Anda di halaman 1dari 3

Kartu Hati

Oleh:

Amrullah Gilang I (05)

M. Saifullah Pratama (18)

Suatu hari di sebuah desa yang aman, tentram, dan damai. Ada seorang kuli
barang yang sedang membawa segepok barang untuk diangkut ke dalam truk untuk
dibawa ke kota. Rupanya orang di daerah situ ada yang berpindah tempat tinggal ke
kota. Dan orang yang bernama Bowo bekerja menjadi kuli barang orang itu.
Pekerjaannya tak menentu. Dia juga sering megantar barang hingga ke kota,
sehingga dia sering melihat suasana di kota. Terkadang dia iri dengan suasana di kota
itu, hingga ia emutar otak agar dia bisa bekerja di kota.

Hari berganti hari, Bowo bekerja semakin keras di desanya dengan tujuan
mengumpulkan modal untuk hidup di kota. Butiran keringan menghiasi badannya di
siang hari. Fisik dan pikiran Bowo sudah sangat letih namun semangatnya takkan
pernah pudar hingga Tuhan kan berikan bakwan. Niat baik tak selalu baik. Ada
kepentingan yang lebih penting daripada itu, uang hasil kerja kerasnya selama
berabad – abad tahun harus dia serahkan kepada Orang Tuanya, “Pak, Bu, Bowo
punya sedikit rejeki untuk membiayai sekolah adik” suara Bowo dengan turut
prihatin. “Lho? Bukannya uang itu akan kamu gunakan untuk modal dikota?”.
“Tidak apa apa Pak, Bu, nanti akan saya cari rejeki dari jalan lain.

Dengan tekad dan semangat, membangun perekonomian kuat. Bowo bekerja


lebih gigih lagi. Pandangan pertama Bowo adalah hidup mandiri dari bawah. Karena
ia sadar, rejeki tak langsung melesat seperti roket begitu saja. Usaha pertama yang ia
lakukan adalah usaha gorengan makanan yang keahliannya tersebut ia dapat dari
membantu ibunya menggoreng makanan dirumah. Modalnya pun terus bertambah
akhirnya ia pun berjualan gorengan. Tetapi yang lebih laku ialah kartu perdananya
ketimbang gorengan makanan. Karena alasan itu ia pun memilih untuk berjualan
kartu perdana. Karena sedang marak HP China yang murah pada saat itu. Dari
berjualan kartu perdana itu, ia meraup keuntungan sedikit demi sedikit untuk
menambah modal usahanya.

Tak terasa ia pun akhirnya sudah mempunyai konter HP sendiri di daerah


KINGSAN (Wingking Kejaksaan) tepatnya di Kelurahan Purbalingga Wetan. Dia
mendirikan konter di daerah situ karena pada waktu itu masing jarang ada konter HP
didaerah itu, dan dia pun mencari celah untuk berbisnis di daerah itu. Dia membeli
kontrakan dalam bentuk ruko kecil untuk dijadikan konter. Konter itu berisi jenis
jenis kartu perdana yang lengkap dari semua operator, dan beberapa accessories
handphone lama. Dan pilihannya tak secuil pun meleset, konter itu sangat laku dan
cukup terkenal di kalangan orang orang disitu. Dan dia pun dikenal baik oleh orang
orang disitu karena kejujurannya dalam berjualan.

Modalnya pun semakin bertambah. Setelah cukup banyak, modal itu ia


gunakan untuk melengkapi accessories handphone yang ada di konternya dengan
accessories untuk handphone yang sedang marak di jaman itu. Dan karena
kedekatannya dengan masyarakat yang ada disitu ia memilih untuk menetap disitu. Ia
membeli rumah di belakang konter yang ia miliki. Namun, kadang tak semuanya
berjalan mulus. Pernah ia tutup seminggu gara – gara tidak laku. Pernah juga ada
pelanggan yang protes karena pulsanya belum terkirim, pelanggan itu protes
sebanyak 2 kali. Tapi ternyata itu penipuan. Alhasil dia pun membuat kebijakan
bahwa pelanggan tidak boleh pergi dari konter itu apabila pulsanya belum terkirim.

Suatu malam, hujan mengguyur kawasan itu cukup deras. Jalanan pun
tampak sepi. Tiba – tiba ada seorang perempuan dengan basah kuyup dan dengan
nafas terengah engah datang ke konter itu. Lantas Bowo pun langsung mengambil
handuk dan menyerahkannya pada wanita itu. “Ini diminum dulu Mbak teh nya”
ucap Bowo sambil menyerahkan teh buatannya. “Iya Mas, terimakasih” jawab
wanita itu. Setelah bercerita, ternyata wanita tersebut bernama Rina. Dia habis
dikejar oleh preman preman nakal yang ada di dekat daerah situ. Beruntunglah dia
menemukan konter HP ini dan langsung berlari kesini. “Aslinya mana Mbak?” “
Saya asli dari Kutasari Mas” “Oo begitu” “Iya Mas” “Sudah malam Mbak, tapi hujan
belum berhenti, lebih baik Mbak tidur disini saja, tidak usah berpikiran yang aneh
aneh, saya tidur di ruang tamu saja, Mbak tidur dikamar saya” “Tidak apa apa Mas?”
“Tidak apa apa Mbak, santai saja” “Terimakasih banyak ya Mas” “Iya Mbak
samasama” . Keesokan paginya, si Bowo bangun lalu kaget karena si Rina telah
memasak makanan untuknya. “Tidak usah repot – repot Mbak” “Tidak apa apa Mas,
ayo dimakan”. Setelah sarapan pagi pun si Rani kembali ke Kutasari, tapi sebelum
kembali ke Kutasari, si Bowo berkata “Mbak, boleh minta nmer HP nya?” “Oo ini
mas” sambil menyerahkan kertas kecil bertuliskan nomer HP nya. Sejak kejadian itu,
Bowo dan Rani setiap hali selalu berkomunikasi lewat SMS, entah sekedar
menanyakan kabar bahkan sampai bercandaan. Mereka pun saling jatuh cinta.

***
Tak terasa, 3 tahun telah dilalui mereka bersama. Kini mereka sudah hidup
berkeluarga dan tinggal di rumah belakang konter HP itu dan mereka sudah
mempunyai 2 anak. Bowo pun sukses mengembangkan usaha konter itu sehingga
mampu mencukupi kebutuhan istri dan anak anaknya. Isri Bowo (Rani) bekerja
sebagai penjual gorengan makanan, usaha yang pernah digeluti oleh Bowo dulu.
Meski kini di daerah KINGSAN sudah agak banyak konter HP namun konter HP
milik Bowo lah yang tetap menjadi langganan dihati masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai