335 Kegiatan Prioritas 2016 (RPJMN/RKL) Rencana Induk Program Prioritas Presiden
2 Energi 7 Kemiskinan
2 Ketahanan Energi 7 Jaminan Sosial
4 Infrastruktur 9 Pariwisata
4 Ekologi Sosial 9 Papua
5 Kesehatan 10 Industri
5 Reforma Agraria dan 10 Industrialisasi
Pembangunan Desa
2
PROGRAM PRIORITAS PRESIDEN
STRATEGI NASIONAL ANTI KORUPSI
Penguatan Pemerintah
Perubahan budaya melalui Sinergi Kebijakan dan Regulasi
PROGRAM infiltrasi Revolusi Mental
(Transparansi, Akuntabel,
Anti Korupsi
Partisipatif)
Partisipasi Masyarakat
3
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN DI INDONESIA
MELALUI INPRES PPK 2012-2015
1. Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi melalui Stranas PPK 2012 melalui
aksi tahunan (Aksi PPK 2013 – 2015) belum berdampak signifikan; Realisasi
capaian Stranas PPK jauh di bawah target yang telah dicanangkan. Misalnya :
o Indeks Persepsi Korupsi tahun 2015 sebesar 36 meningkat 2 basis poin dari
IPK tahun 2014 yang sebesar 34. Indonesia naik dari peringkat 107 ke peringkat
88 dari 168 negara namun masih dibawah rata-rata regional ASEAN (4.0);
o Sejak tahun 2013 – 2015 K/L/D telah mengimplementasi 1.088 sub-aksi pada
tahun 2013, 5.591 sub-aksi pada tahun 2014, dan 4.939 sub-aksi pada tahun
2015.
4
CAPAIN PELAKSANAAN STRANAS/INPRES PPK
5
CAPAIAN PELAKSANAAN INPRES PPK DI DAERAH
6
PERLUNYA SINERGI
• Terdapat sejumlah
inisiatif yang memiliki
tujuan yang serupa
(anti-korupsi)
Reformas
i • Tanpa sinergi ada
Birokrasi potensi:
Layana
• Overlap
n satu
• High cost
pintu
Reformasi • Difficult to M & E
OGI Regulasi • Inefficient
• Confusion
Reforma
On
si • Failure
e
Dat Agraria
a
• Muncul ide perlunya
Revolusi ds strategi, Stranas PPK
Mental t
SIN • Namun capaian
sasaran Stranas PPK
belum bisa dikatakan
berhasil
7
REVITALISASI AKSI PPK
LANGKAH MENUJU STRATEGI NASIONAL ANTI
KORUPSI PEMERINTAHAN JOKOWI – JK
o Aksi PPK dirancang untuk mengawal program prioritas pemerintah, dan memperkuat serta
memfokuskan aksi tahunan yang telah dilaksanakan sejak 2011-2015 dengan memastikan
keterkaitan dan penekanan aksi untuk pencapaian outcome, peningkatan kinerja core
business K/L yang sejalan dengan prioritas Presiden.
K/L/D
PROSES BOTTOM
B UP PROSES TOP DOWN
31 renaksi berdaya
ungkit tinggi dengan
ribuan sub-renaksi fokus mendukung
prioritas
pembangunan
8
FOKUS SEKTOR AKSI PPK 2016 dan 2017
SINERGIS DENGAN PROGRAM PRIORITAS PRESIDEN
Terdapat 31 aksi yang terfokus pada sektor-sektor program prioritas Presiden yakni pencegahan
dan pemberantasan korupsi di sektor Penerimaan Negara, Infrastruktur, Swasta, Tata Niaga/
Kartel, BUMN, Pengadaan Barang dan Jasa, SDA/Instruksi Ekstraktif, didukung dengan Aksi
penguatan di bidang Reformasi Birokrasi, Hukum dan Politik;
INDUSTRI
EKSTRAKTIF
REFORMASI
BIROKRASI
PENGADAAN
INFRASTRUKTUR
BARANG &
JASA
FOKUS ENABLING
SEKTO SEKTOR FACTORS
PRIVAT
BUMN R
POLITIK HUKUM
PENERIMAAN
TATA NIAGA NEGARA
9
DAMPAK JANGKA MENENGAH AKSI PPK 2016 DAN 2017
o Aksi PPK 2016 dan 2017 dirancang sebagai perwujudan pemerintah yang transparan,
akuntabel, dan partisipatif, serta realisasi komiten Indonesia dalam Anti-Corruption Summit,
United Nations Convention Against Corruption (UNCAC), Financial Action Task Force on
Money Laundering (FATF) dan Automatic Exchange of Information (AEOI);
10
AKSI DENGAN PPATK SEBAGAI PENANGGUNG JAWAB DAN/ATAU PIHAK
TERKAIT
11
AKSI DENGAN PPATK SEBAGAI PENANGGUNG JAWAB DAN/ATAU PIHAK
TERKAIT
[AKSI NOMOR 18] Hibah dan Bantuan 1. Percepatan implementasi transaksi non tunai di
Sosial sangat rawan seluruh Kementerian/Lemabga dan Pemerintah
korupsi khususnya di Daerah;
Menekan korupsi pada
daerah. 2. Menyelesaiakan Peraturan mengenai pembatasan
realisasi anggaran
pembangunan dan transaksi tunai di Kementerian/Lembaga dan
pengadaan barang dan Pemerintah Daerah
jasa
12
OPTIMALISASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERIZINAN DAN PENANAMAN MODAL
[Aksi Nomor 1] Pelayanan di PTSP 1. Kepala BKPM menyusun SOP untuk layanan
Pusat dan Daerah perizinan migas, minerba dan kelistrikan di
Mempermudah masih perlu PTSP Pusat
penanaman modal ditingkatkan 2. Menyediakan tracking system pada PTSP
melalui pengkatan khususnya untuk Pusat dan Daerah
kualitas pelayanan sejumlah sektor 3. Mengintensifkan sosialisasi layanan PTSP
PTSP Pusat dan Daerah penting Pusat dan Daerah
14
REFORMASI TATA KELOLA PAJAK DAN OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA
15
REFORMASI TATA KELOLA PAJAK DAN OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA
[AKSI NOMOR 4, 5 dan 6 ] Interfacing pelayanan Pelaksanaan konfirmasi status wajib pajak untuk
publik strategis dengan layanan publik tertentu sesuai ketentuan :
Meningkatkan kepatuhan dalam pajak belum optimal 1. Tersedianya laporan pelaksanaan konfirmasi
pembayaran pajak serta meningkatkan kepatuhan status wajib pajak untuk layanan publik tertentu
terselenggaranya supervisi dan penerimaan sesuai ketentuan
pembuatan peraturan perpajakan.
Kementerian/Lembaga/Satuan Selain itu juga masih 2. Pengaturan mengenai kewajiban melakukan
Kerja Perangkat Daerah/Institusi terbatas pada instansi konfirmasi status Wajib pajak untuk layanan
lainnya untuk mensyaratkan tertentu. publik tertentu
konfirmasi status Wajib Pajak 3. Diterbitkannya peraturan untuk mensyaratkan
dalam pemberian layanan publik konfirmasi status wajib pajak dalam pemberian
kriteria tertentu ; layanan publik tertentu
Mengurangi risiko korupsi di 4. Evaluasi konfirmasi Wajib Pajak sektor Strategis
sektor penerimaan negara, dan penguatan mekanisme konfirmasi Wajib
menekan kejahatan pencucian Pajak
uang, penggelapan pajak, dan 5. Tersedianya hasil pemantauan dan evaluasi
tipikor serta pajak dari wajib pelaksanaan kebijakan yang mensyaratkan
pajak yang belum terjaring; konfirmasi status wajib pajak dalam pemberian
Mempermudah pengamatan dan layanan publik kriteria tertentu
pengawasan pejabat negara
Meningkatkan validitas data
keuangan wajib pajak
16
