Anda di halaman 1dari 15

REFERAT I

PENCEGAHAN DINI
PENULARAN TB PADA ANAK

Oleh :
Yeni Pratiwi, S.Ked
FAA 110 032

Pembimbing :

dr. Septi Handayani, M.Si

Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik


pada bagian SMF Ilmu Kedokteran Komunitas
KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAR
PALANGKARAYA
2015

0
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT

PENCEGAHAN DINI
PENULARAN TB PADA ANAK

Yeni Pratiwi, S. Ked

NIM : FAA 110 032

Diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir di Bagian/SMF

Ilmu Kedokteran Komunitas

Referat ini disahkan oleh :

Nama Pembimbing Tanggal Tanda Tangan

dr. Septi Handayani, M.Si …………………………. …………………………..

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur sebesar-besarnya penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena


berkah dan rahmat-Nya referat ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya.

Tidak lupa penyusun juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-


banyaknya pula kepada pembimbing referat penyusun, yaitu yang terhormat dr. Septi
Handayani, M.Si yang dengan sabar dan tekun dalam membimbing penyusun.

Terima kasih terutama kepada orang tua dan keluarga yang selalu
memberikan dukungan dan doa, serta untuk teman-teman kelompok 2, yaitu dokter-
dokter muda Stase Ilmu Kedokteran Komunitas tahun 2015 yang telah banyak
membantu penyusunan referat ini. Terima kasih untuk waktu dan semua bantuan
yang telah teman-teman berikan.

Penyusun sadar dalam penyusunan referat ini masih banyak terdapat


kekurangan, semoga dalam penyusunan selanjutnya, penyusun dapat lebih baik lagi.

Demikian yang dapat penyusun sampaikan. Kiranya referat ini dapat berguna
dan membantu generasi dokter-dokter muda selanjutnya maupun mahasiswa-
mahasiswi jurusan kesehatan lain yang sedang dalam menempuh pendidikan, referat
ini berguna sebagai referensi dan sumber bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan.

Palangkaraya, November 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Epidemiologi ................................................................................ 5
2.2. Gejala dan Tanda .............................................................................................. 6
2.3. Penegakkan TB anak Sistem Skoring ............................................................... 8
2.4. Faktor yang Mempengaruhi TB Paru Anak ..................................................... 10
2.5. Upaya Pencegahan ........................................................................................... 11
BAB III. PENUTUP ............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) pada anak merupakan masalah khusus yang berbeda


dengan TB pada orang dewasa. Perkembangan penyakit TB pada anak saat ini sangat
pesat. Sekurang-kurangnya 500.000 anak di dunia menderita TB setiap tahun. Di
Indonesia proporsi kasus TB Anak di antara semua kasus TB yang ternotifikasi dalam
program TB berada dalam batas normal yaitu 8-11 %, tetapi apabila dilihat pada
tingkat provinsi sampai fasilitas pelayanan kesehatan menunjukkan variasi proporsi
yang cukup lebar yaitu 1,8 – 15,9%.1
Untuk menangani permasalahan TB anak telah diterbitkan berbagai panduan
tingkat global. TB pada anak saat ini merupakan salah satu komponen penting dalam
pengendalian TB, dengan pendekatan pada kelompok risiko tinggi, salah satunya
adalah anak mengingat TB merupakan salah satu penyebab utama kematian pada
anak dan bayi di negara endemis TB.1
Populasi basil TB paru anak sangat sedikit (paucibacillary) sehingga sulit
mendapatkan basil TB untuk konfirmasi diagnosis TB. Mendiagnosis TB pada anak
membutuhkan anamnesis dan analisis yang teliti, adanya kontak dengan TB dewasa
aktif, pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya seperti uji kulit tuberkulin dan foto
rontgen. Dengan menganalisis hasil pemeriksaan yang teliti dapat dihindari
overdiagnosis atau underdiagnosis TB anak. Dosis obat anti Tuberkulosis pada anak
relatif lebih tinggi daripada dewasa karena perbedaan farmakokinetik dan
farmakodinamik. Dengan pecegahan dini, diagnosis yang tepat dan pengobatan
dengan dosis yang tepat maka akan meningkatkan kualitas hidup anak dan tumbuh
kembang anak yang optimal sesuai dengan potensi genetiknya.2

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Epidemiologi


Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. TB Anak adalah penyakit TB yang terjadi
pada anak usia 0-14 tahun.
Cara Penularan:
• Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif, baik dewasa maupun
anak.
• Anak yang terkena TB tidak selalu menularkan pada orang di sekitarnya, kecuali
anak tersebut BTA positif atau menderita adult type TB.
• Faktor risiko penularan TB pada anak tergantung dari tingkat penularan, lama
pajanan, daya tahan pada anak. Pasien TB dengan BTA positif memberikan
kemungkinan risiko penularan lebih besar daripada pasien TB dengan BTA
negatif.
• Pasien TB dengan BTA negatif masih memiliki kemungkinan menularkan
penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien
TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB
dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks positif adalah 17%.

Besaran TB anak di dunia yakni :


 Sekurang-kurangnya 500.000 anak menderita TB setiap tahun
 200 anak di dunia meninggal setiap hari akibat TB, 70.000 anak meninggal
setiap tahun akibat TB

5
 Beban kasus TB anak di dunia tidak diketahui karena kurangnya alat
diagnostik yang “child-friendly” dan tidak adekuatnya sistem pencatatan dan
pelaporan kasus TB anak.
 Diperkirakan banyak anak menderita TB tidak mendapatkan penatalaksanaan
yang tepat dan benar sesuai dengan ketentuan strategi DOTS. Kondisi ini akan
memberikan peningkatan dampak negatif pada morbiditas dan mortalitas
anak.
 Data TB anak di Indonesia menunjukkan proporsi kasus TB Anak di antara
semua kasus TB pada tahun 2010 adalah 9,4%, kemudian menjadi 8,5% pada
tahun 2011 dan 8,2% pada tahun 2012. Apabila dilihat data per provinsi,
menunjukkan variasi proporsi dari 1,8% sampai 15,9%. Hal ini menunjukan
kualitas diagnosis TB anak masih sangat bervariasi pada level provinsi. Kasus
TB Anak dikelompokkan dalam kelompok umur 0-4 tahun dan 5-14 tahun,
dengan jumlah kasus pada kelompok umur 5-14 tahun yang lebih tinggi dari
kelompok umur 0-4 tahun. Kasus BTA positif pada TB anak tahun 2010
adalah 5,4% dari semua kasus TB anak, sedangkan tahun 2011 naik menjadi
6,3% dan tahun 2012 menjadi 6%.1
2.2 Gejala dan Tanda
Pasien TB anak dapat ditemukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada :
1. Anak yang kontak erat dengan pasien TB menular.
Yang dimaksud dengan kontak erat adalah anak yang tinggal serumah atau
sering bertemu dengan pasien TB menular. Pasien TB menular adalah
terutama pasien TB yang hasil pemeriksaan sputumnya BTA positif dan
umumnya terjadi pada pasien TB dewasa. Pemeriksaan kontak erat ini akan
diuraikan secara lebih rinci dalam pembahasan pada bab profilaksis TB pada
anak.
2. Anak yang mempunyai tanda dan gejala klinis yang sesuai dengan TB anak.

6
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi sistemik dan organ yang paling
sering terkena adalah paru. Gejala klinis penyakit ini dapat berupa gejala
sistemik/umum atau sesuai organ terkait. Perlu ditekankan bahwa gejala klinis
TB pada anak tidak khas, karena gejala serupa juga dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit selain TB.

Gejala sistemik/umum TB anak adalah sebagai berikut:


1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan
adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi
yang baik.
2. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam
umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik
TB pada anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
3. Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau
intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh
(failure to thrive).
5. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
6. Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan
baku diare.
Gejala klinis pada organ yang terkena TB, tergantung jenis organ yang terkena,
misalnya kelenjar limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang, dan kulit, adalah sebagai
berikut:
1. Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli):
Pembesaran KGB multipel (>1 KGB), diameter ≥1 cm, konsistensi kenyal, tidak
nyeri, dan kadang saling melekat atau konfluens.
2. Tuberkulosis otak dan selaput otak:

7
• Meningitis TB: Gejala-gejala meningitis dengan seringkali disertai gejala
akibat keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.
• Tuberkuloma otak: Gejala-gejala adanya lesi desak ruang.
3. Tuberkulosis sistem skeletal:
• Tulang belakang (spondilitis): Penonjolan tulang belakang (gibbus).
• Tulang panggul (koksitis): Pincang, gangguan berjalan, atau tanda
peradangan di daerah panggul.
• Tulang lutut (gonitis): Pincang dan/atau bengkak pada lutut tanpa sebab
yang jelas.
• Tulang kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis).
4. Skrofuloderma:
Ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit antar tepi ulkus (skin
bridge).
5. Tuberkulosis mata:
• Konjungtivitis fliktenularis (conjunctivitis phlyctenularis).
• Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi).
6. Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB ginjal dicurigai bila
ditemukan gejala gangguan pada organ-organ tersebut tanpa sebab yang jelas dan
disertai kecurigaan adanya infeksi TB.3

2.3 Penegakkan Diagnosis TB Anak Sistem Skoring


Sistem skoring tersebut dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian
oleh para ahli yang IDAI, Kemenkes dan didukung oleh WHO dan disepakati sebagai
salah satu cara untuk mempermudah penegakan diagnosis TB anak terutama di
fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Sistem skoring ini membantu tenaga kesehatan
agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan penunjang
sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya underdiagnosis maupun
overdiagnosis TB.
Penilaian/pembobotan pada sistem skoring dengan ketentuan sebagai berikut:

8
• Parameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TB menular mempunyai
nilai tertinggi yaitu 3.
• Uji tuberkulin bukan merupakan uji penentu utama untuk menegakkan diagnosis
TB pada anak dengan menggunakan sistem skoring.
• Pasien dengan jumlah skor ≥6 harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan
mendapat OAT.
Setelah dinyatakan sebagai pasien TB anak dan diberikan pengobatan OAT
(Obat Anti Tuberkulosis) harus dilakukan pemantauan hasil pengobatan secara
cermat terhadap respon klinis pasien. Apabila respon klinis terhadap pengobatan baik,
maka OAT dapat dilanjutkan sedangkan apabila didapatkan respons klinis tidak baik
maka sebaiknya pasien segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.1

9
2.4 Faktor yang Mempengaruhi kejadian TB paru anak
Data TB paru anak di Indonesia masih terbatas karena penemuan penderita
TB pada anak merupakan hal yang sangat sulit. Disamping itu, menurut Kartasasmita
(2002) angka kejadian TB paru pada anak belum diketahui pasti karena sulitnya
mendiagnosis TB paru pada anak. Akan tetapi, bila angka kejadian TB paru pada
orang dewasa tinggi dapat diperkirakan kejadian TB paru pada anak akan tinggi pula.
Hal ini terjadi karena setiap orang dewasa dengan BTA positif akan menularkan pada
10-15 orang dilingkungannya, terutama anak-anak.
Faktor penyebab TB paru pada anak adalah kontak langsung dengan penderita
BTA positif, sosial ekonomi orang tua, lingkungan perumahan yang tidak memenuhi
syarat, serta tingkat pendidikan orang tua. Pada umumnya orang tua tidak
mengetahui bahwa anaknya menderita TB paru dan bagaimana penyakit tersebut
dapat mengenai anaknya. Mereka hanya mengetahui bahwa anaknya menderita
demam agak lama atau batuk-batuk dalam jangka waktu yang lama, atau melihat
anaknya menjadi kurus, tidak nafsu makan, serta anak menjadi lemah. Daya tahan
yang menurun juga memungkinkan basil untuk berkembang biak dan keadaan ini
menyebabkan timbulnya penyakit TB paru. Anak-anak merupakan kelompok paling
rentan tertular basil Tuberkulosis karena daya tahan tubuhnya relatif masih lemah
daripada orang dewasa.4

10
2.5 Upaya Pencegahan
Semua anak yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB paru
BTA positif berisiko lebih besar untuk terinfeksi. Infeksi pada anak ini, dapat
berlanjut menjadi penyakit tuberkulosis, sebagian menjadi penyakit yang lebih serius
(misalnya meningitis dan milier) yang dapat menimbulkan kematian. Pada semua
anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB
paru BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan:
1) Bila anak mempunyai gejala-gejala seperti TB paru harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan alaur deteksi dini TB paru pada anak.
2) Bila anak balita tidak mempunyai gejala-gejala seperti TB paru, harus
diberikan pengobatan pencegahan dengan Isoniasid (INH) dengan dosis 5 mg/kg
berat badan per hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut belum pernah mendapat
imunisasi BCG, perlu diberi BCG setelah pengobatan pencegahan dengan INH
selesai.
Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat, dan
petugas kesehatan (Hiswani, 2004), yaitu :
1) Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan
membuang dahak tidak sembarang tempat.
2) Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran untuk vaksinasi
BCG.
3) Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB paru
yang antara lain meliputi gejala, bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.
4) Isolasi, pemeriksaan terhadap orang yang terinfeksi, pengobatan khusus TB paru,
pengobatan rawat inap di rumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat yang
memerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena alasan-alasan sosial
ekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.
5) Dis-Infeksi, cuci tangan, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah
(piring, tempat tidur, dan pakaian), ventilasi rumah, dan sinar matahari yang cukup.

11
6) Imunisasi orang-orang yang kontak dengan penderita, tindakan pencegahan bagi
orang-orang yang dekat (keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) yang
terindikasi dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
Adapun tindakan sederhana yang dapat dilakukan orang tua yaitu :
1. Membuka jendela pada pagi hari sampai sore hari, agar rumah mendapat sinar
matahari dan udara yang cukup.
2. Menjemur kasur, bantal dan guling secara teratur 1 kali seminggu
3. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah hunian dalam satu kamar tidak
boleh lebih dari 3 orang.
4. Menjaga kebersihan diri, rumah, dan lingkungan di sekitar rumah.
5. Lantai disemen atau dipasang tegel atau keramik.
6. Bila batuk, mulut ditutup dengan sapu tangan.
7. Tidak meludah di sembarang tempat.
8. Menghindari polusi udara dalam rumah, seperti asap dapur dan asap
rokok.1

12
BAB III
PENUTUP

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman


TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. TB Anak adalah penyakit TB yang terjadi
pada anak usia 0-14 tahun. Populasi basil TB paru anak sangat sedikit
(paucibacillary) sehingga sulit mendapatkan basil TB untuk konfirmasi diagnosis TB.
Mendiagnosis TB pada anak membutuhkan anamnesis dan analisis yang teliti, adanya
kontak dengan TB dewasa aktif, pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya seperti uji
kulit tuberkulin dan foto rontgen. Dengan pecegahan dini, diagnosis yang tepat dan
pengobatan dengan dosis yang tepat maka akan meningkatkan kualitas hidup anak
dan tumbuh kembang anak yang optimal sesuai dengan potensi genetiknya.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat

Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Petunjuk Teknis

Manajemen TB Anak. Bakti Husada. Jakarta : 2013.

2. International Journal of Tuberculosis and Lung Disease. Bab Jumlah Populasi

berdasarkan usia, 8:627-9. 2004.

3. Depkes-IDAI. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak, Kelompok Kerja

TB Anak. 2008.

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Lembar Fakta Tuberkulosis.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2007.

14

Anda mungkin juga menyukai