BAB 5
PEMBAHASAN
pustaka tentang tinjauan kasus dengan asuhan keperawatan klien lansia dengan
nyeri akut pada diagnose medis Atritis Reumatoid. Adapun kesenjangan atau
kesamaan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus sebagai berikut yang
implementasi, 5) evaluasi
5.1. Pengkajian
1. Identitas
Pada tinjauan pustaka meliputi nama, umur, tempat tanggal lahir, alamat, jenis
paling dekat dengan lansia, hubungan dengan lansia, alamat keluarga. Sedangkan
pada tinjauan kasus meliputi nama : Ny. G, umur 70 tahun, tempat tanggal lahir :
Jawa, agama : Islam, status perkawinan : kawin, no. telepon/ HP : -, orang yang
paling dekat dihubungi : Tn. S, hubungan dengan lansia : Suami, alamat keluarga :
tinggal di Panti Werdha. Sehingga hal ini tidak terdapat kesenjangan antara
presipitasi nyeri adalah peradangan sendi, quality of pain : nyeri yang dirasakan
atau digambarkan klien bersifat menusuk, region, radiation, relief : nyeri dapat
menjalar atau menyebar, dan nyeri terjadi di sendi yang mengalami masalah,
severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan ada diantara 3 – 6 yaitu nyeri
sedang, time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil
keluhan utama : klien mengatakan nyeri pada persendian lutut dan punggung,
provoking incident : nyeri pada persendian lutut dan punggung, quality of pain :
sifat nyeri seperti tertusuk –tusuk, hilang timbul, region : pada persendian lutut
dan punggung, severity (scale) of pain : skala nyeri 6, time : nyeri bertambah
apabila dipakai beraktivitas, dan apabila berubah posisi dari tidur ke duduk dan
duduk ke berdiri atau sebaliknya. Sehingga hal ini tidak ada kesenjangan antara
berat badan, rasa capek, sedikit panas, dan anemia. Gejala lokal yang terjadi
Gejala awal terjadi pada sendi. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi
tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu,
serta sendi panggul, dan biasanya bersifat bilateral/ simetris. Akan tetapi, kadang
112
artritis reumatoid dapat terjadi pada satu sendi. Sedangkan pada tinjauan kasus
klien mengatakan sejak beberapa tahun yang lalu sering sakit pada persendian
lututnya dan nyeri pada punggung sejak 1 bulan yang lalu, klien mengatakan
kesulitan bangun dari tidur ke duduk dan duduk ke berdiri karena nyeri pada
persendian lutut dan punggungnya, upaya klien dalam mengurangi nyeri biasanya
diberi minyak gosok atau balsem dan mengkonsumsi obat piroxicam dan asam
mefenamat yang diberikan oleh petugas kesehatan yang ada di Panti Werdha.
Sehingga hal ini tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus,
lain yang perlu ditanyakan adalah apakah klien pernah dirawat dengan masalah
yang sama. Sering klien ini menggunakan obat antireumatik jangka panjang
sehingga perlu dikaji jenis obat yang digunakan (NSAID, antibiotik, dan
analgesik). Sedangkan pada tinjauan Klien mengatakan dulu pernah jatuh kepleset
dan sekarang persendian lutut dan punggungnya nyeri, klien mengatakan ia tidak
memiliki penyakit yang menular (HIV, TBC), dulu klien pernah mengkonsumsi
obat piroxicam dan asam mefenamat yang diberikan oleh petugas kesehatan yang
ada di Panti Werdha untuk mengurangi nyeri. Sehingga hal ini tidak ada
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, karena dulu klien pernah
113
mengurangi nyeri.
5. Riwayat keluarga
pada tinjauan kasus klien merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara, semuanya sudah
meninggal dan orang tuanya juga sudah meninggal. Klien tinggal sekamar dengan
suaminya. Sehingga hal ini tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus.