REFORMASI TATA KELOLA PAJAK DAN OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA
[ AKSI NOMOR 8] 1. Basis data ESDA, Mengintegrasikan basis data pengelolaan ESDA, perpajakan
perpajakan dan PNBP dan PNBP dengan:
tidak terhubung dan 1. Standarisasi proses pencatatan dan penyimpanan data
1. Peningkatan penerimaan
terhambat dalam SIPUHH, MOMI, SIPP dengan data pajak (MPN-G2) dan
negara dari sektor ESDA
pertukarannya PNBP (Simponi);
2. Pengawasan pengelolaan
2. Penerimaan pajak dan 2. Standarisasi/sikronisasi perangkat lunak dan keras dalam
ESDA
bukan pajak yang tidak pencatatan dan penyimpanan data SIPUHH, MOMI, SIPP,
sebanding dengan jumlah MPN-G2, PNBP (Simponi);
produksi
3. Membangun peranti lunak dan keras yang dapat
menciptakan online data interfacing antara data SIPUHH,
MOMI, SIPP, MPN-G2, PNBP (Simponi) berbasis
SIN/harmonisasi identitas sesuai kesepakatan
[AKSI NOMOR 9] Perencanaan dan Percepatan pelaksanaan perencanaan dan penganggaran yang
. penganggaran tidak terintegrasi dan melaksanakan pembangunan berazas
sinkron, saling kemanfaatan
Terlaksananya sharing data
redundant dan sangat 1. Mengimplementasikan Arsitektur Data Informasi Kinerja di
perencanaan dan
kurang jaminannya seluruh K/L;
penganggaran pemerintah
terhadap target 2. Monitoring evaluasi hasil implementasi dikaitkan dengan
untuk sinergi dan
capaian/outcome outcome program prioritas
akuntabilitas perencanaan
Pemerintah
dan penganggaran untuk
pencapaian sasaran
pembangunan nasional
17
REFORMASI TATA KELOLA DAN IMPOR
[AKSI NOMOR 10 DAN 11 ] Penyelewengan kuota, 1. Menyusun kajian mendalam mengenai tatakelola ekspor dan impor
perdagangan kuota dan sebagai dasar untuk perubahan regulasi ekspor dan impor sebagai
1. Tersedianya payung hukum kartelisasi bahan pangan dasar untuk perubahan regulasi ekspor dan impor dari sistem kuota
yang jelas untuk strategis. ke sistem tarif;
pemberantasan korupsi di tata 2. Membangun sistem pengendalian ekspor dan impor yang
kelola impor komoditas pangan terintegrasi antara Kementerian Keuangan dan Kementerian
2. Tata kelola ekspor dan impor Perdagangan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan
yang lebih efisien dan efektif Kehutanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan
3. Problem harga tinggi pada Pengelola Portal Indonesia National Single Window (PP INSW)
barang kebutuhan pokok
tertentu, misal: daging, gula dll
[AKSI NOMOR 12] Implementasi 1. Mengoptimalisasi whistleblowing system untuk pencegahan dan
. whistleblowing dan pemberantasan tindak pidana korupsi di Kementerian/Lembaga
mekanismenya belum (K/L) dan Swasta
Peningkatan kualitas pelaksanaan
optimal. 2. Menyediakan Pedoman Kerja sebagai penjabaran Nota
whistleblowing system di 17
Kementerian/Lembaga dan Kesepahaman antara LPSK dengan Kementerian/Lembaga
swasta. 3. Membangun sistem koneksitas whistleblowing system online LPSK
dan KPK dengan 17 K/L untuk kelancaran komunikasi dan
perlindungan kepada whistleblower dan saksi tindak pidana
korupsi
4. Melaksanakan pembinaan bagi SDM pengelola whistleblowing
system di 17 K/L
18
PENGUATAN SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN INTERNAL PADA KEMENTERIAN/LEMBAGA
[AKSI NOMOR 13] 1. Sejumlah pemerintah 1. Seluruh K/L/D segera membentuk PPID dan memenuhi semua
daerah dan lembaga komponen yang telah diatur dalam UU No. 14/2008
Mewujudkan pemerintah belum 2. Membangun sistem monitoring dan evaluasi kinerja PPID
keterbukaan informasi membentuk Pejabat 3. Kementerian Dalam Negeri melakukan monev terhadap
sesuai amanat UU Pengelola Informasi dan pemerintah daerah dan Kementerian Komunikasi dan
No. 14/2008 Dokumentasi (PPID) Informatika melakukan monev terhadap K/L
2. Belum ada upaya sistematis
untuk mendorong kepatuhan
pelaksanaan UU No.
