Anda di halaman 1dari 4

SOLUSI PENATAAN ZONA CAMPURAN INDUSTRI DAN PEMUKIMAN DI KOTA

SEMARANG
(Studi Kasus: Daerah Pinggiran Kaligawe Semarang)
Nama : TITISARI SHIVA ARIENMUNKY
NIM : 21020115130090

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Industri yang berkembang di Indonesia tidak hanya memberikan kontribusi yang cukup
besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional, namun juga membuka lapangan kerja baru yang
dapat mengatasi banyaknya pengangguran di Indonesia. Terutama Kota Semarang, sebagai
ibu kota Propinvi Jawa Tengah, Semarang menjadi pusat perekonomian dan pembangunan.
Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mengundang para
investor baik nasional maupun internasional agar tertarik untuk menanamkan modalnya di
Semarang sehingga dapat mendorong perkembangan ekonomi di wilayah Semarang.
Industri yang berdatangan ini terutama merupakan industri yang padat karya dan
mempergunakan teknologi yang rendah. Karena industri ini padat karya, maka banyak
lapangan kerja di sektor industri menjadi terbuka di negara berkembang, apalagi indonesia.
Produksi negara pun meningkat dengan tajam (Nurzaman,2006).
Perwujudan dari investasi-investasi tersebut adalah didirikannya pabrik-pabrik untuk
kegiatan industri. Pesatnya perkembangan industri di Kota Semarang serta pertumbuhan
perekonomian yang relatif stabil berpengaruh pada perubahan tata ruang wilayahnya. Untuk
mendirikan pabrik-pabrik hasil investasi diperlukan adanya suatu lokasi kawasan industri yang
tepat sehingga kegiatan industri terjamin kelancarannya. Namun faktanya, pembangunan tata
ruang wilayah Kota Semarang belum mampu memenuhi ketentuan Undang-Undang yaitu
Perda No. 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-
2031 yang mengarahkan pembangunan dengan memanfaatkan ruang wilayah secara
berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan (Noviani,2013).
Wajah morfologi kota tersebut makin menciptakan perkembangan yang chaos dengan
keberagaman dan kesenjangan yang terus terbentuk. Perkembangan terakhir pada era orde
baru telah terjadi pembangunan fisik kota yang pesat seperti terbangunnya pemukiman
massal dari segmen-segmen kecil hingga bentuk yang besar dan komprehensip seperti kota-
kota baru. Proses pembangunan morfologi kota yang secara terencana tersebut ternyata
makin menciptakan kesenjangan ruang kota (Soetomo,2002).
Kawasan kota yang semakin luas, mendesak kawasan-kawasan industri untuk
berkembang di kawasan pemukiman. Seperti halnya sebuah kawasan industri yang tumbuh
di daerah pinggiran Kaligawe, Semarang.
Pertumbuhan industri yang membawa berkah dari sudut ekonomi ini, ternyata juga
membawa dampak lain. Terhadap lingkungan, industri ini membawa dampak negatif salah
satunya yang paling fatal adalah terhadap persediaan air. Banyak kawasan industri yang
membuat sumur artetis, sehingga laju produksi air tanah lebih besar dari laju pengisiannya.
Akhibatnya, permukaan air tanah makan lama makin dalam. Untuk mengurangi dampak
tersebut salah satunya dengan merelokasi kawasan industri yang berada di kawasan
pemukiman, disertai dengan rencana baik mengenai perkembangan kawasan industri baru
maupun wilayah-wilayah yang seharusnya tidak untuk kawasan industri (Waluya,2014).
Relokasi pabrik-pabrik industri yang telah berdiri di kawasan pemukiman ke zona
industri yaitu di daerah Tugu, Kawasan Industri Kecil Genuk, Semarang Utara, Kawasan
Industri Candi, Tanjung Mas, Pedurungan, dan Semarang Timur, sesuai dengan ketetapan
Perda No.14 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun
2011-2031, serta dilakukannya penataan kawasan pemukiman kembali hingga kondusif
(Pratiknya,2007).

