Anda di halaman 1dari 2

Petugas BPTP Jateng sedang memasang jaringan pipa untuk penerapan sistem pengairan atau

irigasi tetes pada demo plot (demlot) tanaman cabai di areal kebun di Kompleks Pemkab
Boyolali di Kemiri, Mojosongo, Boyolali. Demlot cabai disiapkan untuk peringatan Hari Pangan
Sedunia (HPS). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)
Kamis, 11 Agustus 2016 14:40 WIB Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos Boyolali Share :

PERTANIAN BOYOLALI
BPTP Jateng Terapkan Irigasi Tetes Pada
Demlot Cabai
Pertanian Boyolali, BPTP Jateng memperkenalkan inovasi irigasi tetes pada demlot tanaman
cabai.

Solopos.com, BOYOLALI–Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jateng menerapkan


sistem pengairan atau irigasi tetes pada demo plot (demlot) tanaman cabai di areal kebun di
Komplek Pemkab Boyolali di Kemiri, Mojosongo, Boyolali, yang sedang disiapkan untuk
peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS). Sistem pengairan atau irigasi tetes dinilai cocok
diterapkan di lahan kering yang banyak terdapat di wilayah Boyolali.

Sistem irigasi tetes menggunakan jaringan pipa dan selang air plastik. Penggunaan bahan ini
dinilai lebih menjangkau daya beli petani. Jaringan pipa tersebut dipasang di sisi luar guludan
dan bedengan tanaman cabai.
Pipa tersebut kemudian disambung dengan selang plastik hitam, tepat di tengah sepanjang
bedengan. Kemudian, di setiap sela-sela tanaman cabai, selang plastik tersebut dilubangi ukuran
kecil agar air mengalir ke arah akar tanaman cabai.

Menurut petugas lapangan BPTP Jateng, Imam Firmansyah, sistem irigasi tetes lebih efisien dan
efektif dalam penggunaan air. Pengairan dapat dilakukan setiap dua hari sekali, terutama saat
kondisi tanah sudah cukup kering.

“Sistem ini sangat cocok dikembangkan di lahan yang kering atau tadah hujan, hemat air tetapi
pertumbuhan tanaman bisa maksimal,” jelas Imam, saat berbincang dengan wartawan, Kamis
(11/8/2016).

Menurut Imam, jika air mengalir tepat pada bagian akar, hasilnya akan jauh lebih efektif.

Dia membandingkan sistem irigasi tetes ini dengan pengairan biasanya. “Pada pengairan biasa,
hanya sekitar 10 persen air yang diserap akar tanaman. Sisanya, akan hilang karena evaporasi
atau penguapan.”

Dia berharap setelah peringatan HPS, petani di wilayah tadah hujan di Boyolali bisa menerapkan
sistem irigasi ini. Petani nantinya bisa melihat cara kerja sistem ini di demlot yang ada di
Kompleks Pemkab Boyolali di Kemiri, Mojosongo.

Dengan menggunakan sistem irigasi tetes, petani hanya menambah biaya untuk membeli pipa
dan selang air. Biaya ini dinilai masih cukup terjangkau. Petani bahkan bisa menghemat biaya
tenaga kerja saat tahap penyiraman tanaman. “Cara kerjanya sangat praktis. Setelah semua
selang tersambung dan lubang selang diarahkan ke akar tanaman, petani tinggal membuka aliran
air melalui kran sentral. Tanaman siap diairi.”

Seperti diketahui, dalam peringatan HPS yang akan diselenggarakan akhir Oktober, BPTP Jateng
dan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian akan menunjukkan
berbagai macam inovasi dibidang budi daya tanaman. Selain sistem irigasi tetes pada tanaman
hortikultura, BPTP juga menerapkan sistem tanam padi jajar legowo super dengan lokasi demlot
di Desa Trayu dan Tanjungsari, Kecamatan Banyudono.

“Khusus untuk irigasi tetes ini, kami berharap bisa diterapkan petani yang memiliki tanah di
daerah tadah hujan,” kata Imam.

Anda mungkin juga menyukai