6. Riwayat pekerjaan
Menurut (Muttaqin, 2008) perlu dikaji tentang pekerjaan saat ini klien, jarak
dari tempat tinggal, alat transportasi yang digunakan, apa saja sumber –sumber
Pasien sudah tidak bekerja lagi dan hanya mengandalkan dari pemberian donatur
hal ini tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
Menurut (Muttaqin, 2008) perlu dikaji tentang adakah keluarga dari generasi
terdahulu yang mengalami keluhan yang sama dengan klien, sedangkan pada
tinjauan kasus klien mengatakan di dalam anggota keluarga sebelumnya ada yang
melitus kurang lebih sejak 8 tahun yang lalu. Sehingga hal ini tidak ada
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, karena di dalam anggota
Pada tinjauan pustaka perlu dikaji tentang tipe tempat tinggal, jumlah kamar,
kondisi tempat tinggal, derajat privasi. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan
tipe tempat tinggal permanen, jumlah kamar 8, kondisi tempat tinggal agak sedikit
kotor, pencahayaan cukup terang, jendela dibuka setiap hari, jumlah orang yang
privasi kurang, orang terdekat adalah suami. Sehingga hal ini tidak terdapat
9. Riwayat rekreasi
tinjauan kasus klien memiliki hobi nonton tv, selama di panti werdha klien tidak
pernah liburan. Sehingga hal ini tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan
Pada tinjauan pustaka perlu dikaji tentang petugas kesehatan terdekat, jarak
dari tempat tinggal, makanan yang dihantarkan, perawatan sehari –hari yang
orang perawat dan 1 bidan, rumah sakit terdekat RSI sakinah, pelayanan di panti
cukup baik, apabila klien sakit biasanya diberikan obat yang ada di klinik yang
ada di panti werdha, makanan yang dihantarkan yaitu nasi, lauk, sayur, kopi, teh,
susu, kolak kacang hijau, perawatan sehari hari yaitu klien diukur tekanan
115
darahnya setiap hari dan diberikan terapi berjemur setiap pagi. Sehingga hal ini
a. Keadaan umum
Pada tinjauan pustaka meliputi cukup, lemah sedangkan pada tinjauan kasus
didapatkan keadaan umum klien baik. Sehingga hal ini terdapat kesenjangan
b. Tingkat kesadaran
composmentis dan GCS klien 15 E4 V5 M6. Sehingga hal ini tidak terdapat
Pada tinjauan pustaka tanda –tanda vital meliputi : tekanan darah, RR, suhu,
nadi sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil tekanan darah 130/80 mmhg,
RR 20x/ menit, suhu 36,6º C, nadi 82 x/ menit, BB 39 kg, TB 138 cm. Sehingga
hal ini tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
d. Sistem pernapasan
sistem pernapasan pada saat inspeksi, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
ada retraksi dada. Palpasi thoraks menunjukkan taktil fremitus seimbang kanan
dan kiri. Pada auskultasi tidak ada suara napas tambahan. Nyeri pada saat
116
inspirasi, napas pendek. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil tidak ada
pernapasan cuping hidung, pada hidung terdapat sekret, pergerakan dada simetris,
sesak (–), retraksi dada (–), RR = 20 x/ menit, perkusi paru sonor, wheezing (–/–),
ronkhi +/–, batuk (+), pilek (+). Sehingga terdapat kesenjangan antara tinjauan
e. Sistem kardiovaskuler
meningkat (takikardia), iktus tidak teraba. Pada saat auskultasi, ada suara S1 dan
S2 tunggal dan tidak ada murmur, kaji apakah ada perdarahan. Sedangkan pada
tinjauan kasus didapatkan hasil pengkajian meliputi perdarahan (–), CRT < 2
sianosis (-). Sehingga terdapat perbedaan antara tinjauan pustaka dan tinjauan
kasus, karena pada tinjauan kasus didapatkan tekanan darah dan fekuensi nadi
yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah. Pada mata, kadang
dijumpai mata kering, sklera tidak ikterik, konjungtiva mungkin bisa terjadi
GCS E4 V5 M6, refleks mata terhadap cahaya (+), pupil isokor, refleks patela
117
(+).Sehingga terdapat tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan
normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan. Proteinuria mungkin
terjadi sebagai efek iatrogenik. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil
tidak ada distensi kandung kemih, BAK 4 –5 x sehari, warna kuning jernih,
inkontinensia urine (-). Sehingga hal ini tidak ada kesenjangan antara tinjauan
warna feses. Gangguan gastrointestinal yang sering adalah mual muntah, nyeri
lambung, yang menyebabkan klien tidak nafsu makan, terutama klien yang
klien jarang defekasi. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil ada
beberapa gigi yang sudah tanggal, stomatitis (-), tidak ada nyeri telan, tidak ada
x sehari, konsistensi lunak, BB = 40 kg, TB = 138 cm. Sehingga hal ini tidak ada
i. Sistem muskuloskeletal :
Menurut (Muttaqin, 2008) adanya pembengkakan yang tidak biasa
(abnormal), deformitas pada daerah sendi kecil tangan, pergelangan kaki, dan
sendi besar lutut, panggul, dan pergelangan tangan, atrofi otot, adanya nodul
subkutan multipel, nyeri tekan pada sendi yang sakit, kaku sendi, kelemahan fisik,
118
keterbatasan gerak sendi akibat nyeri. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan
hasil kelemahan otot, turgor kulit baik, akral hangat, kering, kemerahan, CRT < 2
detik, deformitas (-), nyeri pada lutut dan punggung, skala nyeri 6, nyeri seperti
tertusuk –tusuk hilang timbul, nyeri pada pagi hari, nyeri bertambah apabila
terlalu capek, langkah berjalan lemah, kekuatan otot (5/5/4/4). Sehingga terjadi
sistem endokrin. Sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan hasil tidak ada
dapat melakukan hubungan seksual karena mengalami nyeri sendi dan kelemahan
fisik Sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan hasil klien sudah menopause.
