Anda di halaman 1dari 17

Gambar Sampul

Laboratorium Enhanced Oil Recovery (EOR) LEMIGAS


ISSN : 2089-3396

Volume 45, No. 2 Agustus 2011

Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi adalah media untuk mempromosikan kegiatan penelitian
dan pengembangan teknologi di bidang minyak dan gas bumi yang telah dilakukan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
Pemimpin Redaksi : Dra. Yanni Kussuryani, M.Si. (Kimia)

Wakil Pemimpin Redaksi : Ir. Daru Siswanto (Teknik Kimia)

Redaktur Pelaksana : Drs. Heribertus Joko Kristadi, M.Si. (Geofisika)

Dewan Redaksi : 1. Ir. E. Jasjfi, M.Sc. APU. (Teknik Kimia)


2. Prof. (R). Dr. Maizar Rahman (Teknik Kimia) 
3. Prof. (R). Dr. Suprajitno Munadi (Geofisika)
4. Prof. (R). M. Udiharto (Biologi)
5. Prof. (R). Dr. E. Suhardono (Kimia Industri)
6. Ir. Bambang Wicaksono T.M., M.Sc. (Geologi Perminyakan)
Redaksi : 1. Dr. Ir. Usman, M.Eng. (Teknik Perminyakan)
2. Ir. Sugeng Riyono, M.Phil. (Teknik Kimia)
3. Dr. Ir. Eko Budi Lelono (Ahli Palinologi)
4. Abdul Haris, S.Si., M.Si. (Lingkungan dan Kimia)

Mitra Bestari : 1. Prof. Dr. Ir. Septoratno Siregar (Teknik Perminyakan)


2. Prof. Dr. R.P. Koesoemadinata (Teknik Geologi))
3. Prof. Dr. Wahjudi Wiratmoko Wisaksono (Energi dan Lingkungan)
4. Dr. Ir. M. Kholil, M.Kom. (Manajemen Lingkungan)
5. Dr. Ir. Bambang Widarsono, M.Sc. (Teknik Perminyakan)
6. Ferry Imanuddin Sadikin, S.T., M.E. (Teknik Elektro)

Sekretaris : Urusan Publikasi

Penerbit : Bidang Afiliasi dan Informasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”

Pencetak : Grafika LEMIGAS

Alamat Redaksi
Sub Bidang Informasi, Bidang Afiliasi dan Informasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi “LEMIGAS” Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230. Tromol Pos : 6022/
KBYB-Jakarta 12120, INDONESIA, STT : No. 119/SK/DITJEN PPG/STT/1976, Telepon : 7394422 - ext. 1222, 1223,
1274, Faks : 62 - 21 - 7246150, e-mail: management@lemigas.esdm.go.id
Majalah Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi diterbitkan sejak tahun 1970 dengan nama awal Lembaran Publikasi
LEMIGAS (LPL), 3 kali setahun. Redaksi menerima Naskah Ilmiah tentang hasil-hasil Penelitian, yang erat hubungannya
dengan Penelitian Minyak dan Gas Bumi.
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak
dan Gas Bumi “LEMIGAS”. Penanggung Jawab : Dra. Yanni Kussuryani, M.Si., Redaktur : Ir. Daru Siswanto.

i
ISSN : 2089-3396

Volume 45, No. 2, Agustus 2011

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ii
PENGANTAR iii
LEMBAR SARI DAN ABSTRACT iv
POTENSI PENGEMBANGAN EOR UNTUK PENINGKATAN
PRODUKSI MINYAK INDONESIA
Usman 91 - 102
GEOLOGI PENGINDERAAN JAUH DALAM STUDI EVALUASI LAHAN MIGAS
DI CEKUNGAN KUTEI ATAS BAGIAN UTARA
Suliantara 103 - 112
INJEKSI SURFAKTAN POLIMER DENGAN POLA QUARTERED FIVE SPOT
PADA RESERVOIR MINYAK
Edward ML Tobing 113 - 120
EFEK BERAT MOLEKUL POLIETILEN GLIKOL (PEG) PADA MEMBRAN
SOLULOSA ASETAT TERHADAP SELEKTIFITAS PEMISAHAN GAS CO2/CH4
Anda Lucia dan Adiwar 121 - 124
PEMODELAN SKUESTRASI GAS CO2 PADA SALINE AQUIFER DENGAN
MEKANISME PERUBAHAN FASE DAN ALTERASI MINERAL
Septi Anggraeni dan Edward ML Tobing 125 - 138
GAS BUMI UNTUK BAHAN BAKAR GAS DAN BAHAN BAKU PETROKIMIA
A.S. Nasution, Abdul Haris, Morina dan Leni Herlina 139 - 144
PEMILIHAN UMPAN KILANG BERDASARKAN PENDEKATAN
JENIS MINYAK BUMI DAN YIELD DISTILASI
Maizar Rahman, Yuflinawati Away, Baity Hotimah dan Adiwar 145 - 150
EFISIENSI KATALITIK KONVERTER DALAM MENGURANGI EMISI KARBON
MONOKSIDA DAN HIDROKARBON PADA BAHAN BAKAR BENSIN 88
Maymuchar dan Dimitri Rulianto 153 - 158
OKSIDASI KATALITIK KARBON MONOKSIDA PADA KATALIS PT-ZEOLIT
ALAM BERPROMOTOR SERIUM
Chairil Anwar dan Maizar Rahman 159 - 164
PENGUJIAN KINERJA TERBATAS MINYAK SOLAR BERTITIK NYALA
55oC DAN 52oC PADA MULTICLYNDER TESH BENCH
Emi Yuliarita 165 - 173
FLUIDA INCOMPRESSIBLE SEBAGAI PENYALUR TENAGA
DALAM SISTEM HIDROLIK TERTUTUP
Rona Malam Karina 175 - 181

ii


LEMBAR SARI DAN ABSTRACT
Terbit: ISSN : 0125 - 9644 Terbit : Agustus

Kata Kunci yang dicantumkan adalah istilah bebas. Lembaran Abstrak ini boleh disalin tanpa izin dan biaya.

Usman (Peneliti Muda pada Pusat Penelitian dan ABSTRACT


Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
The oil and gas reserves database maintained
“Lemigas”)
by LEMIGAS indicates that 62% of the original oil
Potensi Pengembangan EOR untuk Peningkatan in-place (OOIP) still remain in the reservoirs after
Produksi Minyak Indonesia primary and secondary recoveries. A considerable
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 45 portion of this EOR target located in reservoirs in
No. 2 Agustus 2011 hal. 91 - 102 Central and South Sumatera. Most of which are
suitable for chemical and CO2 EOR applications.
SARI Recovering even a small fraction of this oil will be an
Basis data cadangan minyak dan gas bumi yang important contribution on efforts increasing the future
dikelola LEMIGAS menunjukkan bahwa sekitar of Indonesia oil production. EOR Implementation
62% dari isi awal minyak ditempat masih tertinggal is complex and successful applications need to
dalam reservoar setelah pengurasan primer dan be tailored to each specific reservoir. Therefore,
sekunder. Jumlah terbesar dari potensi enhanced a systematic, staged evaluation and development
oil recovery (EOR) tersebut berada di wilayah process is required to screen, evaluate, pilot test, and
Sumatera Tengan dan Selatan. Dominan dari potensi apply EOR processes for particular applications.
ini merupakan kandidat aplikasi EOR injeksi kimia Various technological innovations developed that
dan CO2. Sebagian kecil saja dari minyak ini dapat provide improved EOR process. This paper describes
diproduksi akan memberi kontribusi yang berarti Indonesia’s EOR potential and their distribution
dalam meningkatkan produksi minyak Indonesia di and area of research that needs to be developed by
masa mendatang. Implementasi EOR adalah proses LEMIGAS to support commercial EOR application
yang kompleks dan setiap reservoar memerlukan in Indonesia. A brief description of EOR technologies
spesifik operasi dan fluida injeksi. Oleh karena is also included in this paper.
itu, proses evaluasi dan pengembangan proyek Author
EOR perlu dilakukan sistimatis dan bertahap dari Keywords: LEMIGAS, Indonesia oil production,
seleksi, evaluasi, uji coba hingga tahap aplikasi EOR technology, Indonesia EOR potensial.
di lapangan. Berbagai inovasi teknologi telah
dikembangkan untuk menghasilkan perbaikan dalam
proses EOR. Paper ini menguraikan potensi EOR
Indonesia serta sebarannya dan bidang riset yang
perlu dikembangkan LEMIGAS untuk mendukung
aplikasi EOR secara komersial di Indonesia. Sepintas
deskripsi mengenai teknologi EOR juga disertakan
dalam paper ini.
Kata kunci: LEMIGAS, produksi minyak Indonesia,
teknologi EOR, potensi EOR Indonesia.

iv


Potensi Pengembangan EOR untuk
Peningkatan Produksi Minyak Indonesia
Usman
Peneliti Muda pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “Lemigas”
Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230, Indonesia
Tromol Pos : 6022/KBYB-Jakarta 12120, Telepon : 62-21-7394422, Faksimile : 62-21-7246150
upasarai@lemigas.esdm.go.id
Teregistrasi I Tanggal 27 Mei 2011; Diterima setelah perbaikan tanggal 28 Juli 2011
Disetujui terbit tanggal: 26 Agustus 2011

SARI
Basis data cadangan minyak dan gas bumi yang dikelola LEMIGAS menunjukkan bahwa
sekitar 62% dari isi awal minyak ditempat masih tertinggal dalam reservoar setelah pengurasan
primer dan sekunder. Jumlah terbesar dari potensi enhanced oil recovery (EOR) tersebut berada
di wilayah Sumatera Tengan dan Selatan. Dominan dari potensi ini merupakan kandidat aplikasi
EOR injeksi kimia dan CO2. Sebagian kecil saja dari minyak ini dapat diproduksi akan memberi
kontribusi yang berarti dalam meningkatkan produksi minyak Indonesia di masa mendatang.
Implementasi EOR adalah proses yang kompleks dan setiap reservoar memerlukan spesifik
operasi dan fluida injeksi. Oleh karena itu, proses evaluasi dan pengembangan proyek EOR
perlu dilakukan sistimatis dan bertahap dari seleksi, evaluasi, uji coba hingga tahap aplikasi di
lapangan. Berbagai inovasi teknologi telah dikembangkan untuk menghasilkan perbaikan dalam
proses EOR. Paper ini menguraikan potensi EOR Indonesia serta sebarannya dan bidang riset yang
perlu dikembangkan LEMIGAS untuk mendukung aplikasi EOR secara komersial di Indonesia.
Sepintas deskripsi mengenai teknologi EOR juga disertakan dalam paper ini.
Kata kunci: LEMIGAS, produksi minyak Indonesia, teknologi EOR, potensi EOR Indonesia.
ABSTRACT
The oil and gas reserves database maintained by LEMIGAS indicates that 62% of the origi-
nal oil in-place (OOIP) still remain in the reservoirs after primary and secondary recoveries. A
considerable portion of this EOR target is located in reservoirs in Central and South Sumatera.
Most of which are suitable for chemical and CO2 EOR applications. Recovering even a small
fraction of this oil will be an important contribution on the future of Indonesia oil production.
EOR Implementation is complex and successful applications need to be tailored to each spe-
cific reservoir. Therefore, a systematic, staged evaluation and development process is required
to screen, evaluate, pilot test, and apply EOR processes for particular applications. Various
technological innovations developed that provide improved EOR process. This paper describes
Indonesia’s EOR potential and their distribution and area of research that needs to be developed
by LEMIGAS to support commercial EOR application in Indonesia. A brief description of EOR
technologies is also included in this paper.
Keywords: LEMIGAS, Indonesia oil production, EOR technology, Indonesia EOR potensial.

I. PENDAHULUAN Dengan asumsi tidak ada penambahan cadangan baru,


Cadangan minyak terbukti Indonesia per 1 maka jumlah cadangan yang ada akan habis dalam
Januari 2010 diperkirakan sebesar 4230 MMstb(28). dua belas tahun ke depan. Penambahan cadangan
Produksi rata-rata tahun 2009 adalah 348 MMstb. bisa karena ada penemuan lapangan minyak baru,

91
Potensi Pengembangan EOR LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
Usman VOL. 45. NO. 2, AGUSTUS 2011: 91 - 102

perubahan status cadangan mungkin dan harapan ngan Duri. Pengembangan skala lapangan proyek ini
menjadi cadangan terbukti karena penambahan data, dimulai tahun 1985. Puncak produksi dicapai tahun
dan atau karena keberhasilan implementasi teknologi 1995 sampai dengan 1999 yang tergambar pada profil
pengurasan tahap lanjut atau EOR. produksi minyak dari Operator lapangan Duri.
Dalam pengurasan sumber daya tak terbarukan Dari tahun 1995 hingga 2010, produksi minyak
seperti minyak berlaku kaidah dasar yang diper- Indonesia terus menurun. Mulai tahun 2007, laju
kenalkan oleh King Hubbert pada era tahun lima penurunan dapat dikurangi karena ada kontribusi
puluhan bahwa produksi akan beranjak naik seiring dari lapangan baru yaitu Banyu Urip. Gambar 1 me­
dengan waktu sampai titik tertinggi yang bisa dica- ngindikasikan bahwa untuk meningkatkan produksi
pai. Selanjutnya produksi akan turun hingga sumber minyak Indonesia atau untuk mendapatkan siklus
daya tersebut habis. Produksi minyak Indonesia yang Hubbert yang ketiga hanya dimungkinkan dengan
telah berlangsung hampir satu seperempat abad sejak penerapan teknologi EOR secara masif dan atau
pemboran discovery pertama melalui sumur Telaga ada penemuan lapangan minyak baru yang cukup
Tunggal Nomor 1 tahun 1885 di wilayah konsesi besar.
Telaga Said, Tanjung Pura, Sumatera Utara(5) juga Paper ini menguraikan potensi EOR Indonesia
mengikuti siklus Hubbert. Selama kurun waktu serta sebarannya dan bidang riset yang perlu dikem-
tersebut, produksi minyak Indonesia telah mengalami bangkan LEMIGAS untuk mendukung aplikasi
siklus Hubbert sebanyak dua kali seperti terlihat pada EOR secara komersial di Indonesia. Potensi EOR
Gambar 1(28). Puncak produksi terjadi tahun 1977 Indonesia diperkirakan berdasarkan selisih isi minyak
dan 1995. Puncak produksi tahun 1977 merupakan awal dengan pengambilan maksimum yang bisa di­
produksi tertinggi dari pengurasan primer. Sedangkan peroleh secara ekonomis berdasarkan teknologi yang
puncak produksi tahun 1995 adalah hasil aplikasi me- digunakan saat ini. Usulan bidang riset didasarkan
tode EOR dengan injeksi uap panas (steam) di lapa­ atas kapabilitas yang dimiliki LEMIGAS dan hasil

