Anda di halaman 1dari 61

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan adalah hak dasar manusia yang merupakan karunia Tuhan
yang sangat tinggi nilainya. Karena dengan sehat kita dapat melakukan
aktivitas setiap hari. Hidup sehat merupakan hal yang seharusnya diterapkan
oleh setiap orang, mengingat manfaat yang ditimbulkan akan sangat banyak,
mulai dari konsentrasi kerja, kesehatan dan kecerdasan anak sampai dengan
keharmonisan keluarga. Menciptakan hidup sehat sangatlah mudah serta
murah, mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan apabila
mengalami gangguan kesehatan cukup mahal. Pemberdayaan masyarakat
harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga karena rumah tangga yang
sehat merupakan asset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu
dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah
tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit menular dan penyakit tidak
menular, oleh karena itu untuk mencegah penyakit tersebut, anggota rumah
tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS (Depkes, 2014).
PHBS dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pada lingkungan
sekitar, seperti lingkungan rumah tangga, sekolah, dan tempat kerja. PHBS
pada tatanan rumah tangga merupakan bentuk perwujudan paradigma sehat
dalam budaya hidup perorangan dan keluarga, yang bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya. Keluarga
merupakan unit terkecil dari suatu bangsa. Di dalam keluarga terjadi
interaksi dan komunikasi antara anggota keluarga yang menjadi awal
penting dari suatu proses pendidikan. Ditanamkannya PHBS sejak dini
dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat. Keluarga yang sehat
akan membentuk masyarakat, desa dan kelurahan, kecamatan, kabupaten,
provinsi dan bangsa yang sehat. Bangsa yang sehat memiliki derajat
kesehatan yang tinggi, sehingga meningkatkan produktivitas bangsa
tersebut. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang
2

tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di


rumah tangga oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan
ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh
semua pihak (Depkes, 2014).
Kebijakan Indonesia Sehat menetapkan tiga pilar utama yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan
merata. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan untuk mendukung upaya
peningkatan perilaku sehat ditetapkan dalam Visi Nasional Promosi
Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI.No. 1193/MENKES
/SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” (PHBS). PHBS
dipengaruhi oleh perilaku seseorang, dan perilaku itu sendiri terdiri menjadi
tiga aspek, yakni: pengetahuan, sikap dan praktik. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2015 secara nasional, penduduk yang telah memenuhi
kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. PHBS belum benar-benar menjadi
bagian dari kebutuhan setiap individu, meski indikator PHBS rumah tangga
tahun 2014 secara nasional sudah mencapai 65,64% dan indeks kesehatan
sudah mencapai 81,32%, pada kenyataanya pola hidup higienis masih
terkendala dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat (Riskesdas 2015).
Di Daerah Indramayu cakupan Rumah Tangga PHBS dari tahun ke
tahun menunjukan adanya peningkatan dimana pada periode tahun 2008-
2012 mengalami kenaikan dari 32,13% menjadi 47,4% pada tahun 2012.
Indikator PHBS di tatanan rumah tangga mencakup aspek-aspek sebagai
beriktu yaitu : ibu bersalin oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI untuk
balita, adanya jaminan pemeliharaan kesehatan, aktivitas fisik setiap hari,
tidak merokok, makan dengan gizi berimbang, ketersediaan air bersih,
adanya jamban, tingkat kepadatan hunian, lantai rumah bukan dari tanah,
bebas jentik (diskes.jabarprov, 2012).
Di wilayah Kerja Puskesmas Cidempet upaya kesehatan Lingkungan
masih kurang khususnya di PHBS Rumah Tangga, cakupan keseluruha
upaya kesehatan lingkungan 30.03%. Untuk PHBS Rumah tangga target
sebesar 74.0% tetapi cakupan kesehatan rumah tangga hanya 28.08% (buku
tahunan instrument PKP Cidempet, 2016).
3

1.2. Profil Puskesmas Cidempet


1.2.1 Geografi
Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari
kenyataannya di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi
dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis ditentukan
pula oleh segi astronomis, geologis, fisiografis dan social budaya.
UPTD Puskesmas DTP Cidempet Berada di Desa Cidempet
Kecamatan Arahan Kabupaten Indramayu. Wilayah kerja UPTD
Puskesmas DPT Cidempet adalah 8 ( Delapan ) Desa, di antaranya
Desa Arahan Kidul, Desa Arahan Lor, Desa Linggajati, Desa
Cidempet, Desa Pranggong, Desa Sukadadi, Desa Tawangsari, dan
Desa Sukasari dengan luas wilayah 3422,4 Ha, sawah irigasi 2709
Ha, empang 195,9 Ha.
Apabila melihat wilayah administrasi UPTD Puskesmas DTP
Cidempet saat ini terdiri dari 8 desa Binaan. Diantaranya :
1. Desa Arahan Kidul
2. Desa Arahan Lor
3. Desa Linggajati
4. Desa Cidempet
5. Desa Pranggong
6. Desa Tawangsari
7. Desa Sukadadi
8. Desa Sukasari
1.2.2 Topografi
Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan
objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebaginya) dan
asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model
tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk
permukaan suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan
berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi
4

(bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang


topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara
kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah
lereng, panjang lereng dan bentuk lereng.
Berdasarkan kondisi topografinya wilayah UPTD Puskesmas
DPT Cidempet merupakan daerah dataran rendah dengan topografi
yang landai. Keadaan topografi tersebut berpengaruh terhadap
drainase yang bila terjadi curah hujan tinggi, maka daerah tertentu
akan terjadi genangan air atau banjir, dan bila terjadi musim kemarau
akan menyebabkan kekeringan.
Apabila terjadi kebanjiran kami dari pihak UPTD Puskesmas
akan bekerjasama dengan pihak terkait. Berikut ini ada beberapa cara
untuk penanggulangan bencana banjir :
1. Membuat fungsi sungai dan selokan dapat bekerja dengan baik.
Sungai dan selokan adalah tempat aliran air sehingga jangan
sampai tercemari dengan sampah atau menjadi tempat pembuangan
sampah yang akhirnya menyebabkan sungai dan selokan menjadi
tersumbat.
2. Melakukan reboisasi tanaman khususnya jenis tanaman dan
pepohonan yang dapat menyerap air dengan cepat.
3. Memperbanyak dan menyediakan lahan terbuka untuk membuar
lahan hijau untuk penyerapan air.
4. Berhenti membangun perumahan di tepi sungai, karena akan
mempersempit sungai dan sampah rumah juga akan masuk sungai.
5. Berhenti membangun gedung-gedung tinggi dan besar, karena akan
menyebabkan bumi ini akan semakin sulit menahan bebanya dan
membuat permukaan tanah turun.
6. Hindari penebangan pohon-pohon di hutan secara liar dan juga di
bantaran sungai, karena pohon berperan penting untuk pencegahan
banjir. Sebenarnya menebang pohon tidak dilarang bila kita akan
5

menanam kembali pohon tersebut dan tidak membiarkan hutan


menjadi gundul.
1.2.3 Jumlah Penduduk
Tabel 1.1
Distribusi Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kecamatan Arahan
Tahun 2016
Jumlah Jumlah
No Desa Penduduk Laki-laki Perempun Jumlah KK

1 Arahan Kidul 6401 3288 3113 2027


2 Arahan Lor 6395 3368 3027 1876
3 Linggajati 4079 2091 1988 1015
4 Cidempet 5030 2580 2480 1399
5 Pranggong 6215 3223 2992 1755
6 Tawangsari 2224 1150 1074 658
7 Sukadadi 3846 2073 1773 1147
8 Sukasari 5979 2822 2822 1868
Jumlah 40169 20930 19239 11745
*Sumber data dari Kecamatan Arahan September Tahun 2016
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa penduduk di wilayah
kerja UPTD Puskesmas DPT Cidempet sebanyak 40.169 jiwa
penduduk laki – laki 20.930 jiwa dan 19.239 jiwa penduduk
perempuan. Dengan demikian penduduk perempuan lebih banyak dari
laki-laki. Dari jumlah penduduk 40.169 jiwa, desa Arahan Kidul
adalah desa dengan jumlah penduduk terbanyak dan desa Tawangsari
adalah desa dengan jumlah penduduk paling sedikit. Adapun
komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur di wilayah kerja
UPTD Puskesmas DPT Cidempet sebagai berikut :

Tabel 1.2
Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2016
Kelompok Umur
6

N Desa 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-49 50- <60
o Thn thn thn thn thn thn thn thn Thn 59Thn Thn
1 Arahan Kidul 296 421 426 469 382 401 436 461 817 593 464
2 Arahan Lor 282 299 420 445 435 329 393 434 788 601 494
3 Linggajati 195 229 230 272 259 236 277 261 407 293 252
4 Cidempet 361 411 432 515 456 404 447 456 679 444 375
5 Pranggong 350 445 513 551 515 396 432 474 799 599 479
6 Tawangsari 81 126 141 181 136 146 136 162 303 194 121
7 Sukadadi 177 182 259 298 211 220 252 301 376 259 354
8 Sukasari 301 408 381 471 394 364 350 449 821 579 479
Jumlah 2043 2521 2802 3202 2788 2496 2723 2998 4990 3562 3018
*Sumber Data Kecamatan
1.2.4 Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan,
dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi
ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak.
Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tingkat pendidikan
di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Cidempet dpat di lihat pada
tabel di bawah ini :

Tabel 1.3
Tingkat Pendidikan Penduduk di Wilayah UPTD Puskesmas DTP Cidempet
Tahun 2015
Menurut
No Desa Tidak Tamat Tamat Tamat SMA Tamat AK -
SD - SMP
SD PT
1 Arahan Kidul 870 890 220 47
2 Arahan Lor 704 922 231 19
3 Linggajati 369 505 105 36
4 Cidempet 584 649 149 17
5 Pranggong 780 856 98 21
7

6 Tawangsari 411 212 28 7


7 Sukadadi 622 372 141 12
8 Sukasari 758 811 263 36
Jumlah 5098 5217 1235 195
*Sumber Pendataan Kecamatan Arahan Tahun 2016
1.2.5 Visi, Misi dan Moto
VISI
Dengan Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat Serta Berwawasan
Kesehatan Akan Mewujudkan masyarakat Kecamatan Arahan Sehat
Tahun 2017.
MISI
1. Meningkatkan peran serta aktif dari semua lapisan masyarakat baik
secara lintas program maupun lintas sektoral,
2. Memberikan pelayanan yang prima dan menggerakkan
pembangunan masyarakat berwawasan kesehatan,
3. Memelihara kemandirian perorangan, keluarga dan masyarakat
yang akan mewujudkan pembangunan manusia seutuhnya.
MOTO
“Kami Siap Memberikan Pelayan Yang Terbaik Untuk Anda”
1.2.6 Sumber Daya Manusia
Ketersediaan Sumber Daya Manusia Sektor Kesehatan
(SDMKes) merupakan salah satu unsur penting terhadap tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan khususnya di wilayah kerja UPTD
Puskesmas DTP Cidempet. Program pembangunan kesehatan akan
dapat mencapai hasil yang optimal apabila seluruh masyarakat
mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan.
Adapun jumlah tenaga kesehatan di UPTD Puskesmas DTP
Cidempet Kecamatan Arahan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4
Jumlah Tenaga atau Karyawan
UPTD Puskesmas DTP Cidempet Kecamatan Arahan Tahun 2016
No Jenis Jumlah Pendidikan
1 Kepala Puskesmas 1 Kedokteran
2 Kepala Ka. Sub. TU 1 D3 Keperawatan
3 Dokter Umum 1 Kedokteran
4 Dokter Gigi - -
5 Perawat Pofesi 2 S1.Kep.,Ners
8

6 Perawat 9 D3 Keperawatan
7 Perawat 2 SPK
8 Pelaksana Kesling 1 D4 Kesehatan Lingkungan
9 Pelaksana Promkes 1 SKM
10 Bidan Koordinator 1 S.,ST.
11 Bidan 2 S.,keb
12 Bidan 6 D3 Kebidanan
12 Tenaga TU 2 SMU

13 Asisten Apoteker 1 D3 Farmasi


14 Pelaksana Obat 1 SMF
15 Analis Laboratorium 1 D3 Analis Kesehatan
16 Tenaga Kebersihan 1 SMP
17 Penjaga 1 SD

1.2.7 Program Puskesmas Cidempet


Upaya kesehatan di Puskesmas Cidempet dikelompokkan menjadi 2,
yakni:

1.2.7.1 Upaya Kesehatan Perorangan meliputi :


a) Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu
masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal.
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman
belajar untuk menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
pilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina
suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment) sebagai salah satu upaya untuk membantu
masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,
dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-
cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
9

Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota


keluarga yaitu pasangan usia subur, ibu hamil atau ibu
menyusui, anak remaja, usia lanjut dan pengasuh anak.
Berdasarkan pengkajian keluarga yang di bina pada
tahun 2016, sebagaimana terlihat dalam grafik.
Grafik 1.1.
Cakupan Program Promkes di UPTD Puskesmas DTP Cidempet Tahun 2016

*Sumber data laporan bulanan tahun 2016


Berdasarkan grafik 1.1. dapat di lihat tatanan rumah
tangga sebesar 72,8%, kadarzi 80%, pendidikan 60%,
TTU 75.7%, Kesehatan 65%, Promosi Kesehatan 100%,
Perkantoran 75%, indikator tertinggi sebesar 100%,
sedangkan terendah ada pada indicator tatanan pendidikan
ber PHBS maka dari itu UPTD Puskesmas DTP Cidempet
harus meningkatkan Promosi Kesehatan pada pendidikan.
b) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu program yang
meliputi pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan,
keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi dan Balita, remaja, dan Lansia.
Yang harus di lakuan oleh petugas KIA di wilayah kerja
UPTD Puskesmas DTP Cidempet adalah sebagai berikut :
 Perencanaan
 Meliputi pemeriksaan rutin Dalam dan Luar Gedung,
 Sistim Pencatatan, Pelaporan, evaluasi melaui
penganalisaan PWS
10

 Kerjasama Lintas Program (Lokmin) dan dukungan


Lintas Sektoral (Rapat minggon) tingkat Desa dan
Kecamatan Serta Peran serta Masyarakat
 Pembinaan Dukun Bayi
 Sistim Pengarsipan
 Pelaksanaan Mengacu Pada SOP yang ditetapkan
Dari hasil kegiatan KIA yang ada di UPTD Puskesmas
DTP Cidempet dapat tercermin bahwa masyarakat wilayah
kerja UPTD Puskesmas DTP Cidempet banyak datang
untuk memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas baik
ibu-ibu hamil, bayi, balita maupun ibu nifas mereka sadar
untuk mengetahui kesehatannya baik untuk dirinya
maupun anak dan keluarganya. Dapat dilihat grafik di
bawah ini :
Grafik 1.2.
Cakupan Program KIA di UPTD Puskesmas DTP Cidempet Tahun 2016

*Sumb
er data laporan Puskesmas Tahun 2016
Berdasarkan grafik 1.2. cakupan program KIA UPTD
Puskesmas DTP Cidempet Tahun 2016 K1 dari target
100% hanya tercapai 97,06%, K4 dari target 95% tercapai
94,23%, Linakes dari target 90% tercapai 89,72%, KN1
dari target 90% tercapai 94,2%, KN lengkap dari target
88% tercapai 93,94%. Dapat di ketahui bahwa para bidan
desa, bidan puskesmas maupun bidan koordinator sudah
mampu dan giat dalam memberikan pelayanan maupun
informasi tentang kesehatan Ibu dan anak kepada
masyarakat di wilayah kerja di UPTD Puskesmas DTP
11

Cidempet dari hasil tersebut meningkat dan dapat


mencapai target yang di harapkan.
c) Perbaikan Gizi
Upaya Perbaikan Gizi masyarakat bertujuan untuk
meningkatkan mutu gizi serta konsumsi pangan, sehingga
berdampak pada perbaikan keadaan atau status gizi,
terutama status gizi kurang dan status gizi buruk, serta
mempertahankan keadaan status gizi baik.
Dalam penatalaksanaannya sebagai berikut :
 Perencanaan
 Meliputi Pelayanan rutin Dalam dan Luar Gedung
(Posyandu, Bulan Penimbangan, Pemberian Vit A,
PMT.)
 Pemeriksaan Garam Yodium di Sekolah
 Sistim Pencatatan, Pelaporan, evaluasi melaui
penganalisaan PWS
 Kerjasama Lintas Program (Lokmin) dan dukungan
Lintas Sektoral (Rapat minggon) tingkat Desa dan
Kecamatan Serta Peran serta Masyarakat
 Kunjungan rumah / Pemantauan Gizi Buruk
 Sitem Pengarsipan
 Pelaksanaan Mengacu Pada SOP yang ditetapkan
Program gizi merupakan tolak ukur kesehatan masyakat
dan dapat dilihat dari keadaan status ekonomi pendidikan
maupun gaya hidup masyarakat. Dalam hal ini petugas
program gizi mendata dan memeriksa untuk mementukan
keadaan gizi di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP
Cidempet agar tahu mana gizi baik dan gizi buruk. Dari
hasil pendataan petugas gizi dapat di lihat pada grafik
berikut ini
Grafik 1.3.
Cakupan Program Gizi
12

*Sumber data pelaksana program


Dari grafik diatas target dan hasil D/S dari target 80%
tercapai hasil 94%, N/S dari target 50% tercapai hasil
53,50%, K/S dari target 80% tercapai hasil 100% , N/D
dari target 60% tercapai hasil 57%, Fe1 dari target 90%
tercapai hasil 90,3%, Fe3 dari target 80% tercapai hasil
87,3%. Dari hasil di atas terlihat dahwa N/D tidak
mencapai target dan semua mencapai target semuanya
melebihi dari target.
Grafik 1.4
Cakupan Program Gizi

Di lihat dari grafik masih kurang dari target Dinas


Kesehatan jadi petugas kesehatan lingkungan di wilayah
kerja UPTD Puskesmas DTP Cidempet harus lebih giat
lagi dalam mendata yang memberi pengertian bahwa
penting kesehatan llingkungan terutama untuk dirinya
sendiri, keluarga serta masyarakat di sekitarnya.
d) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit menular
 Program Surveillans
13

Data program Surveillans di wilalayah kerja UPTD


Puskesmas DTP Cidempet pada tahun 2016 tidak di
temukan Kasus Luar Biasa.
 Program P2 Kusta
Kusta yang juga dikenal dengan nama lepra atau
penyakit Hansen adalah penyakit yang menyerang
kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran
pernapasan atas, serta mata. Sistem saraf yang diserang
bisa menyebabkan penderitanya mati rasa.
Yang harus di lakuan oleh petugas penyakit kusta di
wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Cidempet
 Perencanan
 meliputi pemeriksaan rutin Dalam gedung
 Pelacakan Penderita Kusta
 Sistim Pencatatan, Pelaporan, evaluasi melaui
penganalisaan PWS
 Kerjasama Lintas Program dan dukungan Lintas
Sektoral tingkat Desa dan Kecamatan Serta Peran
serta Masyarakat
 Sistem Pengarsipan
 Pelaksanaan Mengacu Pada SOP yang ditetapkan
Pendataan petugas program penyakit kusta UPTD
Puskesmas DTP Cidempet masyakat belum mengetahui
tanda dan gejala penyakit kusta maka petugas program
penyakit kusta menjaring masyarakat di wilayah kerja
UPTD Puskesmas DTP Cidempet dari hasil penjaringan
pada tahun 2015 dan dari pasien berobat di BP UPTD
Puskesmas DTP Cidempet dapat di lihat pada grafik
berikut :
14

Grafik 1.5
Jumlah Penderita Kusta

*Sumber data pelaksana program

Berdasarkan grafik diatas jumlah penderita penyakit


kusta yang tertinggi adalah tipe MB dewasa sebanyak
8 orang. Sedangkan yang tipe MB anak berjumlah 1
anak jumlah penyakit kusta yang tipe PB dewasa
sebanyak 3orang sedangkan PB Anak tidak ada.
Adapun tindakan yang dilaksanakan pada penanganan
P2 kusta adalah kunjungan survaeilans pada pasien
baru melaksanakan kegiatan RVS ( Raped Vilage
Survay ) dan kunjungan pasien paska pengobatan.
 Program P2 TB
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang
berpotensi menjadi serius yang terutama mempengaruhi
paru-paru Anda. Yang harus di lakuan oleh petugas
penyakit kusta di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP
Cidempet adalah sebagai berikut :
 Perencanan
 pemeriksaan rutin Dalam Dan Luar Gedung
 Penjaringan Suspec Penderita TB
 Pembagian Pot dahak pada Masyarakat wilayah
Posyandu
 Melatih Petugas Lab yang baru untuk ikut pelatihan
di Kabupaten.
15

 Sistim Pencatatan, Pelaporan, evaluasi melaui


penganalisaan PWS
 Kerjasama Lintas Program ( Lokmin) dan dukungan
Lintas Sektoral (Rapat Minggon) tingkat Desa dan
Kecamatan Serta Peran serta Masyarakat
 Sistem Pengarsipan
 Pelaksanaan Mengacu Pada SOP yang ditetapkan
Dari pendataan di UPTD Puskesmas DTP Cidempet
yang lakukan oleh petugas program P2 TB dapat di
tampilkan grafik sebagai berikut :
Grafik 1.6
Presentase Program P2 TB

*Sumber data pelaksana program


Dari grafik tersebut dapat di simpulkan bahwa pasien
yang terkena CDR sebanyak 38% lebih besar dari pada
pasien yang terkena konversi dan curate sebanyak 31%,
dalam hal tersebut pemegang program harus lebih giat
lagi dalam penyuluhan tanda dan gejala pasien yang
terkena TB Paru. Dan menghasilkan konversi sebanyak
31% pada tahun 2016.
 Program Penyakit Kelamin / IMS
IMS adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat
hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular,
hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang
senggama, lewat mulut (oral) atau lewat dubur (anal).
16

Yang harus di lakuan oleh petugas penyakit Kelamin/


IMS di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Cidempet
adalah sebagai berikut :
 Perencanan
 meliputi pemeriksaan rutin Dalam gedung dan
gedung
 Pelacakan ke tempat – tempat di curigai sebagai
tempat Prostitusi (Stasiun, Terminal, hotel dan
Penginapan.
 Sistim Pencatatan, Pelaporan, evaluasi melaui
penganalisaan PWS
 Kerjasama Lintas Program dan dukungan Lintas
Sektoral tingkat Desa dan Kecamatan Serta Peran
serta Masyarakat
 Sistem Pengarsipan
 Pelaksanaan Mengacu Pada SOP yang ditetapkan
Tanda-tandanya juga ada di alat penglihatan, mulut,
saluran pencernaan, hati,otak dan bagian tubuh lainnya.
Di UPTD Puskesmas DTP Cidempet dapat dilihat
sebagai berikut :

Grafik 1.7
Jumlah Penderita Kelamin / IMS
17

Berdasarkan grafik di atas menujukan bahwa


kebanyakan yang terkena penyakit kelamin adalah laki-
laki dari hasil survai yang dialakun pemegang program
dikarenakan laki-laki yang suka ganti-ganti pasangan
disebabkan para istri mereka kebanyakan bekerja di
luar negeri .
 Program P2 ISPA / Pneumonia
ISPA merupakan suatu penyakit yang disebabkan
infeksi pada organ saluran pernafasan, laring, faring,
sinus dan hidung. Penyebab utama dari penyakit ISPA
yaitu faktor lingkungan yang kurang bersih.
Yang harus di lakuan oleh petugas penyakit ISPA /
Pneumonia di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP
Cidempet adalah sebagai berikut :
 Perencanan
 Pemeriksaan rutin Luar dan Dalam gedung
 Sistim Pencatatan, Pelaporan, evaluasi melaui
penganalisaan PWS
 Kerjasama Lintas Program (Lokmin) dan dukungan
Lintas Sektoral (Rapat minggon) tingkat Desa dan
Kecamatan Serta Peran serta Masyarakat
 Sistem Pengarsipan
18

 Pelaksanaan Mengacu Pada SOP yang ditetapkan


Dari data yang di dapat oleh petugas pemegang
program P2 ISPA / Pneumonia.
Grafik 1.8
Presentase Program P2 ISPA

*Sumber data pelaksana program


Berdasarkan grafik diatas program ISPA belum
mencapai target dari jumlah sasaran 384 kasus dan
target 335 kasus (85%) baru tercapai 325 kasus (83%)
maka di dapatkan kesenjangan 6 kasus (3%) maka dari
itu pemegang program harus bekerja lebih optimal lagi
supaya mencapai target.
 Diare
Seperti telah kita ketahui bersama orang dewasa
normalnya buang air besar sebanyak satu atau dua kali
sehari, sedangkan pada penyakit diare ini, buang air
besar lebih sering yaitu lebih dari tiga kali sehari.
Yang harus di lakuan oleh petugas penyakit Diare di
wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Cidempet adalah
sebagai berikut :
 Perencanaan
 meliputi pemeriksaan rutin Dalam gedung
 Pelacakan Penderita Diare
 Sistim Pencatatan, Pelaporan, evaluasi melaui
penganalisaan PWS
19

 Kerjasama Lintas Program dan dukungan Lintas


Sektoral tingkat Desa dan Kecamatan Serta Peran
serta Masyarakat
 Sistem Pengarsipan
 Pelaksanaan Mengacu Pada SOP yang ditetapkan.

