PENGERTIAN
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal. Febris atau demam
pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,2ºC.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan
suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe
demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada
dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus
sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi
bakterial.
ETIOLOGI
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta
penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam
terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum
didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan
menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
PATOFISIOLOGI
Tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi
dan peningkatan suhu tubuh memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem
pertahanan tubuh. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme
atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Pirogen
adalah suatu protein yang identik dengan interkulin-1. di dalhipotalamus zat ini merangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang
langsung dapat menyebabkan suatu pireksia. Pengaruh pengaturan autonom akan
mengakibatkan terjadinya vasokontriksi perifer sehingga pengeluaran panas menurun dan
pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi karena meningkatnya aktivitas
metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena kurang
adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan
kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi
pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi,
aortografi atau limfangiografi.
PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
1. Antipiretik
2. Anti biotik sesuai program
3. Hindari kompres alkohol atau es
KOMPLIKASI
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
PENGKAJIAN
1. Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi : sejak kapan timbul demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya : mual muntah, nafsu makan, diaforesis, eliminasi, nyeri otot dan
sendi dll), apakah anak menggigil, gelisah atau lhetargi, upaya yang harus dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik.
3. Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal : keadaan umum, vital sign.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti : pemeriksaan laboratotium, foto rontgent
ataupun USG
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuan tubuh berhubungan dengan nafsu makan yang
menurun.
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam menujukan temperatur
dalan batas normal
Kriteria hasil :
1. Bebas dari kedinginan
2. Suhu tubuh stabil 36-37 C
Intervensi :
1. Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforsis
2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
3. Berikan kompres hangat hindari penggunaan akohol
4. Berikan minuman sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
Diagnosa keperawatan : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang
dan deperosis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam volume cairan adekuat
Kriteria hasil :
1. tanda vital dalam batas normal
2. nadi perifer teraba kuat
3. haluran urine adekuat
4. tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi :
1. Ukur/catat haluaran urine dan berat jenis. Catat ketidakseimbangan masukan dan haluran
kumulatif
2. Pantau tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP
3. Palpasi denyut perifer
4. Kaji membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang baik dan rasa halus
5. Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai indikasi
6. Pantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta
Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada
Anak. PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC).
Mosby, St. Louise.
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Outcame Classsification (NOC).
Mosby, St. Louise.
NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-2002), Philadelphia.
A. Pengertian
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Corwin, Elizabeth
J, 2000).Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (Oswari, E, 2006). Demam
terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang
tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer, Sjaifoellah,2004).
Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi perifer sehingga
pengeluaran (dissipation) panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah
tinggi lagi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan
produksi panas dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah
pada pasien.
B. Patofisiologi
Dengan adanya peningkatan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal untuk
menaikkan suhu tubuh. Tubuh berespon dengan menggigil dan peningkatan metabolisme basal.
Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukkan interleukin-1, yang disebut pirogen
endogen. Interleukin-1 dibebaskan oleh neurofil aktif, makrofag, dan sel- sel yang mengalami cedera.
Interleukin-1 tampakanya menyebabkan panas dengan menghasilkan prostaglandin, yang merangsang
hipotalamus.
C. Tipe-tipe Demam
1. Demam Septik
Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada mlam hari
dan turun kembali ketingkat yang diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
2. Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhuyang dicatat pad demam septic.
3. Demam Intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali, disebut tersiana dan bila terjadi
duahari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam Kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menrus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari ayng diikuti oleh
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
D. Etiologi
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga gangguan pada pusat regulasi suhu sentral (misalnya :
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai diagnosis penyebab demam diperlukan antara
lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit, dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan
holistic.
Beberapa hal khusus prlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam,
sifat harian demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam
terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan diatas 38,3 ºC dan tetap belum ditemukan
penyebabnya walaupun telah diteliti ssatu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana
laboratorium dan penunjang lainnya.
E. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning, masih pdapat diperiksa bebrapa uji coba
darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui
biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi,
aortografi, atau limfangiografi.
F. Penatalaksanaan therapeutik
r es.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak
kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
c) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien).
d) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b. Pemeriksaan persistem
- Sistem persepsi sensori
- Sistem persyarafan : kesadaran
- Sistem pernafasan
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem gastrointestinal
- Sistem integumen
- Sistem perkemihan
4. Pemeriksaan penunjang
a) laboratorium
b) foto rontgent
c) USG
I. Discharge Planning
1. ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau perawat
2. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
3. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
4. Intruksikan untuk kontrol ulang
5. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus.
J. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Hipertemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan perawatan Mengontrol panas
dengan proses penyakit. selama ….X 24 jam, pasien Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Batasan karakeristik : mengalami keseimbangan Monitor suhu basal secara kontinyu sesui
kenaikan suhu termoregulasi dengan kriteria hasil : dengan kebutuhan.
tubuh diatas rentang Suhu tubuh dalam rentang normal Monitor TD, Nadi, dan RR
normal 35,9 C – 37,5 C Monitor warna dan suhu kulit
serangan
atau Nadi dan RR dalam rentang normal Monitor penurunan tingkat kesadaran
konvulsi (kejang) Tidak ada perubahan warna kulit Monitor WBC,Hb, Hct
kulit kemerahan Tidak ada pusing Monitor intake dan output
pertambahan RR Berikan anti piretik
takikardi Berikan pengobatan untuk mengatasi
saat disentuh tangan penyebab demam
terasa hangat Selimuti pasien
Lakukan Tapid sponge
Berikan cairan intra vena
Kompres pasien pada lipat paha, aksila
dan leher
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature Regulation
Monitor tanda- tanda hipertermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
Diskusikan tetang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negative dari
kedinginan
Berikan obat antipiretik sesuai dengan
kebutuhan
Gunakan matras dingin dan mandi air
hangat untuk mengatasi gangguan suhu
tubuh sesuai dengan kebutuhan
Lepasakan pakaian yang berlebihan dan
tutupi pasien dengan hanya selembar
pakaian.
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor vital sign saat pasien berdiri, duduk
dan berbaring
Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, Nadi, dan RR sebelum,
selama, dan sesudah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya tekanan nadi yang melebar
, bradikardi, peningkatan sistolik (Chusing
Triad)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital
Sign
2. Resiko injury Setelah dilakukan
tindakan Sediakan lingkungan yang aman untuk
berhubungan dengan keperawatan selama …x 24 jam, pasien
infeksi mikroorganisme pasien tidak mengalami injury. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
Risk Injury sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
Kriteria Hasil : kognitif pasien dan riwayat penyakit
Klien terbebas dari cidera terdahulu pasien
Klien mampu menjelaskan cara/metode Menghindari lingkungan yang berbahaya
untuk mencegah injury atau cedera misalnya memindahkan perabotan
Klien mampu menjelaskan factor resiko Memasang side rail tempat tidur
dari lingkunga atau perilaku personal Menyediakan tempat tidur yang nyaman
Mampu memodifikasi gaya hidup dan bersih
untuk mencegah injury Meletakan saklar lampu ditempat yang
Menggunakan fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau pasien
ada
Membatasi pengunjung
Mampu mengenali perubahan status
Memberikan penerangan yang cukup
kesehatan
Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.
3 Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
volume cairan dengan keperawatan selama …x 24 jam, fluid Pertahankan catatan intake dan output
faktor resiko faktor yang balance dengan kriteria hasil : yang akurat
mempengaruhi Mempertahankan urine output sesuai Monitor status dehidrasi( kelembaban
kebutuhan cairan dengan usia dan BB, BJ urine normal, membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
(hipermetabolik) HT normal darah ortostatik)
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh Monitor vital sign
dalam batas normal Monitor asupan makanan/ cairan dan
Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, hitung intake kalori harian
elastisitas turgor kulit
baik, Lakukan terapi IV
membrane mukosa lembab, tidak ada Monitor status nutrisi
rasa haus yang berlebihan. Berikan cairan
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nasogastrik sesuai
output
Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas
belimbing perhari
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
Atur kemungkinan transfus
Askep Febris
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh
diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi. (Guyton, 1990).
Keadaan ini sering terjadi pada pasien anak-anak, yaitu merupakan keluhan utama dari
50% pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak,
tetapi pada pasien dewasa maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem
imun. Pada febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin.
Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif bermacam-macam atau
dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak jenis penyakit. Febris dapat berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000).
Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan gejala febris adalah meningitis,
bakteremia, sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis, osteomyelitis, septik arthritis, cellulitis, otitis
media, pharyngitis, sinusitis, infeksi saluran urin, enteritis, appendicitis. Sedangkan untuk penyakit
infeksi virus yang memberikan gejala febris adalah adalah ISPA, bronkiolitis, exanthema enterovirus,
gastroenteritis, dan para flu. Selain dari penyakit, penyebab lain dari febris adalah cuaca yang terlalu
panas, memakai pakaian yang terlalu ketat dan dehidrasi.
Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan diberikan obat antibiotic
sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab dari febris itu sendiri. Febris dapat segera teratasi
dengan terapi dan perawatan yang tepat. Namun, apabila febris tidak diatasi dan diberikan
perawatan yang tepat maka akan menjadi suatu kegawatan yang mengancam jiwa pasien.
B. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
C. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam
melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien sehingga dapat digunakan sebagai
berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai perawat.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan kperawatan.
c. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh pasien
secara kesadaran bagi klien untuk memperhatikan kondisi tubuhnya.
d. Bagi Lahan Praktek
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
e. Bagi Masyarakat
Merupakan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit febris
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI FEBRIS
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih
dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2003).
Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh(diatas
38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium.
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada
juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C
disebut demam tinggi (hiperpireksia)
(Julia, 2000).
B. ETIOLOGI FEBRIS
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi
febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit
lain (Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri
atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi.
C. KLASIFIKASI FEBRIS
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis
Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk hidup
sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi
(gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan
Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai kekakuan
Hyperthermia otot karena anestesi total
1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan
suhu yang dicatat demam septik
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya
tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada
dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis
lainnya.
D. PATOFISIOLOGI
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu
dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang disebut
hypothalamus thermal set point. Pada demam hypothalamic thermal set point meningkat dan
mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang
baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit yang
sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme
atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen
ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan sebagai
berikut :
Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus) menginduksi sel darah putih
untuk produksi pirogen endogen yang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-, selain itu ada IL-6 dan
IFN bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada lamina terminalis
(OVLT) OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus
anterior dan septum pallusolum
Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih
belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level OVLT menyediakan sistem
saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk
transport aktif sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural
vasculature, yang mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons pirogen
endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan
pada neuron yang sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada
arachidonic acid pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural
vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris oleh lipopolisakarida, TNF-
dan IL-1 yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada beberapa
model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor pada
respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada respons syok panas terjadi
reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini
adalah produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase
demam meliputi:
- Peningkatan nadi
- Dehidrasi
- Kelemahan
Fase 3 (pemulihan)
- Berkeringat
- Mengigil ringan
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
F. PENATALAKSANAAN FEBRIS
1. Secara Fisik
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid adalah antibiotika golongan
Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari;
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan
sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis
kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam
G. KOMPLIKASI FEBRIS
Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:
kardi
isiensi jantung
isiensi pulmonal
ng demam
BAB III
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas pasien
Nama : An. A
pekerjaan :-
Pendidikan :-
Alamat : Cunda
Agama : Islam
Nama : Ibu B
Umur : 25 tahun
Alamat : Cunda
2. Riwayatakesehatanasekarang
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari terus menerus, mual dan muntah bila makan dan nafsu
makan dan minum menurun. Sebelumnya keluarga hanya mengompres anaknya tapi panasnya
belum turun juga.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ada yang mengalami demam seperti pasien tanpa mual muntah seperti gejala
yang dialami pasien, namun sembuh hanya dengan meminum obatyangdibelidipasaran.
Pols :
Temp : 38
RR :
BB :
TB :
Head to Toe
a. Kepala
Rambut : warna hitam, kulit kepala nampak kering
f. Turgorkulit :jelek
g. PemeriksaanPenunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-
tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.
ASUHAN KEPERAWATAN
- Prosedur infasif
- Nosokomial.
Tujuan/kriteria hasil :
- Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporesisi
Discharge Planning
Temperature Regulation
Abnormal
Monitor suhu, warna dan kelembaban
kulit
2. Resiko injury Setelah dilakukan tindakan Sediakan lingkungan yang aman untuk
keperawatan selama …x pasien
berhubungan dengan
infeksi 24 jam, pasien tidak Identifikasi kebutuhan
Berikan cairan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas
batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit
lain (Julia, 2000).
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
B. SARAN
Demikian pembuatan makalah yang kami,dan kami mohon kritikan dan saran yang
membangun karena bagaimanapun kami tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dalam membuat
dan menyusun makalah.oleh karena itu dengan kritik dan saran bisa memperbaiki dan juga dalam
pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta:EGC.
Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
Diposkan oleh SURANGGA JAYA. AMK
A. Pengertian
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Corwin, Elizabeth
J, 2000).Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (Oswari, E, 2006). Demam
terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh
pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi
imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer, Sjaifoellah,2004).
B. Patofisiologi
Dengan adanya peningkatan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal
untuk menaikkan suhu tubuh. Tubuh berespon dengan menggigil dan peningkatan metabolisme
basal.
Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukkan interleukin-1, yang disebut pirogen
endogen. Interleukin-1 dibebaskan oleh neurofil aktif, makrofag, dan sel- sel yang mengalami
cedera. Interleukin-1 tampakanya menyebabkan panas dengan menghasilkan prostaglandin, yang
merangsang hipotalamus.
C. Tipe-tipe Demam
1. Demam Septik
Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada mlam hari
dan turun kembali ketingkat yang diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga
demam hektik.
2. Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhuyang dicatat pad demam septic.
3. Demam Intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali, disebut tersiana dan bila terjadi
duahari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam Kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menrus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari ayng diikuti oleh
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
D. Etiologi
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan
atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga gangguan pada pusat regulasi suhu sentral (misalnya :
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai diagnosis penyebab demam diperlukan
antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit, dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara
tepat dan holistic.
Beberapa hal khusus prlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, sifat harian demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami
demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan diatas 38,3 ºC dan tetap belum
ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti ssatu minggu secara intensif dengan menggunakan
sarana laboratorium dan penunjang lainnya.
E. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning, masih pdapat diperiksa bebrapa uji coba
darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti
melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
angiografi, aortografi, atau limfangiografi.
F. Penatalaksanaan therapeutik
es.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
b. Riwayat kesehatan
b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak
kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah,
nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
c) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien).
d) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
2. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan persistem
- Sistem pernafasan
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem gastrointestinal
- Sistem integumen
- Sistem perkemihan
c) Pola eliminasi
4. Pemeriksaan penunjang
a) laboratorium
b) foto rontgent
c) USG
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporesisi
I. Discharge Planning
1. ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau perawat
2. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
3. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
4. Intruksikan untuk kontrol ulang
5. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus.
J. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
Temperature Regulation
Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, Monitor asupan makanan/ cairan dan
elastisitas turgor kulit baik, hitung intake kalori harian
membrane mukosa lembab, tidak
Lakukan terapi IV
ada rasa haus yang berlebihan.
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
A. PENGERTIAN
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat
diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti
ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara
dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam
untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam
kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk
malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama
sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para
pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-
limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak
harus tetap waspada terhadap inveksi bakterial.
B. ETIOLOGI
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan
fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain
secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam. Demam
belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus
selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya
walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana
laboratorium dan penunjang medis lainnya.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-
tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.
D. TANDA DAN GEJALA
2. Banyak berkeringat
3. Pernafasan meninggil
4. Menggigil
E.PATOFISIOLOGI
Tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi dan
peningkatan suhu tubuh memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem pertahanan
tubuh. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu
hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Pirogen adalah suatu protein yang
identik dengan interkulin-1. di dalhipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan suatu
pireksia. Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokontriksi perifer
sehingga pengeluaran panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah
tinggi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi
panas dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah.
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-
tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.
G. PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
1. Antipiretik
H.KOMPLIKASI
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
1. Data Demografi
a) Biodata
- Nama : An. S
- Usia / tanggal lahir : ( 4 th ) Jember. 15 Maret 2007
- Jenis kelamin : Perempuan
- Alamat : Sukorambi. Rt. 3. Rw. 4
- Suku / bangsa : Jawa
- Status pernikahan : Belum menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan / sumber penghasilan : -
- Diagnosa medik : Febris
- No. Medical record : 20 – 08 - 1989
- Tanggal masuk : 28 November 2011 (Jam. 15.00 WIB)
- Tanggal pengkajian : 29 November 2011 (Jam. 20.00)
- Terapi medik : - Antipiretik
- Cairan infus NS
- Antibiotik
b) Penanggung Jawab
- Nama : Tn. W
- Usia : 30 tahun
- Jenis kelamin : Laki - laki
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Tenaga Pengajar
- Hubungan dengan klien : Ayah Klien
2. Keluhan Utama
Orang tua klien mengatakan, klien mengalami panas tinggi, dan tidak turun – turun.
3. Riwayat Kesehatan
: Penderita/Klien
4. Riwayat Psikososial
- Orang tua klien mengatakan apabila dirumah klien aktif dalam melakukan tindakan.
- Orang tua klien mengatakan jika dirumah klien bermain dengan teman sejawatnya.
- Orang tua klien mengatakan apabilah dirumah klien tidak rewel, akan tetapi saat dirumah sakit klien
cenderung rewel.
- Orang tua klien mengatakan tidak terlalu memfikirkan beban biaya rumah sakit karena orang tua
klien memiliki asuransi kesehatan keluarga.
- Klien cenderung pendiam dan tidak aktif dalam bermain.
5. Riwayat Spiritual.
Nutrisi
- Selera makan : menurun
- Menu makan dalam 24 jam : BSTIK
- Frekuensi makanan dalam 24 jam : 2 kali sehari
- Makanan yang disukai : telur mata sapi
Makanan pantangan : sayur wortel
- Pembatasan pola makan : (-)
- Cara makan : menggunakan sendok dan piring
- Ritual sebelum makan : membaca doa sebelum makan
Cairan
- Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam : air putih dan susu
- Frekuensi minum : tidak menentu
- Kebutuhan cairan dalam 24 jam : tidak diketahui
Eliminasi ( BAB & BAK )
- Tempat pembuangan : toilet
- Frekuensi : tidak diketahui
Kapan : -
Teratur : -
- Konsistensi : padat
- Kesulitan dan cara menanganinya : tidak
- Obat – obat untuk memperlancar BAK/BAB : -
Istirahat Tidur
- Apakah cepat tertidur : (+)
- Jam tidur : siang 3 jam dan malam hari 9 jam (dirumah), siang 2 jam dan malam 5 jam ( di RS )
- Bila tidak dapat tidur apa yang di lakukan : orang tua klien mengendong dan mengajak jalan – jalan
- Apakah tidur secara rutin : iya.
Personal Hygiene
- Mandi : frekuensi ( 2 kali sehari ), alat mandi : gayun, kesulitan (-), mandiri/dibantu : dibantu, cara :
seperti biasanya.
- Cuci rambut : 3 kali dalam seminggu
- Gunting kuku : 1 kali dalam 2 minggu.
- Gosok gigi : 2 kali sehari.
Aktivitas / mobilitas fisik
- Kegiatan sehari – hari : bermain dan belajar
- Pengaturan jadwal harian : -
- Penggunaan alat bantu untuk aktivitas : (-)
- Kesulitan pergerakan tubuh : (-)
Rekreasi
- Bagaimana perasaan anda saat bekerja : tidak dikaji
- Berapa banyak waktu luang : tidak dikaji
- Apakah puas setelah rekreasi : tidak dikaji
- Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang : tidak dikaji
- Bagaimana perbedaan hari libur dan hari kerja : tidak dikaji
8. Test Diagnostik
Laboratorium
- Hemoglobin : 14, 8
Normal L: 13,5 – 18,09 /dl
P: 11,5 – 16,09 /dl
- Leukosit : 2.800
Normal : 3.300 / 10.300 / cmm
- LED : 15 – 22
Normal L: 6 – 15 mm
P: 0 – 20 mm
- Hitung jenis : 0/0/1/73/26/0
Normal : 1-2/0-1/3-5/54-62
25 – 33/3-7
- Hematokrit : 47,0
Normal L : 40 – 54 %
P : 35 – 47 %
- Trombosit : 262.000
Normal : 130.000 – 450.000
- Eritrosit : 4.980.000
Normal L : 4,5 – 6,5 juta / cmm
P : 3,0 – 6,0 juta / cmm
- Widal :
O : Post 1/400 ( N. Negative )
H : Post 1/200 ( N. Negative )
PA : Negt / - ( N. Negative )
PB : Post 1/400 ( N. Negative)
Ro foto : -
CT Scan : -
MRI, USG, EEG, ECG, dll : -
9. Terapi Saat Ini.
Antipiretik : Parasetamol
Antibiotik
NS
DATA FOKUS
DO :
- Bibir kering
- Suhu badan 38,5 derajat
- Mengigil
- Kulit kering
2 DS : Orang tua klien mengatakan klien Resiko kekurangan Intake yang kurang dan
selama 3 hari mengalami panas tinggi volume cairan deperosis
DO :
DO :
RENCANA KEPERAWATAN
(WIB)
CATATAN PERKEMBANGAN
(WIB)
30/11 1 20.00S : orang tua klien mengatakan bahwa klien panasnya sudah berkurang
- T : 38
- Sedikit menggil
- Kulit tidak kering
A : Masalah teratasi sebagian
2
P : Lanjutkan Intervensi
3
- Masih berkeringat
- Menggil berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
P : Lanjutkan Intervensi
01/12 1 07.00S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas lagi
- Suhu 37
- Tidak mengigil
- Kulit normal
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas lagi
O : - Suhu 37
- Tidak mengigil
- Tidak berkeringat
3
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
- Tidurnya nyenyak
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi