S1 2015 319157 Introduction
S1 2015 319157 Introduction
BAB I
PENDAHULUAN
2
kecil, seperti bangunan kecil. Namun demikian hasil penelitian tersebut akan sulit
diterapkan pada objek yang berukuran besar, seperti bangunan besar.
Pada bangunan besar, tentu diperlukan beberapa foto pada setiap sisinya. Hal ini
dilakukan untuk mempertahankan ketelitian model dari segi kelengkapan objek yang
dimiliki, seperti lekuklekuk bangunan. Semakin kecil jarak dari objek ke kamera,
maka angka ground sample distance yang dihasilkan juga makin rapat. Selain itu, jarak
pengambilan foto yang dekat digunakan untuk menghasilkan koordinat model yang
teliti, seperti pada penelitian yang telah dilakukan Wihasti (2012).
Adanya beberapa foto yang diperlukan untuk memodelkan satu sisi objek, perlu
dianalisis bagaimana hasil ketelitiannya. Analisis perlu dilakukan pada ukuran dimensi
model untuk setiap sisinya. Selain itu, analisis juga diperlukan untuk mengamati
kelengkapan model tiga dimensi yang dihasilkan dari foto. Hasil analisis nantinya
digunakan untuk mengetahui kualitas data spasial model tiga dimensi objek yang
dihasilkan.
Kondisi lain yang perlu diteliti adalah hasil pembuatan model menggunakan dua
metode yang berbeda, yaitu interaktif dan otomatis. Selama ini, metode interaktif
diketahui memiliki ketelitian yang bagus, karena memungkinkan operator untuk
melakukan kontrol pekerjaan selama pembuatan model. Namun demikian metode
interaktif memerlukan waktu pemrosesan data yang cukup lama. Metode otomatis
diketahui sebagai metode yang memiliki kelebihan dalam segi waktu. Waktu yang
diperlukan untuk melakukan pemrosesan data cukup singkat. Namun demikian
ketelitian model yang dihasilkan dari metode otomatis ini masih kurang dapat diyakini
kualitasnya, karena operator tidak dapat melakukan kontrol pekerjaan selama
pembuatan model.
3
3. Apakah model tiga dimensi yang dihasilkan dari metode interaktif memiliki
kelengkapan detil seperti objek asli di lapangan?
4. Apakah model tiga dimensi yang dihasilkan dari metode otomatis memiliki
kelengkapan detil seperti objek asli di lapangan?
4
7. kedua perangkat lunak yang digunakan untuk membuat model, dianggap
memiliki bundle adjustment yang sama,
8. kelengkapan detil yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dinding,
jendela, lekuk−lekuk di dinding, tangga dan ornamen−ornamen yang
dimiliki oleh gedung GSP,
9. bagian yang diukur ketelitian dimensinya adalah panjang dan lebar jendela
secara mendatar yang tampak di permukaan (parameter x dan y), bukan
bagian jendela yang menjorok ke dalam (parameter z).
Sebelum digunakan untuk melakukan pemotretan, kamera dikalibrasi. Pencarian
parameter kalibrasi dilakukan dengan pengolahan foto hasil pemotretan target
kalibrasi dari cetakan calibration grid pada perangkat lunak PhotoModeler Scanner.
Pemrosesan foto menjadi model tiga dimensi secara interaktif dilakukan dengan
perangkat lunak PhotoModeler Scanner versi 2013.0.0.911, untuk perangkat 64 bit.
Pemrosesan foto menjadi model tiga dimensi secara otomatis dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak AgiSoft Photoscan Professional versi 1.1.4 build
2021, untuk perangkat 64 bit. Model yang dihasilkan dari metode interaktif,
dibandingkan ukuran dimensi dan kelengkapan detilnya dengan kondisi sebenarnya di
lapangan. Model yang dihasilkan dari metode otomatis, dibandingkan ukuran
dimensinya dengan ukuran dimensi model hasil metode interaktif, sedangkan
kelengkapan detilnya dibandingkan dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Hasil
analisis digunakan untuk mengetahui kualitas data spasial model tiga dimensi objek
yang dihasilkan.
5
3. menghitung ketelitian ukuran dimensi dan mengetahui kelengkapan model
tiga dimensi gedung GSP hasil metode otomatis,
4. melakukan evaluasi kualitas data spasial model tiga dimensi gedung GSP
yang dihasilkan dari metode pemrosesan interaktif dan otomatis.
