ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR HIPOFISE : HIPERPITUITARI Dan HIPOPITUITARI
A. HIPERPITUITARI
1. Pengertian
Hiperpitutari: suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofise sehingga
menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormone atau lebih
2. Etiologi / Predisposisi
Penyebab dari hiperpituitari adalah akibat adanya tumor atau hiperplasi kelenjar hipofise.
3. Patofisiologi
Hiperfungsi kelenjar hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk tergantung pada sel mana yang
mengalami hiperfungsi. Biasanya kelenjar mengalami pembesaran, disebut adenoma makroskopik bila
diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang
terdiri dari satu jenis sel atau lebih.
a. Prolaktinoma (adenoma laktotropin ) biasanya adalah tumor kecil, jinak yang terdiri atas sel-sel
pensekresi prolaktin.
4. Manifestasi Klinik
Pada prolaktinoma gejala yang khas adalah sangat jelas pada wanita usia reproduktif dan dimana terjadi
tidak menstrulasi (yang bersifat primer dan sekunder ), galaktorea (sekresi ASI diluar masa kehamilan
dan menyusui ) dan infertilitas.
Pada adenoma somatotropik gejala klinik tergantung pada usia saat terjadi kondisi ini. Pada klien pre
pubertas mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme.
Pada klien post pubertas mengakibatkan akromegali yang ditandai dengan perbesaran ekstremitas ( jari,
tangan kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ –organ dalam juga turut membesar (mis : kardiomegali).
5. Penatalaksanaan
Hipofisektomi adalah tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui pembedahan. prosedur operasi
tersebut mencakup tindakan tranpenoidal hiposektomi dengan narkose. Insisi pada lapisan dalam bibir
atas masuk ke sella tursika melalui sinus spenoidalis. Yang kedua adalah tranfrontal kraniotomi yaitu
dengan membuka rongga kranium melalui tulang frontal.
6. Pengkajian
a. Demografi
b. Riwayat kesehatan
a). Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.
c. Pemeriksaan fisik
1). Amati bentuk wajah, khas pada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, tulang supraorbita
menjolok.
2). Kepala, tangan / lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
3). Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai penurunan visus.
4). Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak. Pada
pemeriksaan ditemukan mobilitas terbatas.
6). Hipertensi.
7. Diagnosa Keperawatan
8. Intevensi Keperawatan
1). Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan penampilan
tubuhnya
2). Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat di kembangkan oleh klien
3). Yakinkan klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan (ginekomastia, galaktoria)
b. Identifikasi masalah spesifik yang berhubugan dengan pengalaman klien terhadap fungsi seksualnya.
1). Dorong agar klien mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
3). Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin
B. HIPOPITUITARI
1. Pengertian
Hipopituitari adalah insufisiensi hipofisis akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofise.(keperawatan
medical bedah, hal :233)
Hipopituitari adalah penurunan atau tidak ada sekresi satu atau lebih hormone kelenjar hipofisis
anterior. (standar perawatan pasien, hal :399 )
2. Etiologi
a. sekunder dari tumor – tumor jinak atau ganas metastasik desak ruang.
b. Vaskuler. Perdarahan ke dalam adenoma hipofisis; infark post partum (sindrom seehan ); aneurisma
arteri karotis.
f. Sindrom sela tursika yang kosong. Primer atau sekunder dari infark tumor hipofisis.
g. Hipopituitari idiopatik
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. Primer bila gangguannya terdapat
pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan terdapat pada hipotalamus.
b. Diabetes insipidus ditandai dengan kurangnya ADH sekunder terhadap lesi yang menghancurkan
hipotalamus, stalk hipofise, atau hipofise posterior.
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik tergantung pada patologi dasarnya . kelelahan , depresi, anemia umum ditemukan dan
tidak spesifik. Gambaran lain bergantung pada derajat defisiensi endokrin antara lain amenore,
impotensi, serta gejala dan tanda hipotiroidisme bersama kehilangan rambut tubuh generalisata dan
hipotensi.klien dapat pula mengalami intoleransi terhadap dingin, nafsu makan buruk, penurunan berat
badan. Pada diabetes insipidus mengeluarkan urine hipotonik dalam jumlah yang besar (5-6 liter/hari).
5. Penatalaksanaan.
Atasi penyakit dasarnya. Terapi pengganti yang sesuai dengan tiroksin 50-200 mg perhari, hidrokortison
10-30 mg perhari , estgrogen dan antrogen khususnya pada pasien di bawah usia 50 tahun. Terapi
dengan hormone pertumbuhan (manusia atau sintetik) diindikasikan pada kasus cebol. Semprot hidung
desmopressin pada diabetes insipidus: kadang cukup dengan pemberian klorpropamid peroral pada
kasus-kasus ringan.
6. Pengkajian.
a. Demografi
b. Riwayat kesehatan.
1. Keluhan utama
pertumbuhan lambat , ukuran otot dan tulang kecil, tanda-tanda sekse sekunder tidak berkembang,
infertilitas, impotensi, libodo menurun.
2. Riwayat penyakit sekarang
sejak kapan keluhan dirasakan. Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi
gonadotropin nyata pada masa pra remaja.
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
c. Pemeriksaan fisik.
1. Amati bentuk,dan ukuran tubuh, ukur berat badan dan tinggi badan , amati bentuk dan ukuran buah
dada, pertumbuhan rambut aksila dan pubis dan pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut di
wajah.
d. Pemeriksaan penunjang.
1. Foto kranium untuk melihat adanya pelebaran atau erosi sella tursika.
2. Pemeriksaan serum darah; LH dan FSH, GH< prolaktin kortisol, aldosteron, testosterone, androgen,
test stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid realizing hormon.
7. Diagnosa Keperawatan.
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam kemampuan dan karakteristik fisik
8. Intervensi Keperawatan.
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam kemampuan dan karakteristik fisik
1. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan perubahan fisik
3. Berikan pada klien kualitas yang memberikan efek positif pada citra tubuh.
4. Jawab pertanyaan dan klarifikasi salah pengertian mengenai diagnosis dan perubahan permanent atau
regresi permanent.
5. Peragakan penerimaan pasien dan berikan dorongan orang lain untuk melakukan hal yang sama.
2. Gali dengan pasien dan/atau orang terdekat pola seksual yang biasa dan bagai mana diagnosa terahir
dapat mempengaruhi pola tersebut
3. Berikan dorongan pada pasien dan/atau orang terdekat untuk menggali arternatif dari pola biasa dan
mempertimbangkan keterbatasan karena penyakit
5. Gali bersama pasien dan/orang terdekat alternatif untuk menjadi orang tua bila memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Boughman, Diane C, JoAnn c Hackley.2000. Keperawatan Medical Bedah : Buku Saku Untuk Perawat
Brunner & Sudarth. Jakarta : EGC.
Rumahoro, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.
Tucker , Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosa, dan Evaluasi.
Jakarta : EGC.