Grafik 1.9
Jumlah Penderita Diare

*Sumber data pelaksana program


Dari hasil yang didapat dari petugas program diare dan
di lihat dari grafik ternyata penderita penyakit diare di
UPTD Puskesmas DTP Cidempet Kebanyakan
Perempuan sebanyak 489 penderita di bandingkan
dengan laki-laki sebanyak 431 penderita dari hasil
tersebut perempuan lebih jorok ketimbang laki-laki
dalam mengkonsumsi makanan sehari hari. Jadi
petugas pemegang program harus lebih sigap lagi
dalam memberi pengertian tentang terjadinya diare.

 Program P2BB
Penyakit yang ditularkan oleh vektor nyamuk di
Indonesia adalah
1. Malaria . Terdapat 4 jenis malaria di Indonesia,
yaitu falcifarum, vivax, ovale, malariae, serta 1
jenis yang baru ditemukan di Kalimantan, knowlesi.
20

Persebaran malaria ada di seluruh Indonesia, mulai


dari Indonesia ujung barat hingga ujung timur.
Begitu juga dengan nyamuk pembawa malaria, dapat
ditemukan diseluruh Indonesia.
2. Demam berdarah dengue . Demam berdarah
dengue (DBD) masih menjadi masalah yang serius
di Indonesia dan dapat menyebab kematian. Hingga
saat ini, kasus DBD dilaporkan diseluruh provinsi
Indonesia.
3. Demam Chikungunya . Walau tidak menyebabkan
kematian, demam chikungunya menyebabkan nyeri
pada persendian hingga penderita tidak dapat
beraktivitas. Pada tahun 2011, kasus Chikungunya
dilaporkan di Jawa Barat, NTB, Banten, Jawa Timur,
Aceh, Gorontalo, Lampung, DIY, Bali, Sulawesi
Barat, DKI Jakarta dan Sumatera Barat.
4. Japanese Encephalitis (JE) . Merupakan penyakit
infeksi virus akut yang menyebabkan radang otak;
disebabkan oleh virus Flavivirus yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk. Kasus Japanese Ensefalitis
pernah ditemukan di beberapa provinsi di Indonesia
antara lain: Sumatera Barat, Banten, DKI Jakarta,
Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat dan
Papua. Kasus JE dilaporkan sangat sedikit di
Indonesia.
5. Limfatik filariasis (LF) . Penyakit ini ditularkan
melalui banyak jenis nyamuk. Hingga saat ini,
hampir sebagian besar daerah di Indonesia masih
endemis penyakit yang juga disebut ‘kaki gajah’.
21

Yang harus di lakuan oleh petugas penyakit P2BB di


wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Cidempet adalah
sebagai berikut :
 Perencanaan
 meliputi pemeriksaan rutin Dalam gedung dan luar
gedung
 Pelacakan Penderita P2BB
 Sistim Pencatatan, Pelaporan, evaluasi melaui
penganalisaan PWS
 Kerjasama Lintas Program dan dukungan Lintas
Sektoral tingkat Desa dan Kecamatan Serta Peran
serta Masyarakat
 Sistem Pengarsipan
 Pelaksanaan Mengacu Pada SOP yang ditetapkan
Grafik 1.10
Jumlah Penderita P2BB

*Sumber data pelaksana program


Berdasarkan grafik diatas kasus BDB ada penderita
pemantauan jentik nyamuk dan promosi kesehatan
melalaui anak sekolah serta kegiatan pembrantasan
saran nyamuk ( PSN ) di lakukan secara terus menerus,
sedangka penyakit lain tidak ditemukan di wialayah
kerja UPTD Puskesmas DTP Cidempet Tahun 2016.
22

 Jumlah Pasien Rawat Inap


Di UPTD Puskesmas DTP Cidempet menyediakan
Rawat Inap pasien yang bisa tingani di tingkat
Puskesmas dirawat sedangkan pasien yang tidak bisa di
tangani di rujuk di Rumah Sakit Rujukan . dalam
peneriaman pasien rawat inap dapat di golongkan
menjadi 2 pasien umum dan pasien JKN. Hasil tersebut
dapat di tampilkan grafik sebagai berikut :
Grafik 1.11
Jumlah Pasien Rawat Inap

*Sumber data pelaksana program


Di lihat dari grafik di atas bahwa penerimaan pasien
rawat inap kebanyakan pasien umum dari pada pasien
JKN untuk tahun yang akan datang harus lebih banyak
penanggan penyakit agar lebih banyak pasien yang
dirawat inap di UPTD Puskesmas DTP Cidempet hanya
bulan buka pada bulan januari sampai dengan April
Tahun 2016.karenakan pada pertengan tahun sekitar
bulan juli fasilitas rawat inap di tutup sementara karena
bangunannnya di bangun.
e) Upaya pengobatan
Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu
pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis
obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan
harga terjangkau. Salah satu perangkat untuk tercapainya
penggunaan obat rasional adalah tersedia suatu pedoman
23

atau standar pengobatan yang dipergunakan secara


seragam pada pelayanan kesehatan dasar atau puskesmas.
1. Tujuan Upaya pengobatan diantaranya :
a. Umum :
meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan
masyarakat di Indonesia
b. Khusus :
- Terhentinya proses perjalanan penyakit yang
diderita seseorang.
- Berkurangnya penderitaan karena sakit.
- Tercegahnya dan berkurangnya kecacatan.
- Merujuk penderita ke fasilitas diagnose dan
pelayanan yang lebih canggih bila perlu.
2. Kegiatannya mencakup :
- Melakukan diagnose sedini mungkin melalui
- Melaksanakan tindakan pengobatan
- Melakukan rujukan bila dipandang perlu
Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan,
pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan
kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan
kesehatan rumah tangga, dan kosmetika.
3. Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain:
- Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan
perbekalan kesehatan diseluruh Puskesmas dan
jaringannya
- Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan
kesehatan.
- Peningkatan keterjangkauan harga obat dan
perbekalan Kesehatan
- terutama untuk penduduk miskin.
- Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan
rumah sakit.
4. Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan diantaranya :
- Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dasar.
24

- Melaksanakan peningkatan jangkauan pelayanan


kesehatan dasar, termasuk pelayanan kesehatan
terhadap keluarga miskin.
f) Program Imunisasi
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukkan vaksin,
yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh,
atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah
dimodifikasi.
Di UPTD Puskesmas DTP Cidempet dapat di lihat
cakupannya dalam grafik di bawah ini :
Tabel 1.5
Cakupan program Imunisasi
di UPTD Puskesmas DTP Cidempet Tahun 2016
Indikator Target (%) Cakupan (%)
 HBO 90 88,5
 BCG 98 92,5
 Polio 98 92,6
 DPT 1 98 93,7
 Polio 2 95 93,7
 DPT 2 95 92,3
 Polio 3 93 92,3
 DPT 3 93 92,3
 Polio 4 90 92,3
 Campak 90 91,8
 TT 1 90 92
 TT 2 85 88,8
*Sumber data pelaksana program
Berdasarkan grafik di atas yang terendah adalah HBO
dibandingkan dengan vasin lainnya dan yang mencapai
target adalah polio 4 camapak, TT1 dan TT2 dari hasil
tersebut petugas Imunisasi harus lebih giat lagu dalam
melaksanakan program imunisasi.

1.2.7.2 Pelayanan Kesehatan Pengembang


a) Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Puskesmas
Cidempet telah melaksanakan kegitan yang dilakukan
adalah pemeriksaan anak sekolah dengan melalui kegitan
25

penjaringan dan pemeriksaan berkala dari tingkat TK, SD,


SMP, dan SMA
Grafik 4.12
Cakupan Hasil Penjaringan dan Pemeriksaan Berkala
di UPTD Puskesmas DTP Cidempet Tahun 2016

*Sumber data pelaksana program

Berdasarkan grafik diatas penjaringan yang tidak


mencapai target pada TK dan SD hanya 80,7% dan 91,2%
target masing-masing 100%, sedangkan pada SMP dan
SMA mencapai target dari masing-masing 85% tercapai
masing-masing 100%. Pada pemeriksaan berkala hanya
SMP yang mencapai target dari target 85% tercapai 100%,
b) Rawat Jalan
Kunjungan rawat jalan di UPTD Puskesmas DTP
Cidempet Kecamatan Arahan Tahun 2014 telah
mengalami peningkatan dari bulan perbulan sebagaiman
terlihat dalam grafik dibawah ini.