l. Sistem pengecapan :
Menurut (Muttaqin, 2008) pada artritis reumatoid tidak ada kelainan pada
sistem pengecapan, mulut kering. Sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan hasil
tidak ada gangguan pada sistem pengecapan, klien dapat membedakan rasa asam,
manis, pahit, asin. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus.
m. Sistem penciuman
Menurut (Muttaqin, 2008) pada artritis reumatoid tidak ada kelainan pada
sistem penciuman. Sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan hasil ada gangguan
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena ada gangguan pada
kelainan yang mencolok. Pada tahap lanjut, bila terjadi destruksi tulang rawan,
akan terlihat penyempitan ruang sendi dengan erosi pada beberapa tempat.
b. Pemeriksaan laboratorium. Ditemukan peningkatan laju endap darah, anemia
faktor reumatoid positif 80% (uji Rose –Waaler) dan faktor antinuklear positif
Sedangkan pada tinjauan kasus tidak ditemukan atau tidak dilakukan pemeriksaan
tersebut. Sehingga hal ini terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan
kasus.
a. Pola nutrisi
mengalami mual muntah, nyeri lambung, yang menyebabkan klien tidak nafsu
makan, terutama klien yang menggunakan obat reumatik dan NSAID. Sedangkan
pada tinjauan kasus klien makan 3 x sehari ( nasi, sayur, lauk), kadang –kadang
makan buah dan kolak, minum ± 1 liter ( air, susu, teh ). Sehingga hal ini terjadi
Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa pada klien dengan penyakit semacam
sering bergantung pada orang lain. Sedangkan pada tinjauan kasus klien mandi 2 x
sehari, keramas pakai sampo 2x seminggu, kadang –kadang sikat gigi. Sehingga
hal ini terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
c. Pola Istirahat :
nyeri tekan, menyebabkan pasien sulit untuk istirahat. Sedangkan pada tinjauan
kasus sedang klien jarang tidur siang, klien tidur malam pukul 21.00 – 04.00 WIB.
Sehingga hal ini terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa klien dapat mengalami ketakutan atau
cemas akan fungsi tubuhnya sehingga klien cenderung tidak percaya diri dan
penghuni panti yang lain cukup baik, pasien berinteraksi dengan baik dengan
perawat, petugas panti maupun dengan mahasiswa praktik yang lain klien sering
bertengkar dengan suaminya. Sehingga hal ini terjadi kesenjangan antara tinjauan
a. Psikososial
Menurut (Muttaqin, 2008) kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang,
sikap klien pada orang lain, harapan –harapan klien dalam melakukan sosialisasi,
kepuasan klien dalam sosialisasi. Sedangkan pada tinjauan kasus Hubungan klien
dengan penghuni panti yang lain cukup baik, pasien berinteraksi dengan baik
121
dengan perawat, petugas panti maupun dengan mahasiswa praktik yang lain, klien
kadang –kadang bertengkar dengan suaminya. Sehingga hal ini tidak terjadi
Menurut (Muttaqin, 2008) kaji respon emosi klien terhadap penyakit dan
perannya dalam keluarga dan masyarakat. klien artritis reumatoid akan merasa
koping klien. Kebutuhan tidur dan istirahat juga harus dikaji, selain lingkungan,
lama tidur, kebiasaan, kesulitan, dan penggunaan obat tidur. Sedangkan pada
tinjauan kasus dari beberapa pertanyaan yang diajukan sesuai format klien
menjawab kadang –kadang klien cemas dan sedih karena nyeri yang dideritanya,
klien mengeluh nyeri pada punggungnya ± 1 bulan yang lalu dan nyeri pada
(piroxicam dan asam mefenamat) ketika nyeri muncul. Sehingga hal ini tidak
c. Spiritual
Pada tinjauan pustaka pengkajian spiritual meliputi : agama, kegiatan
beragama islam, sebelum sakit klien mengatakan sering mengikuti pengajian dan
melakukan sholat 5 waktu di Mushola panti, tapi klien sekarang tidak pernah
tentang kematian : pasien mengatakan semua orang akan meninggal dan kita tidak
tahu karena jodoh, rezeki maupun maut semua itu hanya tuhan yang tahu, harapan
122
–harapan klien : klien berharap semoga bisa diberikan kesehatan. Sehingga hal ini
mobilitas.
4. Defisiensi pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan pengobatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sendi ditandai dengan nyeri pada
lutut dan punggung, skala nyeri 6, nyeri seperti tertusuk –tusuk hilang timbul,
nyeri pada pagi hari, nyeri bertambah apabila terlalu capek, TD = 130/ 80
klien berumur 70 tahun, klien mengalami nyeri pada persendian lutut dan
Dari enam diagnosa yang ada ditinjauan pustaka terdapat tiga diagnosa yang
muncul pada tinjauan kasus dan tiga diagnosa tidak ditemukan pada tinjauan
kasus, yaitu :
mobilitas.
2. Defisiensi pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan pengobatan
5.3. Intervensi
memiliki tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan sebagai penilaian keberhasilan
mengenai masalah dan perubahan perilaku kearah yang lebih baik, namun masing
masing intervensi tetap mengacu pada sasaran dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
yang meliputi prioritas masalah, perumusan tujuan, penentuan kriteria hasil dan
dengan kriteria hasil klien mampu mengontrol nyeri, klien melaporkan nyeri
berkurang, ekspresi wajah klien tampak rileks, TTV dalam batas normal.
denagn kriteria hasil klien meningkat dalam aktivitas fisik, klien dapat
tidak mengalami cedera, dengan kriteria hasil klien tidak jatuh atau terjadi fraktur,
Hal ini dibuktikan oleh perumusan perencanaan pada tinjauan pustaka kriteria
3 x 8 jam. Hal ini disebabkan karena tinjauan kasus mengacu pada keadaan klien
secara langsung sementara pada tinjauan pustaka hanya merupakan konsep secara
teoritis. Namun, antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus keduanya sama-
sama mengacu pada sasaran, data dan kriteria hasil yang ditetapkan.
5.4. Implementasi
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005). Pengertian
Namun perencanaan pada teori tidak semua penulis dapat laksanakan pada kasus
karena disesuaikan pada kondisi klien pada saat dilakukan asuhan keperawatan.
tindakan keperawatan yaitu, mengkaji skala, lokasi dan intensitas nyeri serta
analgesic : piroxicam 20 mg, menganjurkan klien untuk mandi air hangat atau
mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di kursi : klien dengan
posisi kepala lebih tinggi, mengajarkan klien cara mengontrol nyeri : latihan napas
dalam dan teknik distraksi, memberikan masase yang lembut, senam pagi, terapi
pada klien tentang proses penuaan dan manfaat latihan bagi tubuh, mengajarkan
sendi yang sakit dengan bantal, menganjurkan klien untuk latihan menggunakan
ekstremitas yang tidak sakit. Pada diagnosa resiko cedera berhubungan dengan
menganjurkan klien untuk meletakkan benda dimana klien dapat meraihnya tanpa
klien menjangkau terlalu jauh, menganjurkan klien untuk tetap berhati –hati
antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus sebagaian besar sama sehingga terdapat
127
sedikit kesenjangan karena ada tindakan yang dilakukan tidak ada dalam rencana
asuhan keperawatan yang sebelumnya dibuat karena hal ini disesuaikan dengan
jadwal kegiatan rutin panti dan menyesuaikan dengan keadaan atau kondisi klien.
5.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, pada tahap ini
agar dapat melihat sejauh mana diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, dan
pada tanggal 5 Maret 2016, klien mengatakan nyeri berkurang, keadaan umum
punggung, skala nyeri 4, nyeri seperti tertusuk –tusuk hilang timbul, nyeri
pada pagi hari, nyeri bertambah apabila terlalu capek, TD = 140/ 90 mmhg,
otot. Masalah telah teratasi pada tanggal 5 maret 2016, klien mengatakan nyeri
composmentis, GCS E4 V5 E6, klien bisa bangun dari tidur atau duduk
dengan berpegangan pada sisi tempat tidur, klien bisa melakukan latihan
5 5
4 4
128
teratasi pada tanggal 5 Maret 2016 keadaan umum klien baik, kesadaran
dinding saat keluar kamar dan ke kamar mandi, penerangan dalam kamar klien
pada tinjaun pustaka, dan muncul tiga diagnosa keperawatan yang ada di tinjauan
kasus yang sudah teratasi ada dua diagnosa yaitu diagnosa hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan nyeri, penurunan kekuatan otot dibuktikan dengan klien
bisa bangun dari tidur atau duduk dengan berpegangan pada sisi tempat tidur dan
resiko cedera berhubungan dengan penurunan kekuatan otot hal ini dibuktikan
karena setelah dilakukan evaluasi tindakan selama tiga hari klien tidak mengalami
cedera dan klien bisa menghindari aktivitas yang dapat menimbulkan cedera
dengan cara perpegangan pada pengaman ruangan yang ada pada dinding ketika