaca sastra merupakan kegiatan membaca karya sastra, baik dalam
hubungannya dengan kepentingan apresiasi maupun dalam hubungannya
dengan kepentingan studi dan kepentingan pengkajian.

F. Manfaat membaca
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang
gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat
yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin
meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada
masa-masa mendatang.
Di samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-
hari manusia. Beribu judul buku dan berjuta koran diterbitkan setiap hari. Walaupun informasi
bisa ditemukan dari media lain seperti televisi dan radio, namun peran membaca tidak dapat
digantikan sepenuhnya. Membaca tetap memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-
hari karena tidak semua informasi bisa didapatkan dari media televisi dan radio.

G. Faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca


Banyak faktor yang memengaruhi kemampuan membaca, baik membaca permulaan
maupun membaca lanjut (membaca pemahaman). Faktor-faktor yang memengaruhi membaca
permulaan menurut Lamb dan Arnold (1976) ialah:

1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis
kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan untuk belajar,
khususnya belajar membaca.

2. Faktor Intelektual
Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri
dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat.
Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster (dalam Harris dan Sipay, 1980)

11
mengemukakn bahwa inteligensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai
dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.
Penelitian Ehansky (1963) dan Muehl dan Forrel (1973) yang dikutip oleh Harris dan
Sipay (1980) menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan positif (tetapi rendah) antara
kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca.
Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin (1993) bahwa banyak hasil
penelitian memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi
menjadi pembaca yang baik.

3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca, yaitu:
a) Latar belakang dan pengalaman anak di rumah
Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa
anak. Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam
masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga
menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang
harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak-
anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak akan
menemukan kendala yang berarti dalam membaca.
Rubin (1993) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa
mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka
menantang anak untuk berfikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan
orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk
belajar di sekolah. Di samping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan rumah
juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak.
Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang
tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang
membacakan cerita kepada anak-anak mereka umumnya menghasilkan anak yang
senang membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga penting bagi
kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu kegiatan yang
bermakna. Pengalaman masa lalu anak-anak memungkinkan anak-anak untuk lebih
memahami apa yang mereka baca.

12
b) Faktor sosial ekonomi

Ada kecenderungan orang tua kelas menengah ke atas merasa bahwa anak-anak mereka
siap lebih awal dalam membaca permulaan. Namun, usaha orang tua hendaknya tidak berhenti
hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orang tua harus melanjutkan kagiatan membaca
anak secara terus-menerus. Anak lebih membutuhkan perhatian daripada uang. Oleh sebab itu,
orang tua hendaknya menghabiskan waktu mereka untuk berbicara dengan anak mereka agar
anak menyenangi membaca dan berbagi buku cerita dan pengaaman membaca dengan anak-
anak. Sebaliknya, anak-anak yang berasal dari keluarga kelas rendah yang berusaha mengejar
kegiatan-kegiatan tersebut akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menjadi pembaca
yang baik.

4. Faktor Psikologis

Faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah
faktor psikologis. Faktor ini mencakup:

a) Motivasi

Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Eanes mengemukakan bahwa
kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya.
Crawley dan Mountain mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong
seseorang belajar atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi belajar memengaruhi minat dan
hasil belajar siswa.
Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mengoptimalkan kerja otak
siswa. Di samping itu, suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan lebih
memotivasi siswa agar belajar lebih intensif. Seseorang tidak berminat membaca kalau dalam
keadaan tertekan. Untuk usia dini bisa diwujudkan dalam bentuk permainan, sedangkan pada
siswa kelas tinggi bermain dapat dikembangkan melalui eksperimen.

b) Minat

Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca.
Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya
untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri.

13
Seorang guru harus berusaha memotivasi siswanya. Siswa yang mempunyai motivasi
yang tinggi terhadap membaca, akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan
membaca.

c) Kematangan sosial dan emosi serta penyesuaian diri

Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak-anak
yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak
mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam
pelajaran membaca. Sebaliknya, anak-anak yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan
lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada
bahan bacaan memungkinkan kemajuan kemampuan anak-anak dalam memahami bacaan akan
meningkat.
Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Anak-anak yang kurang percaya diri di
dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya walaupun tugas itu
sesuai dengan kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain sehingga tidak
bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta untuk diperhatikan guru.

H. Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca di kalangan Remaja


Faktor penyebab rendahnya minat baca dikalangan remaja antara lain:
1. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor utama dalam pembentukan kepribadian seseorang,
lingkungan dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan yang pertama kali kita kenal adalah lingkungan keluarga.
Oleh karena itu, lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat utama
dalam mempengaruhi pribadi seseorang.
b. Lingkungan masyarakat
Dalam melakukan aktivitas ataupun rutinitas keseharian kita lebih
berkecimpung dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, lingkungan
masyarakat turut menyumbang peran yang besar pula.

14
2. Teknologi yang semakin canggih
Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi sekarang ini semakin
canggih. Akan tetapi, tidak diimbangi dengan penggunaan, pengawasan, dan
pengendalian yang baik. Generasi muda merupakan pengguna terbesar kemajuan
teknologi informasi ini. Tersedia banyak media hiburan seperti TV, komputer,
handphone, VCD, tape recorder, dan lain–lain. Karena media tersebut generasi
muda kita terlelap dalam kemanjaan dan tidak memiliki waktu untuk kegiatan
membaca.

3. Siswa kurang didorong membaca untuk belajar ( reading to learn )


Kebanyakan dari pembelajaran yang digunakan hanya menggunakan model
penjelasan, siswa tidak diarahkan untuk mencari materi atau membaca buku
referensi sehingga cenderung pasif hanya sebagai penerima saja, dan tidak ada
keinginan atau untuk berusaha membaca untuk belajar.

4. Kurangnya kesadaran
Meskipun kedua faktor di atas tidak ada, hobi membaca tidak akan tercipta jika
kita tidak menanamkan kesadaran akan manfaat membaca. Namun sebaliknya,
meskipun kedua faktor di atas ada, jika masing-masing individu menanamkan rasa
kesadaran akan pentingnya membaca, tentu saja hobi membaca akan muncul dalam
diri kita dan membaca akan menjadi kebutuhan bagi diri kita.

5. Rendahnya Motivasi
Motivasi dari berbagai pihak amat dibutuhkan. Di sekolah motivasi dibawa oleh
sosok guru. Akan tetapi, faktanya saat disaat waktu senggang seperti istirahat guru
lebih banyak menghabiskan untuk ngobrol, merokok, menonton TV ataupun
bermain catur. Di rumah sosok orang tua sangat berperan dalam memberi motivasi
membaca. Motivasi terpokok yaitu motivasi dari diri sendiri yang harus
ditumbuhkan sehingga dapat memberikan pedoman yang kuat dan tetap konsisten
untuk senantiasa membaca.

15
6. Suasana perpustakaan yang kurang nyaman
Penataan ruangan dan penataan buku yang kurang rapi menjadi alasan seseorang
tidak ingin untuk pergi ke perpustakaan dalam rangka membaca dan mencari
sumber referensi. Selain itu pelayanan, pencahayaan dan sirkulasi udara juga turut
menjadi pertimbangan seseorang akan mengunjungi perpustakaan. Faktor ini dapat
menjadikan seseorang yang awalnya sudah berniat ataupun sudah mengunjungi
perpustakaan akan tidak ingin melanjutkan kegiatannya di perpustakaan.

7. Kurangnya referensi buku di perpustakaan


Referensi buku yang terbatas menyebabkan minat baca di kalangan generasi
muda menurun, jangankan untuk membacanya, mendatanginya pun tidak ingin
karena terbatasnya referensi buku–buku di perpustakaan.

8. Budaya Bercerita
Budaya mendengarkan, menonton, dan berbicara menjadi sebab kurangnya
minat masyarakat untuk mau mengunjungi perpustakaan. Masyarakat Indonesia
lebih suka bercerita dibandingkan dengan membaca, gejala ini tidak lepas dari
kebiasaan masa lalu dimana tradisi lisan masih menguasai Indonesia.

9. Banyaknya Jenis Hiburan


Permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan
orang dewasa dari buku, surfing di internet walaupun yang terakhir ini masih dapat
dimasukkan sebagai sarana membaca. Hanya saja apa yang dapat dilihat di internet
bukan hanya tulisan tetapi hal-hal visual lainnya yang kadangkala kurang tepat bagi
konsumsi anak-anak.

10. Banyaknya tempat hiburan


Banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu.

16
11. Sifat malas
Sifat malas yang semakin banyak terjadi dikalangan anak-anak maupun dewasa
untuk membaca dan belajar demi kemajuan diri masing-masing untuk menambah
ilmu pengetahuan.

I. Dampak Rendahnya Minat Baca


Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca di kalangan genarasi
muda, akan membawa dampak yang merugikan. Adapun dampak yang ditimbulkan
dari rendahnya minat baca anatara lain :
1. Mengalami kesulitan memahami, menguasai, mentransfer, dan menggunakan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk produksi barang dan jasa
bermutu.
2. Generasi muda akan mudah dipengaruhi atau didoktrin oleh pemahaman-
pemahaman yang negatif. Keterbatasan ilmu pengetahuan menjadikan
seseorang memiliki dasar yang dangkal. Seseorang seperti ini pastilah akan
mudah dipengaruhi oleh pemahaman-pemahaman yang negatif.
3. Tidak berkembangnya kreativitas. Kreativitas akan muncul apabila seseorang
mengembangkan pola berfikir serta tanggap terhadap lingkungan sekitar.
Pengembangan pola berfikir ini diperoleh dalam kegiatan membaca. Pola fikir
yang berkembang menjadikan tanggap terhadap lingkungan sehingga
memunculkan ide-ide kreatif.
4. Tidak mengetahui informasi terbaru atau kurang update sehingga sulit untuk
memajukan diri sendiri maupun lingkungan.
5. Generasi muda menjadi miskin akan wawasan, karena tidak adanya kefahaman
dan wawasan yang cukup terhadap ilmu pengetahuan dan mengenai apa yang
terjadi. Remaja cenderung kurang peduli terhadap apa yang terjadi disekitarnya
dan memilih menutup diri mementingkan trend yang sedang hangat.
6. Bangsa akan kehilangan aset terpenting yaitu para pemuda, karena para pemuda
tidak menumbuhkan rasa cinta terhaadap bacaan sejarah dan kemerdekaan yang
telah diperjuangkan oleh pahlawan terdahulu.

17
7. Tidak mampu berkembang dan memanfaatkan potensi. Akibat dari kurangnya
membaca pada siswa tentunya akan menimbulkan masalah kekeringan ide dan
ketandusan daya cipta. Sehingga, ia tidak mampu mengembangkan dan
memanfaatkan potensinya dengan maksimal.
8. Lemahnya daya pikir. Kurangnya membaca mengakibatkan lemahnya daya
pikir yang disebabkan oleh pengetahuan yang sempit.
9. Mudah meniru dan menciplak. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya
ilmu sehingga untuk menumbuhkan ide-ide baru pun menjadi sulit.
10. Kurangnya kepercayaan diri. Akibat dari kurangnya membaca adalah
kurangnya kepercayaan diri, hal tersebut diakibatkan oleh pengetahuan yang
sempit, dan ketidaktahuan akan suatu hal.
11. Tidak tahu akan perkembangan dunia dan teknologi. Seperti yang kita tahu,
membaca merupakan jendela dunia, maka jika kita tidak membaca kita akan
tertinggal dan akan menjadi pemilik masa lalu.

J. Strategi Meningkatkan Minat Baca


1. Meningkatkan jumlah dan layanan perpustakaan di lingkungan sekolah dan
di lingkungan masyarakat, dengan dibangunnya Perpustakaan Nasional.
2. Membudayakan cinta baca mulai dari keluarga, dengan menumbuhkan minat
baca sejak dini kepada anak-anak seperti melalui buku cerita atau buku
bergambar.
3. Menyediakan program wajib baca baik dalam keluarga maupun lingkungan
sekolah.
4. Berusaha menyediakan waktu untuk memilih dan membaca buku bacaan
yang baik.
5. Mengontrol penggunaan media elektronik melalui peran orang tua dan guru,
dimana guru dan orang tua bekerja sama dengan memberikan pemahamaan
terhadap anak dengan memberitahukan media elektronik tidak terkontrol
dapat menyebabkan hilangnya waktu belajar dan konsentrasai.

18
6. Tarigan (1980: 119-120) mengemukakan bahwa sikap ingin tahu intelektual
dan bijaksana disertai usaha yang terus menerus untuk menggali pengetahuan
baru akan menolong seseorang mengembangkan minat bacanya.
7. Meningkatkan koleksi perpustakaan. Agar para pengunjung, terutama
generasi muda tertarik untuk mengunjungi perpustakaan sehingga minat baca
mereka akan meningkat.
8. Penggunaan media gambar dalam pembelajaran membaca dapat
memperjelas konsep dan menarik perhatian pembaca. Hal ini menurut Piaget
dalam Elida, (1992: 51) anak usia sekolah dasar berada pada taraf berfikir
rasiona konkret. Piaget dalam Tampubolon (1991: 4) menambahkan usia
sekolah dasar kemampuan berfikir, bernalar, dan perkembangan bahasa
memerlukan simbol-simbol atau gambar.
9. Membuat slogan-slogan giat membaca.
10. Memperbarui sistem pembelajaran di sekolah dengan cara guru memberikan
tugas pembelajaran yang menantang dan menarik untuk siswa misalnya
dalam proses kegiatan belajar guru memberikan atau memunculkan masalah
yang dapat didiskusikan bersama dengan siswa sehingga dapat mendorong
siswa untuk menggali banyak informasi melalui aktivitas membaca.
11. Memperbaiki kerjasama dengan penerbit dan percetakaan buku dalam
pengadaan buku murah berkualitas.
12. Perlunya departemen membaca.

19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Membaca adalah kegiatan fisik dan mental, yang menuntut seseorang untuk
menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai
pola komunikasi dengan diri sendiri agar pembaca dapat menemukan makna
tulisan dan memperoleh informasi sebagai proses tranmisi pemikiran untuk
mengembangkan intelektual dan pembelajaran sepanjang hayat.
2. Membaca ternyata memiliki banyak manfaat. Membaca bermanfaat untuk
mengembangkan semua aspek kecerdasan, tidak hanya berbicara dan
berpikir. Dengan membaca kita dapat mengenal dan menanamkan kecintaan
terhadap buku bacaan apapun. Membaca dapat mendorong kreativitas, daya
imajinasi, dan kemampuan bahasa serta memperluas pengetahuan.
3. Permasalahan yang terjadi dikalangan anak muda sekarang ini adalah
rendahnya minat baca terhadap buku bacaan, terutama buku-buku
pengetahuan.
4. Faktor penyebab rendahnya minat baca dikalangan generasi muda
diantaranya faktor lingkungan, teknologi yang semakin canggih, siswa
kurang didorong membaca untuk belajar (reading to learn), kurangnya
kesadaran, rendahnya motivasi, kondisi perpustakaan masih lemah,
kurangnya referensi buku di perpustakaan, dan suasana perpustakaan yang
kurang nyaman, tidak berkembangnya kreativitas
5. Dampak dari rendahnya minat baca di kalangan generasi muda adalah
generasi muda menjadi miskin akan wawasan, tidak berkembangnya
kreativitas sehingga bangsa Indonesia akan kehilangan aset terpenting yaitu
para pemuda yang memiliki SDM unggul.
6. Alternatif tindakan yang memungkinkan untuk mengatasi masalah tersebut
antara lain meningkatkan jumlah dan layanan perpustakaan di lingkungan
sekolah dan di lingkungan masyarakat, membudayakan cinta baca mulai
dari keluarga, berusaha menyediakan waktu untuk memilih dan membaca
buku bacaan yang baik, mengontrol penggunaan media elektronik,

20
meningkatkan koleksi perpustakaan (koleksi bahan pustaka), selalu
menggali informasi, penggunaan media gambar dalam pembelajaran
membaca dapat memperjelas konsep dan menarik perhatian pembaca,
membuat slogan-slogan giat membaca, memperbaruhi sistem Pembelajaran
di Sekolah dengan cara guru memberikan tugas pembelajaran yang
menantang dan menarik, dan memperbaiki kerjasama dengan penerbit dan
percetakaan buku dalam pengadaan buku murah berkualitas.

B. Saran
1. Baiknya, pilihlah buku-buku bacaan yang bermanfaat dan sesuai usia.
2. Bila ada waku luang, manfaatkan untuk kiranya membaca minimal 15
menit.
3. Membaca adalah sarana menyenangkan. Dengan membaca tidak akan
mendapatkan kerugian, melainkan informasi baru yang selalu bertambah.
4. Ajaklah kawan-kawan untuk membaca dan saling berbagi informasi dari
bacaan yang telah di baca.
5. Teruslah cari informasi baru yang belum diketahui dengan cara membaca
berbagai buku bermanfaat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono,Roby.2003. Peranan Buku Dalam Perkembangan Anak.Jakarta:Visi Pustaka.

Hardjoprakoso, Mastini.2002. Meningkatkan Minat Baca Bagi Remaja.Jakarta: Visi


Pustaka.

Masri Sareb Putra. R. 2008, Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta:Indeks.

Suyatinah. (2006).” Keefektifan Pembelajaran Membaca dengan Menggunakan


Penguatan dan Media Gambar”. Jurnal Kependidikan, 2006 (2 ) , 243-249.

Vicky,berlian.2014. Upaya Meningkatkan Minat Baca. Di akses pada tanggal 29


Oktober 2016, dari : http://berlianvicky.blogspot.co.id/2014/05/karya-tulis-ilmiah-
upaya-meningkatkan.html

Indriyani,kayis.2015. Rendahnya Minat Baca Di Kalangan Generasi Muda : Penyebab,


Dampak, Dan Cara Meningkatkannya. Di akses pada tanggal 20 Oktober 2016, dari :
http://kayiskay.blogspot.co.id/

22

Anda mungkin juga menyukai