1.2. Rumusan Masalah


Semakin stabil pertumbuhan ekonomi serta semakin banyak tenaga kerja di Kota
Semarang menjadi faktor pesatnya perkembangan industri di Kota Semarang hingga
pertumbuhan industri tersebut lambat laun merubah tata ruang wilayahnya. Kawasan kota
yang semakin luas, mendesak kawasan-kawasan industri untuk berkembang di kawasan
pemukiman. Seperti halnya sebuah kawasan industri yang tumbuh di daerah pinggiran
Kaligawe, Semarang. Dimana tempat tinggal warga harus berdampingan dengan pabrik-
pabrik industri yang tidak mengindahkan kebersihan serta kesehatan di lingkungan
sekitarnya. Banyaknya keluhan masyarakat mengenai kerusakan lingkungan kepada
pemerintah mendorong pemeriintah untuk melakukan upaya sesuai dengan Perda No.14
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031, untuk
mengkondusifkan kawasan industri yang berada di kawasan pemukiman dengan melakukan
relokasi terhadap kawasan industri tersebut yang telah terencana.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi guna mengkondusifkan kawasan industri
yang berada di kawasan pemukiman serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat
prosesnya.

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan memberi manfaat terlaksanakannya kondusifitas pada zona
campuran yaitu kawasan industri yang berdampingan dengan kawasan pemukiman, serta
teridentifikasinya faktor-faktor penghambat dalam proses tersebut, dengan demikian
Pemerintah Kota Semarang dapat mengembangkan dan menata kembali wilayah kta sesuai
dengan Undang-Undang dan masyarakat di daerah pinggiran Kaligawe dapat beraktivitas
tanpa tanpa mengeluh tentang kebersihan ingkungan dan kenyamanan di sekitarnya.

1.5. Lingkup dan Batasan Penelitian


Penelitian ini mempunyai lingkup dan batasan secara spasial dan substansial, lingkup
spasial dibatasi pada kawasan industrial dan pemukiman di daerah pinggiran Kaligawe, dan
lingkup substansia dibatasi pada pembahasan yang berkaitan dengan solusi yang berupa
relokasi kawasan industri yang berada di kawasan pemukiman daerah pinggiran Kaligawe.
DAFTAR PUSTAKA

Noviani, Dini. 2013. Analisis Penataan Kawasan Simongan Berdasarkan Perda No.14
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang tahun 2011-2031.
Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol. 1 Nomor 1. hal.3-12.
Nurzaman, Siti S. 2006. Pembagian Kerja Internasional Yang Baru Sebagai Faktor
Pengembangan Wilayah. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 17, No. 2, hal. 41-
57.
Pratiknya, 2007. Pengembangan Kawasan Industri Dalam Meningkatkan Investasi Di Kota
Semarang. Tesis Magister Ilmu Hukum UNDIP, hal.4.
Soetomo, Sugiono. 2002. Dari Urbanisasi ke Morfologi Kota. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Waluya, Bagya. 2014. Relokasi Industri. Jurnal Pendidikan Geografi FPIPS UPI, hal. 1.

PROBLEM AREA
Kawasan industri yang dilokasikan di kawasan pemukiman memberik dampak buruk
bagilingkungan sekitarnya serta tidak tertatanya ruang kota sesuai Undang-Undang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Semarang.

PROBLEM FINDING
Mengkondusifkan kawasan industri dan pemukiman di pinggiran daerah Kaligawe sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang.

PROBLEM STATEMENT
Perelokasian kawasan industri yang teah berdiri di kawasan pemukiman ke zona industri yang
sesuai dengan peruntukkannya atau sesuai dengan Perda No.14 tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang tahun 2011-2031. Serta, menata kembali
kawasan pemukiman daerah pinggiran Kaligawe.

Anda mungkin juga menyukai