14/2008
[AKSI NOMOR 16] Proses Pengadaan Implementasi e-procurement yang transparan dan akuntabel, melalui :
Barang/Jasa di beberapa 1. Pelaksanaan pengembangan kelembagaan, sumber daya manusia
Menutup ruang Daerah masih manual dan tata kelola Unit Layanan Pengadaan (ULP)
korupsi pada proses dan belum transparan. 2. Kewajiban mengumumkan dan mengkonsolidasikan rencana umum
pengadaan barang pengadaan barang dan jasa melalui Sistem Informasi Rencana
dan jasa dengan e- Umum Pengadaan (SiRUP);
procurement. 3. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah melalui Sistem
Pengadaan Secara Elektronik;
4. Kewajiban e-catalogue dan perluasan jenis barang/jasa di e-
catalogue.
19
OPTIMALISASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERIZINAN DAN PENANAMAN MODAL
[AKSI NOMOR 14] 1. Biaya pemberian Perbaikan mekanisme dan prosedur sistem pelayanan
perijinan dan Pertanahan dan Tata Ruang :
pengukuran tanah 1. kesepahaman bersama lintas K/L dan Pemerintah
Pelayanan pertanahan
memberikan ruang Daerah tentang prosedur pengambilan keputusan terkait
dan tata ruang yang
untuk persetujuan substansi (persub) rencana tata ruang;
mudah, cepat,
penyimpangan/korupsi
transparan dan bebas 2. Rancang bangun sistem informasi penataan ruang dan
; biaya pengukuran
pungli. pengaduan masyarakat terkait penataan ruang;
tanah dibebankan ke
pemohon. 3. Menyediakan 2700 juru ukur berstatus Pegawai Negeri
Sipil yang tersebar secara merata di semua kantor
2. Penyimpangan RTRW
pertanahan hingga tingkat kabupaten/kota
yang sering terjadi
akibat tumpang 4. Tersedianya usulan Standar Biaya Umum dari
tindihnya aturan dan Kementerian ATR/BPN kepada Kementerian Keuangan
kewenangan pusat mengenai pelaksanaan pengukuran tanah oleh juru ukur
dan daerah. yang memuat komponen biaya transportasi, akomodasi,
konsumsi dan uang harian;
3. Fungsi vital Kemen
ATR/BPN dalam 5. Terpublikasinya laporan tentang nama pelanggar, jenis
mendukung program pelanggaran dan sanksi yang diberikan atas tiap-tiap
prioritas infrastruktur, bentuk pelanggaran rencana tata ruang;
industrialisasi dan
penciptaan sawah,
dan lain-lain.
20
INDUSTRI EKSTRAKTIF
REFORMASI TATA KELOLA MINYAK DAN GAS BUMI SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN DALAM RANGKA MEMBANGUN INDUSTRI
MINYAK DAN GAS NASIONAL YANG KUAT DAN BERORIENTASI PADA KEDAULATAN ENERGI
[AKSI NOMOR 15] 1. Penerimaan pajak dan 1. Menstandarisasikan format pelaporan pendapatan negara dan
bukan pajak yang tidak daerah dari industri ekstraktif;
sebanding dengan jumlah 2. Mempublikasikan manual perhitungan alokasi Dana Bagi Hasil
Transparansi
produksi SDA
pendapatan negara,
daerah dan swasta 2. Pendapatan negara dan 3. Menerapkan mekanisme kepatuhan pelaporan bagi perusahaan
yang diperoleh dari daerah dari industri
4. Mengkonsolidasikan dan mempublikasikan dalam format terbuka:
industri ekstraktif ekstraktif belum
laporan mengenai total penerimaan dari sektor migas dan minerba
sepenuhnya transparan
pada tahun anggaran 2016 dan tahun anggaran 2017 melalui
format pelaporan yang terintegrasi sesuai kebutuhan Sekretariat
EITI
[AKSI NOMOR 17] Parpol salah satu sektor Penguatan transparansi dan akuntabilitas Partai Politik
rawan tindakpindan 1. Kajian mengenenai Right Financing Partai Politik;
Transparansi dan pencucian uang 2. Kajian mengenai Lembaga Pengawas Dana Politik Parpol.
akuntabilitas
keuangan Partai
Politik
21
TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK NEGARA DAN SWASTA
[AKSI NOMOR 20] 1. Korupsi masih sangat Inisiasi upaya sertifikasi anti korupsi
terbatas pada pengertian
Tersusunnya standar kerugian negara yang
serupa International diakibatkan salah
Organization for satunya oleh keterlibatan
Standardization (ISO) sektor swasta;
37001 untuk sektor 2. Regulasi yang ada masih
swasta dan Pemerintah di mengabaikan/belum
akhir tahun 2017 mengakomodasi korupsi
I2. kut sertanya BSN yang terjadi diantara
Indonesia dalam komite sektor swasta
ISO 37001
[Aksi NOMOR 21] Rencana holding-isasi Kajian dan rekomendasi perencanaan holding company
BUMN dengan BUMN dengan prinsip GCG :
Pengarustamaan mengedepankan prinsip 1. Melakukan studi kelayakan Merger BUMN;
kepentingan masyarakat Good Corporate 2. Uji Publik;
dalam pengelolaan BUMN Governance (GCG) 3. Kajian dan rekomendasi perencanaan holding company
menjadi hal yang mutlak BUMN dengan prinsip GCG
22
PENGAWASAN SEKTOR PUBLIK DAN SWASTA
[AKSI NOMOR 22] 1. Masih maraknya kasus Pengendalian gratifikasi untuk mencegah praktik
korupsi bermodus gratifikasi gratifikasi dalam pelayanan publik dengan :
1. Ditetapkannya PP 2. Pemahaman gratifikasi yang 1. Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian
tentang pengendalian belum merata Gratifikasi yang mengatur tentang batasan
gratifikasi untuk gratifikasi, sistem pengendalian gratifikasi, dan
mencegah praktik peran serta sektor swasta dan masyarakat
gratifikasi dalam dalam mencegah pemberian gratifikasi dalam
pelayanan publik pelayanan public;
2. Terbentuknya Unit 2. Terbentuknya Unit Pengendalian Gratifikasi
Pengdendalian Gratifikasi pada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
pada K/L/D Daerah
[Aksi Nomor 23] 1. Evakuasi terhadap Memperkuat Stranas PPK dengan sistem insentif dan
pelaksanaan penerapan disinsentif Keuangan dengan langkah awal
Terimplementasikannya . stranas PPK selama 3 tahun menyusun kajian mengenai insentif dan disintensif
sistem insentif dan terakhir kebanyakan masih keuangan dalam pelaksanaan Stranas PPK
disinsentif Keuangan dalam menekankan compliance by
pelaksanaan Stranas PPK. administrative,
2. Belum ada relasi ke outcome
3. Belum ada mekanisme insentif
dan disinsentif yang dapat
mendorong pelaksanaan
renaksi dalam STRANAS PPK
23
PENINGKATAN AKUNTABILITAS PENEGEKAHAN HUKUM
[AKSI NOMOR 24] 1. Tingginya jumlah Perbaikan/revisi SOP di Kepolisian terkait penangguhan
tahanan di rumah penahanan
Optimalisasi pengenaan tahanan negara
uang jaminan sebagai 2. Meningkatnya
syarat penangguhan penangguhan
penahanan penahanan tanpa uang
jaminan
[AKSI NOMOR 26] 1. Sulitnya mekanisme ganti Mekanisme ganti kerugian dan kompensasi oleh negara di
kerugian bagi pencari sektor publik dan swasta bagi pencari keadilan :
Anti Kriminalisasi dengan keadilan 1. Tersedianya kajian mekanisme pencairan ganti kerugian
memberi kemudahan 2. Mencegah kehancuran dan kompensasi yang lebih mudah bagi pencari keadilan
pencairan ganti rugi dan . mata 2. Tersedianya mekanisme yang mudah bagi pencari
kompensasi oleh pencari pencaharian/jabatan bagi keadilan untuk mendapatkan kembali kedudukan dan
keadilan pejabat akibat salah jabatannya disektor publik dan swasta
dakwaan/salah vonis/pra-
peradilan yang tidak
benar.
24
PENINGKATAN AKUNTABILITAS PENEGEKAHAN HUKUM
[AKSI NOMOR 25] 1. Penyerapan Anggaran Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 tentang
khususnya di daerah Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 27
Anti- Kriminalisasi dengan tidak maksimal Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang Undang
pelaksanaan Hukum disebabkan ketakutan Hukum Acara Pidana (KUHAP), mengenai:
Acara Pidana yang Pemda dan Pejabat a. Ganti Kerugian, terkait: Besaran Ganti Kerugian,
akuntabel. Pembuat Keputusan Komponen Ganti Kerugian dan tata cara Eksekusi Ganti
takut di kriminalisasi; Kerugian;
2. Multitafsir pedoman b. Rehabilitasi, terkait Tata Cara Pemulihan Kedudukan yang
beracara pra-peradilan hilang.
3. Dibutuhkan safeguard c. Rupbasan
anti-kriminalisasi d. Pengaturan kewajiban mengirimkan berita acara
4. Khusus tipikor penyitaan dari Kepolisian kepada JPU dan Pengadilan.
dibutuhkan pengaturan e. Pedoman beracara Pra-peradilan;
ruang lingkup yang f. Strandar Mekanisme pengenaan uang jaminan sebagai
lebih luas, tidak hanya syarat penangguhan penahanan;
menghitung kerugian g. Ketentuan pelaksanaan tentang penggabungan perkara
negara namun dapat gugatan ganti kerugian (bagi korban korupsi);
memasukkan social h. Mengadopsi pengaturan ruang lingkup kerugian yang lebih
cost of corruption luas (social cost of corruption)
25
PENINGKATAN AKUNTABILITAS PENEGEKAHAN HUKUM
[Aksi Nomor 27] 1. Temuan BPK tahun 2015 1. Implementasi hasil evaluasi BPKP mengenai
menyoroti pelaksanaan eksekusi uang pengganti dan penjara
Meningkatnya efektifitas ketidakkonsistenan dan pengganti
pelaksanaan eksekusi ketidakefektifan eksekusi 2. Pelaksanaan hasil evaluasi BPKP mengenai eksekusi
uang pengganti dan uang dan penjara uang pengganti dan penjara pengganti
penjara pengganti pengganti
2. Dugaan mafia peradilan
dalam eksekusi uang
pengganti dan penjara
pengganti
[Aksi Nomor 28] 1. Masalah overcrowded 1. Optimalisasi pengenaan uang jaminan sebagai syarat
LAPAS yang memuncak penangguhan penahanan sesuai Peraturan Mahkamah
Mengurangi jumlah dengan kerusuhan antar Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang penyesuaian
tahanan di Lapas dengan napi seperti terjadi di Bali, batasan tindak pidana ringan dan nilai denda dalam
penangguhan Penahanan Bengkulu dan masalah KHUHP
dengan uang jaminan. lain seperti peredaran 2. Adanya perbaikan/revisi SOP di Kepolisian terkait
narkoba lapas, dll penangguhan penahanan.
2. penindakan kejahatan
ringan arahnya hukum
pidana penjara
3. Mafia peradilan yang
masih eksis
26
KOORDINASI PENANGANAN KORUPSI
[Aksi Nomor 29] 1. Masih adanya mafia 1. Percepatan pelaksanaan MoU terkait upaya pengembangan
Terlaksananya langkah- peradilan data base penanganan perkara secara terpadu
langkah yang disepakati 2. Penjatahan target kasus 2. Dijalankannya Road Map pengembangan database
untuk membangun sistem top-down yang tidak sesuai penangangan perkara secara terpadu
data base penanganan kenyataan lapangan, misal 3. Penggunaan database
perkara secara terpadu untuk tipikor target minimal
2 kasus per kajari.
3. Sinergi APH yang masih
belum terjadi
[aksi Nomor 30] 1. Sinergi APH yang masih Implementasi sistem administrasi penanganan perkara pidana
Tersedianya sistem lemah, umum dan pidana khusus secara online ;
administrasi penanganan 2. Masih ditemukan 1. Tersedianya sistem online SPDP:
perkara pidana umum dan masalah sinkronisasi o Terimplementasikannya sistem penanganan perkara pidana
pidana khusus yang penanganan kasus umum dan pidana khusus pada 18 (delapan belas) lokasi.
transparan o Database online dan periodik dapat diakses oleh Aparat
Penegak Hukum
2 Terkirimnya tembusan Surat Pemberitahuan Dimulainya
Penyidikan (SPDP) perkara tindak pidana korupsi oleh Kepolisian
dan Kejaksaan kepada KPK
3 Dimulainya pelaksanaan SPDP online dari Kepolisian dan
Kejaksaan kepada KPK
4 Laporan periodik hasil pengawasan penangan perkara di
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Menerbitkan Blue Print Reformasi Regulasi Tipikor berdasarkan
kesetaraan the Bribery Act, FCPA dan IBA (OECD)
27
REFORMASI TATA KELOLA BARANG SITAAN DAN RAMPASAN HASIL TIPIKOR
[Aksi Nomor 31] 1. Tingginya biaya Untuk transparansi dan akuntabilitas pengelolaan barang
pemeliharaan barang sitaan dan rampasan hasil tipikor menginstruksikan :
Menekan penyelewengan sitaan dan rampasan 1. Pelaksanaan rekomendasi BPKP, hasil audit pengelolaan
dalam pengelolaan barang tipikor. benda sitaan negara dan barang rampasan negara;
sitaan dan rampasan hasil 2. Penyelewengan 2. Pelelangan seluruh barang sitaan/rampasan yang sudah
tipikor pemakaian barang lama tersimpan di Rupbasan;
sitaan. 3. Memaksimalkan pelaksanakan eksekusi uang pengganti;
3. Lamanya Penyimpanan 4. Penelusuran Aset Pidana terhadap daftar terpidana
sampai putusan korupsi yang belum melunasi uang pengganti kepada
inkracht dan pelelangan Instansi terkait;
tidak menentu 5. Laporan dan publikasi penelurusan aset.
4. Rawan kerugian negara
akibat penyimpanan
tidak terjamin
5. Hasil audit BPKP belum
dilaksanakan
28
AKSI DENGAN PPATK SEBAGAI PENANGGUNG JAWAB DAN/ATAU PIHAK
TERKAIT
[AKSI NOMOR 18] Hibah dan Bantuan 1. Percepatan implementasi transaksi non tunai di
Sosial sangat rawan seluruh Kementerian/Lemabga dan Pemerintah
korupsi khususnya di Daerah;
Menekan korupsi pada
daerah. 2. Menyelesaiakan Peraturan mengenai pembatasan
realisasi anggaran
pembangunan dan transaksi tunai di Kementerian/Lembaga dan
pengadaan barang dan Pemerintah Daerah
jasa
[AKSI NOMOR 19] Realisasi anggaran Transparansi dan akuntabilitas penyaluran serta penggunaan
pembangunan dan Dana Hibah dan Bantuan Sosial dengan mewajibkan
Menutup ruang korupsi pengadaan barang dan Pemerintah Daerah untuk :
dalam penyaluran dan jasa menjadi sector 1. Mempublikasikan daftar penerima dana hibah/bantuan
sosial dan laporan pertanggung-jawaban mengenai
penggunaan dana hibah rawan korupsi. penyaluran dan penggunaan dana hibah/bansos pada
dan bantuan sosial . website Pemerintah Daerah;
29