Gambar 1
Perkembangan produksi minyak Indonesia(28)


92
Potensi Pengembangan EOR LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
Usman VOL. 45. NO. 2, AGUSTUS 2011: 91 - 102

identifikasi teknologi EOR yang dibutuhkan untuk derungan ini semakin kuat pada reservoar dengan
mengembangkan potensi EOR yang ada. heterogenitas geologi tinggi.
Mekanisme utama yang berperan dalam pening-
II. TEKNOLOGI EOR
katan produksi minyak pada injeksi polimer adalah
Metode EOR diklasifikasikan dalam empat ka­ terjadinya peningkatan efisiensi penyapuan mak-
tegori utama yaitu pendesakan injeksi kimia (chemi- roskopik hasil reduksi mobilitas larutan polimer men-
cal flooding), injeksi gas tercampur (miscible gas in- jadi kurang dari mobilitas minyak-air yang didesak.
jection), metode panas (thermal), dan proses lainnya Peningkatan efisiensi penyapuan akan memperbe-
misal dengan bantuan mikroba (microbial). Keempat sar parameter A dalam persamaan Darcy. Reduksi
kategori utama dan subkategorinya ditampilkan pada mobilitas terjadi karena dua hal. Pertama, larutan
Gambar 2. Semua teknologi tersebut pada dasarnya polimer mempunyai viskositas lebih besar dari air.
berusaha memanipulasi parameter-parameter dalam Kedua, polyacrylamide dengan ukuran molekul yang
persamaan Darcy, yang dinyatakan dengan Persa- besar akan terjerap pada permukaan porous media
maan (1) untuk sistem linier horizontal, multi-fase: menyebabkan penurunan efektif permeabilitas porous
media tersebut.
k rαA ∆p
qα ≈ ......... (1) Penggunaan surfaktan dalam proses injeksi
µα ∆ x kimia bertujuan mengurangi tegangan antar muka
Misal, injeksi surfaktan untuk memanipulasi atau inter-facial tension (IFT) antara fluida injeksi
permeabilitas relatif dengan cara mengurangi satu- dengan minyak. Efek IFT terhadap perolehan minyak
rasi residual minyak. Injeksi polimer dimaksudkan ditunjukkan pada Gambar 4, dimana saturasi residual
memperbaiki area pengurasan di reservoar. Injeksi minyak (Sor) fungsi dari bilangan kapiler (Nc)(24).
gas yang bercampur dengan minyak atau uap panas Bilangan kapiler didefinisikan:
akan mengurangi viskositas minyak. Semua rekayasa vµ w
tersebut di atas bermuara pada peningkatan laju alir Nc = ......... (2)
minyak dan present value cadangan minyak terse- σ ow
but. Berikut akan dibahas bagaimana merekayasa
di mana mw adalah kecepatan interstisial, sow adalah
parameter-parameter dalam persamaan Darcy untuk
mendapatkan laju alir minyak yang optimal. viskositas fluida pendesak, dan sow adalah IFT antara
fluida yang didesak dengan fluida pendesak. IFT
A. Injeksi Kimia harus diturunkan dari kisaran 10 hingga 30 dyne/cm
Kemikal yang banyak digunakan selama ini pada tipikal injeksi air menjadi kurang dari 10-3 dyne/
adalah polimer, surfaktan, dan alkalin atau perpa­ cm untuk mendapatkan penurunan saturasi residual
duan dua atau tiga bahan kimia tersebut. Pada injeksi minyak setelah injeksi air yang signifikan(6). Menu-
polimer, tipikal larutan hydrolized polyacrylamide runkan saturasi residual minyak ke angka yang sangat
dengan air formasi pada konsentrasi beberapa ratus kecil S’or akan merubah kurva permeabilitas relatif
hingga ribuan ppm polimer diinjeksikan untuk men- minyak seperti ilustrasi dengan garis putus-putus
dorong minyak ke sumur-sumur produksi. Ukuran pada Gambar 5(15). Perubahan ini akan memperbaiki
slug polimer bervariasi dengan kisaran 50 hingga harga kro dalam Persamaan (1) sehingga secara teori-
100% pore volume (PV). Larutan dengan konsentrasi tis akan memperbesar laju produksi minyak. Untuk
polimer tinggi diinjeksikan terlebih dahulu selama meningkatkan efisiensi pendesakan volumetrik, in-
kurun waktu tertentu, kemudian diikuti oleh beberapa jeksi larutan surfaktan umumnya diikuti oleh injeksi
slugs konsentrasi rendah, dan terakhir dengan injeksi larutan polimer. Proses ini dikenal sebagai injeksi
air formasi. misel-polimer atau surfaktan-polimer.
Larutan polimer didesain agar pendesakan favor- Pada injeksi alkalin, sistem larutan kimia dengan
able sehingga proses penyapuan minyak di reservoar pH tinggi diinjeksikan ke dalam reservoar. Umum-
berlangsung homogen seperti ilustrasi pada Gambar nya diterapkan pada reservoar minyak bersifat asam
3. Pada injeksi air, jika pendesakan unfavorable, air (petroleum acids)(6). Alkalin injeksi akan bereaksi
cenderung menerobos ke sumur produksi mening- dengan fluida reservoar membentuk surfaktan di
galkan banyak minyak yang tidak terdesak. Kecen­ dalam reservoar. Surfaktan yang terbentuk akan

93
Potensi Pengembangan EOR LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
Usman VOL. 45. NO. 2, AGUSTUS 2011: 91 - 102

memberikan efek pengurangan IFT. Perpaduan pendesakan makroskopik. Untuk memperbaiki hal
alkalin-surfaktan-polimer merupakan variasi lain ini, maka slug CO2 dan air diinjeksi secara bergantian.
dari injeksi kimia. Metode ini dikenal sebagai water-alternating-gas
B. Injeksi Gas Tercampur (WAG). Gambar 6 menampilkan ilustrasi proses
WAG. Problem lain terkait CO2 injeksi adalah perbe-
Injeksi gas tercampur adalah proses pendesakan daan densitas antara CO2 dengan air dan minyak. CO2
minyak oleh fluida yang akan bercampur dengan yang lebih ringan cenderung bergerak ke bagian atas
minyak membentuk satu fase pada kondisi reservoar. reservoar dan mendesak minyak hanya pada bagian
Fluida pendesak yang umum digunakan adalah gas tersebut. Karena alasan ini injeksi CO2 pada beberapa
CO2, N2, LPG, dan flue gas. Parameter penting yang kasus dilakukan pada top reservoar.
perlu diketahui pada proses injeksi gas tercampur
adalah tekanan pencampuran minimum (MMP). Te- C. Injeksi Panas
kanan ini spesifik untuk setiap reservoar. Pendesakan Proses pengurasan minyak dengan metode panas
gas tercampur hanya terjadi bila tekanan reservoar terutama diterapkan pada reservoar yang mengan­
di atas MMP. Mekanisme utama yang
bekerja pada injeksi gas tercampur
adalah pengurangan viskositas mi­
nyak yang secara teoritis menurut
persamaan Darcy akan memperbesar
laju alir minyak. Mekanisme lain
yang bekerja adalah gas injeksi akan
meningkatkan saturasi minyak. Ilus-
trasi pada Gambar 5 memperlihatkan
saturasi minyak setelah injeksi air
adalah Sor dimana minyak tidak akan
mengalir karena kro sama dengan nol.
Dengan injeksi gas tercampur akan
diperoleh saturasi minyak di atas Sor.
Ini berarti menggeser titik A ke titik
B pada kurva relatif permeabilitas
yang memungkinkan minyak menga-
lir. Jika tekanan reservoar di bawah Gambar 2
tekanan MMP, maka mekanisme Varian teknologi pengurasan primer, sekunder, dan EOR
yang dominan adalah efek swelling
dari CO 2 yang menyebabkan mi­
nyak mengembang. Proses ini juga
akan menyebabkan saturasi minyak
meningkat(15, 20).
CO2 diinjeksi ke dalam reservoar
pada kondisi di atas temperatur kritis-
nya yaitu 31oC. Viskositas CO2 pada
kondisi injeksi sangat rendah antara
0,06 hingga 0,10 cp tergantung tem-
peratur dan tekanan reservoar(10). Hal
ini menyebabkan mobilitas CO2 jauh
lebih tinggi dibandingkan mobilitas
minyak dan air sehingga cenderung
terjadi fingering (Gambar 2) yang Gambar 3
mengakibatkan rendahnya efisiensi Skematik pendesakan dengan larutan polimer


94
Potensi Pengembangan EOR LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
Usman VOL. 45. NO. 2, AGUSTUS 2011: 91 - 102

dung minyak berat dengan viskositas tinggi. Panas


dapat disuplai dari luar reservoar melalui injeksi uap
panas atau air panas atau dapat dibangkitkan dalam
reservoar itu sendiri melalui pembakaran(21). Pada
proses injeksi dari luar, fluida panas diinjeksikan se-
cara kontinyu melalui sejumlah sumur injeksi untuk
mendesak minyak dalam reservoar ke sumur-sumur
produksi. Panas yang dihasilkan akan mengurangi
resistensi aliran dalam reservoar dengan cara menu-
runkan viskositas minyak. Penurunan viskositas
merupakan mekanisme utama yang menyebabkan
terjadinya peningkatan perolehan. Viskositas minyak
berbanding terbalik dengan laju alir dalam Persamaan
Darcy sehingga penurunan viskositas akan menaikan
laju produksi. Faktor perolehan dapat mencapai 80%
pada beberapa proyek injeksi uap panas. Peningkatan Gambar 4
Hubungan saturasi residual minyak
yang signifikan bila dibandingan tipikal perolehan dengan bilangan kapiler(24)
pengurasan primer yang hanya berkisar antara 1
sampai dengan 10%(4).
Injeksi panas dari luar yang banyak dikenal ada-
lah injeksi air panas dan injeksi uap panas. Kedua
fluida injeksi tersebut terutama berperan menurunkan
viskositas minyak sehingga akan memperbaiki mo-
bilitas minyak tersebut. Perbedaan yang signifikan
adalah keberadaan efek kondensasi uap. Keberadaan
fase gas menyebabkan komponen-komponen ringan
hidrokarbon mengalami distilasi dan terbawa bersama
uap sebagai fase gas. Proses distilasi, dilusi, dan strip-
ping memberi kontribusi dalam menghasilkan satu-
rasi residual minyak yang sangat rendah(31). Ketika
uap mengalami kondensasi, komponen hidrokarbon
yang dapat terkondensasi juga mengalami hal yang
sama sehingga akan mengurangi viskositas minyak Gambar 5
pada zone kondensasi. Kondensasi uap membuat Ilustrasi mobilisasi saturasi residual minyak setelah
proses pendesakan lebih efisien. Jadi, kombinasi injeksi air(15)
pengurangan viskositas, peningkatan
permeabilitas relatif, dan perluasan
area penyapuan pada injeksi uap akan
menghasilkan pengurasan minyak
yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan injeksi air panas. Gambar 8
menampilkan ilustrasi proses pende-
sakan minyak dengan uap panas pada
multi zone reservoar.
Pada metode pembakaran minyak
di reservoar atau in-situ combus-
tion, oksigen diinjeksikan ke dalam
reservoar, minyak yang ada dalam Gambar 6
reservoar kemudian dibakar dengan Ilisutrasi proses pendesakan dengan water alternating gas

95
Potensi Pengembangan EOR LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
Usman VOL. 45. NO. 2, AGUSTUS 2011: 91 - 102

menggunakan electrical igniter. Temperatur pem- dilakukan kembali. Siklus tersebut pada beberapa
bakaran berkisar antara 650 sampai dengan 1200oF reservoar dapat mencapai 20 kali(21). Stimulasi injeksi
(343 – 635oC)(6). Mekanisme yang terjadi pada injeksi uap panas hanya dapat dilakukan bila tenaga alami
uap juga terjadi pada proses in-situ combustion. Satu- reservoar masih cukup besar mendorong minyak
rasi minyak yang dibakar antara 0,05 hingga 0,12. ke sumur-sumur produksi. Metode ini juga menjadi
Selebihnya akan didesak ke sumur sumur produksi. pilihan pada reservoar yang relatif kecil atau reser-
Panas yang dihasilkan akan terkonsentrasi pada zone voar dengan konektifitas buruk dimana injeksi uap
pembakaran karena kapasitas panas udara sebagai panas tidak ekonomis karena biaya investasi sumur
fluida injeksi terlalu rendah untuk mentransfer panas sumur baru tidak dapat dikompensasi dari tambahan
secara signifikan. Karena alasan ini, maka air diinjek- minyak yang diperoleh.
sikan untuk mentransfer panas dari zone pembakaran
ke zone yang berisi minyak original. Aplikasi in-situ D. MEOR dan Vibrasi Seismik
combustion tidak sebanyak injeksi uap. Teknik ini Salah satu teknologi EOR yang tidak memer-
terbatas digunakan pada reservoar dalam dan tekanan lukan investasi besar adalah microbial enhanced
tinggi, yaitu lebih dari 3000 ft dan 2500 psi. oil recovery (MEOR) yaitu penggunaan mikroba
Cyclic steam stimulation yaitu stimulasi sumuran untuk peningkatan pengurasan minyak. Sayangnya
dengan injeksi uap secara berkala juga sering digu- kredibilitas teknologi ini belum sepenuhnya diakui
nakan. Pada metode ini, uap diinjeksikan ke dalam oleh industri perminyakan karena alasan teknis dan
sumur produksi selama periode tertentu, antara 2 ekonomis(22), walaupun sejumlah uji coba lapangan
hingga 4 minggu. Selanjutnya sumur ditutup be- telah berhasil menunjukkan adanya peningkatan
berapa hari dengan tujuan panas menyebar ke sekitar produksi minyak(14,23,18-19). Dari sisi ekonomis, du-
lubang sumur. Laju alir minyak saat sumur dipro­ kungan finansial terhadap metode ini sangat lemah
duksi kembali akan tinggi karena viskositas minyak karena minimnya data yang menunjukkan adanya
berkurang drastis akibat kenaikan temperatur di keuntungan ekonomis dari aplikasi MEOR. Dari sisi
reservoar. Seiring dengan produksi, temperatur akan teknis, para peneliti dan praktisi MEOR tidak mampu
menurun karena kehilangan panas secara konveksi menghilangkan persepsi bahwa proses aplikasi
melalui fluida terproduksi dan secara konduksi ke teknologi ini sangat kompleks(3). Hasil penelitian dan
formasi yang terletak di atas dan di bawah reservoar. uji coba lapangan menunjukkan bahwa sejumlah bak-
Laju alir minyak akan berkurang hingga mencapai teri tertentu dalam reservoar bila diberi nutrisi dan
batas keekonomian. Pada tahap ini, injeksi uap panas bio-katalis yang sesuai akan dapat berkembang dan