6
otomatis, beberapa point cloud tidak berhasil dibuat akibat kurang baiknya orientasi
kamera, gangguan eksternal dan perubahan cuaca saat pengambilan data.
Janitra (2014) melakukan penelitian tentang fotogrametri jarak dekat untuk
pembuatan model tiga dimensi Candi Gebang. Hasil penelitian ini adalah fotogrametri
jarak dekat efektif untuk melakukan akuisisi data tiga dimensi suatu objek kecil,
karena dimensi model mendekati dimensi objek nyata. Untuk mendapatkan model tiga
dimensi objek yang teliti, satu sisi objek harus terekam dalam satu foto.
Barnes (2012) melakukan penelitian fotogrametri jarak dekat yang
dikombinasikan dengan laser scanning untuk pembuatan dense point cloud Candi
Cangkuang. Hasil penelitian ini adalah baik dalam metode fotogrametri jarak dekat
maupun laser scanning sebaiknya memperhatikan agar semua bagian objek tercakup
seluruhnya dalam satu kali pengambilan data.
Wihasti (2013) melakukan penelitian pengaruh jarak pemotretan terhadap
ketelitian koordinat titik cek pada teknik fotogrametri jarak dekat. Hasil dari penelitian
ini adalah tingkat ketelitian koordinat titik yang dihasilkan berbanding terbalik dengan
besarnya jarak pemotretan. Semakin dekat jarak pemotretan, maka koordinat yang
dihasilkan semakin teliti.
Murtiyoso (2011) melakukan penelitian fotogrametri jarak dekat untuk
membantu rekonstruksi objek arkeologi Candi Perwara. Hasil dari penelitian ini adalah
tingkat akurasi model yang dihasilkan mencapai level milimeter dan memiliki
kedetailan yang tinggi, yang ditandai dengan kenampakan relief yang rumit.
Penggunaan kamera nonmetrik pada pemotretan tetap mampu menghasilkan
ketelitian dimensi model yang tinggi asalkan kamera tersebut dikalibrasi.
Wahab (2009) melakukan penelitian analisis geometri data objek tiga dimensi
menggunakan fotogrametri jarak dekat, terrestrial laser scanner dan electronic total
station. Hasil dari penelitian ini adalah akurasi fotogrametri jarak dekat dipengaruhi
oleh kalibrasi kamera. Hasil fotogrametri jarak dekat akan lebih baik apabila dilakukan
kalibrasi menggunakan metode field calibration karena kondisi kamera nonmetrik
yang tidak stabil.
Widianto (1987) melakukan penelitian fotogrametri jarak dekat untuk
penggambaran kembali bentuk geometri permukaan badan pesawat terbang. Hasil dari
7
penelitian ini adalah Fotogrametri jarak dekat mampu menghasilkan informasi detil
teknik berupa gambar profil permukaan badan pesawat terbang dan gambar garisgaris
isometrisnya.
8
seperti saat pemotretan, maka foto yang saling bertampalan dapat dibuat model tiga
dimensinya. Orientasi absolut adalah suatu proses untuk mengubah koordinat model
tiga dimensi yang dihasilkan yang semula masih dalam koordinat relatif menjadi
koordinat tanah. Mathew (2008) mengatakan bahwa akan terdapat transformasi
konform tiga dimensi saat melakukan pengubahan koordinat dalam proses ini.
Gambar I.1. Bentuk CCD (kiri) dan CMOS (kanan) (Sumber : Axis, 2010).
9
Kamera digital juga dilengkapi dengan Liquid Crystal Display (LCD), yaitu
layar monitor mini yang digunakan untuk melihat secara langsung hasil pemotretan
yang dilakukan. Adanya LCD ini dapat membantu pengguna untuk memilih dan
mengatur menu secara interaktif, serta apabila hasil pemotretan kualitasnya kurang
baik, maka dapat langsung dihapus, kemudian dilakukan pemotretan ulang. Terdapat
sebuah istilah yang dikenal dengan nama ppi (pixel per inch) pada kamera digital. Ppi
menunjukkan jumlah piksel per inci linear dalam sebuah foto. Resolusi foto tidak dapat
dipisahkan dengan ppi. Semakin besar ppi maka jumlah piksel per satuan incinya
semakin banyak, sehingga objek pada foto akan semakin jelas atau resolusi fotonya
baik (Ikawati 2012).
10
Gambar I.2. Geometri proyeksi kamera tiga dimensi (kiri) dan dua dimensi (kanan)
(Sumber : Axis, 2010).
Gambar I.2 kiri menunjukkan geometri proyeksi kamera dalam tiga dimensi,
sedangkan Gambar I.2 kanan menunjukkan geometri proyeksi kamera dalam dua
dimensi. Gambar I.2 kiri, menunjukkan lokasi suatu titik X yang ada pada ruang tiga
dimensi (X,Y,Z) dan lokasi titik tersebut pada bidang gambar. Pada Gambar I.2 kanan,
dapat diamati bahwa panjang fokus kamera (f) merupakan jarak antara pusat kamera
(C) dengan bidang gambar (P).
Untuk membentuk foto yang memiliki tampalan, maka diperlukan suatu
geometri kamera yang epipolar. Geometri epipolar menurut Axis (2010) adalah suatu
kondisi dimana dua sistem kamera, didefinisikan terletak pada suatu baseline yang
sama. Kondisi geometri epipolar dapat dilihat pada Gambar I.3.
Gambar I.3. Geometri epipolar dua buah kamera (Sumber : Axis, 2010)
Melalui Gambar I.3, maka dapat didefinisikan bahwa pada geometri epipolar,
foto yang dihasilkan dari kedua posisi kamera harus memiliki korespondensi. Selain
itu, setiap bidang gambar harus dapat mendefinisikan garis epipolar yang
menghubungkan kedua bidang gambar tersebut. Pada Gambar I.3, garis epipolar yang
dibentuk dari kedua bidang gambar adalah baseline CC’.
11
I.8.5. Kalibrasi Kamera
Meskipun telah didesain dengan sangat cermat, komponen kamera tidak dapat
dibuat secara sempurna. Salah satu kondisi yang membuat kamera tidak sempurna
adalah lensa yang digunakan pada kamera tersebut. Tidak sempurnanya lensa,
membuat foto yang nantinya dihasilkan memiliki distorsi. Adanya distorsi pada foto,
tidak akan mempengaruhi kualitas ketajaman citra yang dihasilkan (Hanifa 2007).
Namun demikian distorsi foto akan menimbulkan kesalahan informasi akibat
pergeseran lokasi titik yang ada pada foto dari kondisi sebenarnya di lapangan. Dengan
adanya kondisi tersebut, maka perlu dilakukan pengkalibrasian kamera untuk dapat
menentukan besarnya penyimpangan yang terjadi. Parameter yang dicari dalam proses
kalibrasi kamera adalah panjang fokus, principal point (x , y), dan distorsi lensa.
Distorsi lensa dibagi menjadi dua yaitu distorsi parsial dan distorsi tangensial. Distorsi
parsial yaitu distorsi kearah vertikal dan horizontal, yang diistilahkan dengan K1, K2
dan K3, sedangkan distorsi tangensial adalah distorsi kearah diagonal, yang
diistilahkan sebagai P1 dan P2.
Salah satu metode kalibrasi kamera adalah field calibration. Menurut Clarke dan
Fryer (1998) field calibration adalah suatu metode kalibrasi kamera yang dilakukan
dengan menggunakan objek yang telah disurvei dan diyakini mampu menghasilkan
nilai kalibrasi kamera yang teliti. Salah satu objek yang dapat digunakan untuk
melakukan field calibration adalah pola yang terdapat pada bidang planar dua dimensi.
Penerapan teknik kalibrasi menggunakan pola yang terdapat pada bidang planar
dilakukan dengan melakukan pemotretan pola tersebut dari berbagai posisi (Elgamal,
2012).
12
dan height/distance yang baik pula. Konfigurasi kamera secara konvergen, dapat
dilihat pada Gambar I.4.
objek
= posisi kamera
Gambar I.4. Konfigurasi kamera konvergen.
objek
= posisi kamera
13
untuk membuat model tiga dimensi suatu objek dari foto adalah photo−based 3D
scanning.
PhotoModeler Scanner, dapat digunakan untuk melakukan pengukuran dan
pemodelan berbagai macam objek, termasuk objek arsitektur, konservasi dan cagar
budaya. PhotoModeler Scanner mampu melakukan dokumentasi dan pengukuran
model yang dihasilkan. Selain itu, perangkat lunak ini mampu membuat model tiga
dimensi untuk divisualisasikan maupun untuk diteliti. Perangkat lunak ini juga dapat
membuat kenampakan elevasi dan memberikan tekstur pada model yang dibuat.
Dalam PhotoModeler Scanner, proses orientasi dalam diistilahkan sebagai idealize
project, orientasi relatif diistilahkan sebagai referencing sedangkan orientasi absolut
diistilahkan sebagai external geometry.
14
menjalankan sejumlah algoritma untuk menghasilkan model 3D dan meminimalisasi
kesalahan agar terbentuk model 3D yang teliti.
15
menurut Agisoft (2013) adalah model tiga dimensi poligonal. Setelah proses ini
selesai, dapat dilakukan editing pada mesh yang dihasilkan. Apabila perlu, dapat
dilanjutkan dengan pembuatan kenampakan tekstur pada model. Setelah seluruh
tahapan selesai dilaksanakan, maka report pekerjaan dapat dimunculkan.
∑(𝑋1 −𝑋)2
𝑅𝑀𝑆𝐸 = √ ………………………………………………………………I.1
𝑛
Keterangan :
RMSE = Root Mean Square Error
X = nilai sebenarnya
X1 = nilai hasil ukuran
n = banyak ukuran yang digunakan
16
X1, Y1, Z1 = koordinat tiga dimensi titik 1
X2, Y2, Z2 = koordinat tiga dimensi titik 2
Selisih ukuran dimensi hasil pengukuran total station reflectorless yang
diasumsikan sebagai ukuran dimensi objek sebenarnya dengan ukuran dimensi model
hasil pemrosesan dengan metode interaktif, dapat dihitung menggunakan rumus I.3
dan I.4.
∆𝑝 = 𝑃𝑠 − 𝑃𝑚 ………………………………………………………………………I.3
∆𝑙 = 𝐿𝑠 − 𝐿𝑚 ………………………………………………………………………I.4
Keterangan :
∆p = selisih ukuran panjang objek sebenarnya dengan panjang model
Ps = panjang detil pada objek sebenarnya
Pm = panjang detil pada model
∆l = selisih ukuran lebar objek sebenarnya dengan panjang model
Ls = lebar detil pada objek sebenarnya
Lm = lebar detil pada model
Nilai RMSE dapat diperoleh dari proses pembagian antara nilai akar kuadrat
total selisih ukuran kuadrat dengan jumlah ukuran yang digunakan, seperti pada rumus
I.5.
Keterangan :
RMSE = Root Mean Square Error
∆p = selisih ukuran panjang objek sebenarnya dengan panjang model
∆l = selisih ukuran lebar objek sebenarnya dengan panjang model
n = banyak ukuran yang digunakan
17
I.8.11. Ketelitian Ukuran Dimensi Model Hasil Metode Otomatis
Ukuran dimensi hasil pemodelan menggunakan metode interaktif merupakan
ukuran yang diasumsikan sebagai ukuran dimensi objek asli di lapangan. Selisih
ukuran dimensi model hasil pemrosesan interaktif yang diasumsikan sebagai ukuran
dimensi objek sebenarnya dengan ukuran dimensi model hasil pemrosesan dengan
metode otomatis dapat dihitung dengan menggunakan rumus I.6 dan I.7.
Nilai RMSE dapat diperoleh dari proses pembagian antara nilai akar kuadrat
total selisih ukuran kuadrat dengan jumlah ukuran yang digunakan, seperti pada rumus
I.5.
𝐷
𝐺𝑆𝐷 = 𝑆𝑃𝑆 × ..……………………………………..……………………………………I.8
𝑓
Keterangan :
SPS = sensor pixel size
D = jarak objek ke kamera
18
f = panjang fokus yang digunakan saat pemotretan
Foto yang dihasilkan dari pemotretan memiliki ukuran medium yang memiliki dimensi
kolom × baris adalah 3456 × 2304 pixel. Kamera yang digunakan untuk pemotretan
adalah kamera DSLR Nikon D3100, yang memiliki sensor gambar CMOS dengan
ukuran panjang × lebar adalah 23.1 × 15.4 milimeter, menurut Nikon (2010). Adanya
ukuran dimensi foto dan ukuran sensor, maka nilai SPS dari foto dapat ditentukan
dengan rumus I.9.
𝑃𝐶𝑀𝑂𝑆
𝑆𝑃𝑆 = ……………........……………………………………..……………………I.9
𝐾
Berdasarkan rumus I.9, maka diperoleh nilai SPS kamera NIKON D3100 yang
digunakan adalah 0.0067 milimeter.
I.9. Hipotesis
Secara keseluruhan, model tiga dimensi hasil penerapan fotogrametri jarak dekat
dengan pemrosesan metode interaktif memiliki kualitas data spasial yang lebih baik
dibandingkan dengan pemrosesan metode otomatis.
19