Makala H
Makala H
PANCASILA
TENTANG
PANCASILA SEBAGAI SUMBER HUKUM NASIONAL
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1. ERNA YULITA
2. EZAYUSTIKA
3. ELWIZA HANUM
4. HENDRA PERNANDO
5. INDRA GUNAWAN
6. INDRAWATI
DOSEN PEMBIMBING
( AFRINALD RIZHAN, SH. MH )
TUJUAN PENULIS
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen kepada kelompok II dalam mengikuti mata
kuliah Bidang studi pengantar studi Islam.
2. .Untuk mengembangkan pemikiran dan pengetahuan dari anggota kelompok II dalam penulisan
suatu makalah khususnya mata kuliah Pengantar Studi Islam.
3. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari anggota kelompok II dalam
memahamiapa itu tentang Hakikat manusia dalam mencari kebenaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT, karena
manusia manusia disempurnakan oleh nalar intelektual yang tidak dimiliki oleh mahkluk hidup
lainnya.Dengan nalar itulah manusia dapat berfikir, menganalisis, memperkirakan,
menyimpulkan, membandingkan, dan sebagainya.Nalar intelektual ini pula yang membuat
manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek, antara yang salah dan yang benar.
Ada kalanya ia mengikuti nalarnya dalam mengambil suatu keputusan dalam hidupnya, yang
tentu saja dengan berbagai pertimbangan yang telah ia pikirkan.
Dalam rumusan ilmu mantiq (logika), kita temukan sebuah rumusan tentang manusia dari
hewan, yaitu al-insan hayawanun nathiq, yang artinya insan itu adalah hewan (bukan hewan)
yang nathiq, yang mengeluarkan pendapat dan berkata-kata dengan mempergunakan
pikirannya.Tegasnya, manusia adalah hewan yang berpikir.
Pada saat-saat tertentu dalam perjalanan hidupnya, manusia mempertanyakan tentang asal-
usul alam semesta dan asal-usul keberadaan dirinya sendiri. Prof. Dr. R. F. Beerling, mantan
Guru Besar Universitas Indonesia mengatakan, “sepanjang zaman telah dicoba orang
menyatakan dengan berbagai macam cara, dimana letak hakikat perbedaan manusia, misalnya
dengan binatang. Bahwa ia pandai tertawa, bahwa ia memiliki perasaan malu, bahwa ia
membedakan antara yang baik dan yang buruk, bahwa ia memiliki kemauan yang bebas.
Semuanya ini adalah sifat-sifat yang mungkin menimbulkan pandangan tentang manusia secara
filsafat yang panjang lebar.Akan tetapi yang tipis sekali ialah bahwa manusia itu makhluk
bertanya.[1]
Ilmu mantiq menyimpulkan “manusia hewan berpikir” dan Beerling menyimpulkan
“manusia adalah hewan bertanya”. Masalahnya bagi kita ialah bagaimana hubungan antara pikir
dan tanya? Apakah ia saling bertentangan? Apakah ia berbeda? Apakah ia sama?
2. Filsafat
Kata filsafat atau falsafah berasal dari bahasa yunani “philosophia”.Secara etimologi berarti
cinta pengetahuan atau cinta kebijaksanaan.Orang yang cinta kebijaksanaan disebut philosophas
atau failosuf (filsuf). Pecinta kebijaksanaan atau pengetahuan disini maksudnya ialah orang yang
menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya atau dengan kata lain orang yang
mengabdikan hidupnya kepada pengetahuan. Para pakar berbeda dalam memutuskan batasan
filsafat misalnya plato (427-347 SM), filsuf yunani ini menyatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang segala yang ada. Aristoteles (384-322 SM), murid plato menyatakan bahwa
filsafat itu ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Al-Farabi (870-950 M) seorang filsuf
muslim memberikan definisi filsafat ialah pengetahuan alam yang maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya (al-‘ilm bi al-maujudat bima hiya maujudat).
Harun Nasution sebagai pakar filsafat Indonesia memberikan definisi filsafat ialah
pengetahuan tentang hikmat, pengetahuan tenteng prinsip atau dasar-dasar tentang hal yang
dibahas.Intisari filsafat ialah berpikir menurut tata tertib logika dengan bebas tanpa terikatpada
tradisi, dogma serta agama dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
Hasbullah Bakry, penulis Sistematik Filsafat menjelaskan bahwa filsafat ialah ilmu yang
menyelidiki tentang segala sesuatu yang mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusiasehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat sejauh yang dapat
dijangkau oleh akal manusiadan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
Dari definisi-definisi yang ditampilkan diatas dapat disimpulkan secara singkat bahwa
filsafat ialah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab
oleh ilmu pengetahuan biasa, yaitu usaha manusia dengan akal budinya untuk memahami secara
radikal dan integral serta sistematik hakikat segala yang ada, yaitu hakikat Tuhan, alam, dan
manusia.
Endang Saifuddin Anshari menjelaskan bahwa filsafat tidak menghasilkan keyakinan oleh
karena alat filsafat satu-satunya yang dipakai adalah akal.Sedangkan akal hanyalah satu bagian
dari rohani manusia dan tidak mungkin mengetahui sesuatu keseluruhan hanya dengan satu
bagian.Maka keseluruhan kebenaran dapat diketahui dengan seluruh rohani manusia
(perasaannya, akalnya, intuisinya, nalurinya).Karena satu-satunya alat yang digunakan dalam
filsafat ialah akal yaitu satu bagian dari rohani manusia, kiranya belum mampu menjangkau
keseluruhan kebenaran tentang manusia, alam dan Tuhan. Dengan kata lain kebenaran yang
dicapai filsafat adalah tidak mutlak atau nisbi.
3. Agama
Kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan “din” dalam bahasa Arab dan
semit, atau dalam bahasa Inggris religion. Secara bahasa agama berasal dari bahasa Sansekerta
yang berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun-temurun.Sedangkan kata “din” memiliki
arti yaitu menguasai, memudahkan, patuh, utang, balasan atau kebiasaan.
Dalam pengertian teknis terminologis, ketiga istilah tersebut memiliki makna yang sama,
yaitu:
a. Agama, din, region adalah satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya
Yang Maha Mutlak di luar diri manusia;
b. Agama juga adalah satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya Yang
Maha Mutlak tersebut;
c. Disamping merupakan satu sistema credo dan satu sistema ritus, agama juga adalah satu sistem
norma (tata kaidah atau tata aturan) yang mengatur hubungan manusia sesama manusiadan
hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata
peribadatan
Menurut Durkheim, agama adalah sistem kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan
yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Bagi Spencer, agama adalah kepercayaan terhadap
sesuatu Yang Maha Mutlak. Sementara Dewey, menyatakan bahwa agama adalah pencarian
manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat
mengancam jiwanya; agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang
hebat.Dengan demikian mengikuti pendapat Smith, tidak berlebihan jika kita katakan bahwa
hingga saat ini belum ada definisi yang benar dan dapat diterima secara universal.
Kebenaran agama bersifat mutlak karena itu berasal dari Allah SWT. Manusia memperoleh
kebenaran agama dengan melihat kitabsuci, apa yang dikatakan benar oleh kitab suci adalah
benar, dan apa yang dikatakan salah oleh kitab suci adalah salah.
A. KESIMPULAN
1. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT, karena
manusia manusia disempurnakan oleh akal pikiran yang tidak dimiliki oleh mahkluk hidup
lainnya.
2. Manusia dari waktu ke waktu selalu memiliki masalah yang ingin dipecahkan atau ingin dicari
jawabannya. Oleh karenanya ada tiga teori untuk mempermudah memecahkan masalah yang
dialami manusia, yaitu: teori korespondensi, teori konsistensi, dan teori pragmatis.
3. Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran, tentulah akan melakukan segalanya untuk
mencapai kebenaran yang diinginkan, ada tiga cara manusia untuk mencari dan menemukan
kebenaran yaitu: melalui pengetahuan, filsafat dan agama.
B. SARAN / PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami uraikan, kami sadar bahwa dalam penyusunan
makalah ini banyak kekurangan. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT dan kekurangan adalah milik kita.Oleh karena itu saya mengharap kritik dan saran yang
konstruktif untuk memperbaiki makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan
menambah pengetahuan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang Saifuddin, Wawasan Islam: pokok-pokok pikiran tentang paradigma dan sistem islam, cet. I,
(Jakarta: Gema Insani, 2004)
Supadie, Didiek Ahmad, Sajuni. Pengantar Studi Islam,cet. II, (Jakarta: Rajawali Pers. 2012)
Alisjahbana, S. takdir, "Pembimbing ke Filsafat" dalam Anshari, Endang Saifuddin, Wawasan Islam: pokok-
pokok pikiran tentang paradigma dan sistem islam, cet. I, (Jakarta: Gema Insani, 2004)