PENDAHULUAN
1
I.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan metode analisis Cr (VI) dalam
contoh tekstil dengan cara prakonsentrasi menggunakan kombinasi amonium
pirolidin ditiokarbamat (APDC) dan Ni serta penentuannya secara spektrometri
serapan atom tungku karbon (SSATK).
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Di samping berasal dari bahan kimia yang digunakan dalam proses tekstil,
keberadaan krom dalam tekstil juga dapat berasal dari pengotor zat warna. Zat warna
tekstil yang digunakan memiliki kualitas teknis sehingga terdapatnya pengotor dalam
zat warna termasuk logam-logam berat sangat dimungkinkan. Hal ini ditegaskan
sebagaimana yang tercantum dalam kriteria ekolabel Uni-Eropa yang
mempersyaratkan penggunaan zat warna yang memiliki kadar pengotor logam-logam
berat dalam jumlah tertentu. Dalam ekolabel tersebut ditetapkan kadar Cr dalam zat
warna yang digunakan dalam proses tekstil maksimum 100 ppm(4).
4
Proses spesiasi dan prakonsentrasi Cr (VI) dapat dilakukan dengan
menggunakan zat pengompleks amonium pirolidinditiokarbamat (APDC), kemudian
diekstraksi dengan menggunakan pelarut metil isobutil keton (MIBK). Penentuan
Cr(VI) dilakukan langsung dari ekstrak secara spektrometri serapan atom tungku
karbon (SAATK), sedangkan Cr (III) ditentukan dari selisih antara kadar krom total
dan Cr (VI). Kondisi reaksi pembentukan kompleks antara Cr(VI) dan APDC
diketahui optimum pada pH 3,5. Limit deteksi untuk Cr (III) dan Cr (VI) adalah
0,3 µg/L(7).
Spesi Cr (III) dapat diprakonsentrasi menggunakan teknik pertukaran ion.
Kelebihan dari teknik ini adalah kolom resin yang dipakai dapat digunakan berulang-
ulang, sedangkan kekurangannya adalah sering terjadi masalah ketika proses desorpsi
lambat sehingga diperlukan modifikasi secara kimia terhadap resin tersebut. Resin
penukar ion yang secara luas digunakan adalah amberlit XAD, karena resin tersebut
mempunyai sifat adsorpsi dan kemurnian yang baik. Resin amberlit XAD-16 dalam
penelitian spesiasi beberapa logam berat termasuk di dalamnya Cr (III) diperoleh hasil
recovery Cr (III) mencapai ≥ 95 % dengan limit deteksi 0,008 µg/mL(8).
Prakonsentrasi Cr (III) juga dapat dilakukan dengan cara kopresipitasi yakni
didasarkan pada pembentukan senyawa kompleks yang dapat mengendap. Sebagai
kopresipitan biasanya digunakan senyawa hidroksida unsur tanah jarang seperti
galium, indium, scandium, terbium. Telah dilaporkan bahwa terbium mempunyai
kemampuan sebagai kopresipitan yang baik untuk analisis Cr (III), Cu(II) dan
Pb(II)(9). Percobaan yang dilakukannya adalah dengan cara mencampurkan contoh
analit dengan larutan terbium hidroksida dalam gelas kimia pada beberapa variasi pH.
Endapan yang terjadi dipisahkan dan dilarutkan dengan asam nitrat 0,85 M. Larutan
hasil prakonsentrasi kemudian ditentukan secara spektrometri serapan atom tungku
karbon. Diperoleh hasil bahwa recovery Cr(III) mencapai hampir 100 % pada pH 8,4 –
10,8 dan limit deteksinya diketahui sebesar 0,3 µg/L. Dilaporkan pula bahwa adanya
terbium hingga 7 g/L dalam contoh uji tidak mengganggu dalam penentuan analit.
Peneliti lainnya telah berhasil melakukan percobaan kopresipitasi Cr (III) dalam contoh
air alam menggunakan kopresipitan kombinasi kompleks Pd/8-quinolinol/asam tannic
dan penentuannya secara spektrometri serapan atom tungku karbon(10). Ditemukan
bahwa kondisi kopresipitasi optimum terjadi pada pH 5,1 - 5,3. Limit deteksi untuk
Cr(III) adalah 20 ng/L untuk 300 mL contoh air yang digunakan.
5
Teknik prakonsentrasi lainnya adalah ekstraksi fasa padat. Pada umumnya
teknik ini didasarkan pada sifat adsorpsi analit pada kolom adsorben seperti C18 ,
alumina aktif, selulosa Cellex T, dan politetrafluoroetilen (PTFE). Dengan teknik
ekstraksi fasa padat telah berhasil dilakukan prakonsentrasi Cr(VI) menggunakan
kolom politetrafluoroetilen (PTFE)(11). Pertama-tama contoh analit dicampurkan
dengan larutan APDC pada berbagai variasi pH, kemudian khelat Cr-PDC dilewatkan
ke dalam kolom PTFE. Proses elusi dilakukan dengan menggunakan pelarut MIBK
dan eluat secara langsung dialirkan masuk ke dalam sistem nyala spektrometer serapan
atom. Dilaporkan bahwa kurva kalibrasi linear terjadi pada rentang konsentrasi 1 – 40
µg/L dan limit deteksinya adalah 0,8 µg/L. Standar deviasi relatif 3,2 % pada
konsentrasi 20 µg/L.
Zat pengkompleks amonium pirolidin ditiokarbamat (APDC) yang mempunyai
rumus kimia C5H9NS2. NH3 telah dikenal secara luas sebagai zat pengkomplek yang
dapat digunakan dalam analisis logam berat renik seperti Pb, Ni, Cu, Sn, Co, Cd, Mn,
Zn dan Cr . Dilaporkan bahwa Cr(VI) dalam air dapat bereaksi cepat dengan APDC
menjadi Cr(III) dan segera membentuk komplek Cr-PDC pada kondisi pH asam dan
temperatur kamar. Sedangkan Cr(III) dengan APDC pada kondisi yang sama bereaksi
lambat, hal ini disebabkan karena Cr(III) dalam air berada dalam keadaan terhidrasi
sangat kuat sehingga sulit membentuk kompleks dengan APDC. Dengan demikian
APDC dapat digunakan dalam spesiasi logam Cr(VI) dan Cr(III) dalam air. Lebih
jauh telah diketahui bahwa APDC memiliki sifat lebih stabil pada pH rendah
dibandingkan dengan natrium dietilditiokarbamat (DDTC). Pada pH rendah DDTC
mudah terdekomposisi. Hasil karakterisasi menggunakan kromatografi lapis tipis,
difraksi sinar-X, spektroskopi IR dan spektrometri massa yang dilakukan
menunjukkan bahwa hasil reaksi Cr(VI) dengan APDC pada pH asam adalah dua
bentuk kompleks yakni Cr(PDC)3 dan Cr(PDC)2(OPDC) sebagai produk utamanya(12).
A=abc
Pada spektrometri serapan atom tungku karbon sinyal yang teramati bergantung
pada massa, bukan pada konsentrasi. Sehingga sensitivitasnya dinyatakan dengan “
karaktristik massa” ( mo ). Karakteristik massa analog dengan karakteristik konsentrasi
pada spektrometri serapan atom nyala, yakni massa analit dalam pikogram yang
diperlukan untuk menghasilkan sinyal tinggi puncak sebesar 0,0044 absorban atau
sinyal luas puncak sebesar 0,0044 absorban.detik (A-s ).
Sistem tungku karbon pada spektrometri serapan atom dibangun oleh tiga
komponen utama yaitu unit pengatoman (atomizer), sumber daya listrik
( power supply ) dan unit pemograman. Unit pengatoman sebagaimana tampak pada
Gambar II.2 pada dasarnya terdiri atas tabung karbon, penghubung listrik ( electrical
contact ), sistem pendingin dan pengaturan aliran gas inert. Tabung karbon merupakan
elemen pemanas dimana terjadi proses pengatoman analit logam. Kedua ujung tabung
karbon ditutup dengan jendela kwarsa. Lorong tabung karbon tersebut diarahkan lurus
terhadap sinar datang. Ketika tabung karbon mengalami pemanasan, gas inert argon
mengalir di sekelilingnya. Fungsi dari aliran gas argon adalah untuk mencegah
terjadinya proses oksidasi terhadap tabung karbon ketika terjadi proses pemanasan.
Aliran gas argon terbagi dua yakni aliran gas argon eksternal dan internal. Aliran gas
7
argon eksternal melindungi tabung karbon bagian luar, sedangkan aliran gas argon
internal mengalir ke lorong tabung karbon dan alirannya dapat diatur. Pada saat proses
pengatoman analit berlangsung, aliran gas argon internal ini dihentikan agar waktu
tinggal uap atom analit logam dalam tabung karbon menjadi maksimal. Penghubung
arus listrik berfungsi mengalirkan arus listrik di sepanjang tabung karbon, sehingga
tabung karbon menjadi panas menyala, sedangkan suatu sistem pendingin digunakan
untuk mendinginkan penghubung arus listrik tersebut.
8
pengeringan, pirolisis, pengatoman, dan terakhir tahap pembersihan tungku karbon.
Contoh tahap-tahap proses pemanasan tungku karbon dapat dilihat pada Gambar II.3.
Atomisasi
2500
2000
ºC
1500
1000 Pirolisis
500
Pengeringan
0
Waktu
10
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Spektrometer serapan atom ( Perkin-Elmer tipe Aanalyst 100 )
- Tungku karbon ( Perkin-Elmer HGA-800 )
- pH meter ( Schott-Handylab 1 )
- Pengaduk magnet ( Magnetic stirrer )
- Filter membran selulosa asetat ( Whatman Φ 47 mm, pori 0,45 µm )
- Alat filtrasi dan pompa vakum ( Millipore )
- Alat pemurnian aquades Nanopure ( USF-Elga )
- Pemanas listrik ( Hot plate )
- Alat gelas ( labu ukur, beaker glass, pipet dan lain-lain)
- Pipet mikro volume 20-200 µL, 100-1000 µL
III.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis
(pa) produk Merck dan Sigma-Aldrich sebagai berikut :
- Amonium pirolidinditiokarbamat (APDC)
- Kalium dikromat ( K2Cr2O7 )
- Kromium triklorida ( CrCl3 .6H2O )
- Magnesium nitrat ( Mg(NO3)2 . 6H2O )
- Nikel nitrat ( (Ni(NO3)2.6H2O )
- Kalium hidrogenftalat
- L-Histidin monoklorida monohidrat ( C6H9O2N3.HCl.H2O )
- Natrium dihidrogen fosfat dihidrat ( NaH2PO4.2H2O ).
- Natrium klorida ( NaCl )
- Natrium hidroksida ( NaOH )
- Asam klorida ( HCl )
- Aquades
pH Larutan
Jumlah volume
larutan APDC
Jumlah volume
larutan Ni
Variasi
konsentrasi
larutan Cr(VI)
12
III.4.2 Prakonsentrasi dan penentuan Cr(VI) dalam contoh tekstil
Sampel kain
Ekstrak
Larutan
13
0,3 gram APDC dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 100 mL. Larutan ini
dibuat pada saat ketika hendak digunakan ( larutan segar ).
- Larutan bufer ftalat pH 4
1,0209 gram kalium hidrogen ftalat dilarutkan dengan 50 mL aquades, kemudian pH
larutan ditepatkan hingga pH 4 dengan menggunakan larutan HCl 0,1M dan
diencerkan dengan aquades hingga tanda batas labu ukur 100 mL.
- Larutan keringat buatan pH 5,5(14)
Ke dalam labu ukur 1 liter dimasukkan masing-masing 0,5 gram L-histidin
monoklorida monohidrat (C6H9O2N3.HCl.H2O), 5 gram NaCl dan 2,2 gram Na-
dihidrogen ortofosfat dihidrat (NaH2PO4.2H2O) kemudian dilarutkan dengan
aquades. Larutan ditepatkan pHnya hingga 5,5 menggunakan larutan NaOH 0,1 M
dan diencerkan dengan aquades hingga tanda batas labu ukur.
15
III.6.1.4 Pengaruh konsentrasi larutan Cr (VI)
Dipipet larutan standar Cr (VI) 1 mg/L sebanyak 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 3,0; 4,0 dan
5,0 mL dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian
diencerkan dengan aquades hingga tanda batas labu ukur. Larutan standar dengan
variasi konsentrasi tersebut dipindahkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan
berturut-turut 5 mL larutan bufer ftalat pH 4, 5 mL APDC ( 3 g/L) dan 0,3 mL larutan
Ni (1 g/L), kemudian dikocok dengan pengaduk magnet selama 5 menit dan disaring
menggunakan kertas saring selulosa asetat 0,45 µm. Filter selulosa asetat yang telah
digunakan dipindahkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan 2 mL HNO3 pekat
kemudian dipanaskan hingga filter larut. Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 100
mL kemudian ditambahkan 1 mL Mg(NO3)2 ( 0,5 g/L ) dan diencerkan dengan
aquades hingga tanda batas labu ukur. Larutan diukur absorbansinya menggunakan
spektrometer serapan atom tungku karbon.
III.6.2 Prakonsentrasi
III.6.2.1 Pengaruh Cr (III) dalam larutan
Dipipet 100 mL larutan tandar Cr(VI) 5 µg/L, 100 mL Cr (III) 5 µg/L serta
campuran Cr (VI) 10 µg/L dan Cr(III) 10 µg/L masing-masing sebanyak 50 mL dan
dimasukkan ke dalam gelas piala 250 mL. Ke dalam masing-masing larutan
ditambahkan berturut-turut 5 mL larutan buffer pH 4, 5 mL larutan APDC ( 3 g/L) dan
0,3 mL Ni (1 g/L), kemudian larutan diaduk dengan pengaduk magnet selama 5 menit
dan disaring dengan filter selulosa asetat 0,45 µm dengan kecepatan 25 ml/menit.
Filter selulosa asetat yang telah digunakan dipindahkan ke dalam gelas piala dan
ditambahkan 2 mL HNO3 pekat kemudian dipanaskan hingga filter larut. Larutan
dipindahkan ke dalam labu ukur 10 mL kemudian ditambahkan 1 mL Mg(NO3)2
( 0,5 g/L ) dan diencerkan dengan aquades hingga tanda batas labu ukur. Larutan
diukur absorbansinya menggunakan spektrometer serapan atom tungku karbon.
18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
0.5
0.4
Absorban.detik
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10
pH larutan
0.6
0.5
Absorban.detik
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8
mL larutan APDC 3 g/L
Tabel IV.1 Hasil percobaan retensi kompleks Cr-PDC terhadap filter selulosa asetat
20
IV.3 Pengaruh jumlah Ni yang ditambahkan
Penambahan Ni ke dalam larutan dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
retensi kompleks Cr-PDC terhadap filter selulosa asetat, sehingga absorban atau
perolehan kembali dari metode prakonsentrasi yang dikembangkan ini menjadi dapat
meningkat pula. Dari pengamatan secara visual, penambahan larutan Ni ke dalam
larutan kompleks Cr-PDC menyebabkan terjadinya kekeruhan pada larutan.
Kecenderungannya adalah semakin besar jumlah volume penambahan larutan Ni,
kekeruhan pada larutan semakin meningkat pula. Hasil percobaan penambahan larutan
Ni ke dalam larutan kompleks Cr-PDC dapat dilihat sebagaimana tertera pada Gambar
IV.3. Penambahan larutan Ni ( 3 g/L ) sebanyak 0,1 – 0,3 mL memperlihatkan
peningkatan signal luas puncak (absorban.detik) dari 0,49 hingga 0,70, akan tetapi luas
puncak yang dihasilkan cenderung tetap pada penambahan larutan Ni berikutnya.
Penambahan Ni sebagai carrier diduga menyebabkan terbentuknya senyawa Ni-Cr,
sehingga dapat meningkatkan sensitivitas penentuan secara SSATK. Dengan demikian
dapat ditetapkan bahwa penambahan larutan Ni ( 3g/L) yang efisien untuk percobaan
berikutnya adalah sebanyak 0,3 mL.
0.8
0.7
0.6
Absorban.detik
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
mL larutan Ni 1 g/L
21
IV.4 Pengaruh konsentrasi larutan Cr(VI)
Untuk mengetahui hubungan antara jumlah Cr(VI) dalam larutan terhadap %
perolehan kembali dengan cara prakonsentrasi sesuai prosedur, percobaan dilakukan
dengan cara memvariasikan konsentrasi larutan Cr(VI) 5 – 40 µg/L pada kondisi
percobaan yang telah diperoleh sebelumnya. Sebagaimana hasil percobaan yang tertera
pada Tabel IV.2, perolehan kembali yang cukup baik terjadi pada konsentrasi larutan
Cr(VI) di bawah 15 µg/L. Pada konsentrasi Cr(VI) diatas 15 µg/L perolehan kembali
Cr(VI) menurun dikarenakan proses kopresipitasi ditentukan oleh jumlah APDC dan
Ni yang ditambahkan . Pada kondisi ini zat pengompleks APDC yang ditambahkan ke
dalam larutan seluruhnya telah berikatan dengan hanya sebagian Cr(VI) saja dan
menyisakan sebagian lagi yang tidak terkopresipitasikan.
22
Tabel IV.3 Pengaruh Cr(III) terhadap % perolehan kembali Cr(VI)
1 Cr(III) 5 0,46 9
2 Cr(VI) 5 4,75 95
3 Campuran Cr (VI) Cr(III) = 5 4,80 96
dan Cr(III) Cr(VI) = 5
Tabel IV.4 Pengaruh matriks ekstrak kain terhadap % perolehan kembali Cr(VI)
23
IV.7 Kinerja analitik
IV.7.1 Kebolehulangan
Kebolehulangan ( presisi ) dapat diartikan sebagai kedekatan antara nilai-nilai
yang dihasilkan dari suatu pengukuran yang dilakukan menggunakan cara yang persis
sama. Umumnya kebolehulangan ditentukan dengan melakukan pengukuran dengan
beberapa kali ulangan. Kebolehulangan antara lain dapat dinyatakan dengan koefisien
variansi (KV) . Koefisiensi variansi merupakan persentasi standar deviasi atau standar
deviasi dikalikan dengan 100 %.
Hasil penentuan koefisien variansi dari pengukuran spike larutan standar
Cr(VI) 5 ug/L dalam ekstrak kain yang dijadikan sebagai matriks larutan
menggunakan metode yang dikembangkan dengan pengulangan n = 3, memberikan
hasil perolehan kembali dengan KV sebesar 1,1 %. Hasil perhitungan % KV dapat
dilihat pada Lampiran F.
24
0.9
0.8
Absorban.detik 0.7
0.6
0.5
y = 0.0832x
0.4 R2 = 0.9932
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi Cr(VI) ug/L
25
diprakonsentrasi pada kondisi optimum percobaan menjadi 10 mL dan dilakukan
penentuan kadar Cr(VI) secara spektrometri serapan atom tungku karbon. Hasil
penentuan kadar Cr(VI) dalam contoh kain dapat dilihat pada Tabel 6. Kedua contoh
kain hasil pencelupan masing-masing mengandung Cr(VI) sebesar 2,65 mg/kg kain
dan 2,70 mg/kg kain, sedangkan contoh kain komersial diketahui tidak mengandung
Cr(VI).
26
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
Karena dalam penelitian ini ditemui kesulitan-kesulitan yang dapat mengganggu
terhadap hasil analisis, disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut prakonsentrasi
Cr(VI) menggunakan zat pengkompleks APDC dan Ni serta penentuannya secara
spektrometri serapan atom tungku karbon yang dilengkapi dengan autosampler dan
background Zeeman atau yang lainnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
12. Wang, J.S., Chiu, K.H. (2004), Simultaneous extraction of Cr(III) and Cr(VI) with
a dithiocarbamate reagent followed by HPLC separation for chromium speciation,
Analytical Science, 20, 841-846.
13. Beaty, R.D., Kerber, J.D. (1993), Concept instrumentation and techniques in
atomic absorption spectrometry, The Perkin-Elmer Corporation, USA.
14. ISO 105-EO4-1994, Colour Fastness to perspiration.
15. Zhang, Q., Minami, H., Inoue, S., Atsuya, I. (2001), Preconcentration by
coprecipitation of arsenic and tin in natural water with a Ni-pyrrolidyne
dithiocarbamate complex and their direct determination by solid sampling atomic
absorption spectrometry, Fresenius J. Anal. Chem, 370, 860-864.
16. Anthemidis, A.N., Zachariadis, G.A., Kougoulis, J.S., Stratis, J.A. (2002), On-line
preconcentration and determination of copper, lead and chromium(VI) using
anloaded polyurethane foam packed column by flame atomic absorption
spectrometry in natural waters and biological samples, Talanta, 58, 831-840.
17. Dong,X., Nakaguchi, Y., Hiraki, K. (1998), Determination of chromium, iron,
manganese and lead in human hair by graphite furnace atomic absorption
spectrometry, Analytical Science, 14, 785-789.
18. Hiraide, M., Hori, J. (1999), Enrichment of metal-APDC complexes on admicelle-
coated alumina for water analysis, Analytical Science, 15, 1055-1058.
19. Krishna, P.G., Gladis, J.M., Rambabu, U., Rao, T.P., Naidu, G.R.K. (2004),
Talanta, 63, 541-546.
20. Soylak, M., Erdo, N.D., Elci, L. (2004), Membrane filtration of iron(III), copper(II)
and lead(II) ions as 1-(2-pyridilazo) 2-naphtol (PAN) for their preconcentration
and atomic absorption determination, J. Chinese Chemical Society, 51, 703-706.
29
Lampiran A.
30
Lampiran B
31
Lampiran C
Data hasil percobaan retensi kompleks Cr-PDC terhadap filter selulosa asetat
Konsentrasi Cr awal Cr ditemukan Perolehan kembali
( µg/L) Absorban.detik Konsentrasi (%)
( µg/L)
50 0,494 38,90 78
50 0,491 38,66 77
50 0,506 39,92 80
50 0,507 39,84 80
Rata-rata 79
SD 2
Perhitungan :
- % Perolehan kembali = ( Kons. Cr ditemukan ÷ Kons. Cr awal ) x 100 %
= ( 38,90 ppb ÷ 50 ppb ) x 100 %
= 78 %
- Standar deviasi (SD) = √ ∑ (Xi – Xrata-rata )2/( n-1)
= √{(78-79)2 + (77-79)2 + (80-79)2 + (80-79)2}/ 3
= 2 (pembulatan)
32
Lampiran D
33
Lampiran E
34
Lampiran F
Perhitungan % KV :
% KV = (SD ÷ Hasil rata-rata) x 100 %
= ( 1 ÷ 95 ) x 100 %
= 1,1 %
35
Lampiran G
2 0,068 0,113
LD = {[(AB)rata-rata+ 3 SD(AB)]/(AStd)} x [Std]
3 0,067 0,114
4 0,061
5 0,059 0,061 + 3(0,0057)
36
Lampiran H
37
SURAT PELIMPAHAN HAK CIPTA
Tatang Wahyudi
NIM. 20504005