Gambar 7
Ilisutrasi proses pendesakan dengan injeksi uap panas


96
Potensi Pengembangan EOR LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
Usman VOL. 45. NO. 2, AGUSTUS 2011: 91 - 102

menghasilkan bio-surfaktan, alkohol, bio-polimer, Duri telah mencapai Area 12. Sukses injeksi uap
gas, dan zat asam melalui proses metabolisme. panas di lapangan Duri telah meningkatkan produksi
Produk-produk tersebut seperti telah dijelaskan sebe- minyak nasional di akhir tahun 1980-an hingga
lumnya akan dapat meningkatkan produksi minyak mencapai puncak produksi tahun 1995 (Gambar 1).
dengan cara merubah saturasi minyak, sifat kebasa- Sejak tahun 1995, produksi minyak nasional terus
han batuan, serta memperbaiki efisiensi pendesakan. mengalami penurunan. Penerapan teknologi EOR
Beberapa mekanisme EOR yang bekerja simultan secara masif diyakini akan mampu menahan laju
merupakan kelebihan utama MEOR dibandingan penurunan produksi ini.
teknologi EOR lainnya disamping biaya yang relatif Berdasarkan data tahun 2010(28), diperkirakan
rendah serta ramah lingkungan. terdapat 62% atau setara dengan 42,8 miliar barel
Salah satu teknologi EOR yang juga relatif dari OOIP masih tersimpan di dalam reservoar setelah
murah dan ramah lingkungan adalah vibroseismik. tahap pengurasan primer dan sekunder (Gambar 8).
Metode ini menerapkan stimulasi gelombang elastik Akumulasi minyak ini yang berasal dari sekitar 650
ke dalam reservoir dengan menggunakan vibrator lapangan merupakan target EOR. Sekitar 58% dari
dari permukaan. Studi laboratorium(1) menunjuk- target EOR tersebut berada di wilayah Sumatera
kan bahwa vibrasi berdampak terhadap batuan Tengah dan Selatan. Identifikasi lapangan-lapangan
dan fluida reservoar. Jika vibrasi dilakukan dengan minyak yang potensial untuk aplikasi teknologi
frekuensi gelombang yang tepat akan dapat meni­ EOR di kedua wilayah ini serta beberapa lokasi di
ngkatan porositas, menaikkan permeabilitas absolut, Indonesia telah dilakukan(9). Dari 23 lapangan yang
menurunkan saturasi residual minyak, menaikkan diidentifikasi, 20 diantaranya merupakan kandidat
end-point permeabilitas relatif minyak, dan dapat injeksi kimia dengan akumulasi minyak setelah tahap
menurunkan permeabilitas minyak. Namun vibrasi pengurasan primer dan sekunder diperkirakan sebe-
dapat menyebabkan kerusakan batuan jika digunakan sar 49% dari akumulasi minyak awal (OOIP). Dua
frekuensi gelombang yang tidak tepat. lapangan merupakan kandidat injeksi uap dengan
perkiraan akumulasi sebesar 79% OOIP, dan satu
III. POTENSI EOR INDONESIA lapangan kandidat injeksi gas CO2 dengan perkiraan
Teknologi EOR sangat strategis bagi Indonesia. akumulasi sebesar 70% OOIP. Total volume minyak
Pada tahun 2009, sekitar 20% produksi minyak In- ke 23 lapangan tersebut setelah tahap pengurasan
donesia merupakan hasil dari aplikasi teknologi EOR primer dan sekunder adalah 51% OOIP(28). Hasil
dengan injeksi uap panas yang diterapkan di lapangan studi yang dilakukan LEMIGAS (7) di Sumatera
minyak Duri, Riau. Proyek ini adalah yang terbesar Selatan memperlihatkan bahwa dari 136 reservoar
di dunia dari sisi jumlah minyak produksi dan jumlah yang dievaluasi, 64 reservoar diantaranya merupa-
uap injeksi(4). Lapangan Duri ditemukan tahun 1941, kan kandidat injeksi CO2. Jika sebagian kecil dari
mulai produksi tahun 1954. Pengurasan primer men- target EOR tersebut dapat diproduksi maka akan
capai puncak produksi sekitar 65.000 barel per hari sangat berarti terhadap upaya peningkatan produksi
pada pertengahan tahun 1960-an dan diperkirakan minyak Indonesia. Data empiris menujukkan bahwa
maksimal perolehan minyak hanya sebesar 7% dari tambahan perolehan minyak dengan injeksi kimia
original oil in-place (OOIP) dengan pengurasan bervariasi antara 0 sampai dengan 18% OOIP(17,10,33).
primer. Rendahnya perolehan ini karena minyak Untuk injeksi gas CO2, rata rata tambahan perolehan
Duri sangat kental, tenaga dorong dari gas terlarut sekitar 11%(6).
dan kompaksi juga sangat terbatas. Cyclic steam
stimulation terbukti mampu meningkatkan produksi IV. RISET YANG DIPERLUKAN
sumuran. Keberhasilan ini mendorong dilakukan-
Berbagai inovasi teknologi telah dikembangkan
nya uji coba injeksi uap panas tahun 1975. Setelah
untuk menghasilkan perbaikan dalam proses EOR.
proyek uji coba ini berhasil menambah pe­rolehan
Diantaranya yang telah dan sedang dikembangkan
minyak 30% maka pada tahun 1985 proyek skala
LEMIGAS adalah rekayasa surfaktan untuk me­
lapangan dimulai di Area 1. Diperlukan waktu pan-
ningkatkan perolehan dan pengembangan streamline
jang lebih dari 10 tahun untuk sampai pada aplikasi
simulasi untuk deskripsi reservoar. Riset rekayasa
skala lapangan. Saat ini, pengembangan la­pangan
polimer, viscosifier CO2, formulasi alkalin-surfaktan-

97
Potensi Pengembangan EOR LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
Usman VOL. 45. NO. 2, AGUSTUS 2011: 91 - 102

polimer (ASP), studi efek perubahan wettability, sangat diperlukan. Seperti telah dijelaskan bahwa
saturasi fluida, dan temperatur terhadap permea- kurva permeabilitas relatif merupakan faktor pen­
bilitas relatif sangat potensial dikembangkan oleh ting dalam penentuan laju alir minyak dan perolehan
LEMIGAS. minyak yang dapat terambil. Perubahan IFT dan wet-
Dari gambaran potensi EOR Indonesia terlihat tability pada proses injeksi kimia, swelling minyak
bahwa sebagian besar minyak yang tersisa setelah pada proses injeksi gas CO2, dan efek temperatur
tahap pengurasan primer dan sekunder dapat dikuras pada injeksi uap akan mempengaruhi kurva permea-
melalui injeksi kimia. Tujuan utama injeksi kimia bilitas relatif. Deskripsi pola aliran dalam reservoar
adalah memperbaiki efisiensi penyapuan dengan juga merupakan faktor penting dalam implementasi
mengurangi mobilitas fluida pendesak dan mengu- EOR. Pengembangan teknologi simulasi reservoar
rangi saturasi residual minyak dengan menurunkan dengan kemampuan deskripsi pola aliran fluida
IFT antara fluida pendesak dan fluida yang didesak. injeksi dan efisiensi komputasi sangat diperlukan
Bahan kimia yang digunakan spesifik untuk setiap dalam menentukan lokasi sumur injeksi dan laju
reservoar. Ini adalah peluang yang sangat besar bagi injeksi optimum.
industri kimia untuk mengembangkan polimer, sur- A. Polimer
faktan, dan alkalin yang sesuai dengan karakteristik
reservoar-reservoar di Indonesia. Dari sisi reservoar, Polimer komersial yang banyak digunakan dapat
kajian laboratorium dan pemodelan efek masing dikelompokkan ke dalam dua kelas generik, yaitu
masing proses EOR terhadap permeabilitas relatif polyacrylamides dan polysaccharides(16). Polyacryl-

Gambar 8
Target potensial EOR Indonesia status 01 Januari 2010.
Target potensial EOR merupakan akumulasi minyak yang sudah ditemukan
namun belum dapat diproduksikan dengan teknologi yang diterapkan saat ini


98
Potensi Pengembangan EOR LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
Usman VOL. 45. NO. 2, AGUSTUS 2011: 91 - 102

amides saat digunakan dalam pendesakan minyak polar dan nonpolarnya. Perubahan sedikit terhadap
sebagian akan mengalami hidrolisis. Karena proses struktur ini akan berpengaruh terhadap sifat-sifat sur-
hidrolisis ini maka molekul polimer cenderung ber- faktan secara drastis. Karena sensitivitas inilah maka
muatan negatif. Peningkatan viskositas larutan oleh surfaktan EOR sangat spesifik untuk setiap reservoar.
polyacrylamides disebabkan oleh berat molekul besar Pada aplikasi EOR, surfaktan akan berinteraksi de­
hasil repulsi anionik antar molekul polimer dan juga ngan air formasi, minyak, dan batuan reservoar pada
antar segmen dalam molekul yang sama. Repulsi temperatur dan tekanan tertentu. Masing-masing
menyebabkan molekul dalam larutan memanjang reservoar memiliki karakteristik yang berbeda se-
dan akan berdampak terhadap reduksi mobilitas pada hingga diperlukan formula khusus. Surfaktan yang
konsentrasi tinggi. Jika salinitas air formasi tinggi, umum digunakan adalah petroleum sulfonate yaitu
repulsi akan menurun drastis dan akan mengurangi sulfonate produksi kilang yang mempunyai berat
secara signifikan efektifitas polyacrylamides dalam molekul sedang seperti jenis aromatik dan olefin.
meningkatkan viskositas. Polyacrylamides relatif Petroleum sulfonate banyak digunakan karena sangat
tahan terhadap serangan bakteri yang ada dalam efektif dalam mencapai nilai IFT rendah dan sangat
reservoar tapi memiliki kecenderungan menurunkan stabil. Namun karena bahan dasarnya adalah petro-
permeabilitas batuan. Riset untuk mengurangi kele- leum yang relatif mahal dan tidak terbarukan, maka
mahan polyacrylamides ini sangat diperlukan karena diperlukan bahan substitusi yang murah dan terba-
lingkungan reservoar-reservoar minyak di Indonesia rukan. Riset untuk membuat surfaktan dengan bahan
banyak yang berasosiasi dengan salinitas tinggi dan dasar nabati menggunakan metil ester dari kelapa
permeabilitas rendah sampai sedang. sawit telah diinisiasi(12). Persyaratan surfaktan EOR
Kelas polimer kedua adalah polysaccharides selain harus mempunyai nilai IFT yang lebih kecil
dihasilkan dari polimerisasi molekul molekul sac- dari 10-3 dyne/cm juga harus tahan terhadap panas,
charide. Polysaccharides atau biopolimer yang tidak ada kecenderungan presipitasi, adsorpsi oleh
diproduksi dari proses fermentasi bakteri. Proses ini batuan relatif kecil, dan kompatibel dengan minyak
menghasilkan banyak debris dalam polimer tersebut reservoar disamping ramah terhadap lingkungan.
sehingga harus dibersihkan sebelum polimer diin- C. Formulasi Alkali-Surfaktan-Polimer
jeksi. Polysaccharides juga rentan terhadap serangan
Pendesakan minyak dengan ASP sangat prospek-
bakteri dalam reservoar. Keunggulannya, polysac-
tif dalam menekan tingginya biaya sistem kemikal
charides relatif tahan terhadap salinitas tinggi dan
surfaktan-polimer(6,2). Penambahan alkali akan me­
tidak berpotensi mengurangi permeabilitas batuan.
ngurangi adsorpsi surfaktan-polimer dan menambah
Polysaccharides tahan terhadap salinitas tinggi ka­
keaktifan surfaktan. Dengan komplementari efek
rena molekulnya tersusun dari molekul molekul
ini akan membantu perbaikan kinerja pendesakan
nonionik yang bebas dari efek shielding. Kedua
kimia(13). Kriteria penting yang harus dipenuhi oleh
kelas polimer ini dikenal rentan terhadap temperatur
campuran ketiga kemikal ini adalah larutan yang
tinggi sehingga terbuka peluang riset untuk mengatasi
terbentuk harus stabil satu fase. Sodium hidroksida
kelemahan ini.
adalah jenis alkalin yang banyak digunakan namun
B. Surfaktan dalam beberapa kasus mengalami kegagalan karena
Berbeda dengan aplikasi polimer, injeksi sur- bereaksi dengan batuan reservoar membentuk silika
faktan terutama diterapkan pada reservoar-reservoar dan menyumbat pori-pori batuan. Untuk formasi
dengan saturasi residual minyak signifikan. Sur- karbonat, alkalin dengan pH rendah diantaranya so-
faktan berfungsi menurunkan tegangan antar muka dium karbonat atau bikarbonat dapat menjadi pilihan.
minyak air dan juga minyak dengan batuan. Dengan Penggunaan alkalin tidak direkomendasikan jika
memperkecil tegangan antar muka, minyak yang kandungan CO2 tinggi, atau jika kandungan lempung
terperangkap pada pori-pori batuan akan mudah monmorilonit tinggi, dan jika keberadaan gipsum
dibebaskan. Polimer sering digunakan bersama-sama lebih besar lebih dari 0,1 persen (6).
dengan larutan surfaktan untuk memperbaiki efisiensi D. Viscosifier CO2
pendesakan. Tipikal surfaktan terdiri dari bagian non-
polar (lipophile) dan bagian polar (hydrophile). Sifat- Kelemahan utama injeksi gas CO2 adalah kecen­
sifat surfaktan sangat dipengaruhi oleh karakteristik derungan terbentuknya fingering karena viskositas

99
Potensi Pengembangan EOR LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
Usman VOL. 45. NO. 2, AGUSTUS 2011: 91 - 102

CO2 jauh lebih rendah dari viskositas minyak dan streamline simulator dengan tradisional finite-dif-
air. Sejumlah upaya telah dilakukan untuk membuat ference simulator adalah kemampuan menghitung
pengental CO2 yang harus memenuhi kriteria murah, laju alir total dan laju alir masing-masing fase pada
aman, dan stabil pada kondisi reservoar. Beberapa setiap pasang injektor produser. Dengan informasi
studi menunjukkan bahwa agar polimer dapat larut ini, dimungkinkan menentukan efisiensi pasangan
dalam CO2 maka harus bersifat amorf dan mempu- injektor produser dan relokasi fluida injeksi untuk op-
nyai struktur iregular untuk memaksimalkan entropi timasi produksi tanpa harus menambah sumur baru.
pencampuran(11). Menentukan kesetimbangan antara Demonstrasi penggunaan streamline simulator untuk
CO2-philic yang berperan terhadap kelarutan CO2 dan optimasi pengelolaan injeksi air telah dibahas dalam
CO2-phobic sebagai fasilitator untuk meningkatkan beberapa paper(8-27). Kelemahan streamline simulator
viskositas CO2 menjadi kunci dalam desain dan sin- adalah umumnya hanya mempertimbangkan proses
tesa viscosifier CO2(2). fisika yang sederhana, misal proses pendesakan
minyak oleh air. Ekstension metode streamline untuk
E. Studi Permeabilitas Relatif
menggambarkan proses yang lebih kompleks seperti
Permeabilitas relatif menggambarkan kemam- pendesakan panas(29-30) dan injeksi gas tercampur(32)
puan media berpori mengalirkan suatu fluida bila telah diinisiasi. Aplikasi streamline untuk proses
terdapat dua atau lebih fluida dalam media berpori EOR akan memudahkan bagi reservoir engineer
tersebut. Kurva permeabilitas relatif sangat penting dalam desain pola injeksi, penempatan sumur injek-
dalam studi reservoar. Prediksi laju produksi dan pe­ tor dan alokasi laju injeksi. Demikian juga dalam
rolehan minyak dari suatu reservoar ditentukan oleh evaluasi efisiensi penyapuan dan perolehan minyak
kurva ini. Karakteristik kurva permeabilitas relatif dari berbagai skenario pengembangan.
dipengaruhi oleh geometri pori, wettability, saturasi
fluida, temperatur reservoar, tekanan reservoar, jenis V. KESIMPULAN DAN SARAN
batuan, porositas dan permeabilitas. Faktor-faktor Saat ini, kontribusi teknologi EOR terhadap
tersebut di atas terutama perubahan wettability, satu- produksi minyak nasional sekitar 20%. Potensi EOR
rasi fluida, dan temperatur sangat umum terjadi dalam Indonesia ditaksir 42,8 miliar standar barel minyak.
proses EOR. Riset mengenai efek perubahan faktor- Sekitar 58% dari angka ini terakumulasi di wilayah
faktor tersebut terhadap kurva relatif permeabilitas Sumatera Tengah dan Selatan. Sebagian besar potensi
fluida dalam reservoar menjadi krusial(20,21). Metode EOR di kedua wilayah ini merupakan kandidat injeksi
perhitungan permeabilitas relatif juga menjadi tan- kimia dan gas CO2. Diperlukan studi yang lebih detail
tangan tersendiri dalam industri perminyakan saat mengenai potensi EOR Indonesia agar dapat disusun
ini. Metode JBN (Johnson, Bossler, and Neumann) strategi pengembangan ke depan.
yang menjadi acuan industri diturunkan berdasarkan
Formula bahan kimia yang digunakan pada injek-
asumsi tekanan kapiler diabaikan dan porous media
homogen. Asumsi ini dapat menyebabkan kesalahan si kimia spesifik untuk tiap reservoar. Dengan karak-
dalam perhitungan relatif permeabilitas (2). X-ray teristik reservoar-reservoar Indonesia yang beragam
computerized tomography (CT) dan simulasi numerik maka terbuka lebar ruang riset pengembagan kemikal
telah digunakan untuk menghasilkan permeabilitas EOR. Riset polimer yang murah dan aman serta tahan
relatif yang lebih akurat(2,25-26). terhadap salinitas dan temperatur tinggi akan sangat
atraktif. Polimer yang dikembangkan harus juga
F. Streamline Simulator tahan terhadap serangan bakteri di reservoar dan tidak
Salah satu keunggulan streamline simulator mempunyai kecenderungan menurunkan permeabili-
adalah kemampuan visualisasi dan kuantifikasi aliran tas batuan. Pengembangan viscosifier CO2 berbasis
dalam reservoar berdasarkan lokasi sumur dan laju polimer juga diperlukan mengingat potensi injeksi
alir injeksi, deskripsi geologi dan kontinuiti reser- gas CO2 ke depan cukup besar. Riset surfaktan EOR
voar, sifat-sifat fluida reservoar, dan permeabilitas adalah mencari surfaktan dengan bahan dasar nabati
relatif. Streamline mampu menampilkan visualisasi dan dapat menghasilkan IFT kurang dari 10-3 dyne/
bagaimana konektifitas reservoar dan berapa banyak cm. Kemampuan formulasi alkalin-surfaktan-polimer
fluida injeksi dialokasikan dari suatu injektor ke untuk suatu reservoar sangat diperlukan karena
produser yang terhubung. Fitur yang membedakan dengan formula ini tidak hanya akan meningkatkan


100
Potensi Pengembangan EOR LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
Usman VOL. 45. NO. 2, AGUSTUS 2011: 91 - 102

efisiensi dan efektifitas pendesakan tapi juga dapat 5. Djoko Darmono, et al., 2009, Mineral dan Ener­
menekan tingginya biaya kemikal. Di sisi mikro re­ gi Kekayaan Bangsa – Sejarah Pertambangan
servoar, diperlukan studi efek perubahan wettability, dan Energi Indonesia, Departemen Energi dan
saturasi fluida, dan temperatur selama proses EOR Sumber Daya Mineral, Jakarta.
terhadap kurva permeabilitas relatif. Penggunaan 6. Don W. Green and G. Paul Willhite, 2003,
metode numerik dan CT scan dapat meningkatkan Enhanced Oil Recovery, SPE Textbook Series
akurasi permeabilitas relatif. Ekstensi teknologi Vol. 6, the Society of Petroleum Engineers Inc.,
streamline untuk simulasi proses EOR memudahkan USA.
evaluasi secara cepat berbagai skenario pola injeksi, 7. Edward, M. L. T., et al, 2004, “Screening EOR
penempatan sumur injektor, dan alokasi laju injeksi Lapangan Minyak Cekungan Sedimen Sumatera
serta evaluasi efisiensi penyapuan minyak di dalam Selatan”, Laporan Penelitian PPPTMGB “LEMI-
reservoar. Sukses inovasi teknologi tersebut di atas GAS” Tahun 2004, Jakarta.
dapat mendorong implementasi teknologi EOR yang
8. Guimaraes, M. S., Schiozer, D. J., and Maschio,
ekonomis.
C., 2005, “Use of Streamlines and Quality Map
VI. UCAPAN TERIMA KASIH in the Optimization of Production Strategy of
Mature Oil Fields”, The SPE Latin American and
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tim Caribbean Petroleum Engineering Conference,
Studi Inventarisasi Cadangan Migas “LEMIGAS” Rio de Jeneiro, Brazil, SPE 94746.
dan seluruh pihak pihak di LEMIGAS yang telah
9. Gunawan, S., 2008, “Indonesia IOR: Existing
membantu dalam memberikan data, informasi,
and Future”, Bahan Presentasi pada Pelatihan di
dan meluangkan waktu bertukar pikiran sehingga
Kantor Sendiri yang Diselenggarakan di LEMI-
makalah ini dapat diselesaikan. Terima kasih dan
GAS, BPMIGAS, Jakarta.
penghargaan juga Penulis sampaikan kepada Prof.
(R) Dr. Suprajitno Munadi atas saran, bimbingan, 10. Harry L. Chang, Xingguang, S., Long, Xiao.,
Zhidong, G., Yuming, Y., Yuguo, X., Gang,
dan koreksi untuk perbaikan makalah ini.
C., Kooping, S., and James, C. Mack, 2006,
KEPUSTAKAAN “Successful Field Pilot of In-Depth Colloidal
Dispersion Gel (CDG) Technology in Daqing Oil
1. Ariadji, T., 2005, “Effect of Vibration on Rock
Field”, SPE Reservoir Evaluation & Engineering
and Fluid Properties: On Seeking the Vibroseis- (Desember 2006), pp. 664 - 673.
mic Technology Mechanisms”, The SPE Asia
11. Heller, J. P., Dandge, D. K., Card, R. J., and
Pacific Oil and Gas Conference and Exhibition,
Donaruma, L. G., 1985, “Direct Thickeners
Jakarta, Indonesia, SPE 93112.
for Mobility Control of CO2 Floods”, Society of
2. Betty J. F., 2004, “Selected U. S. Department of Petroleum Engineers Journal, pp. 679 – 686.
Energy EOR Technology Application”, The 2004
12. Hestuti, E. et al, 2010, “Pembuatan Surfaktan
SPE/DOE Fourteenth Symposium on Improved
untuk Aplikasi Pendesakan Minyak dengan
Oil Recovery, Oklahoma, USA, SPE 89452. Injeksi Kimia”, Laporan Penelitian PPPTMGB
3. Bryant, S. L. and Lockhart, T. P., 2000, “Reser- “LEMIGAS” Tahun 2010, Jakarta.
voir Engineering Analysis of Microbial Enhanced 13. Hestuti, E., Usman, Sugihardjo, 2009, “Opti-
Oil Recovery”, The 2000 SPE Annual Technical masi Rancangan Injeksi Kimia ASP untuk Imple-
Conference and Exhibition, Dallas, USA, SPE mentasi Metode EOR”, Simposium Nasional
63229. IATMI 2009, Bandung, IATMI 09 – 00X.
4. Curtis, C., Kopper, R., Decoster, E., Guzmán- 14. Hou, Z., Wu, X., Wang, Z., Han, P., Wang, Y.,
Garcia, A., Huggins, C., Knauer, L., Minner, Xu, Y., and Jin, R., 2005, “The Mechanism and
M., Kupsch, N., Linareas, L. M., Rough, H., Application of MEOR by Brevibacillus Brevis
and Waite, M., 2002, “Heavy-oil reservoirs”, and Bacilus Cereus in Daqing Oilfield”, The SPE
Oilfield Review Autumn 2002 3, Schlumberg- International Improved Oil Recovery Conference
er. in Asia Pacific. Kuala Lumpur Malaysia, SPE
97469.

101
Potensi Pengembangan EOR LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
Usman VOL. 45. NO. 2, AGUSTUS 2011: 91 - 102

15. L.P. Dake, 2002, Fundamentals of Reservoir by Core Flooding Experiments”, LEMIGAS
Engineering, Elsevier Science B.V. Amsterdam, Scientific Contributions, Volume 32 (1), pp. 16
the Netherlands. – 20, Jakarta.
16. Larry W. Lake, 2005, Petroleum Engineering 25. Sylte, A., Ebeltoft, E., and Petersen, E. B.,
Handbook – Chemical Flooding, Society of Pe- 2004, “Simultaneous Determination of Relative
troleum Engineers, Richardson, Texas, USA. Permeability and Capillary Pressure Using Data
17. Manrique, E. J., Muci, V. E., and Gurfinkel, M. from Several Experiments”, The International
E., 2007, “EOR Field Experiences in Carbonate Symposium og the Society of Core Analysis, Abu
Reservoirs in the United States”, SPE Reservoir Dhabi, UAE, SCA2004-17.
Evaluation & Engineering (Desember 2007), pp. 26. Sylte, A., Mannseth, T, Mykkeltveit, J., and
667 - 686. Nordtvedt, J. E., 1998, “Relative Permeability
18. Maure, M.A., Dietrich, F. L., Diaz, V. A., Ar- and Capillary Pressure: Effects of Rock Hetero-
ganaraz, H., 1999, “Microbial Enhanced Oil geneity”, The International Symposium og the
Recovery Pilot Test in Piedras Coloradas Field, Society of Core Analysis, SCA-9808.
Argentina”, The 1999 SPE Latin American and 27. Thiele, M. R. and Batycky, R. P., 2006, “Using
Caribbean Petroleum Engineering Conference, Streamline-Derived Injection Eddiciencies for
Caracas, Venezuela, SPE 53715. Improved Waterflood Management”, April 2006
19. Ohno, K., Maezumi, S., Sarma, H. K., Eno- SPE Reservoir Evaluation & Engineering, pp.
moto, H., Hong, C., Zhou, S.C., Fujiwara, K., 187 – 196.
1999, “Implementation and Performance of a 28. Trimulyo, S. W. et al., 2010. “Inventarisasi dan
Microbial Enhanced Oil Recovery Field Pilot in Analisis Data Cadangan Migas Indonesia, 01
Fuyu Oilfield, China”, The 1999 SPE Asia Pacific Januari 2010”, Laporan Penelitian PPPTMGB
Oil and Gas Conference and Exhibition, Jakarta, “LEMIGAS” Tahun 2010, Jakarta.
Indonesia, SPE 54328. 29. Usman, 2010, “Pengembangan Simulator Res-
20. Perry M. Jarrel, Charles E. Fox, Michael H. ervoar untuk Evaluasi Perolehan Minyak dengan
Stein, and Steven L. Webb, 2002, Practical Teknologi EOR”, Lembar Publikasi LEMIGAS,
Aspects of CO2 Flooding, Monograph Series of Volume 44 (2), pp. 95 – 107, Jakarta.
the Society of Petroleum Engineers, Richardson, 30. Usman and Arihara, N., 2006, “A Sequential
Texas. Thermal Simulator with Streamline for Heavy
21. Prats, M., 1986, Thermal Recovery, Monograph Oil Recovery Simulation”, The proceedings at
Series of the Society of Petroleum Engineers, the 1st Heavy Oil Conference, Beijing, China,
Dallas. 2006-404.
22. Saikrishna, M., Roy M. Knapp, and Michael 31. Willman, B.T., Valleroy, V.V., Runberg, G.W.,
Cornelius, A.J., and Powers, L.W., 1961,
J. Mcinemey, 2007, “Microbial Enhanced-Oil-
“Laboratory Studies of Oil Recovery by Steam
Recovery Technologies: A Review of the Past,
Injection”, Journal of Petroleum Technology
Present, and Future”, The 2007 SPE Production
(July 1961), pp. 681-690.
and Operations Symposium, Oklahoma City,
32. Yan, W., Michael, L. M., Erling, H. S., Roman,
USA, SPE 106978.
A. B., and Alexander A. S., 2004, “Three-phase
23. Strappa, L. A., De Lucia, J.P., Maure, M. A., Compositional Streamline Simulation and Its
Lopez Liopiz, M. L., 2004, “A Novel and Suc- Application to WAG”, The 2004 SPE/DOE Four-
cessful MEOR Pilot Project in a Strong Water- teenth Symposium on Improved Oil Recovery,
Drive Reservoir Vizcacheras Field, Argentina”, Oklahoma, USA, SPE 89440.
The 2004 SPE/DOE Fourteenth Symposium on
33. Zhijan, Q., Zhang, Y., Zhang, X., Dai, J., 1998,
Improved Oil Recovery, Oklahoma, USA, SPE
“A successful ASP Flooding Pilot in Gudong
89456.
Oil Field”, The 1998 SPE/DOE Improved Oil
24. Sugihardjo, 2009, “Capillary Desaturation Recovery Symposium, Oklahoma, USA, SPE
Curves for Evaluating Surfactant Performance 39613.

102

Anda mungkin juga menyukai