Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

RUMAH ADAT , TARIAN, DAN PAKAIAN ADAT

SERAPHINA GLORY PINASANG


A. Rumah adat

1. Rumah adat Minahasa


Rumah adat tradisional Minahasa yang dikenal dengan sebutan Wale atau Bale, yang artinya tempat
melakukan aktivitas dalam kehidupan berkeluarga. Berlandaskan filosofi masyarakat Minahasa,
Rumah Panggung Manado atau Rumah Minahasa yang berasal dari Desa Woloan, memiliki dua tangga
di serambi depan. Tangga di kiri dan kanan bagian depan rumah itu berperan khusus saat terjadi
pinangan secara adat. Pihak lelaki yang hendak meminang si gadis yang tinggal di rumah itu, harus
masuk ke rumah dengan menaiki tangga yang kiri.

Jika kita melihat keluarga si lelaki keluar dari rumah dengan menuruni tangga yang kanan, itu artinya
pinangan mereka diterima oleh tuan rumah. Sebaliknya, jika mereka turun melewati tangga yang kiri
lagi, yang mereka pakai untuk naik ke rumah panggung itu, artinya pinangan mereka ditolak pihak
tuan rumah.
2. Lagu daerah minahasa

O Ina Ni Keke
o ina ni keke, mangewi sako
mangewang kiwenang, tumeles ba leko
o ina ni keke, mangewi sako
mangewang kiwenang, tumeles ba leko
we ane, we ane, we ane toyo
daimo siapa kota rema kiwe
we ane, we ane, we ane toyo
daimo siapa kota rema kiwe

3. Tarian daerah minahasa

Tarian Tradisional Daerah Minahasa Sulawesi Utara Tari Maengket

Tarian satu ini merupakan salah satu tarian tradisional dari masyarakat Suku Minahasa di Sulawesi
Utara. Namanya adalah Tari Maengket. Tari Maengket adalah salah satu tarian tradisional
masyarakat Minahasa yang tinggal di Sulawesi Utara. Tarian ini biasanya dilakukan secara masal
(penari dengan jumlah yang banyak), baik penari pria maupun penari wanita. Tari Maengket ini
merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Sulawesi Utara dan masih terus
dipertahankan sampai sekarang. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara seperti panen raya,
upacara adat, penyambutan, pertunjukan seni dan lain-lain.

Tarian Tradisional Daerah Minahasa Sulawesi Utara Tari Maengket


Menurut sejarahnya, Tari Maengket sudah ada sejak masyarakat Minahasa mengenal pertanian,
terutama menanam padi di ladang. Pada zaman dahulu, Tari Maengket ini ditampilkan untuk
memeriahkan upacara panen raya sebagai ungkapan rasa syukur dan gembira terhadap Tuhan atas
hasil panen yang mereka dapatkan.

Pada zaman dahulu gerakan Tari Maengket ini masih menggunakan gerakan-gerakan yang
sederhana. Sedangkan pada saat ini Tari Maengket sudah berkembang baik dalam segi tarian dan
bentuk pertunjukan, namun tidak meninggalkan keasliannya. Selain itu tarian ini tidak hanya
ditampilkan saat acara panen padi saja, namun juga ditampilkan di berbagai acara seperti acara adat,
acara penyambutan, pertunjukan seni, festival budaya, bahkan menjadi salah satu daya tarik wisata
bagi para wisatawan yang datang ke sana.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, Tari Maengket ini dulunya ditampilkan untuk memeriahkan
upacara panen raya masyarakat Minahasa. Tarian ini dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur kepada
Tuhan dan kebahagiaan masyarakat atas hasil panen yang mereka dapatkan. Namun apabila melihat
bentuk pertunjukan atau gerak Tari Maengket pada masa sekarang ini, tidak hanya menggambarkan
ungkapan rasa syukur namun juga menggambarkan kehidupan masyarakat Minahasa sehari-harinya.
Nama Tari Maengket sendiri diambil dari kata “engket” yang dalam bahasa setempat berarti
mengangkat tumit kaki naik turun. Dengan tambahan “ma” pada kata engket ini bisa diartikan
menari dengan naik turun.

Tari Maengket biasanya dilakukan secara masal atau dilakukan dengan jumlah penari banyak. Tarian
ini biasanya dimainkan oleh penari pria dan wanita secara berpasangan serta dipimpin oleh satu
orang wanita. Dalam pertunjukannya, penari menari dengan gerakannya yang khas serta
menyanyikan lagu-lagu adat dan diringi musik pengiring.

Dalam pertunjukannya, Tari Maengket terdiri dari 3 babak yaitu Maowey Kamberu, Marambak dan
Lalayaan. Pada babak Maowey Kamberu menggambarkan ungkapan rasa syukur atas panen mereka
yang melimpah. Kemudian pada babak Marambak menggabarkan semangat gotong royong
masyarakat Minahasa. Sedangkan pada babak Lalayaan menggambarkan pemuda dan pemudi
Minahasa dalam mencari jodoh atau bisa disebut juga dengan tari pergaulan muda-mudi Minahasa
pada zaman dahulu.

Dalam pertunjukan Tari Maengket biasanya hanya diiringi dengan iringan musik tambur. Namun ada
juga yang menggunakan musik tradisional lain sebagai tambahan atau variasi seperti alat musik Tifa
dan Kolintang. Untuk irama yang dimainkan biasanya mengikuti gerakan tari dan lagu adat yang
dinyanyikan oleh para penari. Kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari Maengket
biasanya menggunakan pakaian adat. Para penari wanita biasanya menggunakan busana seperti
kebaya dan kain panjang khas Sulawesi Utara. Pada bagian rambut biasanya digelung atau dikonde.
Sedangkan untuk penari pria biasanya menggunakan baju lengan panjang, celana panjang, dan
penutup kepala khas Sulawesi Utara.

Untuk pemimpin tari biasanya menggunakan busana yang hampir sama dengan penari wanita.
Namun ditambahkan beberapa kreasi seperti corak atau warna yang berbeda agar bisa
membedakan. Untuk semua penari biasanya membawa sapu tangan yang akan digunakan untuk
menari. Pada pertunjukan Tari Maengket sekarang ini, kostum yang digunakan biasanya lebih
bervariasi. Bahkan ada beberapa kelompok yang mengkreasikan kostum mereka dengan gaya
modern, namun tidak meninggalkan kesan adat atau tradisionalnya. Hal ini tentu dilakukan sebagai
pengembangan agar penampilannya terlihat menari.

3. Pakaian Adat Minahasa Sulawesi Utara


Pada upacara perkawinan, pengantin wanita memakai pakaian yang terdiri atas baju kebaya warna
putih dan kain sarung bersulam warna putih dengan sulaman motif sisik ikan. Model pakaian
pengantin wanita ini dinamakan baju ikan duyung. Selain sarung yang bermotif ikan duyung,
terdapat juga sarung motif sarang burung yang disebut model salimburung, sarung motif kaki seribu
yang disebut model kaki seribu dan sarung motif bunga yang disebut laborci-laborci.

Aksesoris yang dipakai dalam pakaian pengantin wanita adalah sanggul atau bentuk konde, mahkota
(kronci), kalung leher (kelana), kalung mutiara (simban), anting dan gelang. Konde yang
menggunakan 9 bunga Manduru rutih disebut konde lumalundung, sedangkan konde yang memakai
5 tangkai kembang goyang disebut konde pinkan. Motif mahkota pun bermacam-macam, seperti
motif biasa, bintang, sayap burung cendrawasih dan ekor burung cendrawasih.

Pengantin pria memakai pakaian yang terdiri atas baju jas tertutup atau terbuka, celana panjang,
selendang pinggang, dan topi (porong). Pakaian pengantin baju jas tertutup ini disebut pakaian
tatutu. Baju tatutu ini berlengan panjang, tidak memiliki krah dan saku. Motif pada pakaian ini
adalah motif bunga padi, yang terdapat pada hiasan topi, leher baju, selendang pinggang, dan kedua
lengan baju.
Pakaian Tonaas Wangko adalah baju kemeja lengan panjang berkerah tinggi, potongan baju lurus,
berkancing tanpa saku. Warna baju hitam dengan hiasan motif bunga padi berwarna kuning
keemasan pada leher baju, ujung lengan dan sepanjang ujung baju bagian depan yang terbelah.
Sebagai pelengkap baju dipakai topi berwarna merah yang dihias motif bunga padi warna keemasan
pula.
1. Rumah adat Toraja

1. Struktur dan Arsitektur Rumah Adat Secara umum, rumah tongkonan memiliki struktur
panggung dengan tiang-tiang penyangga bulat yang berjajar menyokong tegaknya
bangunan. Tiang-tiang yang menopang lantai, dinding, dan rangka atap tersebut tidak di
tanam di dalam tanah, melainkan langsung ditumpangkan pada batu berukuran besar yang
dipahat hingga berbentuk persegi. Dinding dan lantai rumah adat tongkonan dibuat dari
papan-papan yang disusun sedemikian rupa. Papan-papan tersebut direkatkan tanpa paku,
melainkan hanya diikat atau ditumpangkan menggunakan sistem kunci. Kendati tanpa
dipaku, papan pada dinding dan lantai tetap kokoh kuat hingga puluhan tahun. Bagian atap
menjadi bagian yang paling unik dari rumah adat Sulawesi Selatan ini. Atap rumah
tongkonan berbentuk seperti perahu terbaling lengkap dengan buritannya. Ada juga yang
menganggap bentuk atap ini seperti tanduk kerbau. Atap rumah tongkonan sendiri dibuat
dari bahan ijuk atau daun rumbia, meski pun kini penggunaan seng sebagai bahan atap
lebih sering ditemukan.
1. Struktur dan Arsitektur Rumah
Adat Secara umum, rumah tongkonan memiliki struktur panggung dengan tiang-tiang
penyangga bulat yang berjajar menyokong tegaknya bangunan. Tiang-tiang yang menopang
lantai, dinding, dan rangka atap tersebut tidak di tanam di dalam tanah, melainkan langsung
ditumpangkan pada batu berukuran besar yang dipahat hingga berbentuk persegi. Dinding
dan lantai rumah adat tongkonan dibuat dari papan-papan yang disusun sedemikian rupa.
Papan-papan tersebut direkatkan tanpa paku, melainkan hanya diikat atau ditumpangkan
menggunakan sistem kunci. Kendati tanpa dipaku, papan pada dinding dan lantai tetap kokoh
kuat hingga puluhan tahun. Bagian atap menjadi bagian yang paling unik dari rumah adat
Sulawesi Selatan ini. Atap rumah tongkonan berbentuk seperti perahu terbaling lengkap
dengan buritannya. Ada juga yang menganggap bentuk atap ini seperti tanduk kerbau. Atap
rumah tongkonan sendiri dibuat dari bahan ijuk atau daun rumbia, meski pun kini penggunaan
seng sebagai bahan atap lebih sering ditemukan.

2. Fungsi Rumah Adat Selain dianggap sebagai identitas budaya, rumah tongkonan pada masa silam
juga menjadi rumah tinggal bagi masyarakat suku Toraja. Rumah Tongkonan dianggap sebagai
perlambang ibu, sementara lumbung padi yang ada di depan rumah atau biasa disebut Alang Sura
adalah perlambang ayah. Adapun untuk menunjang fungsinya sebagai rumah tinggal, rumah adat
Sulawesi Selatan ini dibagi menjadi 3 bagian, yakni bagian atas (rattiangbanua), bagian tengah (kale
banua) dan bawah (sulluk banua).

3. Ciri Khas dan Nilai Filosofis Selain dari bentuk atapnya yang seperti tanduk kerbau, ada beberapa
ciri khas lain dari rumah tongkonan yang membuatnya begitu berbeda dengan rumah adat dari suku-
suku lain di Indonesia. Ciri-ciri tersebut di antaranya: Memiliki ukiran di bagian dinding dengan 4
warna dasar, yaitu merah, putih, kuning dan hitam. Masing-masing warna memiliki nilai filosofis,
merah melambangkan kehidupan, putih melambangkan kesucian, kuning melambangkan anugerah,
dan hitam melambangkan kematian. Di bagian depan rumah terdapat susunan tanduk kerbau yang
digunakan sebagai hiasan sekaligus ciri tingkat strata sosial si pemilik rumah. Semakin banyak tanduk
kerbau yang dipasang, maka semakin tinggi kedudukan pemilik rumah. Tanduk kerbau sendiri dalam
budaya toraja adalah lambang kekayaan dan kemewahan. Di bagian yang terpisah dari rumah
tongkonan terdapat sebuah bagunan yang berfungsi sebagai lumbung padi atau disebut alang sura.
Lumbung padi juga berupa bangunan panggung. Tiang-tiang penyangganya dibuat dari batang pohon
palem yang licin sehingga tikus tidak bisa masuk ke dalam bangunan. Lumbung padi dilengkapi pula
dengan ukiran bergambar ayam dan matahari yang melambangkan kemakmuran dan keadilan.

2. Lagu daerah toraja

To Mepare

Monday, October 24, 2011

Kumentiro rokko mellombokna

kumessaile langngan mentanetena

Lendu' masannang na tu penangku

untiroi tu pare siririan

Tiroi diong tu tau situru'-turu'

siba bunu' sia panglembaranna

Lamale umpeparei tu umanna

masannang tongan tu penaanna

Reff:

Tiroi tu pia to manglaa sambali


Sikallode', Sisemba'

Ungkampai soro'na to mepare

na parokkoi tu panglaana

Perangngi ri tu tomepare diong

sipella'tekan si petaa-taan

marassan ungkutui' peparena

masannang tongan tu penan na

3. Tarian daerah Toraja

Berikut adalah jenis tarian tradisional suku toraja

1. Tarian ma'gellu'

Tarian ini paling populer ditarikan oleh para remaja putri padea upacara kegembiraan seperti pada
pesta panen,pesta perkawinan, dan untuk menyambut tamu. Penarinya terdiri dari 3,5 orang atau
lebih. Pakaian penari adalah pakaian khusus penari seperti kandaure dan perhiasan emas yang antik

2. Tarian Pa'bone bal'

Tarian ini hampir sama dengan tarian pa'gellu' hanya rytme gendangnya berlainan dan lagu khusus
yang dinyaynikan sementara menyanyi.

3. Tarian Dao Bulan

Tarian ini juga ditarikan o0leh para remaja putri dan dimainkan secara massal pasda upacara-
upacara, pesta panen ,menyambut tamu dsb.
Jenis Tarian Tradisional Suku Toraja

4. Tarian ma'dandan

Tarian ini ditarikan o0leh wanita-wanita yang berpakain putih-putih memakai sa'pi' hiasan kepala
yang menyerupai atap depan rumah. Mereka bergerak lemah lunglai menggoyangkan tongkat
mengikuti irama tari dan nyayian. Ma'dandan ini ditarikan pada upacara rambu tuka' untuk pesta
panen, atau pesta syukuran lainnya.

5.Tarian Manimbong.

Tarian ini ditarikan oleh beberapa orang pria dengan memakai kain adat maa' dan mempergunakan
parang-parang antik dan ikat kepala yang terbust dari buluh-buluh ayam atau buluh burung lainnya.
Biadanya ditarikan pada pesta yang menghormati dewata misalnya pesta panen atau syukuran
rumah.

6. Tarian Manganda'

Tarian ini dibawakan oleh satu kelompok laki-laki yang memp0ergunakan tanduk kerbau kerabu di
kepalsa yang dihiasi uang logam. Penari-penari menggunakan bel yang selau berdering dieklingi
dengan teriakan yang mengagetksn penonton. Tarian ini hanya ditarikan pada pesta adat yang
besar.
7. Tarian Pa'Bondesan

Penari laki-laki tidak memakai baju kecuali selama adat khusus. Penari memakai kuku tiruan yang
disebut kuku setan. Tarian ini diiringi dengan suling.

8. Tarian Memanna

Tarian ini ditsrikasn khusus pada penguburan orang yang mati karena dibunuh. Penarinya dari laki-
laki yang menakutkan dengan berpakaian compang-camping dari tikar robek,ikat kepala dari rumput
padang-padang, senjatanya dibuat dari bambu, perisainya dibuat dari pelepah pinang atau kulit
batang pisang. Tarian ini jarang digunakan karena jarang pembunuhan, dengan kata-kata penari
yang sedih dan menakutkan, mereka maju mundur dengan mengutuki pembunuh yang kejam.

9. Ma' katia

Merupakan tarian duka untuk menyambut tamu pada upacara pemakaman golongan bangsawan.
Penari berpakaian adat dengan topi atau sa'pi yang berbentuk seperti rumah adat toraja Tarian ini
hanya dipakai jika yang meninggal adalah seorang perempuan.

10. Tarian Pa' randing

Tarian ini mengarur dan menjemput pahlawan yang akan pergi atau pulang berperang. penarinya
terdiri dari 2,3 atau lebih laki-laki dengan menggunakan topi perisai dan tsnduk kuningan dipaki di
atas kepala serta tombak. Tarian ini sekarang dipakai untuk menjemput tamu pada pesta
pemakaman dari keluarga bangsawan.

Itulah beberapa jenis tarian tradisional suku toraja yang dipakai pada pesta-pesta adat suku toraja
baik acara kedukaan maupun acara syukuran.

3. Pakaian daerah Toraja

Pakain Adat Toraja

pakaian adat dan tarian - Baju adat Toraja disebut Baju Pokko' untuk wanita dan seppa tallung buku
untuk laki-laki. Baju Pokko' berupa baju dengan lengan yang pendek. Sedangkan seppa tallung buku
berupa celana yang panjangnya sampai dilutut.

Pakaian ini masih dilengkapi dengan asesoris lain, seperti kandaure, lipa', gayang dan sebagainya.
Pakaian adat Toraja yang telah dimodifikasi dan dikenakan oleh Johanica Yanuar, duta Indonesia
dalam ajang Manhunt International 2011 yang digelar di Korea Selatan), menarik perhatian
penonton yang berasaldari 48 negara

“Banyak pujian yang disampaikan melalui bebeberapa media termasuk website tentang national
costume yang digunakan oleh peserta dari Indonesia,

Kontes pria berbakat tingkat dunia, Manhunt International 2011, digelar di Seoul, Korea Selatan,
pada 28 September – 10 Oktober 2011 dan malam final digelar pada Senin malam di salah satu
kawasan elit Seoul.

Hasil survei sebuah komunitas kontes kecantikan dalam lamannya www.indopageants.com pada
Minggu malam memprediksikan busana nasional yang dikenakan duta Indonesia akan menjadi The
Best National Costume.

“Kami berharap busana Toraja ini akan menjadi yang terbaik di ajang ini, setelah beberapa tahun
berturut-turut national costume duta Indonesia selalu menduduki first runner up,” katanya.

yang berpostur tinggi 182 cm itu mengenakan busana rancangan yang bertemakan Mystical Toraja

Busana tersebut merupakan modifikasi pakaian adat Toraja seppa tallung buku yang dilengkapi
dengan sayap dan tanduk mengesankan kebesaran dan keagungan salah satu kebudayaan Indonesia.

Widi menambahkan, pemilihan busana yang terinspirasi dari budaya Toraja itu juga sekaligus
diharapkan mampu menarik perhatian dunia tentang keaneragamanan budaya Indonesia sehingga
mereka tertarik untuk datang dan melancong ke Tanah Air. “Beberapa kali tim dari negara-negara
lain juga memuji national
Sementara itu, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mengapresiasi dan mendukung upaya
positif promosi pariwisata melalui ajang Manhunt International.

diharapkan mampu menyampaikan pesan dan memperkenalkan Indonesia khususnya dari sisi
keanekaragaman budaya dan kekayaan alamnya yang “wonderful” ke masyarakat dunia secara luas.

“Apalagi peserta Indonesia juga menampilkan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang wonderful
itu khususnya dari Toraja, Sulsel,” katanya.

Anda mungkin juga menyukai