Anda di halaman 1dari 7

Jumat, 01 April 2011

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR HIPOFISE : HIPERPITUITARI Dan HIPOPITUITARI

A. HIPERPITUITARI

1. Pengertian

Hiperpitutari: suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofise sehingga
menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormone atau lebih

2. Etiologi / Predisposisi

Penyebab dari hiperpituitari adalah akibat adanya tumor atau hiperplasi kelenjar hipofise.

3. Patofisiologi

Hiperfungsi kelenjar hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk tergantung pada sel mana yang
mengalami hiperfungsi. Biasanya kelenjar mengalami pembesaran, disebut adenoma makroskopik bila
diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang
terdiri dari satu jenis sel atau lebih.

Jenis-jenis tumor yang mungkin terjadi :

a. Prolaktinoma (adenoma laktotropin ) biasanya adalah tumor kecil, jinak yang terdiri atas sel-sel
pensekresi prolaktin.

b. Adenoma somatotropik : terdiri dari sel-sel yang mensekresi hormon pertumbuhan.

c. Adenoma kortikotropik : terdiri dari sel-sel pensekresi ACTH

4. Manifestasi Klinik

Pada prolaktinoma gejala yang khas adalah sangat jelas pada wanita usia reproduktif dan dimana terjadi
tidak menstrulasi (yang bersifat primer dan sekunder ), galaktorea (sekresi ASI diluar masa kehamilan
dan menyusui ) dan infertilitas.

Pada adenoma somatotropik gejala klinik tergantung pada usia saat terjadi kondisi ini. Pada klien pre
pubertas mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme.
Pada klien post pubertas mengakibatkan akromegali yang ditandai dengan perbesaran ekstremitas ( jari,
tangan kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ –organ dalam juga turut membesar (mis : kardiomegali).

5. Penatalaksanaan

Hipofisektomi adalah tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui pembedahan. prosedur operasi
tersebut mencakup tindakan tranpenoidal hiposektomi dengan narkose. Insisi pada lapisan dalam bibir
atas masuk ke sella tursika melalui sinus spenoidalis. Yang kedua adalah tranfrontal kraniotomi yaitu
dengan membuka rongga kranium melalui tulang frontal.

6. Pengkajian

a. Demografi

Kaji usia dan jenis kelamin pasien

b. Riwayat kesehatan

1). Keluhan utama

a). Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.

b). Perubahan tingkat energi, kellelahan, letargi.

c). Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.

d). Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.

e). Nyeri kepala.

f). Gangguan penglihatan.

g). Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensia.

2). Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan

3). Riwayat penyakit keluarga.

Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

c. Pemeriksaan fisik
1). Amati bentuk wajah, khas pada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, tulang supraorbita
menjolok.

2). Kepala, tangan / lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke depan.

3). Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai penurunan visus.

4). Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak. Pada
pemeriksaan ditemukan mobilitas terbatas.

5). Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenomegali.

6). Hipertensi.

7). Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar.

d. Pemeriksaan diag nostik mencakup :

1). Kadar prolaktin serum, ACTH, GH.

2). Foto tengkorak

3). CT scan otak, angiografi

4). Tes supresi dengan Dexametason, tes toleransi gukosa.

7. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

b. Difungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido; infertilitas

8. Intevensi Keperawatan

a. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

1). Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan penampilan
tubuhnya

2). Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat di kembangkan oleh klien

3). Yakinkan klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan (ginekomastia, galaktoria)

4). Dorong klien mengungkapkan perasaannya


5). Kolaborasi pemberi obat-obatan seperti: Bromokriptin (parladel). Merupakan obat pilihan pada klien
prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan pada klien dangan
akromegali, untuk menguragi ukuran tumor.

b. Identifikasi masalah spesifik yang berhubugan dengan pengalaman klien terhadap fungsi seksualnya.

1). Dorong agar klien mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.

2). Kolaborasi pemberian obat- oabatan Bromokriptin.

3). Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin

B. HIPOPITUITARI

1. Pengertian

Hipopituitari adalah insufisiensi hipofisis akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofise.(keperawatan
medical bedah, hal :233)

Hipopituitari adalah penurunan atau tidak ada sekresi satu atau lebih hormone kelenjar hipofisis
anterior. (standar perawatan pasien, hal :399 )

2. Etiologi

Faktor- faktor yang dapat menyebabkan hipopituitari diantaranya adalah :

a. sekunder dari tumor – tumor jinak atau ganas metastasik desak ruang.

b. Vaskuler. Perdarahan ke dalam adenoma hipofisis; infark post partum (sindrom seehan ); aneurisma
arteri karotis.

c. Infiltrasi dan granuloma. Histiositosis, sarkoidosis, hemokromatosis.

d. Infeksi. Tuberculosis, pasca meningitis.

e. Traumatic. Setelah cedera kepala.

f. Sindrom sela tursika yang kosong. Primer atau sekunder dari infark tumor hipofisis.

g. Hipopituitari idiopatik

h. Defek congenital seperti pada dwarfisme pituitary /hipogonadisme.


3. Patofisiologi

Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. Primer bila gangguannya terdapat
pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan terdapat pada hipotalamus.

Jenis dari hipo pituitary diantaranya adalah :

a. Panhipopituitarisme. Pada orang dewasa dikenal sebagai penyakit simmonds.

b. Diabetes insipidus ditandai dengan kurangnya ADH sekunder terhadap lesi yang menghancurkan
hipotalamus, stalk hipofise, atau hipofise posterior.

4. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik tergantung pada patologi dasarnya . kelelahan , depresi, anemia umum ditemukan dan
tidak spesifik. Gambaran lain bergantung pada derajat defisiensi endokrin antara lain amenore,
impotensi, serta gejala dan tanda hipotiroidisme bersama kehilangan rambut tubuh generalisata dan
hipotensi.klien dapat pula mengalami intoleransi terhadap dingin, nafsu makan buruk, penurunan berat
badan. Pada diabetes insipidus mengeluarkan urine hipotonik dalam jumlah yang besar (5-6 liter/hari).

5. Penatalaksanaan.

Atasi penyakit dasarnya. Terapi pengganti yang sesuai dengan tiroksin 50-200 mg perhari, hidrokortison
10-30 mg perhari , estgrogen dan antrogen khususnya pada pasien di bawah usia 50 tahun. Terapi
dengan hormone pertumbuhan (manusia atau sintetik) diindikasikan pada kasus cebol. Semprot hidung
desmopressin pada diabetes insipidus: kadang cukup dengan pemberian klorpropamid peroral pada
kasus-kasus ringan.

6. Pengkajian.

a. Demografi

kaji usia dan jenis kelamin pasien.

b. Riwayat kesehatan.

1. Keluhan utama

pertumbuhan lambat , ukuran otot dan tulang kecil, tanda-tanda sekse sekunder tidak berkembang,
infertilitas, impotensi, libodo menurun.
2. Riwayat penyakit sekarang

sejak kapan keluhan dirasakan. Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi
gonadotropin nyata pada masa pra remaja.

Apakah keluhan dirasakan sejak lahir ?

3. Riwayat penyakit dahulu.

Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.

c. Pemeriksaan fisik.

1. Amati bentuk,dan ukuran tubuh, ukur berat badan dan tinggi badan , amati bentuk dan ukuran buah
dada, pertumbuhan rambut aksila dan pubis dan pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut di
wajah.

2. Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.

d. Pemeriksaan penunjang.

1. Foto kranium untuk melihat adanya pelebaran atau erosi sella tursika.

2. Pemeriksaan serum darah; LH dan FSH, GH< prolaktin kortisol, aldosteron, testosterone, androgen,
test stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid realizing hormon.

7. Diagnosa Keperawatan.

a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam kemampuan dan karakteristik fisik

b. Gangguan pola seksualitas behubungan dengan defisiensi hormonal.

8. Intervensi Keperawatan.

a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam kemampuan dan karakteristik fisik

1. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan perubahan fisik

2. Bantu pasien dalam mengembangkan mekanisme koping untuk mengatasi perubahan.

3. Berikan pada klien kualitas yang memberikan efek positif pada citra tubuh.
4. Jawab pertanyaan dan klarifikasi salah pengertian mengenai diagnosis dan perubahan permanent atau
regresi permanent.

5. Peragakan penerimaan pasien dan berikan dorongan orang lain untuk melakukan hal yang sama.

6. Berikan penekanan perilaku yang memperlihatkan penerimaan terhadap perubahan.

b. Gangguan pola seksualitas yang berhubungan dangan defisiensi hormonal

1. Pertahankan privasi dan kerahasian.

2. Gali dengan pasien dan/atau orang terdekat pola seksual yang biasa dan bagai mana diagnosa terahir
dapat mempengaruhi pola tersebut

3. Berikan dorongan pada pasien dan/atau orang terdekat untuk menggali arternatif dari pola biasa dan
mempertimbangkan keterbatasan karena penyakit

4. Berikan rujukan pada personal yang berkepentingan bila pasien menginginkannya

5. Gali bersama pasien dan/orang terdekat alternatif untuk menjadi orang tua bila memungkinkan.

DAFTAR PUSTAKA

Boughman, Diane C, JoAnn c Hackley.2000. Keperawatan Medical Bedah : Buku Saku Untuk Perawat
Brunner & Sudarth. Jakarta : EGC.

Rumahoro, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.

Tucker , Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosa, dan Evaluasi.
Jakarta : EGC.

Wise, Peter H. 1993. Atlas Bantu Endokrinologi. Jakarta : Hipokrates.

www. Google. com

Anda mungkin juga menyukai