Grafik 1.13
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Tahun 2016
26

*Sumber data Puskesmas

c) Kesehatan Jiwa
Grafik 1.14
Jumlah Penderita Kesehatan Jiwa
di UPTD Puskesmas DTP Cidempet Tahun 2016

*Sumber data pelaksana program


Di lihat dari grafik di atas di temukan dari target 20
tercapai 13% jadi masih ada kesenjangan sebanyak 7%
lebih meningkat dari tahun lalu di karenakan penduduk
mengalami gangguan kejiwaan di sebabkan faktor
ekonomi, sosial dan gaya hidup.
d) Kesehatan Lansia
Secara umum, seseorang disebut lansia apabila usianya
65 tahun ke atas. Terdapat batasan-batasan umur yang
27

mencakup batasan umur orang yang masuk dalam kategori


lansia, diantaranya adalah 60 tahun (UU No. 13 Tahun
1998) dan 60-74 tahun (WHO). Lansia adalah suatu
keadaan yang ditandai oleh gagalnya seorang dalam
mempertahankan kesetimbangan terhadap kesehatan dan
kondisi stres fisiologis. Lansia juga berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual.

Grafik 1.15
Jumlah Kunjungan Pasien Lansia
di UPTD Puskesmas DTP Cidempet Tahun 2016

*Sumber data pelaksana program

Berdasarkan grafik di atas dapat ditarik kesimpulan


bahwa di UPTD Puskesmas DTP Cidempet Kunjungan pra
lansia terbanyak dibandingkan kunjungan lansia.

1.2.7.3 Penunjang

a) Laboratorium
Tabel 1.6
Laporan Laboratorium
di UPTD Puskesmas DTP Cidempet Tahun 2016
No Jenis Pemeriksaan Jumlah
1 Haemoglobin ( Hb ) 650
2 WBC ( Leukosit ) 243
3 RBC ( Eritrosit ) 243
4 PLT ( Trombosit ) 243
28

5 Hematokrit ( Ht ) 243
6 Hitung Jenis 728
7 Gol. Darah 206
8 Gula Darah 25
9 Cholesterol 0
10 Asam Urat 0
11 Widal 52
12 Urine 348
13 PP Test 24
14 Suspek TB 107
Jumlah Total 3112
*Sumber data pelaksana program

1.3. Profil Desa Linggajati


1.3.1 Letak Geografis
Desa Linggajati terletak di Daerah kawasan indramayu, dengan
luas wilayah 219.194 hektar yang terdiri dari 2 dusun dengan 2 rukun
warga (RW) dan 14 rukun tetangga (RT) yang merupakan salah satu
desa yang berada di wilayah kecamatan arahan kabupaten indramayu.

Tabel 1.7
Batas Wilayah Desa Linggajati
Batas Desa / kelurahan Kecamatan

Sebelah utara Desa penyingkiran kidul Cantigi

Sebelah selatan Desa arahan lor Arahan

Sebelah timur Desa arahan lor Arahan

Sebelah barat Desa tawangsari Arahan

1.3.2 Kependudukan
Penduduk desa linggajati berdasarkan data terakhir hasil sensus
penduduk pada tahun 2015 tercatat sebanyak 3.760 jiwa, tahun 2014
sebanyak 3.692 jiwa, tahun 2013 sebanyak 3.610 jiwa. Sehingga
penduduk linggajati mengalami peningkatan dari tahun ke tahun nya
dengan rata-rata 31,48 %.

Tabel 1.8
Jumlah Penduduk Desa Linggajati
29

No Tahun Laju pertumbuhan


Lk Pr Jumlah Jumlah kk

1 2013 1.847 1.763 3.610 1.062 54,6 %

2 2014 1.851 1.841 3.692 1.120 57,5%

3 2015 1.862 1.899 3.760 1.140

1.3.3 Kesehatan
Tenaga kesehatan di desa linggajati pada tahun 2014 terdiri dari
medis/dokter 1 orang, perawat 1 orang, bidan desa 2 orang sedangkan
partisipasi masyarakat untuk bidang kesehatan terdapat lebih dari 20
orang.

Tabel 1.9
Jumlah Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan Desa Linggajati
No Tenaga kesehatan Jumlah Ket

1 Medis Dokter -
umum

Dokter -
spesialis

2 Paramedis Bidan 2

Perawat 1

3 Partisipasi masyarakat Dukun bayi 2

Posyandu 5

Polindes 1

POD -

Desa Siaga 1

Kader 11

PSM -

Jumlah 23
30

Jumlah kelahiran bayi (persalinan) pada tahun 2014 adalah


sebanyak 53 jiwa, yang terdiri dari bayi lahir hidup 53 orang dan bayi
lahir mati adalah 1 jiwa.

Tabel 1.10
Jumlah Kelahiran Kematian Bayi Desa Linggajati Tahun 2013-2015
No Uraian 2013 2014 2015 Rata-rata

Bayi lahir Hidup 58 58 21 45

Jumlah Kematian Bayi 0 1 1 -

Jumlah 58 57 20 45

1.3.4 Sumber Air Bersih


Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidup nya seperti mandi, minum, mandi,
memasak, mencuci dan sebagaimananya untuk memenuhi kebutuhan
akan air bersih, saat ini penduduk desa linggajati kecamatan arahan
kabupaten indramayu sebagian besar masih menggunakan mata air
konvensional (Non PAM), berupa air mitra swadaya langsung dari
mata air baik yang ada diwilayah desa linggajati maupun yang diluar
daerah desa linggajati, ada juga yang menggunakan PAM PDAM,
PAM Swadaya, pompa air dan sumur gali bahkan ada pula yang
menggunakan pemanfaatan air hujan.

Tabel 1.11
Sumber Air Bersih Desa Linggajati
No Jenis Jumlah (unit) Pemanfaatan (KK) Kondisi
Baik / rusak

1 Mata air - - -

2 Sumur gali 12 100 Sedang

3 Sumur pompa - - -

4 Hidran umum 3 200 Sedang

5 PAM 3 200 Baik


31

6 Depot isi Ulang 200 300 Baik

7 Sumber lain 3 - -

1.3.5 Air Limbah


Jenis air yang terdapat du desa linggajati dibedakan menjadi 2
macam yaitu limbah domestik dan limbah non domestik, limbah
domestik merupakan limbah hasil bangunan rumah tangga seperti
kegiatan mandi, cici dan kakus, sedangkan limbah non domestik
adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan non rumah tangga seperti
limbah penggilingan padi, limbah ternak, dan limbah industri rumah
tangga (konveksi) dan sebagainya.

Sistem pembuangan limbah didesa linggajati selain


menggunakan jamban keluarga (septitank), juga memanfaatkan sungai
dan kolam dan pembuangan langsung ke saluran draninase yang ada,
namun kesadaran warga di tahun 2014 ini sudah mulai terlihat dengan
hampir semua warga membuang limbah dengan membuat septitank.

1.4. Rumusan Masalah


1.4.1. Pernyataan Masalah
Pencapaian program PHBS di wilayah kerja Puskesmas
Cidempet periode 2016-2017 tidak mencapai target 100% dan hanya
berkisar sekitar 12,5%. Dilihat dari tidak tercapainya target PHBS,
maka program PHBS merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cidempet.
1.4.2. Pertanyaan Masalah
Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Linggajati Wilayah
Kerja Puskesmas Cidempet?
32

1.5. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya
target program PHBS di lima desa di Wilayah Kerja Puskesmas
Cidempet dan menentukan upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut, sehingga dapat meningkatkan angka
cakupan program PHBS di lima desa di Wilayah Kerja Puskesmas
Cidempet.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya masalah utama di lima desa di wilayah kerja
Puskesmas Cidempet periode 2016-2017
2. Diketahuinya masalah utama yang timbul dalam menjalankan
program PHBS di lima desa di Wilayah Kerja Puskesmas
Cidempet.
3. Diketahuinya alternatif jalan keluar untuk pemecahan masalah
yang dapat dilakukan dalam jangka pendek dan memiliki efek yang
besar dalam memenuhi tujuan jangka menengah dan jangka
panjang yang diharapkan

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat bagi Evaluator (dokter internsip)
 Menerapkan ilmu yang diperoleh saat kuliah terutama Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
 Melatih dan mempersiapkan diri dalam mengevaluasi suatu
program, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
 Mengetahui kendala-kendala yang dihadapai dalam mengambil
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang
telah diterapkan.
1.4.2. Manfaat bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu
 Penelitian ini dapat dijadikan acuan agar selalu mengadakan
sosialisasi dan pembinaan tentang PHBS
1.4.3. Manfaat bagi Puskesmas Cidempet
 Mengetahui sejauh mana keberhasilan program PHBS di lima desa
di lima desa di Wilayah Kerja Puskesmas Cidempet.
33

 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan


hambatan program.
 Mendapatkan masukan mengenai program PHBS selanjutnya
sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik.
1.4.4. Manfaat Bagi Masyarakat
 Menjadi bahan informasi bagi masyarakat bahwa program PHBS
mempunyai peranan yang sangat penting untuk kesehatan keluarga.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengetahuan
Pendidikan adalah salah satu usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang.
Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kwalitas. Lewat
pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan.
Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi/
balita sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu
manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen-komponen
pendorong yang menggambarkan faktor-faktor individu secara tidak
langsung berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan yang
mencakup beberapa faktor, terutama faktor pengetahuan ibu tentang
kelengkapan status imunisasi dasar bayi atau anak. Komponen pendukung
antara lain kemampuan individu menggunakan pelayanan kesehatan yang
diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber
pendapatan atau penghasilan.
34

Faktor pengetahuan memegang peranan penting dalam menjaga


kebersihan dan hidup sehat. Wawasan pengetahuan dan komunikasi untuk
pengembangan lingkungan yang bersih dan sehat harus dikembangkan yaitu
dengan pendidikan dan meningkatkan pengetahuan. Dengan adanya
pendidikan dan pengetahuan mendorong kemauan dan kemampuan yang
ditujukan terutama kepada para ibu sebagai anggota masyarakat
memberikan dorongan dan motivasi untuk menggunakan sarana pelayanan
kesehatan.
Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari pendidikan atau pengamatan
serta informasi yang didapat seseorang. Pengetahuan dapat menambah ilmu
dari seseorang serta merupakan proses dasar dari kehidupan manusia.
Melalui pengetahuan, manusia dapat melakukan perubahan-perubahan
kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas
yang dilakukan para ibu seperti dalam pelaksanaan imunisasi bayi tidak lain
adalah hasil yang diperoleh dari pendidikan.

2.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Dari berbagai batasan tentang sikap
dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan atau perilaku. Dalam bagian lain Allport, menurut Notoatmodjo,
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yakni-
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan
emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek dan kecendrungan
untuk bertindak .
35

2.3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


2.3.1. Definisi PHBS
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar/
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku,
melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan
cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat. Sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat
mengenai dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga,
agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
PHBS yang baik dapat memberikan dampak yang bermakna terhadap
kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam
peningkatan derajat kesehatan, status pola gizi dan pemanfaatan sarana
kesehatan lingkungan agar tercapai derajat kesehatan yang optimal. Masalah
kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari akibat masih rendahnya
tingkat pendidikan penduduk, masih terikat eratnya masyarakat Indonesia
dengan adat istiadat kebiasaan, kepercayaan dan lain sebagainya yang tidak
sejalan dengan konsep kesehatan. Menurut pusat promosi kesehatan, PHBS
dapat mencegah terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman
penyakit. Dampak PHBS yang tidak baik dapat menimbulkan suatu
penyakit diantaranya adalah mencret, muntaber, desentri, typus, dan DBD.
Penyebab yang mempengaruhi PHBS adalah faktor perilaku dan non
perilku fisik, sosial ekonomi dan sebagainya, oleh sebab itu penanggulangan
masalah kesehatan masyarakat juga dapat ditunjukkan pada kedua faktor
utama tersebut (Notoadmojo, 2005). Banyak hal yang menjadi penyebab
PHBS menurun yaitu selain faktor teknis juga faktor-faktor geografi,
ekonomi dan sosial (Depkes RI, 2003).
36

2.3.2. Tujuan PHBS


Tujuan PHBS adalah: meningkatkan rumah tangga sehat diseluruh
masyarakat Indonesia, meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan
masyarakat agar hidup sehat, meningkatkan peran aktif masyarakat
termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup
yang optimal.

2.3.3. Manfaat PHBS


1. Bagi rumah tangga: semua anggota keluarga menjadi sehat dan
tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas dan pengeluaran
biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan
keluarga.
2. Bagi masyarakat: masyarakat mampu mengupayakan lingkungan
yang sehat, masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi
masalah-masalah kesehatan dan masyarakat mampu
mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UBKM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban,
ambulan desa dan lain-lain.
2.3.4. Sasaran PHBS
Tatanan Rumah Tangga, sasaran PHBS di rumah tangga adalah
seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan terbagi dalam:
1. Sasaran primer adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang
akan dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah
(individu dalam keluarga yang bermasalah).
2. Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi
individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya, kepala
37

keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader tokoh agama, tokoh
masyarakat, petugas kesehatan, dan lintas sektor terkait, PKK3.
3. Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur
pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan,
kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS
misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, guru, tokoh
masyarakat dan lain-lain.
2.3.5. Indikator PHBS di Rumah Tangga
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
dimasyarakat. Indikator PHBS di Rumah Tangga:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Gambar 2.1 Persalinan di Tolong Oleh Tenaga Kesehatan

Adalah persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh


tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya).
Meningkatnya proporsi ibu bersalin dengan bantuan tenaga
kesehatan yang terlatih, adalah langkah awal terpenting untuk
mengurangi kematian ibu dan kematian neonatal dini. Persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang
38

aman, bersih dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan


bahaya kesehatan lainnya.

2. Memberi ASI Eksklusif

Gambar 2.2 Pemberian ASI Ekslusif


Adalah bayi pada usia 0 – 6 bulan hanya diberi ASI sejak
lahir sampai usia 6 bulan, tidak diberi makanan tambahan dan
minuman lain kecuali pemberian air putih untuk minum obat saat
bayi sakit. Asi banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Zat gizi dalam ASI sesuai kebutuhan bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan. ASI
mengandung zat kekebalan sehingga mampu melindungi bayi dari
alergi.

3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan

Gambar 2.3 Menimbang Bayi Setiap Bulan


39

Adalah menimbang bayi dan balita mulai dari umur 0 sampai


59 bulan setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat
(KMS) berturut-turut dalam 3 bulan terakhir. Penimbangan balita
dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan
mengetahui apakah balita berada pada kondisi gizi kurang atau gizi
buruk. Setelah balita ditimbang di buku KIA atau KMS maka akan
terlihat berat badannya naik atau tidak turun. Naik apabila garis
pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna di atasnya.
Tidak naik bila garis pertumbuhannya mendatar dan garis
pertumbuhannya naik tetapi warna yang lebih muda.

4. Mencuci tangan dengan air dan sabun

Gambar 2.3 Mencuci Tangan Dengan Air dan Sabun

Adalah tindakan membersihkan tangan dengan air bersih


yang mengalir dan memakai sabun untuk membersihkan kotoran/
membunuh kuman serta mencegah penularan penyakit. Misalnya:
mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan minuman,
mencuci tangan sesudah buang air besar dengan sabun, karena
sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena
tanpa sabun kotoran dan kuman akan masih tertinggal.
40

Gambar 2.5 Langkah CTSP


5. Menggunakan air bersih

Gambar 2.6 Menggunakan Air Bersih

Air adalah sangat peting bagi kehidupan manusia. Manusia


akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada
kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian
besar terdiri dari air, untuk anank – anak sekitar 65%, dan untuk
bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks
antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam –
macam cucian).
41

Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum,


memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-
alat dapur, mencuci pakaian, membersihkan bahan makanan
haruslah bersih agar tidak terkena penyakit atau terhindar dari
penyakit. Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita,
antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium dan diraba). Meski terlihat
bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. Kuman penyakit
dalam air mati pada suhu 100 derajat C (saat mendidih).

6. Menggunakan jamban sehat

Gambar 2.7 Menggunakan Jamban Sehat

Adalah rumah tangga atau keluarga yang menggunakan


jamban/ WC dengan tangki septic atau lubang penampung kotoran
sebagai pembuangan akhir. Misalnya buang air besar di jamban dan
membuang tinja bayi secara benar. Penggunaan jamban akan
bermanfaat untuk menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak
berbau. Jamban mencegah pecemaran sumber air yang ada
42

disekitarnya. Jamban yang sehat juga memiliki syarat seperti tidak


mencemari sumber air, tidak berbau, mudah dibersihkan dan
penerangan dan ventilasi yang cukup.

7. Rumah bebas jentik


Adalah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk
dirumah satu kali seminggu agar tidak terdapat jentik nyamuk pada
tempat-tempat penampungan air, vas bunga, pot bunga/ alas pot
bunga, wadah penampungan air dispenser, wadah pembuangan air
kulkas dan barang-barang bekas/ tempat-tempat yang bisa
menampung air. Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3M
(menguras. Menutup dan mengubur plus menghindari gigitan
nyamuk).
8. Makan buah dan sayur setiap hari

Gambar 2.8 Makan Buah dan Sayur SetiapHati

Pilihan buah dan sayur yang bebas peptisida dan zat


berbahaya lainnya. Biasanya cirri-ciri sayur dan buah yang baik ada
sedikit lubang bekas dimakan ulat dan tetap segar. Adalah anggota
keluarga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3
porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
43

Gambar 2.9 Makanan 4 Sehat 5 Sempurna

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas
melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari misalnya jalan, lari,
senam dan sebagainya. Aktifitas fisik dilakukan secara teratur
paling sedikit 30 menit dalam sehari , sehingga dapat menyehatkan
jantung, paru-paru alat tubuh lainnya. Lakukan aktifitas fisik
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

10.Tidak merokok di dalam rumah


44

Gambar 2.10 Tidak Merokok di dalam Rumah

Adalah anggota rumah tangga tidak merokok di dalam


rumah. Tidak boleh merokok di dalam rumah dimaksudkan agar
tidak menjadikan anggota keluarga lainnya sebagai perokok pasif
yang berbahaya bagi kesehatan.

2.4. Pengertian Tatanan


Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup bekerja,
bermain, berinteraksi,dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu
Rumah tangga, ssekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat umum.
Dalam penelitian ini adalah pada tatanan rumah tangga karena rumah tangga
adalah unit terkecil di masyarakat yang di dalamnya terdiri dari Bapak , Ibu,
Anak serta anggota keluarga lainnya yang hidup untuk bekerja, bermain,
berinteraksi dan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuannya adalah
upaya memberdayakan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat di tatanan rumah tangga.

2.5 Rumah Tangga


Rumah Tangga adalah suatu wahana yang terdiri dari bapak, ibu, dan
anak serta anggota keluarga lainnya dalam melaksanakan kehidupan sehari-
hari. Keluarga adalah unit terkecil dimasyarakat. Oleh karena itu
45

pemberdayaaan dimulai dari rumah tangga, anggota rumah tangga perlu


diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
karena rumah tangga yang sehat merupakan aset pembangunan.
Tujuan umum pelaksanaan program PHBS di rumah tangga adalah:
Peningkatan hidup bersih dan sehat di rumah tangga lewat peningkatan
pengetahuan, sikap dan praktik serta kemandirian keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Sedangkan tujuan ksususnya adalah: Meningkatkan
perilaku anggota keluarga di rumah tangga terhadap program kesehatan ibu
dan anak, kesehatan lingkungan, dan gaya hidup.
Tujuan khusus dari Program PHBS adalah meningkatkan pengetahuan
dan kemauan anggota rumah tangga untuk melakukan PHBS agar anggota
rumah tangga berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat. Beberapa
manfaat bagi masyarakat atas dilaksanakannya perilaku hidup bersih dan
sehat, yakni :
a. Manfaat bagi rumah tangga
1. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3. Pengeluaran biaya rumah tangga yang tadinya untuk berobat dapat
ditujukan untuk memenuhi pendidikan dan modal usaha untuk
menambah pendapatan keluarga.
b. Manfaat bagi masyarakat
1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan.
3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan
jamban, ambulans desa dan lain-lain.
46

Faktor Internal
Pengetahuan
Faktor Eksternal

Sikap

BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS
Perilaku PHBS

10 Indikator:
3.1. Kerangka Teori
Persalinan ditolong tenaga kesehatan

Memberi bayi ASI ekslusif

Menimbang bayi dan balita

Menggunakan air bersih

Cuci tangan dengan air bersih dan sabun

Jamban sehat

Berantas jentik dirumah

Makan sayur dan buah setiap hari

Aktifitas Fisik
47

Skema 3.1. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap terhadap Penerapan


PHBS.

3.2. Kerangka Konsep

Dependen Independen

Pengetahuan

Perilaku PHBS

Sikap

Skema 3.2. Kerangka Konsep

3.3. Hipotesis
- Gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku PHBS di desa
Linggajati
48

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini mencakup tentang ilmu kesehatan masyarakat.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan September s/d Nopenber 2017, di
Desa Linggajati Wilayah Kerja Puskesmas Cidempet.

4.3. Jenis dan Rancangan Penelitian


4.3.1 Jenis Data Penelitian
Dalam penelitian ini jenis data yang diambil adalah data primer
yang diperoleh langsung dari subyek penelitian.
4.3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif study literature
dengan menggunakan studi cross sectional untuk menilai Gambaran
antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan penerapan PHBS pada
tatanan rumah tangga di Desa Linggajati Wilayah Kerja Puskesmas
Cidempet.

4.4. Populasi dan Sampel Penelitian


4.4.1. Populasi Target
49

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah


tangga yang ada di Desa Linggajati Wilayah Kerja Puskesmas
Cidempet.
4.4.2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah 20 ibu rumah
tangga yang ada di Desa Linggajati Wilayah Kerja Puskesmas
Cidempet yang dipilih secara acak.

4.4.3. Sampel Penelitian


Sebagian ibu rumah tangga yang berjumlah 20 orang yang
dipilih secara acak.
4.4.4. Cara Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah simple random
sampling yaitu pemilihan yang dilakukan secara acak. (Sugiono, 2003,
hal 74-8).
4.4.5. Besar sampel
Cara menentukan ukuran sampelnya menggunakan rumus
solvin, sebagai berikut :
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat ketepatan (0,05)
Jumlah ibu rumah tangga yang berada di Desa Linggajati Wilayah
Kerja Puskesmas Cidempet sebanyak 20 orang, maka didapatkan :

n= 20

1+20 (0,05)2

n = 19,04

Dari hasil perhitungan diatas, jumlah minimal sampel ibu rumah


tangga 20 orang.
50

4.5. Variabel Penelitian


4.5.1. Variabel Bebas (Independen)
Pengetahuan dan sikap
4.5.2. Variabel Terikat (Dependen)
Penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga

4.6. Definisi Operasional Variabel


Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Cara Ukur Instrumen Hasil Ukur Skala
Operasional
Variabel Terikat (Dependen)
Pengetahuan Kemampuan Wawancara Kuisioner 1= kurang (<5) Ordinal
masyarakat jawaban benar
dalam menjawab 2 = Cukup 6-
pertanyaan yang 10)
berhubungan 2 = Baik (>11)
dengan perilaku
hidup bersih dan
sehat.
Sikap Respon seseorangWawancara Kuisioner 1= Kurang Ordinal
yang di (<4)
perlihatkan oleh 2 = Baik (>5)
orang lain
terhadapa
perilaku hidup
bersih dan sehat
Variabel Bebas (Independen)
Perilaku Reaksi yangWawancara kuisioner 1= kurang (< Ordinal
terlihat atau 7)
konkret tentang 2= baik (> 7)
perilaku hidup
bersih dan sehat.

4.7. Pengolahan dan Analisis Data


4.7.1. Pengolahan Data
a. Editing (pengeditan data)
51

Melakukan pekerjaan meneliti atau menyunting data yang


diperoleh sehingga apabila terjadi kesalahan dapat segera dibenahi,
meliputi kelengkapan jawaban dari pertanyaan yang disediakan,
kesesuaian jawaban dengan pertanyaan yang disediakan, maupun
kesalahan antar jawaban pada kuesioner.
b. Coding (pengkodean data)
Yaitu melakukan pengkodean pada setiap jawaban yang telah
diberikan responden sehingga mempermudah dalam menganalisa
data.
c. Processing
Adalah memproses data dengan menggunakan computer atau
secara manual agar dapat dianalisis.
d. Tabulating
Yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang diteliti agar
memudahkan analisis data.
e. Entry
Yaitu kegiatan memasukkan hasil jawaban pada program
pengolahan data.
f. Cleaning
Memeriksa kembali apakah ada kesalahan data sehingga data benar
- benar siap untuk dianalisis.
4.7.2 Analisis Data
Data disajikan melalui analisis univariat, yang ditujukan untuk
mendeskripsikan distribusi frekuensi dari tiap variabel yang diteliti
maupun data lain seperti usia, tingkat pendidikan dan usia kehamilan
responden, serta analisis bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk
melihat hubungan antara variabel independent (Tingkat Pengetahuan
dan sikap) dan variabel dependent (Penerapan PHBS pada tatanan
Rumah Tangga) dengan menggunakan uji korelasi Spearman.
Pada penelitian ini seluruh pengolahan dan analisis data
dilakukan dengan menggunakan piranti lunak (software) SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 21 dan nutrisurvey.

4.8. Alur Penelitian


Prosedur penelitian dilaksanakan dalam 3 tahap, yang meliputi :
1. Tahap persiapan
a. Penetapan sasaran
52

b. Konsultasi kepada dokter pendamping


c. Mempersiapkan instrumen penelitian
d. Mengurus surat izin dan melaporkan kegiatan penelitian pada
steakholder.
e. Menetapkan jadwal kegiatan
2. Tahap pelaksanaan : responden diberikan kuesioner dan diminta untuk
mengisi kuesioner tersebut untuk kemudian dianalisis menjadi hasil
penelitian.
3. Tahap penyelesaian
a. Mengolah data dan menganalisis data
b. Menyusun laporan penelitian

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.2. Data Hasil Penelitian


5.2.1. Data Kunjungan Pasien Puskesmas Cidempet
Berdasarkan data kunjungan pasien puskesmas cidempet, pada bulan
september pasien yang bertempat tinggal di desa linggajati sebagai berikut :
No Diagnosa Penyakit Jumlah

4
53

10

5.2.2. Distribusi Jenis Kelamin


Berdasarkan data yang didapatkan melalui hasil wawancara sebanyak
20 orang, dapatkan jumlah responden laki-laki ( %), sedangkan
responden perempuan sebanyak 17 orang ( %).

5.2.3. Distribusi Uisa Responden


Menurut data yang didapatkan melalui hasil wawancara, sebanyak
20 responden merupakan Ibu Rumah Tangga (96,2%), sedangkan 2
responden yang berprofesi sebagai pegawai swasta (2,60%), dan
sisanya (sebanyak 1 responden) bekerja sebagai pedagang (1,30%).

Grafik 5.2. Distribusi Usia Responden


5.2.4. Distribusi Pendidikan Responden
54

Responden dalam penelitian ini memiliki berbagai macam latar


belakang pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa
tingkat pendidikan tertinggi adalah lulusan SD sebanyak 7 orang
(35%) yang merupakan sebagian mayoritas pendidikan responden.
Responden dengan latar pendidikan lulusan SMP, dengan frekuensi
sebanyak 5 orang (25%). Sebanyak 6 responden (30%) merupakan
tamatan SMA, dan lulusan Perguruan Tinggi yang merupakan tingkat
pendidikan dalam penelitian ini hanya dimiliki oleh 2 responden,
dengan persentase sebesar (10%).

Grafik 5.3 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden


5.2.5. Distribusi Pekerjaan Responden
Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah seorang bekerja
dengan jumlah 11 orang (55%) dan responden yang tidak bekerja
sebanyak 9 (45%).
55

5.2.6. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang PHBS


Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 20 orang dengan
mayoritas mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pengetahuan
tentang PHBS, dengan jumlah responden yang mempunyai
pengetahuan baik sebanyak 18 orang hampir (90%) dari jumlah
responden, sedangkan dengan pengetahuan sedang sebanyak 2 orang
(10%), dan pengetahuan kurang tidak ada (0%).

Tabel 5.2 Distribusi Menurut Jumlah Kehamilan yang dialami di


Wilayah Kerja Puskesmas Ciledug Kabupaten Cirebon Tahun 2014
56

5.2.7. Distribusi Sikap Responden tentang PHBS


Dari penelitian yang dilakukan mengenai pengetahuan, sikap dan
perilaku PHBS, melalui pendekatan wawancara resonden di peroleh
data dan hasil mengenai sikap responden pada PHBS hasilnya semua
baik dari 20 (100%) responden tersebut, berdasarkan kategori sikap
responden mengenai PHBS yang terbagi 2 kelompok yaitu baik dan
buruk.

5.2.8. Distribusi PHBS


Berdasarkan data yang didapatkan melalui wawancara bahwa
sebagian besar responden mempunyai perilaku PHBS yang buruk
dengan jumlah 15 orang (75%), sedangkan responden perilaku PHBS
yang baik hanya 5 orang (25%)

5.2.9. Data Kunjungan pasien bulan November


No Diagnosa Penyakit Jumlah

3
57

10

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1. Pembahasan dan Intervensi


Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan melalui wawancara
kepada responden mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku
PHBS di desa Linggajati dengan menggunakan analisis univariat yaitu
distribusi frekuensi bahwa pengetahuan tentan PHBS di desa linggajati
mayoritas baik hal ini, begitu juga dengan sikap PHBS mayoritas baik, akan
tetapi perilaku PHBS nya mayoritas buruk. Berdasarkan literatur menurut
notoadmojo bahwa semakin baik pengetahuan seseorang maka semakin baik
juga perilaku seseorang tersebut, hal ini berbanding terbalik antara literatur
dan penelitian, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor mengenai
pengetahuan, sikap dan perilaku, di antaranya :
1. Asasasa
2. Asasasasas
3. Dsdsdsdsd
4. Fffff
5.
6.2. Keterbasan Penelitian
58

Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai keterbatasan


penelitian. Beberapa keterbatasan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan Peneliti
Masih kurangnya peneliti terhadap referensi mengenai ilmu kesehatan
masyarakat.
2. Keterbatasan Tenaga
Peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan data dari hasil
penelitian sendiri, khususnya dalam membagikan kuesioner.
3. Keterbatasan Waktu
Waktu penelitian yang terbatas mengurangi mobilitas peneliti dalam
recall 24 jam dan proses pengumpulan data penelitian.
BAB VII
PENUTUP

7.1. Simpulan
7.2. Saran
59

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid 2.
Jakarta; Interna Publishing.
Cunningham F.G, et al. 2006. Obstetri Williams Edisi 21 Volume 2. Jakarta; EGC.
Prawirohardjo Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta; PT Bina Pustaka.
Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta; PT Bina Pustaka.
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6 Volume 1. Jakarta;
EGC.
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. 2010.
Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA). Jakarta; Direktorat Bina Kesehatan Ibu.
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta; EGC.
Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta; EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta; Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta.
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3 Cetakan 7. Jakarta; EGC.
Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kandungan Edisi 2 Cetakan 4. Jakarta; EGC.
60

Saifuddin, Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Bobak, Irene. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta; EGC.
Mochtar. 2004. Sinopsis Obstetri. Jakarta; EGC.
Sin – sin. 2008. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta; PT Alex Media
Komputindo.
Sugiyono. 2002. Statistik untuk Penelitian. Bandung; Alfabeta.
DeMaeyer E.M. 1993. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi.
Jakarta; Widya Medika.
Soeparman. Waspadji, S. 1990. Ilmu Penyakit Dalam II . Jakarta; FKUI.
Arisman MB. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta; EGC.
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta; Pustaka Rihana.
Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi. Jakarta; Dian rakyat.
Suhardjo C.M. Kusharto. 1992. Prinsip - Prinsip Ilmu Gizi. Jakarta; Penerbit
Kanisius.
Depkes, Kesejahteraan Sosial RI, 2008. Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga. Jakarta.
Francin, P.,2005. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC. Jakarta.
Kusmiyati, dkk, 2008. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta:
Fitramaya.
Mandriwati, G,A, 2008, Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta:
EGC.
Paath, 2005. Ilmu Gizi. Rineka Cipta. Jakarta.
Supariasa, I., Bakrie, B., Fajar, L, 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Lisa SB. Nutrition Requirements During Pregnancy. Jones and Barrtlett
Publishers, LLC. 2012.
Waspadi Sarwono Dr DR, dkk, 2007. Cara Mudah Mengatur Makanan Sehari –
hari Seimbang Sesuai Kebutuhan Gizi. Jakarta; FKUI.
Retnaningsih Budiani, 2010, Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Gizi
Dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas Colomadu II
Karanganyar, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
61

Sri Wahyuni, I, 2008, Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Gizi
dengan Status Gizi Ibu Hamil di Puskesmas Nusukan Surakarta, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Rohana, 2008, Pola Makan Pada Ibu Hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum
Dan Anemia Di Wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh,
Universitas Sumatera Utara Medan.
Mulyati R., Febri R. , & Bahagiawati H., 2007. Hubungan antara Pengetahuan
tentang Anemia dan Asupan Gizi Pada Ibu Hamil dengan Risiko Terjadinya
Anemia dalam Kehamilan di Peskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta
Barat Periode 10-18 Desember 2007. Ebers Papyrus. 13 (4): 169-76.
Sitoresmi Dyah Ayu, 2012, Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tablet Fe Di
BPM Sri Sunaryati Sukoharjo, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai